Keesokan harinya, bersama Bae jeon Bintang diajak berkeliling untuk melihat persiapan Perguruan Kecapi Sakti dalam menyambut para tamu yang akan datang dari seluruh penjuru negeri.
“Maafkan atas penyambutan Putri Kim yang kurang berkenan tuan Bintang”. ucap Bae jeon lagi.
“Tidak apa-apa tuan Bae jeon. Hamba tidak menganggapnya sesuatu yang serius”. ucap Bintang lagi tersenyum.
“Putri Liu-xue sudah bercerita banyak tentang diri tuan. Mudah-mudahan dalam waktu beberapa hari ini, Putri Liu-xue dan ketua akan segera pulang”. ucap Bae jeon lagi.
“Maaf tuan Bae jeon, kalau boleh tahu, kemana sebenarnya Liu-xue?”.
“Ketua mengajak Putri Liu-xue untuk mengunjungi makam ibunya, tempatnya cukup jauh dari sini”. ucap Bae jeon lagi menjelaskan tentang ketidak beradaan Putri Liu-xue ditempat itu,Bintang terlihat menarik nafas mendengar hal itu. Jauh – jauh perjalanannya dari dataran tengah menuju
Tibet adalah sebuah negeri yang damai, tenteram dan penduduknya juga sangat taat beragama. Inilah yang membuat keharmonisan dinegeri Tibet begitu sangat terjaga. Tapi kini keadaan begitu amat berbeda. Negeri Tibet yang biasanya damai, kini mulai dikunjungi oleh orang-orang dari seluruh penjuru bumi. Sebagaimana dikisahkan dalam cerita sebelumnya (Pertempuran Yang Menentukan), dimana Perguruan Kecapi Sakti telah mengadakan sebuah sayembara yang membuat banyak orang datang berkunjung ke negeri Tibet, baik itu untuk mengikuti sayembara maupun hanya sekedar untuk melihat-lihat. Hingga kini tak perlu heran, negeri Tibet sudah dipenuhi oleh ribuan orang yang terus datang. Sebagaimana yang tertera didalam sayembara yang diadakan oleh Perguruan Kecapi Sakti, bahwa sayembara akan dimulai tepat pada hari ke-22, dan itu berarti hanya tinggal beberapa hari saja lagi, sayembara akan segera dimulai. Tamu-tamu dari berbagai belahan penju
“Liu-xue”. ucap Bintang setengah berbisik untuk mengingatkan Putri Liu-xue. Dan Putri Liu-xue langsung menyadari hal itu dengan segera melepaskan pelukannya.“Ayo kak, Liu-xue perkenalkan kakak dengan nenek”. Ucap Putri Liu-xue lagi seraya berjalan kedepan, Bintang segera mengikutinya.Seorang wanita tua tampak bangkit berdiri saat melihat sosok Putri Liu-xue dan sosok seorang pemuda yang tengah berjalan mendekatinya.“Kak Bintang, ini adalah nenekku, Nenek Yun Si-u”“Nek, inilah orang yang kuceritakan pada nenek, namanya kak Bintang”. ucap Putri Liu-xue lagi memperkenalkan keduanya. Bintang segera menjura hormat pada sosok wanita tua yang ada dihadapannya.“Suatu kehormatan bisa bertemu langsung dengan pendekar hebat seperti tuan”. ucap nenek Yun Si-u lagi seraya balas menjura hormat. “Mari... Mari silahkan duduk tuan pendekar”. ucap Nenek Yun Si-u lagi mempersilahkan Bintang
Hari demi hari terus berjalan tanpa terasa, lusa sayembara yang diadakan Perguruan Kecapi Sakti akan segera dimulai. Malam itu sepertinya banyak pendekar-pendekar dunia persilatan yang tengah mempersiapkan dirinya untuk menghadapi pertarungan lusa saat sayembara dimulai. Bintangpun tampak tengah tenggelam dialam tapa bratanya didalam kamarnya. Kemudian terlihat kedua mata Bintang terbuka dan terlihat Bintang menarik nafas panjangnya. Sesaat pandangan Bintang tertuju kearah pedang pusaka Yudha Manggalanya yang berada tak jauh darinya. Bintang bangkit dan meraih pedang pusakanya. Cukup lama Bintang menatap kearah pedang pusaka Yudha Manggalanya, hingga akhirnya perhatian Bintang beralih kearah pintu kamarnya.“Kreaakkk”. secara perlahan, pintu kamar Bintang terlihat terbuka dan satu sosok tubuh muncul dari balik pintu tersebut, sosok itu ternyata sosok seorang gadis berkulit putih dan berparas cantik jelita, mengenakan pakaian putih berbalut rompi yang terbuat dari
Malam terus berjalan larut, sementara itu dikamar Bintang, tepatnya diatas tempat peraduan, terlihat sepasang muda mudi yang tengah berbaring dengan saling memeluk mesra. Sosok muda mudi yang tak lain adalah Bintang dan Putri Liu-xue adanya. Sebuah selimut tampak menutupi tubuh keduanya, tapi melihat 2 onggok pakaian yang tergeletak dilantai, dapat dipastikan kalau tubuh keduanya tidaklah mengenakan selembar benangpun ditubuh mereka alias bugil. Putri Liu-xue terlhat merebahkan dirinya diatas dada Bintang dengan lembut.“Kak”. suara lembut Putri Liu-xue memecah kesunyian diantara mereka. Putri Liu-xue terlihat mengangkat wajahnya dan saat itu Bintangpun tengah menatapnya.“Kakak tidak perlu mengikuti sayembara itu, kita pergi saja diam-diam meninggalkan tempat ini.”. ucap Putri Liu-xue lagi, Bintang tersenyum mendengar hal itu. Dengan lembut Bintang merapikan rambut Putri Liu-xue dengan jari jemarinya.“Tidak apa-apa adik Liu-xue, k
Siang menyelimuti negeri Tibet dengan panasnya, matahari tampak bersinar terik hari itu, seakan ingin membakar seisi alam dengan panasnya. Sementara itu di Perguruan Kecapi Sakti. Tepatnya di taman belakang perguruan disebuah paviliun kecil terlihat sosok sepasang muda mudi yang tengah memadu asmara. Sosok jelita dan tampan yang tak lain adalah Bintang dan Putri Liu-xue adanya, tampak benar-benar menikmati kebersamaan mereka. Sesekali terlihat keduanya saling melumat mesra satu sama lain. Tiba-tiba ;“Ada yang datang adik Liu-xue”. ucap Bintang lagi membisikkan ucapannya ditelinga Putri Liu-xue. Putri Liu-xue segera bangkit dan disusul oleh Bintang. Putri Liu-xue terlihat memandang jauh kedepan tapi tak ada siapapun yang datang ketempat itu selain mereka berdua.“Siapa kak?”. ucap Putri Liu-xue penasaran, Bintang tak menjawab hanya tersenyum. Dan benar saja, tak lama kemudian satu rombongan besar terlihat mendatangi mereka.Satu
Hari yang dinantikanpun tiba, hari dimana sayembara yang akan diadakan oleh Perguruan Kecapi Sakti kini sudah terhampar didepan mata, ribuan orang menghadiri pertemuan itu. Ratusan orang pendekar dari dunia persilatan sudah memenuhi tempat itu, baik dari golongan lurus maupun golongan sesat, baik masyarakat awam maupun dari kerajaan, semuanya berbaur menjadi satu, memenuhi halaman luas Perguruan Kecapi Sakti. Halaman itu hanya dibatasi oleh sebuah tali baja yang membentuk lingkaran untuk menghindari orang untuk memasuki arena pertarungan yang telah dipersiapkan oleh Perguruan Kecapi Sakti. Keadaan begitu riuh oleh berbagai macam suara, bisa dikatakan ini adalah pertemuan terbesar pendekar sepanjang sejarah dunia persilatan, dimana seluruh pendekar dari belahan bumi datang untuk mengikuti sayembara yang diadakan oleh Perguruan Kecapi Sakti.“Gonggggg.”. sebuah suara gong terdengar keras membahana ditempat itu hingga membuat suara riuh yang ada ditempat itu seketika
“Dan yang akan menjadi lawan dari Pangeran Chen, adalah seorang pendekar yang juga berasal dari negeri dataran tengah tiongkok. Yang kita kenal dengan nama Huang Gou atau si Pedang Sambaran Petir. Mari kita saksikan kedua pendekar pedang yang hebat ini...”. ucap Bae Jeon memperkenalkan lawan yang akan menjadi Pangeran Chen. Suasana menjadi riuh gempita saat seorang laki-laki yang bersenjatakan golok besar masuk ke arena pertarungan.Sejenak terlihat kedua-duanya saling menatap satu sama lain. “Cabut pedangmu pangeran, ujung golokku ini tak memiliki mata.”. ucap Huang Gou lagi dengan tajam. Huang Gou tentu saja mengenal sosok Pangeran Chen sebagai putra kaisar Toghon Temur, dan inilah yang memicu semangat bertempurnya untuk bisa mengalahkan Pangeran Chen dalam arena pertarungan ini.“Majulah!”. tantang Pangeran Chen dengan menyodorkan pedang ditangannya, tapi pedang itu masih belum terbuka dari warangkanya.Di tantang dan di re
Satu minggu berlalu sudah semenjak sayembara yang diadakan oleh Perguruan Kecapi Sakti dimulai, dari ratusan orang pendekar yang bertarung, kini hanya menyisakan belasan orang pendekar. Selama berada di Tibet, Bintang menginap ditempat penginapan yang disediakan oleh Perguruan Kecapi Sakti untuk para rombongan para pendekar yang mengikuti pertandingan. Selain Bintang, sahabatnya pendekar Tio juga masuk ke babak berikutnya. Dan bersama pendekar Tio, Bintang kembali menambah pengalaman bertarungnya dengan mendengarkan wejangan-wejangan dari pendeta Thio. Pengetahuan dan pengalaman pendeta Thio Sam Hong begitu sangat berharga dan sangat bermanfaat bagi Bintang yang masih mentah pengalaman bila dibandingkan dengan pendeta Thio.Saat ini di arena pertarungan tengah berhadapan seorang pendekar yang berasal dari mongolia, pendekar ini menggunakan 2 ekor srigala peliharaannya sebagai senjata. Dia bernama Srigala Es dari Perguruan Arena Tinju Sesat di Goryeo. Yang menjadi law
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu