Share

Bab 11

Penulis: Ghada Zahra
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-03 11:07:49
Keesokan harinya, Ibu bangun sangat pagi dan pergi ke pasar. Berhubung sering membeli makanan laut, begitu melihatnya, seorang pemilik toko langsung merekomendasikan udang yang besar dan segar kepadanya.

“Kak Sarah, belilah beberapa ekor udang ini. Aku jamin putrimu pasti suka!”

Ibu menjawab dengan terkejut, “Putriku nggak suka makan udang. Dia alergi makanan laut.”

Pemilik toko itu pun bertanya dengan terkejut, “Nggak mungkin. Bukannya Jessica paling suka makan udang?”

Ibu tidak lagi berbicara dan langsung berjalan ke arah toko sayur. Dia berjalan bolak-balik di sana. Setelah mengambil wortel dan paprika, dia meletakkannya lagi. Dia mengulangi tindakan aneh ini beberapa kali.

Akhirnya, pemilik toko bertanya, “Dik, kamu mau masak apa? Kupilihkan bahannya untukmu.”

Ibu terpaku di tempat dan berusaha mengingat sesuatu. Tiba-tiba, aku mengerti. Dia tidak tahu makanan apa yang kusukai. Sejak kecil, aku tidak memiliki hak untuk memilih makanan apa yang ingin kumakan seperti Jessica, juga ti
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Korban Terakhir yang Digambar Ibu adalah Aku   Bab 12

    Aku tidak merasa terkejut. Selama ini, Ibu memang begitu menyayangi Jessica.Namun, di malam hari, Ibu mengunci diri dalam kamarku. Dia mengambil fotoku dan menyentuhnya dengan jari yang gemetar.“Maaf. Maaf, Janice. Selama ini, kamu benar-benar sudah menderita. Kami yang berutang padamu. Ibu bersalah padamu. Tunggu saja, Ibu akan bawa adikmu pergi menebus kesalahan kami padamu.”Kemudian, dia membuka laciku dan mengeluarkan sebotol obat. Selama beberapa hari terakhir, dia selalu terbangun karena mimpi buruk. Jadi, dia pergi ke rumah sakit dan dokter memberikan obat tidur kepadanya.Aku melihat Ibu melarutkan sebotol obat tidur yang sudah dihancurkannya dalam air. Keesokan harinya, dia memasakkan semeja penuh makanan kesukaan Jessica yang semuanya mengandung obat tidur. Sehabis makan, Jessica pun mengantuk dan berjalan terhuyung-huyung ke kamarnya untuk tidur.Sementara itu, Ibu membuka pintu kamar Jessica dan mengeluarkan ponselnya. Kemudian, dia mengunci pintu rumah dari dalam, menut

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Korban Terakhir yang Digambar Ibu adalah Aku   Bab 1

    Aku sudah mati. Pakaian bagus yang kukenakan diganti dengan pakaian compang-camping pengemis yang terlalu longgar untukku. Wajahku juga sudah hancur akibat sayatan pisau.Arwahku melayang di udara dan ditarik kembali ke rumah oleh daya tarik yang kuat. Di ruang tamu, Ibu mendorong sebuah kotak kado besar ke hadapan Jessica dengan susah payah. Kotak kado itu berisi hadiah yang dipersiapkannya dengan sepennuh hati. Nilai semua barang itu tidaklah murah.Namun, di hari aku mencapai usia dewasa, Ibu bahkan tidak mengucapkan sepatah kata selamat kepadaku. Selama ini, kata-kata yang paling sering diucapkannya padaku adalah, “Kenapa yang mati waktu itu bukan kamu?”Saat lahir, aku sangat sehat, tetapi kakak kembarku malah tidak dapat bertahan hingga 24 jam. Dokter berkata janin tidak berkembang dengan baik di dalam kandungan sehingga menyebabkan kegagalan organ.Seorang wanita tua yang berada di ranjang pasien samping menceritakan pengalamannya.“Bayi perempuanmu yang rebut nutrisi bayi laki-

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Korban Terakhir yang Digambar Ibu adalah Aku   Bab 2

    Setelah merasakan kebencian Ibu terhadapku, Jessica pun tersenyum. Setelah itu, dia mengangkat kepalanya dan bertanya dengan sok polos, “Ibu, kalau aku yang diculik. Apa yang akan kamu lakukan?”Begitu mendengar pertanyaan itu, Ibu segera menghentikan apa yang sedang dilakukannya dan berjalan ke hadapan Jessica. Dia menjawab dengan ekspresi serius, “Ibu nggak akan biarkan hal seperti itu terjadi padamu. Kalau benar terjadi, percayalah pada Ibu. Ibu pasti akan langsung gambar wajah penculiknya dan menyelamatkanmu.”Jessica merangkul lengan Ibu, lalu berkata dengan manja, “Ibu paling baik! Tapi, gimanapun juga, Kakak itu juga putrimu. Kita maafkan saja kebohongan dia kali ini. Oke?”Ekspresinya terlihat sangat tulus, seperti 3 tahun yang lalu. Aku akan berkompetisi di sebuah lomba piano yang sangat penting dan ingin Ibu menemaniku. Sebab, aku ingin menunjukkan padanya keunggulanku dan membuktikan bahwa aku juga bisa membuatnya bangga. Aku bukanlah orang pembawa sial.Aku berulang kali me

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Korban Terakhir yang Digambar Ibu adalah Aku   Bab 3

    Jessica menyimpan kado itu ke kamarnya, lalu mengajukan permintaan pada Ibu, “Ibu, boleh temani aku pergi berlibur demi merayakan kelulusanku?”Jessica membuka sebuah agenda dari ponselnya yang berisi daftar kota-kota yang ingin dikunjunginya. Dia sibuk memperkenalkan setiap kota dengan semangat. Namun, Ibu malah melamun dan menatap ponselnya lekat-lekat dengan kening berkerut.Jessica memanggilnya beberapa kali, tetapi Ibu tidak merespons. Jessica pun mulai berlinang air mata dan berkata dengan suara tercekat, “Maaf, Ibu. Aku yang kurang pengertian. Kakak masih marah. Mana boleh aku mengajakmu pergi berlibur bersamaku di waktu seperti ini.”Ibu akhirnya tersadar dari lamunannya. Saat melihat putri bungsunya yang menangis, dia pun merasa sakit hati. Dia buru-buru memeluk Jessica dan berkata, “Ini bukan salahmu. Janice sendiri yang terlalu keras kepala. Tapi, aku baru terima pemberitahuan ....”Ibu lanjut berkata dengan agak ragu, “Katanya, ada mayat wanita yang ditemukan di tong sampah

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Korban Terakhir yang Digambar Ibu adalah Aku   Bab 4

    Sebenarnya, aku pernah menanyakan pertanyaan yang sama sekali. Pada saat itu, aku baru masuk SMP kelas 3. Itu adalah tahun belajar yang sangat intens.Ibu jatuh sakit dan membutuhkan biaya pengobatan puluhan juta. Demi meringankan bebannya, aku tidak berhenti mengikuti lomba di berbagai kota untuk memenangkan hadiah. Setelah itu, aku juga bolak-balik antara sekolah dan rumah sakit untuk menjaganya. Aku pun menjadi sangat kurus karena kelelahan.Ibu juga sepertinya terharu dan tersenyum padaku untuk yang pertama kalinya. Saat bertemu dengan tetangga, dia akan memujiku dan mengatakan aku sangat berbakti. Aku yang berdiri di belakangnya menarik lengan bajunya dengan hati-hati sambil tersenyum malu nan bahagia.Itu adalah pertama kalinya aku merasa aku bisa mendekati Ibu, juga mendapatkan sedikit rasa sayang dan kelembutannya dengan usahaku. Semuanya juga terasa seperti perlahan-lahan berkembang ke arah yang baik.Sampai sore hari itu, Jessica memeluk celengannya yang terbuka, lalu berjala

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Korban Terakhir yang Digambar Ibu adalah Aku   Bab 5

    Seminggu kemudian, pihak polisi akhirnya mendapatkan hasil laporan DNA-ku. Saat mereka menelepon Ibu, dia sedang memasakkan sarapan untuk Jessica.Aku berdiri di samping dengan ekspresi datar dan melihatnya menghidangkan sarapan yang dibuatnya dengan sepenuh hati ke meja. Sebab, Jessica sangat mementingkan detail kecil dalam hidup seperti ini. “Kak Sarah, hasil laporan DNA korban sudah keluar. Dia itu seorang wanita dewasa yang baru genap 20 tahun. Sebelum mati, dia mengalami penyiksaan yang kejam. Dia mengalami lebih dari 30 patah tulang dan lebih dari 20 luka tusukan. Semua luka ini dideritanya sebelum tewas.”Ibu pun tertegun. Gerakannya yang sedang menghangatkan susu juga terhenti. Dia merespons secara refleks, “Benarkah? Pembunuh itu benar-benar kejam.”“Makanya. Sekarang, kami cuma harap bisa temukan pelakunya supaya bisa tegakkan keadilan untuk korban.”“Aku mengerti. Nanti, aku akan ke sana untuk gambar sketsanya,” jawab Ibu. Kemudian, dia menuang susu hangat itu ke gelas mili

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Korban Terakhir yang Digambar Ibu adalah Aku   Bab 6

    Saat Ibu tiba di kantor polisi bersama Jessica, aku sudah dipindahkan ke dalam peti mati. Di bawah permohonan ibuku, polisi akhirnya membukakan penutup peti mati itu.Saat melihat mayatku yang sudah membusuk, dia langsung berlinang air mata dan bertanya, “Di mana laporan kematiannya? Berikan laporannya padaku.”“Kak Sarah, turut berdukacita ....”Ahli forensik di samping menyodorkan laporan kematianku kepada Ibu. Di laporan itu, tertera jelas bahwa wali korban adalah dia, Sarah Linjaya.Ibu langsung membuang laporan itu, seolah-olah telah memegang sesuatu yang panas. Aku pun merasa kurang terbiasa. Biasanya, hanya saat Jessica terluka, Ibu baru bisa bersikap sepanik ini. Kenapa dia tiba-tiba bersikap begitu karena aku?Ibu menatap rekan kerjanya, lalu bergumam pada mereka, “Nggak mungkin. Mana mungkin ini Janice. Kalian pasti salah! Janice pada dasarnya sangat nakal. Dia pasti cuma sengaja menghilang untuk merusak ulang tahun adiknya. Pasti begitu! Kalian tunggu saja. Aku akan gambar s

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Korban Terakhir yang Digambar Ibu adalah Aku   Bab 7

    Ibu tidak tidur selama 3 hari penuh. Dia yang berlutut di atas lantai menyentuh tulangku dengan hati-hati dan menggambar sketsa segaris demi segaris.Saat menggambar sketsa ke-10, sedikit akal sehatnya yang tersisa akhirnya sirna. Aku berjongkok di samping sambil melihat semua sketsa yang digambarnya. Sketsa itu sangat bagus dan mirip denganku. Setelah memandang sketsa-sketsa itu sesaat, aku tiba-tiba merasa agak terkejut. Ternyata, aku terlihat begitu cantik di dalam sketsa yang digambar Ibu.Saat berusia 8 tahun, aku masih belum mengerti apa sebenarnya pekerjaan Ibu. Aku hanya tahu dia sangat jago menggambar. Aku membangga-banggakannya di hadapan teman sekelasku. Jadi, mereka semua meminta untuk melihat lukisan Ibu untuk membuktikan apakah dia memang sehebat itu.Aku membusungkan dadaku dan menjawab tanpa ragu, “Tentu saja! Ibuku itu orang terhebat di dunia ini!”Sepulang sekolah, aku mengerjakan semua pekerjaan rumah, lalu dengan hati-hati mengajukan permintaan pada Ibu untuk mengga

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03

Bab terbaru

  • Korban Terakhir yang Digambar Ibu adalah Aku   Bab 12

    Aku tidak merasa terkejut. Selama ini, Ibu memang begitu menyayangi Jessica.Namun, di malam hari, Ibu mengunci diri dalam kamarku. Dia mengambil fotoku dan menyentuhnya dengan jari yang gemetar.“Maaf. Maaf, Janice. Selama ini, kamu benar-benar sudah menderita. Kami yang berutang padamu. Ibu bersalah padamu. Tunggu saja, Ibu akan bawa adikmu pergi menebus kesalahan kami padamu.”Kemudian, dia membuka laciku dan mengeluarkan sebotol obat. Selama beberapa hari terakhir, dia selalu terbangun karena mimpi buruk. Jadi, dia pergi ke rumah sakit dan dokter memberikan obat tidur kepadanya.Aku melihat Ibu melarutkan sebotol obat tidur yang sudah dihancurkannya dalam air. Keesokan harinya, dia memasakkan semeja penuh makanan kesukaan Jessica yang semuanya mengandung obat tidur. Sehabis makan, Jessica pun mengantuk dan berjalan terhuyung-huyung ke kamarnya untuk tidur.Sementara itu, Ibu membuka pintu kamar Jessica dan mengeluarkan ponselnya. Kemudian, dia mengunci pintu rumah dari dalam, menut

  • Korban Terakhir yang Digambar Ibu adalah Aku   Bab 11

    Keesokan harinya, Ibu bangun sangat pagi dan pergi ke pasar. Berhubung sering membeli makanan laut, begitu melihatnya, seorang pemilik toko langsung merekomendasikan udang yang besar dan segar kepadanya.“Kak Sarah, belilah beberapa ekor udang ini. Aku jamin putrimu pasti suka!”Ibu menjawab dengan terkejut, “Putriku nggak suka makan udang. Dia alergi makanan laut.”Pemilik toko itu pun bertanya dengan terkejut, “Nggak mungkin. Bukannya Jessica paling suka makan udang?”Ibu tidak lagi berbicara dan langsung berjalan ke arah toko sayur. Dia berjalan bolak-balik di sana. Setelah mengambil wortel dan paprika, dia meletakkannya lagi. Dia mengulangi tindakan aneh ini beberapa kali.Akhirnya, pemilik toko bertanya, “Dik, kamu mau masak apa? Kupilihkan bahannya untukmu.”Ibu terpaku di tempat dan berusaha mengingat sesuatu. Tiba-tiba, aku mengerti. Dia tidak tahu makanan apa yang kusukai. Sejak kecil, aku tidak memiliki hak untuk memilih makanan apa yang ingin kumakan seperti Jessica, juga ti

  • Korban Terakhir yang Digambar Ibu adalah Aku   Bab 10

    Jessica mulai bersandiwara lagi. Sebelumnya, ini adalah cara yang paling sering digunakannya untuk menghadapiku. Dia sangat suka berbuat seperti ini. Dia sengaja mengungkit hal-hal ini di depan Ibu dan menyiratkan aku tetap bisa hidup dengan baik tanpa dampingan mereka. Aku sangat baik terhadap orang liar, tetapi sangat dingin dan pendiam di depan mereka. Dengan begitu, konflik di antara aku dan Ibu akan makin banyak dan Ibu juga akan makin membenciku.Namun, caranya itu tiba-tiba tidak berguna lagi hari ini. Ibu tiba-tiba menoleh, lalu menatapnya dengan dingin dan mengerikan.“Ibu ....”Baru saja Jessica memanggil Ibu, sebuah tamparan yang keras langsung mendarat di pipinya. Dia pun tercengang. Ibu sedang menggenggam rekam percakapanku dengan psikiater.[ Kapan kamu mulai melukai dirimu sendiri? ][ Waktu aku SMP kelas 3. ][ Kenapa bisa timbul pemikiran seperti ini? ][ Karena adikku memfitnahku dan ibuku nggak percaya sama aku. Aku nggak curi uangnya, tapi dia sengaja memfitnahku.

  • Korban Terakhir yang Digambar Ibu adalah Aku   Bab 9

    Setelah diinterogasi, Erwin meminta untuk menemui Ibu. Ibu juga menyetujuinya. Saat melihat Ibu, Erwin tertawa dan mengejek, “Wah, akhirnya kamu nangis juga? Kamu mulai sedih untuk gadis itu? Ckckck, kasihan sekali. Sampai detik terakhir sebelum dia mati, dia masih tidak berhenti memanggil Ibu.”Dia meniru keadaanku dan lanjut berkata, “Begini. Dia nggak berhenti teriak ‘Ibu, tolong aku’ sambil menangis dan meronta. Oh iya, kamu belum tahu, ‘kan? Awalnya, aku telepon putri bungsumu duluan. Tapi, dia menyuruhku untuk langsung membunuh kakaknya. Katanya, kamu nggak sayang sama kakaknya. Meski dia mati, kamu juga nggak akan nangis.”“Hahaha! Sarah, ternyata anak yang kamu besarkan sama nggak berperasaannya denganmu! Kalian itu sampah masyarakat!” Setelah mendengar tawa Erwin, Ibu pun membungkuk dengan kesakitan dan memuntahkan darah. Melihat hal ini, Erwin bertambah gembira.Setelah sesaat, Ibu baru menyeka darah di sudut bibirnya dan tiba-tiba berujar, “Dulu, orang yang kakakmu minta a

  • Korban Terakhir yang Digambar Ibu adalah Aku   Bab 8

    Setelah videonya berakhir, seluruh lokasi pun menjadi kacau. Semua orang mulai memaki kekejaman pelaku. Sementara itu, Ibu hanya duduk di sana tanpa bergerak.Aku tersenyum getir sambil menunduk. Ternyata begitu. Pantas saja penculik itu tidak pernah meminta uang dari awal sampai akhir dan hanya meminta Ibu untuk datang. Ternyata dia ingin membalas dendam. Pada saat ini, aku tidak tahu apa yang kurasakan. Aku merasa sedih, tetapi juga bersyukur. Aku sedih karena Ibu tidak peduli padaku. Aku bersyukur karena dia tidak pergi mencariku.Meskipun tidak menyayangiku, Ibu sangat profesional dalam pekerjaannya. Dia menolak permintaan kakaknya pria itu pasti karena alasan tertentu. Aku memang menyalahkan Ibu, tetapi aku tidak ingin dia mati. Bagaimanapun juga, dia itu ibuku.Aku selalu berharap dia bisa memberiku kasih sayangnya meskipun hanya sedikit. Namun, aku sudah tidak memiliki harapan untuk merasakannya....Ibu tidak berhenti menonton video itu. Kemudian, dia mengambil cuplikan gambar

  • Korban Terakhir yang Digambar Ibu adalah Aku   Bab 7

    Ibu tidak tidur selama 3 hari penuh. Dia yang berlutut di atas lantai menyentuh tulangku dengan hati-hati dan menggambar sketsa segaris demi segaris.Saat menggambar sketsa ke-10, sedikit akal sehatnya yang tersisa akhirnya sirna. Aku berjongkok di samping sambil melihat semua sketsa yang digambarnya. Sketsa itu sangat bagus dan mirip denganku. Setelah memandang sketsa-sketsa itu sesaat, aku tiba-tiba merasa agak terkejut. Ternyata, aku terlihat begitu cantik di dalam sketsa yang digambar Ibu.Saat berusia 8 tahun, aku masih belum mengerti apa sebenarnya pekerjaan Ibu. Aku hanya tahu dia sangat jago menggambar. Aku membangga-banggakannya di hadapan teman sekelasku. Jadi, mereka semua meminta untuk melihat lukisan Ibu untuk membuktikan apakah dia memang sehebat itu.Aku membusungkan dadaku dan menjawab tanpa ragu, “Tentu saja! Ibuku itu orang terhebat di dunia ini!”Sepulang sekolah, aku mengerjakan semua pekerjaan rumah, lalu dengan hati-hati mengajukan permintaan pada Ibu untuk mengga

  • Korban Terakhir yang Digambar Ibu adalah Aku   Bab 6

    Saat Ibu tiba di kantor polisi bersama Jessica, aku sudah dipindahkan ke dalam peti mati. Di bawah permohonan ibuku, polisi akhirnya membukakan penutup peti mati itu.Saat melihat mayatku yang sudah membusuk, dia langsung berlinang air mata dan bertanya, “Di mana laporan kematiannya? Berikan laporannya padaku.”“Kak Sarah, turut berdukacita ....”Ahli forensik di samping menyodorkan laporan kematianku kepada Ibu. Di laporan itu, tertera jelas bahwa wali korban adalah dia, Sarah Linjaya.Ibu langsung membuang laporan itu, seolah-olah telah memegang sesuatu yang panas. Aku pun merasa kurang terbiasa. Biasanya, hanya saat Jessica terluka, Ibu baru bisa bersikap sepanik ini. Kenapa dia tiba-tiba bersikap begitu karena aku?Ibu menatap rekan kerjanya, lalu bergumam pada mereka, “Nggak mungkin. Mana mungkin ini Janice. Kalian pasti salah! Janice pada dasarnya sangat nakal. Dia pasti cuma sengaja menghilang untuk merusak ulang tahun adiknya. Pasti begitu! Kalian tunggu saja. Aku akan gambar s

  • Korban Terakhir yang Digambar Ibu adalah Aku   Bab 5

    Seminggu kemudian, pihak polisi akhirnya mendapatkan hasil laporan DNA-ku. Saat mereka menelepon Ibu, dia sedang memasakkan sarapan untuk Jessica.Aku berdiri di samping dengan ekspresi datar dan melihatnya menghidangkan sarapan yang dibuatnya dengan sepenuh hati ke meja. Sebab, Jessica sangat mementingkan detail kecil dalam hidup seperti ini. “Kak Sarah, hasil laporan DNA korban sudah keluar. Dia itu seorang wanita dewasa yang baru genap 20 tahun. Sebelum mati, dia mengalami penyiksaan yang kejam. Dia mengalami lebih dari 30 patah tulang dan lebih dari 20 luka tusukan. Semua luka ini dideritanya sebelum tewas.”Ibu pun tertegun. Gerakannya yang sedang menghangatkan susu juga terhenti. Dia merespons secara refleks, “Benarkah? Pembunuh itu benar-benar kejam.”“Makanya. Sekarang, kami cuma harap bisa temukan pelakunya supaya bisa tegakkan keadilan untuk korban.”“Aku mengerti. Nanti, aku akan ke sana untuk gambar sketsanya,” jawab Ibu. Kemudian, dia menuang susu hangat itu ke gelas mili

  • Korban Terakhir yang Digambar Ibu adalah Aku   Bab 4

    Sebenarnya, aku pernah menanyakan pertanyaan yang sama sekali. Pada saat itu, aku baru masuk SMP kelas 3. Itu adalah tahun belajar yang sangat intens.Ibu jatuh sakit dan membutuhkan biaya pengobatan puluhan juta. Demi meringankan bebannya, aku tidak berhenti mengikuti lomba di berbagai kota untuk memenangkan hadiah. Setelah itu, aku juga bolak-balik antara sekolah dan rumah sakit untuk menjaganya. Aku pun menjadi sangat kurus karena kelelahan.Ibu juga sepertinya terharu dan tersenyum padaku untuk yang pertama kalinya. Saat bertemu dengan tetangga, dia akan memujiku dan mengatakan aku sangat berbakti. Aku yang berdiri di belakangnya menarik lengan bajunya dengan hati-hati sambil tersenyum malu nan bahagia.Itu adalah pertama kalinya aku merasa aku bisa mendekati Ibu, juga mendapatkan sedikit rasa sayang dan kelembutannya dengan usahaku. Semuanya juga terasa seperti perlahan-lahan berkembang ke arah yang baik.Sampai sore hari itu, Jessica memeluk celengannya yang terbuka, lalu berjala

DMCA.com Protection Status