Malam terus berjalan larut, sementara itu dikamar Bintang, tepatnya diatas tempat peraduan, terlihat sepasang muda mudi yang tengah berbaring dengan saling memeluk mesra. Sosok muda mudi yang tak lain adalah Bintang dan Putri Liu-xue adanya. Sebuah selimut tampak menutupi tubuh keduanya, tapi melihat 2 onggok pakaian yang tergeletak dilantai, dapat dipastikan kalau tubuh keduanya tidaklah mengenakan selembar benangpun ditubuh mereka alias bugil. Putri Liu-xue terlhat merebahkan dirinya diatas dada Bintang dengan lembut.
“Kak”. suara lembut Putri Liu-xue memecah kesunyian diantara mereka. Putri Liu-xue terlihat mengangkat wajahnya dan saat itu Bintangpun tengah menatapnya.
“Kakak tidak perlu mengikuti sayembara itu, kita pergi saja diam-diam meninggalkan tempat ini.”. ucap Putri Liu-xue lagi, Bintang tersenyum mendengar hal itu. Dengan lembut Bintang merapikan rambut Putri Liu-xue dengan jari jemarinya.
“Tidak apa-apa adik Liu-xue, k
Siang menyelimuti negeri Tibet dengan panasnya, matahari tampak bersinar terik hari itu, seakan ingin membakar seisi alam dengan panasnya. Sementara itu di Perguruan Kecapi Sakti. Tepatnya di taman belakang perguruan disebuah paviliun kecil terlihat sosok sepasang muda mudi yang tengah memadu asmara. Sosok jelita dan tampan yang tak lain adalah Bintang dan Putri Liu-xue adanya, tampak benar-benar menikmati kebersamaan mereka. Sesekali terlihat keduanya saling melumat mesra satu sama lain. Tiba-tiba ;“Ada yang datang adik Liu-xue”. ucap Bintang lagi membisikkan ucapannya ditelinga Putri Liu-xue. Putri Liu-xue segera bangkit dan disusul oleh Bintang. Putri Liu-xue terlihat memandang jauh kedepan tapi tak ada siapapun yang datang ketempat itu selain mereka berdua.“Siapa kak?”. ucap Putri Liu-xue penasaran, Bintang tak menjawab hanya tersenyum. Dan benar saja, tak lama kemudian satu rombongan besar terlihat mendatangi mereka.Satu
Hari yang dinantikanpun tiba, hari dimana sayembara yang akan diadakan oleh Perguruan Kecapi Sakti kini sudah terhampar didepan mata, ribuan orang menghadiri pertemuan itu. Ratusan orang pendekar dari dunia persilatan sudah memenuhi tempat itu, baik dari golongan lurus maupun golongan sesat, baik masyarakat awam maupun dari kerajaan, semuanya berbaur menjadi satu, memenuhi halaman luas Perguruan Kecapi Sakti. Halaman itu hanya dibatasi oleh sebuah tali baja yang membentuk lingkaran untuk menghindari orang untuk memasuki arena pertarungan yang telah dipersiapkan oleh Perguruan Kecapi Sakti. Keadaan begitu riuh oleh berbagai macam suara, bisa dikatakan ini adalah pertemuan terbesar pendekar sepanjang sejarah dunia persilatan, dimana seluruh pendekar dari belahan bumi datang untuk mengikuti sayembara yang diadakan oleh Perguruan Kecapi Sakti.“Gonggggg.”. sebuah suara gong terdengar keras membahana ditempat itu hingga membuat suara riuh yang ada ditempat itu seketika
“Dan yang akan menjadi lawan dari Pangeran Chen, adalah seorang pendekar yang juga berasal dari negeri dataran tengah tiongkok. Yang kita kenal dengan nama Huang Gou atau si Pedang Sambaran Petir. Mari kita saksikan kedua pendekar pedang yang hebat ini...”. ucap Bae Jeon memperkenalkan lawan yang akan menjadi Pangeran Chen. Suasana menjadi riuh gempita saat seorang laki-laki yang bersenjatakan golok besar masuk ke arena pertarungan.Sejenak terlihat kedua-duanya saling menatap satu sama lain. “Cabut pedangmu pangeran, ujung golokku ini tak memiliki mata.”. ucap Huang Gou lagi dengan tajam. Huang Gou tentu saja mengenal sosok Pangeran Chen sebagai putra kaisar Toghon Temur, dan inilah yang memicu semangat bertempurnya untuk bisa mengalahkan Pangeran Chen dalam arena pertarungan ini.“Majulah!”. tantang Pangeran Chen dengan menyodorkan pedang ditangannya, tapi pedang itu masih belum terbuka dari warangkanya.Di tantang dan di re
Satu minggu berlalu sudah semenjak sayembara yang diadakan oleh Perguruan Kecapi Sakti dimulai, dari ratusan orang pendekar yang bertarung, kini hanya menyisakan belasan orang pendekar. Selama berada di Tibet, Bintang menginap ditempat penginapan yang disediakan oleh Perguruan Kecapi Sakti untuk para rombongan para pendekar yang mengikuti pertandingan. Selain Bintang, sahabatnya pendekar Tio juga masuk ke babak berikutnya. Dan bersama pendekar Tio, Bintang kembali menambah pengalaman bertarungnya dengan mendengarkan wejangan-wejangan dari pendeta Thio. Pengetahuan dan pengalaman pendeta Thio Sam Hong begitu sangat berharga dan sangat bermanfaat bagi Bintang yang masih mentah pengalaman bila dibandingkan dengan pendeta Thio.Saat ini di arena pertarungan tengah berhadapan seorang pendekar yang berasal dari mongolia, pendekar ini menggunakan 2 ekor srigala peliharaannya sebagai senjata. Dia bernama Srigala Es dari Perguruan Arena Tinju Sesat di Goryeo. Yang menjadi law
Di tempatnya, si Dewa Ular terlihat tersenyum melihat ular-ular hasil sihirnya berhasil mengalahkan lawannya. Tapi senyum diwajah si Dewa Ular tiba-tiba pupus saat ; “Ppllasshhh”. seberkas sinas kuning keemasan tiba-tiba menyemburat muncul dari balik tumpukan ratusan ular miliknya dan secara mengajutkan ular-ular jelmaan tersebut langsung lenyap begitu saja. Kini terlihatlah sosok Bintang yang masih berdiri utuh tanpa kurang satu apapun. Apa yang terjadi ? semua yang melihat hal itu bingung dan juga takjub melihat apa yang baru terjadi.Tidak ada yang tahu, kalau didalam tubuh Bintang sudah ada Aji Nur Prasetya Bumi yang mampu menangkal setiap ilmu-ilmu hitam, termasuk ilmu sihir yang digunakan oleh si Dewa Ular. Aji Nur Prasetya Bumi ini pulalah yang membuat ular-ular jelmaan sihir si Dewa Ular lenyap tanpa bekas. Melihat sihir yang dilakukannya tidak berhasil. si Dewa Ular terlihat terkejut bukan kepalang, sungguh tak disangka lawannya yang mas
Keesokan harinya, kembali arena pertarungan dipenuhi oleh semua orang-orang, baik orang-orang dunia persilatan, maupun orang-orang awam yang sekedar ingin melihat.“Gong...”. kembali suara gong terdengar sebagai pembuka arena pertarungan. Sosok Bae Jeon orang kepercayaan ketua Perguruan Kecapi Sakti terlihat maju ketengah-tengah arena.“Sebagai pertarungan pertama, yang akan berhadapan adalah Srigala Es dari Perguruan Arena Tinju Sesat menghadapi Ksatria Pengembara”“Hore! Ayo mulai pertarungannya!” Para penonton langsung bersorak ramai mendengar kedua nama tersebut. Tak lama kemudian sosok seorang laki-laki yang tinggi dan besar memasuki arena pertarungan, 2 ekor srigala berbulu putih tampak mengikutinya dikiri dan kanan.Disisi lain, Bintangpun tampak bersiap untuk memasuki arena pertarungan. Sebelum melangkah, Bintang terlebih dahulu menjura hormat pada sosok pendeta Thio dan pendekar Tio.“Hati-hati Bin
Memasuki jurus ke 54, Kong Tow Li melompat mundur. Ditatapnya Bintang dengan tatapan tajam. Terlihat jelas kalau nafas Kong Tow Li terlihat terengah-engah karena tenaganya yang terkuras. Kong Tow Li seakan baru menyadari kalau tenaga dalamnya begitu cepat terkuras akibat menyerang lawan mudanya.“Jurus menghindar yang dipergunakannya bukan jurus biasa. Tenagaku terkuras cepat”. batin Kong Tow Li lagi.“Apakah tuan cuma bisa menghindar saja”. ucap Kong Tow Li lagi mencoba memancing Bintang.Bintangpun menyadari kalau Kong Tow Li sepertinya sudah mengetahui kehebatan jurus Kijang Kelana miliknya yang telah menguras tenaga Kong Tow Li lebih cepat dari biasanya.“Baiklah, hamba akan menggunakan jurus seperti yang tuan keluarkan”. ucap Bintang lagi hingga membuat wajah Kong Tow Li berkerut, bingung tak mengerti dengan maksud ucapan Bintang. Bintang terlihat membentangkan kedua telapak tangannya dan kemudian memutar-
Malam menyelimuti kegelapan alam, tapi tak tampak sang rembulan bersinar dimalam itu, bahkan Bintang-Bintangpun tak tampak menghiasi cakrawala langit. Angin berhembus kencang dan tak lama setelah itu, hujanpun datang mengguyur padang pasir yang tandus yang ada dinegeri Tibet. Hujan membuat suasana panas yang terjadi beberapa hari ini terjadi menjadi begitu sejuk.Sementara itu didalam sebuah ruangan besar, tampak serombongan besar murid partai Butong tengah duduk membentuk lingkaran. Salah satunya adalah sosok lelaki tua yang wajahnya terlihat agung. Dia tak lain adalah pendeta Thio Sam Hong. Ketua partai Butong yang terkenal.Disebelah pendeta Thio, tampak pula duduk seorang laki-laki yang sudah berusia cukup mapan. Kumis tipis menghiasi wajahnya, dia tak lain adalah pendekar Tio, pendekar yang dulu pernah menjadi ketua partai ming yang terkenal. Dalam perjalanannya ke Tibet, selain menemani kakek gurunya pendeta Thio, pendeka
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu