Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, akhirnya rombongan Putri Liu-xue dan Yi In Yeun tiba dinegeri Tibet. Tibet adalah sebuah negeri kecil yang terkenal akan para biksunya. Negeri ini menganut sebagian besar agama budha. Begitu mereka memasuki pintu gerbang negeri Tibet, dapatlah kini mereka lihat betapa ramainya negeri Tibet itu. Putri Liu-xue terlihat mengenakan sebuah cadar diwajahnya untuk tidak menarik perhatian.
“Sebaiknya kita mencari tempat makan dulu adik Liu-xue.”. ucap Yi In Yeun lagi, Putri Liu-xue hanya terlihat menganggukkan wajahnya. Begitu ramainya orang dinegeri itu, sampai-sampai rombongan Putri Liu-xue tidak bisa bila harus menggunakan kuda mereka. Kuda itu terpaksa harus dititipkan dipintu gerbang negeri Tibet.
Satu demi satu tempat makan mereka datangi, tapi semuanya selalu penuh oleh para pengunjung.
“Sepertinya tidak ada lagi tempat makan yang bisa kita datangi kak Y
Satu minggu sudah Putri Liu-xue berada di Perguruan Kecapi Sakti. Neneknya, Yun Si-u yang juga merupakan ketua dari Perguruan Kecapi Sakti sudah menceritakan tentang siapa yang sebenarnya mengenai dirinya. Hari ini rencananya nenek Yun Si-u akan mengajak Putri Liu-xue untuk mengunjungi makam ibunya yang berada cukup jauh dari Perguruan Kecapi Sakti. Sementara itu diluar, ratusan orang sudah berdatangan ke Perguruan Kecapi Sakti, baik itu untuk mengikuti sayembara, ataupun hanya untuk melihat ajang sayembara tersebut.“Bae jeon, selama aku pergi, aku serahkan urusan perguruan kepadamu. Persilahkan para tamu untuk mendiami kamar mereka, layani mereka dengan baik dan jaga Putri Kim”. ucap nenek Yun Si-u lagi berpesan kepada pembantu kepercayaannya, lelaki yang bergaya seperti seorang wanita.“Baik nek, aku pasti akan menjaga perguruan ini sampai nenek kembali”. ucap lelaki yang disebut dengan nama Bae jeon itu dengan suara lembut.“Kim
Seorang pemuda tampan berjubah biru bersama 2 orang wanita tampak memasuki sebuah taman yang ada ditaman belakang Perguruan Kecapi Sakti. Dikejauhan pemuda yang tak lain adalah Bintang adanya dapat melihat sebuah bangunan tanpa dinding yang ada ditaman belakang tersebut.Bintang memang baru saja tiba dinegeri Tibet, begitu tiba di Goryeo dan membaca surat yang ditinggalkan oleh Putri Liu-xue padanya, Bintang segera langsung berangkat menuju Tibet, dan langkah Bintang kini sudah mengantarkannya ke Perguruan Kecapi Sakti.Tapi ada yang berbeda pada penampilan Bintang kali ini. Pedang Lentur yang biasa tersampir dipunggungnya kini tidak terlihat lagi, karena Bintang sudah memberikan pusaka Pedang Lenturnya itu pada istri tercintanya, Putri Yuan Ming Zhu. Sebagai pengganti Pedang Lentur yang biasa menemaninya, kini dipunggung Bintang terlihat sebuah pedang besar tersampir. Sebuah pedang dengan gagang bercabang dua, caba
Bintang sendiri cukup terkejut melihat keampuhan Pedang Yudha Manggalanya yang ternyata mampu mematahkan bahkan menyerap kekuatan sinar keemasan tersebut, berikutnya dengan Pedang Yudha Manggala Bintang membabat putus setiap serangan yang diarahkan padanya. Tapi serangan-serangan itu terus melesat kearah Bintang tanpa berhenti. “Hentikan seranganmu nona. Atau aku terpaksa harus bertindak keras!”. teriak Bintang lagi, seakan tak mengubris ucapan Bintang, serangan-serangan tersebut terus datang tanpa henti.“Huppp”. menyadari hal itu, Bintangpun terlihat melompat mundur disaat sinar-sinar keemasan itu mengejar sosoknya, Bintang terlihat mendekatkan ujung gagang pedangnya kearah bibirnya. Apa yang akan Bintang lakukan ?“Swuittt......wuiiittt......wuiittttt........” tiba-tiba saja Pedang Pusaka Yudha Manggala mengeluarkan suara seruling yang rupanya yang dilakukan oleh Bintang adalah menggunakan Seruling Yudhanya yang ada diujung gagang
Keesokan harinya, bersama Bae jeon Bintang diajak berkeliling untuk melihat persiapan Perguruan Kecapi Sakti dalam menyambut para tamu yang akan datang dari seluruh penjuru negeri.“Maafkan atas penyambutan Putri Kim yang kurang berkenan tuan Bintang”. ucap Bae jeon lagi.“Tidak apa-apa tuan Bae jeon. Hamba tidak menganggapnya sesuatu yang serius”. ucap Bintang lagi tersenyum.“Putri Liu-xue sudah bercerita banyak tentang diri tuan. Mudah-mudahan dalam waktu beberapa hari ini, Putri Liu-xue dan ketua akan segera pulang”. ucap Bae jeon lagi.“Maaf tuan Bae jeon, kalau boleh tahu, kemana sebenarnya Liu-xue?”.“Ketua mengajak Putri Liu-xue untuk mengunjungi makam ibunya, tempatnya cukup jauh dari sini”. ucap Bae jeon lagi menjelaskan tentang ketidak beradaan Putri Liu-xue ditempat itu,Bintang terlihat menarik nafas mendengar hal itu. Jauh – jauh perjalanannya dari dataran tengah menuju
Tibet adalah sebuah negeri yang damai, tenteram dan penduduknya juga sangat taat beragama. Inilah yang membuat keharmonisan dinegeri Tibet begitu sangat terjaga. Tapi kini keadaan begitu amat berbeda. Negeri Tibet yang biasanya damai, kini mulai dikunjungi oleh orang-orang dari seluruh penjuru bumi. Sebagaimana dikisahkan dalam cerita sebelumnya (Pertempuran Yang Menentukan), dimana Perguruan Kecapi Sakti telah mengadakan sebuah sayembara yang membuat banyak orang datang berkunjung ke negeri Tibet, baik itu untuk mengikuti sayembara maupun hanya sekedar untuk melihat-lihat. Hingga kini tak perlu heran, negeri Tibet sudah dipenuhi oleh ribuan orang yang terus datang. Sebagaimana yang tertera didalam sayembara yang diadakan oleh Perguruan Kecapi Sakti, bahwa sayembara akan dimulai tepat pada hari ke-22, dan itu berarti hanya tinggal beberapa hari saja lagi, sayembara akan segera dimulai. Tamu-tamu dari berbagai belahan penju
“Liu-xue”. ucap Bintang setengah berbisik untuk mengingatkan Putri Liu-xue. Dan Putri Liu-xue langsung menyadari hal itu dengan segera melepaskan pelukannya.“Ayo kak, Liu-xue perkenalkan kakak dengan nenek”. Ucap Putri Liu-xue lagi seraya berjalan kedepan, Bintang segera mengikutinya.Seorang wanita tua tampak bangkit berdiri saat melihat sosok Putri Liu-xue dan sosok seorang pemuda yang tengah berjalan mendekatinya.“Kak Bintang, ini adalah nenekku, Nenek Yun Si-u”“Nek, inilah orang yang kuceritakan pada nenek, namanya kak Bintang”. ucap Putri Liu-xue lagi memperkenalkan keduanya. Bintang segera menjura hormat pada sosok wanita tua yang ada dihadapannya.“Suatu kehormatan bisa bertemu langsung dengan pendekar hebat seperti tuan”. ucap nenek Yun Si-u lagi seraya balas menjura hormat. “Mari... Mari silahkan duduk tuan pendekar”. ucap Nenek Yun Si-u lagi mempersilahkan Bintang
Hari demi hari terus berjalan tanpa terasa, lusa sayembara yang diadakan Perguruan Kecapi Sakti akan segera dimulai. Malam itu sepertinya banyak pendekar-pendekar dunia persilatan yang tengah mempersiapkan dirinya untuk menghadapi pertarungan lusa saat sayembara dimulai. Bintangpun tampak tengah tenggelam dialam tapa bratanya didalam kamarnya. Kemudian terlihat kedua mata Bintang terbuka dan terlihat Bintang menarik nafas panjangnya. Sesaat pandangan Bintang tertuju kearah pedang pusaka Yudha Manggalanya yang berada tak jauh darinya. Bintang bangkit dan meraih pedang pusakanya. Cukup lama Bintang menatap kearah pedang pusaka Yudha Manggalanya, hingga akhirnya perhatian Bintang beralih kearah pintu kamarnya.“Kreaakkk”. secara perlahan, pintu kamar Bintang terlihat terbuka dan satu sosok tubuh muncul dari balik pintu tersebut, sosok itu ternyata sosok seorang gadis berkulit putih dan berparas cantik jelita, mengenakan pakaian putih berbalut rompi yang terbuat dari
Malam terus berjalan larut, sementara itu dikamar Bintang, tepatnya diatas tempat peraduan, terlihat sepasang muda mudi yang tengah berbaring dengan saling memeluk mesra. Sosok muda mudi yang tak lain adalah Bintang dan Putri Liu-xue adanya. Sebuah selimut tampak menutupi tubuh keduanya, tapi melihat 2 onggok pakaian yang tergeletak dilantai, dapat dipastikan kalau tubuh keduanya tidaklah mengenakan selembar benangpun ditubuh mereka alias bugil. Putri Liu-xue terlhat merebahkan dirinya diatas dada Bintang dengan lembut.“Kak”. suara lembut Putri Liu-xue memecah kesunyian diantara mereka. Putri Liu-xue terlihat mengangkat wajahnya dan saat itu Bintangpun tengah menatapnya.“Kakak tidak perlu mengikuti sayembara itu, kita pergi saja diam-diam meninggalkan tempat ini.”. ucap Putri Liu-xue lagi, Bintang tersenyum mendengar hal itu. Dengan lembut Bintang merapikan rambut Putri Liu-xue dengan jari jemarinya.“Tidak apa-apa adik Liu-xue, k
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu