“Lalu apakah gusti Patih Suwandaru masih berada di istana kerajaan Bintan ?”.
“Oh tidak den, gusti Patih Suwandaru sekarang sudah membuka sebuah perguruan silat yang bernama Perguruan Tongkat Dewa yang berada didesa Jetayu diutara dan kira-kira 1 ½ hari perjalanan dari Kerajaan Bintan.”. ucap ki Lanut lagi sehingga membuat Bintang mengangguk-anggukkan wajahnya.
“Ya sudah kalau begitu den, kita bisa berangkat sekarang”. ucap ki Lanut lagi, dan Bintangpun menganggukkan kepalanya.
Tak seberapa lama setelah Bintang dan ki Lanut beranjak meninggalkan warung itu, tiga sosok tubuh yang berada dibalik sebuah tirai bambu terlihat ikut bangkit berdiri dan setelah membayar pesanannya diapun ikut melangkah keluar.
Tak perlu menunggu lama, perahu ki Lanut sudah tampak berisi penuh oleh penduduk lokal maupun orang-orang persilatan yang ikut menyeberang ke pulau Bintan. Maka perjalanan itupun dilakukan.
***
Kotaraja Bintan ternyata cuk
“Kau beruntung kali ini bocah”. ucap sang centeng lagi seraya pergi meninggalkan tempat itu dengan cepat, sepeninggalan kedua centeng itu Bintang segera memeriksa keadaan anak kecil itu dan Bintang dapat menarik napas lega saat mengetahui kalau anak kecil itu hanya menderita luka luar saja hingga membuatnya tak sadarkan diri. Kini kita tinggalkan Bintang sebentar yang tengah mengurus bocah kecil tersebut, kita ikuti langkah kedua centeng yang dengan wajah senyum-senyum setelah mendapatkan rezeki yang begitu amat tidak disangka-sangkanya itu. Tak seberapa jauh dari tempat mereka meninggalkan bocah kecil bersama pemuda yang tak mereka kenal itu, tiba-tiba ; “Sebaiknya kalian kembalikan uang yang bukan menjadi hak milik kalian itu.”. sebuah suara terlihat langsung menghentikan langkah kedua centeng ini. Sejenak kedua centeng ini terlihat memandangi keadaan disekeliling mereka untuk mencari asal suara tersebut, tapi tetap saja tak ditemukan sosok yang tengah mere
Malam kembali menyelimuti alam, diangkasa, rembulan dan beberapa buah bintang tampak masih menemani sang malam dengan setia, kesunyian begitu terasa bila malam datang menjelang, hanya sesekali suara jangkrik dan binatang-binatang malam lainnya yang terdengar menggema dibeberapa tempat. Nyala api unggun terlihat menyala terang didalam sebuah hutan, didekatnya tampak seorang bocah kecil yang terlihat asyik memandangi sebuah ayam yang terpanggang tepat diatas api unggun yang ada dihadapannya, beberapa kali terlihat sang bocah meneguk air liurnya sendiri membayangkan betapa lezatnya ayam panggang yang ada dihadapannya itu, rasanya sudah tidak lagi dia ingin segera mencicipinya, matanya tak pernah lepas dari ayam panggang yang ada dihadapannya. “Bersabarlah Nandung, sebentar lagi juga matang”. ucap seorang pemuda yang sejak tadi tersenyum memperhatikan bocah kecil yang disebutnya dengan panggilan Nandung itu. “Masih lama ya kang”. ucap bocah yang bernama Nandung i
“Siapa kang, tidak ada siapa-siapa.”. ucap Nandung lagi heran. Bintang hanya tersenyum seraya bangkit dan berjalan beberapa langkah kedepan. “Maaf, jika andika mau ikut bergabung dengan kami mari bergabung disini, kebetulan makanan kami terlalu banyak berlebih untuk kami berdua.”. ucap Bintang lagi sedikit keras hingga suara Bintang cukup menggema dikegelapan malam itu. Nandung ikut berdiri disebelah Bintang seraya menatap kearah pohon yang kini dituju oleh Bintang, tetap tidak ada seorangpun disana. “Siapa sih kang. ?”. ucap Nandung terlihat penasaran, tapi tiba-tiba saja raut wajah bocah ini berubah saat sesosok tubuh yang muncul keluar dari balik batang pohon besar itu, Nandung mencoba menyipitkan pandangannya untuk melihat lebih jelas karena malam cukup gelap saat itu untuk melihat dengan jelas. Akhirnya sosok berpakaian kuning itu terlihat berjalan mendekati sosok Bintang dan Nandung hingga akhirnya sosok itu tiba juga dihadapan Bintang dan Nandu
“Setahuku di kota raja ada sayembara adu kanuragan, kenapa andika tidak ke kota raja saja untuk melihatnya”. ucap sang gadis lagi. “Mungkin alasanku sama seperti dengan nisanak.”. ucap Bintang hingga mengejutkan sang gadis. “Maksud andika. ?”. “Ya, nisanak sendiri kenapa ada disini, bukankah seharusnya nisanak juga berada di kota raja”. jawab Bintang lagi hingga membuat sang gadis terdiam, apa yang diucapkan Bintang memang benar adanya. “Sebenarnya aku tengah mencari seseorang di pulau Bintan ini. ?”. ucap Bintang cepat saat melihat sang gadis terlihat terpojok dengan ucapannya tadi. “Seseorang, siapa ? mungkin aku mengenalnya ?”. ucap sang gadis cepat. Bintang terlihat terdiam, sebenarnya Bintang ragu untuk mengatakannya, karena Bintang sendiri belum tahu dan bagaimana keadaan orang-orang dipulau Bintan ini. “Aku dengar di kerajaan Bintan memilih seorang patih agul yang sangat terkenal kesaktiannya, dan dia telah mengundurkan diri dan
“Oh ya satu hal lagi, apakah aki tahu dimana letak Perguruan Tongkat Dewa. ?”. tanya Bintang lagi, pertanyaan Bintang kontak membuat wajah siaki berubah, bahkan Nandung ikut terkejut mendengar ucapan Bintang. Sementara si aki pemilik warung terlihat menatap Bintang dengan tatapan seksama. “Raden mencari siapa di Perguruan Tongkat Dewa. ?”. tanya siaki lagi, dari pertanyaannya jelas tersirat kecurigaan kepada Bintang. “Oh saya hanya ingin mencari Gusti Patih Suwandaru dan ingin menjadi muridnya ki”. jawab Bintang cepat untuk membuang kecurigaan. “Oh, kalau begitu baiklah, Perguruan Tongkat Dewa berada disebelah selatan dari desa ini den, raden jalan lurus saja, nanti raden akan bertemu dengan sebuah bangunan besar yang ada tulisan “PERGURUAN TONGKAT DEWA”, nah itulah tempatnya”. ucap aki pemilik warung lagi. “Kalau begitu terima kasih ki”. jawab Bintang lagis seraya memberikan sesuatu kegenggaman tangan sang aki dan betapa terkejutnya siaki pemilik war
Beberapa hari berlalu sejak Bintang menjejakkan kakinya di Perguruan Tongkat Dewa dan selama berada di Perguruan Tongkat Dewa, belum pernah Bintang bertegur sapa dengan Ayuandira, gadis yang membuat Bintang kagum akan kecantikannya dan dari sikapnya yang begitu dingin, ternyata apa yang dikatakan oleh Rama Anggada memang tidak jauh berbeda tentang sikap Ayuandira yang begitu sangat dingin kepada setiap laki-laki, sikap angkuh dan sombong jelas terlihat dari perilakunya sehari-hari. Siang itu, seperti biasanya Bintang berjalan keluar dari kamarnya karena panasnya hawa dikamar itu, dan seperti biasa pemandangan siang itu di halaman perguruan itu tampak beberapa orang murid perguruan itu yang tengah berlatih dengan mengggunakan tongkat sebagai senjatanya. Tapi yang paling menarik perhatian Bintang bukan murid-murid Perguruan Tongkat Dewa yang tengah berlatih tersebut, melainkan pelatihnya yang tak lain adalah Ayuandira sendiri yang saat itu tampak tengah memperlihatkan jurus-ju
“Sepertinya suara itu berasal dari halaman belakang perguruan”. batin Bintang lagi seraya memutuskan untuk mencari tahu. Maka Bintangpun segera melangkahkan kakinya menuju ke halaman belakang perguruan dan tak lama kemudian, dapatlah Bintang melihat sosok seorang gadis mengenakan pakaian serba putih yang tengah berlatih sendirian dengan menggunakan tongkat ditangan kanannya. Gadis yang dikenal Bintang dengan nama Ayuandira, putri Gusti Patih Suwandaru. Setelah cukup lama memperhatikan sosok Ayuandira yang tengah berlatih, entah kenapa tiba-tiba saja dibenak Bintang timbul niat untuk sebuah rencana, maka Bintangpun segera berlalu dari tempat itu untuk menjalankan rencananya. Sementara itu kini kita lihat sosok Ayuandira yang terus melatih ilmu kanuragannya dengan jurus-jurus dahsyat Tongkat Dewa Pengemisnya, keringat tampak sudah membanjiri wajah dan tubuhnya, tapi Ayuandira tampak masih dengan begitu bersemangat melatih jurus-jurus tongkatnya. “Awas serangan
“Tapi aku tak butuh bantuanmu, aku bisa sendiri menyempurnakannya”. ucap Ayuandira tiba-tiba terbalik dan ingin melangkah pergi. “Tunggu Ayuandira!”. terdengar suara Bintang dibelakangnya dengan keras, dan terlihat Ayuandira menghentikan langkahnya walau tidak membalikkan tubuhnya. “Aku sudah merasakan sendiri bagaimana hebatnya jurus Tongkat Dewa Pengemismu, jika kau ingin lebih menyempurnakannya kau harus membagi tenagamu, seimbangkan kekuatan tangan dan kedua kakimu, saat kau memutar tongkat ditanganmu, lepaskan seluruh tenagamu pada kedua kakimu dengan begitu seranganmu akan menjadi berlipat-lipat kekuatannya.”. terdengar suara Bintang dibelakangnya, dan selanjutnya Ayuandira kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan Bintang yang terlihat hanya menarik napas panjangnya. Tapi Bintang cukup puas malam itu, dan bibir Bintang terlihat tersenyum saat teringat akan dirinya dan Ayuandira yang tadi berpelukan setengah bergulingan ditanah. Bintang masih
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu