Share

3. Bagian 11

Penulis: KSATRIA PENGEMBARA
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Walau sebenarnya merasa sangat marah karena dikalahkan dan dipermalukan seperti itu, tapi si Pecut Api tidak mampu berbuat banyak, kesaktiannya memang berada jauh dibawah Bintang. Sejenak kedua matanya tampak terlihat menatap kearah para anak buahnya yang juga terlihat bingung dan gentar, tidak mungkin saat ini baginya untuk kembali memerintahkan para anak buahnya untuk mengeroyok Bintang. Kekalahan ketua mereka ditangan pemuda yang mereka kenal dengan nama Ksatria Pengembara ini tentu saja semakin menjatuhkan nyali mereka dan kini mereka terlihat menanti apa jawaban dari ketua mereka atas ucapan Ksatria Pengembara tadi.

“Baiklah, aku mengaku kalah dan berjanji tidak akan berbuat begal lagi”. ucap si Pecut Api akhirnya dan Bintang tersenyum mendengar hal itu.

“Bagus, memang sudah saatnya kau menyadari kalau hidup ini terlalu singkat untuk kau sia-siakan Pecut Api...bertobatlah dan carilah jalan kebenaran”. ucap Bintang lagi seraya berbalik menghadap kearah belasan or

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ksatria Pengembara Season 1   3. Bagian 12

    “Wuiihh! hebat sekali ya kang Ksatria Pengembara itu” “Iya donk, aku yakin saat ini banyak gerombolan begal-begal yang harus berfikir 1.000 kali untuk melakukan pembegalan didesa-desa” “Benar dut, bahkan aku dengar Ksatria Pengembara itu bisa berada didua tempat dalam satu waktu”. ucap salah dari mereka yang baru saja datang dan ikut bergabung dengan teman-temannya, ucapan teman mereka yang baru saja datang ini tentu saja sangat mengejutkan mereka. “Kalau saja ada 10 orang pendekar seperti Ksatria Pengembara, tentu kita akan bisa hidup lebih tenang”. ucap sipemilik warung lagi ikut angkat bicara seraya menyediakan minuman untuk para pengunjungnya. Diantara ramainya para pengunjung, ternyata tidak semuanya merupakan penduduk desa tersebut, ada beberapa dari kalangan pendekar, dan salah satunya adalah disalah satu meja yang berada tak jauh dari jendela warung tersebut, ketiganya jelas berasal dari orang-orang persilatan, hal ini dapat dilihat dari

  • Ksatria Pengembara Season 1   3. Bagian 13

    “Suittt...!!!”. tiba-tiba saja sebuah siulan panjang terdengar nyaring membahana ditempat itu, anehnya, belasan orang yang bersenjatakan clurit itu tiba-tiba langsung melompat mundur, melihat lawan-lawan mereka bergerak mundur, belasan orang penduduk desa yang tersisapun ikut mundur dan berkumpul dibelakang sosok lelaki yang sepertinya merupakan pemimpin mereka, terlihat golok ditangannya telah pula berlumuran darah. Kini beberapa tombak dihadapan mereka, tampak muncul sosok seorang laki-laki yang mengenakan pakaian serba hitam, sosok lelaki yang baru saja muncul ini sangat mengerikan sekali, dikesepuluh jari tangannya terlihat cincin-cincinnya yang berbatu besar hingga hampir menutupi sebagian jarinya, bahkan dilehernya terlihat sebuah jimat bundalan hitam yang begitu besar, lelaki ini tampak pula mengenakan selempang hitam dikepalanya, sorot matanya yang tajam tampak menatap dingin pada belasan sosok penduduk yang ada dihadapannya. Dan terakhir tatapan lelaki sangar ini ta

  • Ksatria Pengembara Season 1   3. Bagian 14

    Sementara itu Bintang terlihat menatap keadaan disekitarnya yang sudah porak poranda, beberapa rumah penduduk masih terlihat terbakar dimakan api, tapi bukan itu yang membuat kemarahan Bintang, melainkan saat melihat belasan mayat yang tampak bergelimpangan disana sini, menyesal sekali Bintang kenapa dia harus datang terlambat hingga korban sudah banyak yang berjatuhan. Dan ini sudah cukup bagi Bintang untuk menatap dengan penuh kegeraman dan kemarahan terhadap gerombolan begal yang ada dihadapannya. “Kekejaman yang kalian lakukan sudah melampaui batas”. ucap Bintang lagi. “Benar, dan sebentar lagi desa ini akan kami ratakan dengan tanah karena berani membangkang perintahku”. ucap pemimpin Begal Clurit Hitam lagi. “Selagi aku ada disini, hal itu takkan terjadi”. ucap Bintang lagi datar. “Sombong! ayo bunuh pengacau ini.!”. ucap pemimpin begal ini lagi memerintahkan para anak buahnya untuk menyerang kearah Bintang. Maka dengan serentak saja belasan ora

  • Ksatria Pengembara Season 1   3. Bagian 15

    Sementara sore sudah datang menjelang, pertarungan Bintang dengan si Clurit Pencabut Nyawa terus terjadi, tapi sejauh ini belum ada tanda-tanda akan berakhirnya pertarungan yang sudah memasuki jurus ke-24. “Hyyattt......wuusshh”. sosok si Clurit Pencabut Nyawa terlihat mengubah serangannya yang sejak tadi hanya mengincar tubuh Bintang bagian atas, dan rupanya hal ini baru disadari oleh si Clurit Pencabut Nyawa, dengan cepat dia kini langsung menyerang kearah kaki Bintang hingga mau tak mau Bintang kini terpaksa bergerak dari tempatnya. Dan si Clurit Pencabut Nyawa tersenyum melihat keberhasilan serangannya, dia terus melancarkan serangannya dengan gencar. “plakkk....plakkk.”. terlihat beberapa kali Bintang harus memapaki serangan yang dilancarkan oleh si Clurit Pencabut Nyawa yang terus menyerang Bintang dengan gencar. “Sett...wuutt...bummm”. betapa terkejutnya Bintang tiba-tiba saja si Clurit Pencabut Nyawa melemparkan sesuatu ketanah yang langsung menimbulk

  • Ksatria Pengembara Season 1   3. Bagian 16

    Senja memancar diufuk barat, mega-mega kemerahan terlihat dikejauhan, segerombolan burung terlihat terbang kembali kesarangnya setelah seharian mencari makan, senja yang teduh dan hening itu tampak mengiringi langkah tiga sosok yang tampak tengah memasuki gerbang pintu sebuah desa. Tapi ketiganya terlihat dibuat keheranan saat semakin melangkah jauh kedalam jalan desa, karena desa itu terbilang sepi sekali, seperti desa yang tidak berpenghuni. “Aneh sekali keadaan didesa ini”. ucap seorang pemuda yang mengenakan pakaian serba merah, dia memang tak lain adalah Aji murid dari Datuk Api, sedangkan dua teman yang bersamanya tak lain adalah Pandega murid Datuk Angin dan gadis jelita yang berjalan bersama mereka tak lain adalah Intan Purnama murid tunggal dari Datuk Langit. Semakin jauh ketiganya memasuki desa tersebut semakin terkejut ketiganya, saat melihat bagaimana beberapa rumah yang telah hangus terbakar, bahkan dibeberapa tempat terlihat jelas desa itu seperti porak poranda

  • Ksatria Pengembara Season 1   3. Bagian 17

    “Benar nini, pendekar agung itu bukan saja sangat baik, tapi juga sangat dermawan.....dia memberikan sekantong uang kepeng emas untuk digunakan membangun desa ini kembali dan sisanya diberikan kepada keluarga-keluarga yang kehilangan orang-orang yang dicintainya pada pertempuran siang tadi”. ucap aki pemilik warung lagi hingga semakin mengejutkan ketiga murid tiga datuk ini, tapi hanya Intan saja yang terlihat termangu, dihatinya dia sangat mengagumi akan sosok Ksatria Pengembara yang selama perjalanan mereka telah sering didengarnya tentang sepak terjang Ksatria Pengembara dalam memberantas keangkara murkaan, hal ini yang semakin membuat Intan semakin penasaran untuk segera bertemu dengan pendekar yang hebat itu. *** Siang itu matahari terlihat bersinar dengan teriknya, panasnya terasa begitu menyengat kulit, dan hal inipun terlihat begitu dirasakan oleh tiga sosok tubuh yang tengah berjalan menapaki jalan setapak ditepian sebuah hutan. Melihat sosok ketiganya, mere

  • Ksatria Pengembara Season 1   3. Bagian 18

    “Maaf kalau aku mengagetkan nisanak”. ucap Bintang lagi dengan lembut, tapi anehnya Intan tidak merespon hal itul, bahkan dia masih berdiri terpaku ditempatnya. Bahkan saat Bintang sudah berada didekatnya, Intanpun masih tak bergerak ditempatnya. “Nisanak...nisanak”. ucap Bintang lebih keras hingga menyadarkan sosok Intan dari keadaannya. “Oh maaf, maaf....”. ucap Intan lagi cepat memperbaiki sikapnya. “Kalau tidak salah beberapa hari yang lalu kita pernah bertemu dikedai makan, apakah itu benar nisanak.?” “Benar” “Kalau tidak pula, saat itu nisanak bersama dua orang pemuda....”. “Benar, mereka adalah saudara-saudara seperguruanku”. ucap Intan lagi tersenyum menyambut senyuman pemuda yang ada dihadapannya. “Lalu dimana mereka saat ini nisanak.?” “Mereka beristirahat tak jauh dari sini”. “Apakah nisanak tidak keberatan jika kita bicara sambil duduk”. ucap Bintang lagi. “Oh tentu saja tidak”. ucap Intan ce

  • Ksatria Pengembara Season 1   3. Bagian 19

    Bintang melangkahkan kakinya memasuki pintu gerbang sebuah Kadipaten yang terlihat begitu ramai penduduknya dengan berbagai macam aktifitasnya. Ini pertama kalinya Bintang menjejakkan kakinya disebuah Kadipaten setelah mengembara selama ini. Dan Bintang cukup termangu melihat betapa ramainya kehidupan disebuah Kadipaten. Selain ramainya penduduk yang tinggal di Kadipaten tersebut, Bintang juga dapat melihat orang-orang yang berasal dari kalangan pendekar dunia persilatan yang cukup ramai ditempat itu. Sesekali Bintang terlihat berpapasan dengan serombongan prajurit Kadipaten yang tengah melakukan ronda keliling. Dan hati Bintang tertarik untuk melangkah menuju kesebuah warung makan yang ada di Kadipaten itu yang terlihat cukup ramai pengunjungnya, sudah beberapa hari ini Bintang tidak merasakan masakan enak, selama pengembaraannya Bintang lebih banyak berada di alam bebas dan hanya ayam hutan panggang saja yang selalu setia menemani keroncongan perutnya. Kedatangan Bintang l

Bab terbaru

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 20

    Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 19

    Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 18

    SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 17

    Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 16

    Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 15

    Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 14

    “Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 13

    Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 12

    Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu

DMCA.com Protection Status