Share

Dibentak

Penulis: Rias Ardani
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-26 23:23:54

Bab76

"Bunda ...." Gaby kembali terisak pilu, sembari memeluk erat Bunda Jelita.

Aku terhenyak, menatap semua itu. Jangan ditanya, bagaimana hatiku kini, selain sakit, aku merasakan impianku hancur melebur di pelupuk mata.

"Bunda akan telepon Papa kalian, biar dia yang memutuskan." 

"Apa maksud Bunda melakukan semua ini?" tanya Bryan dengan tatapan serius.

"Ayo Gaby, kita keluar," seru Bunda Jelita, mengabaikan pertanyaan Bryan.  Gaby menuruti ucapan Bunda Jelita, dan melilitkan selimut ke tubuhnya.

Bunda Jelita membantu memapah Gaby.

"Cepat kenakan pakaianmu! Ini masalah serius," titah Bunda Jelita pada Bryan, sebelum mereka benar-benar keluar dari kamar. 

Bunda Jelita keluar begitu saja bersama Gaby, melewatiku, seolah aku tidak ada di hadapan mereka.

Begitu juga Gaby, benar-benar berbeda sekali sikapnya di rumah dan di tempat ini.

Bryan mengusap rambutnya dengan kasar, lelakiku itu namp

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Korban Perceraian   Transfer Uang

    Bab77 "Tunggu! Apa maksud kamu, Ganesa?" tanya Bunda Jelita. "Bunda, lihat sendiri kelakuan Kakak, dia bisa sekasar itu padaku!" Lagi-lagi Gaby terisak, seolah-olah, akulah yang paling kejam di sini. "Ganesa, tenang dulu, Nak!" pinta Papa dengan lembut. "Tenang? Bagaimana aku bisa tenang? Dari tadi, kalian hanya membahas Gaby, dan menuntut pertanggung jawaban Bryan. Mengapa kalian begitu egois? Tidak mendengarkan penjelasan Bryan sama sekali. Dan, hanya percaya pada Gaby." "Ganesa, Gaby ini adik kamu! Mana mungkin dia membohongi kita semua dalam hal ini, itu sama saja, menghancurkan martabat keluarga. Biar bagaimana pun juga, ini kesalahan anak Bunda, jadi wajar, Bunda memaksa Bryan tanggung jawab." "Baiklah, kita tidak perlu berdebat lagi." Aku melepaskan cincin dari Bryan. "Ini, aku kembalikan." Aku meletakkan cincin itu di atas meja. "Dan mulai hari ini, kita lupakan tentang impian manis kita, dan lupakan tentang pertunangan

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-27
  • Korban Perceraian   Semua Selesai

    Bab78 "Papa sudah tahu." Kini Papa menyahut. Gaby menoleh ke arah Papa. "Maaf," lirihnya. "Oh, oke. Aku mengerti," kataku. "Jangan salah paham dulu," sahut Papa. Aku menatap Papa. "Tenang, aku tidak perlu salah paham." "Ganesa. Asal kamu tahu, Papa tidak pernah ingkar janji. Seperti yang pernah kamu pinta dari awal. Bahwa seluruh aset kekayaan Papa, itu hak milik kamu. Dan, termasuk rumah, beserta perusahaan. Maka dari itu, Papa sengaja membiarkan Gaby, mengambil uang sekecil itu. Selama jumlahnya hanya 10 juta. Itu, tidak akan membuat Papa bangkrut. Tapi Gaby, tidak akan mendapat apa-apa." "Apa? Papa nggak adil." Gaby berteriak terkejut. "Itu adil. Kamu memilih hidup dengan Mama, dan membiarkan Ganesa berjuang hidup sendiri. Ini harga yang cukup adil untuk Papa bayar. Kamu bisa kuliah dan hidup mewah. Sedangkan Ganesa? Sudahlah, Papa bisa menilai kalian berdua. Kamu egois, itu mewarisi sikap Mama kamu. Yang Papa nggak

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-27
  • Korban Perceraian   Darah

    Bab79 "Kamu yakin, ingin mengakhiri hubungan kamu dan Bryan?" tanya Papa, saat kami menuju pulang ke rumah. Mungkin saja, Papa merasakan kegundahan hati ini. Sedari tadi, aku memang hanya terdiam, menatap kosong ke depan jalan raya. Entah tatapanku di depan, tapi pikiranku melayang jauh. "Ganesa," panggil Papa, membuatku sedikit terkejut, dan sadar dari lamunanku, yang tidak bermanfaat sama sekali. Bahkan, hanya menjadi luka yang semakin dalam di hati ini. Bayangan wajah Bryan, tidak bisa begitu saja menghilang di pikiranku. Ini jelas bukan hal mudah, seperti ucapanku tadi. Aku hanya berusaha meyakinkan diri, bahwa semua akan baik-baik saja. "Iya, Pa." Aku menyahut kali ini, meskipun tidak sepenuhnya fokus. "Apa kamu baik-baik saja?" Aku menghela napas, entah pertanyaan macam apa, yang kini Papa tanyakan padaku, orang yang baru saj

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-27
  • Korban Perceraian   Cerita Bik Sum

    Bab80"Gaby ...." Terdengar suara Papa di kejauhan, aku menoleh ke arahnya.Papa berlari, dengan wajah yang nampak panik, karena melihat darah yang lumayan banyak di lantai."Ganesa, kamu apakan adik kamu?" bentak Papa. Aku tidak menjawab sama sekali, aku bingung, pikiranku mendadak kosong.Dan mulut ini, seakan tertutup rapat, aku tidak bisa bersuara lagi. Yang ada dalam pikiran ini, aku jahat dan keterlaluan.Karena tidak mendapat jawaban dariku, yang hanya diam mematung tanpa suara. Papa pun berusaha mengangkat tubuh Gaby, yang ternyata adik kembarku itu telah pingsan.Apa yang aku lakukan padanya? Mengapa aku setega ini? Pikirku.Papa membawa tubuh yang sudah tidak sadarkan diri itu menuruni tangga. Sedangkan aku, masih terpaku layaknya orang bodoh.Menatap kosong pada darah yang masih berada di lantai, tepat di depan kini aku berdiri."Nona ...." suara Bi Sum menyadarkanku."Apa yang terjadi?" Beliau be

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-28
  • Korban Perceraian   Keputusan Papa

    Bab81Aku tidak kuasa lagi menahan diri, aku semakin marah, juga kecewa pada Gaby. Mengapa Bik Sum yang menjadi kawan curhatnya, bukan aku, kakaknya sendiri.Aku menyeka kasar air mata, aku berlari kencang meninggalkan Bik Sum yang masih tergugu. Entah apa maksud wanita itu, mengatakan hal ini.Mungkin dia sudah sangat tidak nyaman, melihat sikap dinginku pada Gaby selama ini. Ya, aku memang bersikap acuh tak acuh pada adikku itu. Selain di karenakan kecewa, bayangan perbuatan bejatnya dan suami Mama saat itu, masih menjadi kebencianku.Aku hanya mengira, Gaby tergiur dengan harta. Itulah sebabnya, dia tega menggoda suami Mama, itu alasanku tidak menyukai Gaby ada di rumah Papa.Akan tetapi hari ini, aku merasakan duniaku runtuh dengan perbuatannya. Aku akan meminta alasan yang jelas pada Gaby, mengapa dia melakukan semua ini.Aku mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi,

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-28
  • Korban Perceraian   Hancur

    Bab82Kehidupan di rumah semakin dingin dan tidak nyaman. Aku bahkan tidak lagi makan bersama Papa dan Gaby.Dan Papa maupun Gaby, tidak perduli denganku sama sekali. Bagi mereka, mungkin aku tidak pernah ada di rumah ini.Aku tidak ingin merusak mental dan diri ini. Biar bagaimana pun juga, aku harus kuat dan bertahan. Setelah pendidikanku selesai, aku akan pergi meninggalkan Papa dan Gaby.Aku tidak akan gegabah dalam hal ini, biar bagaimana pun juga, masa lalu adalah hal yang membuatku kuat menjalani semua ini.Demi masa depan, aku pun merelakan mengikuti kemauan Papa, yang menginginkan aku keluar Negeri.Dengan perasaan yang setiap hari menahan luka, aku terus mensugesti diri ini, memberi semangat. Bahwa aku, akan baik-baik saja.Andai saja ada Bryan, ingin sekali aku menceritakan segalanya. Tapi semenjak kejadian itu, dia bahkan tidak pernah berusaha menghubungiku sama sekali."Selamat ya, Non. Semoga Pak Bryan, bisa

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-29
  • Korban Perceraian   Lepas Kendali

    Bab83"Mengapa takdirku begini?" teriakku di depan cermin. Aku meraih segala yang tersusun rapi di atas meja rias.Aku melemparkannya ke sembarang arah, dan juga ke arah cermin besar di depanku.Pecahan kacanya menggema di dalam kamar, diikuti dengan ketukan keras di pintu kamar yang aku abaikan."Jahat, tidak adil, kalian kejam," raungku. Oh Tuhan, aku ini bukanlah malaikat, aku hanya mahlukmu yang teramat lemah dan rapuh."Sungguh, aku benar-benar tidak mengerti lagi dengan rencanamu pada hidupku. Semua teramat sakit, aku tidak merasa kuat dalam hal ini," keluhku pada Tuhan.Orang bilang, akan ada pelangi setelah hujan. Tapi mengapa, hujan di hidupku seperti sepanjang tahun lamanya.Bukan cuma kehampaan yang selama ini terpatri di hatiku, juga kekecewaan. Kupikir, semua itu telah hilang dan selesai, nyatanya kini, semua kembali seolah menjadi awal.Ya, awal kehancuran dalam hidupku lagi. Takdir memperolok harapanku, yan

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-29
  • Korban Perceraian   Serpihan Kertas

    Bab84"Astagfirullah," lirih Papa.Aku tetap menangis, meluapkan rasa sakit, hingga membuatku sangat lelah dan teramat lelah.Entah apa yang terjadi, aku tidak ingat apa-apa lagi. Saat aku membuka mata, yang pertama kulihat hanyalah ruangan yang tidak begitu terang dan asing."Non ...." Suara Bik Sum di samping. Aku menoleh dengannya perlahan, meski rasa berat di kepala, masih begitu terasa.Aku menyisir ke sekeliling. Tanganku kini terpasang infus, dan aku baru sadar, kini aku terbaring di rumah sakit.Tanganku banyak mendapatkan perban, dengan kondisi tubuh yang terasa semua sangat sakit.Tidak ada Papa, juga Gaby di kamar ini. Hanya ada Bik Sum, yang menatapku begitu sedih."Papa dan Gaby mana?" tanyaku memberanikan diri.Bik Sum menangis, membuatku mendadak kuatir."Bik, jawab!" kejarku tidak sabar. Melihat raut wajah bibi yang seperti tadi, membuatku semakin merasa tidak nyaman hati."Non, Bibi m

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-29

Bab terbaru

  • Korban Perceraian   TAMAT

    Bab145"Mamah Helena mohon! Helena janji akan jadi anak yang baik untuk Mamah dan Papah. Helena juga akan menuruti, apapun kemauan kalian," kata Helena memohon pada Ganesa.Ganesa terdiam, terpaku mendengarkan tangisan pertama anak gadisnya."Ganesa, bukannya maksud Mamah ingin ikut campur. Tapi tolong kamu pikirkan lagi, demi anak kalian. Beri Najib kesempatan sekali lagi, jika dia berulah kembali, maka apapun yang terjadi, Mamah akan dukung kamu 100 persen, Nak.""Iya Ganesa, bukannya kakak tidak mengerti perasaan kamu. Kakak ngerti banget. Tapi tidak ada salahnya, jika kamu pikirkan lagi."Terdengar langkah kaki pelan seseorang, berjalan ke arah mereka. Najib, memandang sayu ke arah mereka bertiga."Ganesa," panggil Najib. Ganesa pun tidak menoleh ke arah lelaki itu, dia hanya terdiam, dengan pikirannya yang terus berperang dengan hati.

  • Korban Perceraian   Persidangan

    Bab144 "Jadi ini, laki-laki yang menjadi selingkuhan kamu? Dan berarti benar yang dikatakan Jesika, kamu gadaikan rumah, demi lelaki ini," tunjuk Najib. Julian mengernyit. "Najib, kamu nggak malu di lihat orang? Kamu lagi berdongeng?" tanya Ganesa dengan tenang menanggapi Najib. "Ayo pulang!" ajak Najib. Ganesa berdiri, dan menatap Najib sengit. "Kamu pikir kamu siapa? Seenaknya mengusir aku dari rumahku sendiri, demi wanita lain. Dan kini datang kesini, hanya untuk mempermalukan aku?" "Ganesa, kamu itu masih istriku yang sah." "Oh ya? Sekarang baru kamu merasa aku istrimu! Sebelumnya bukan? Sehingga kamu seenaknya menyakitiku, dan selalu membela wanitamu. Ah, sudahlah, aku malas untuk berdebat. Sekarang pergi dari sini, atau kami

  • Korban Perceraian   Bertemu Najib

    Bab143"Berapa lama?" Najib masih bertanya."Seminggu. Berangkatnya tadi pagi.""Seminggu? Lama sekali."Najib merasa kesal dan ingin marah. Tapi dia tidak tahu, harus marah pada siapa.Najib pulang ke rumah, dengan perasaan frustasi."Kenapa kamu?" tanya Ratna."Nggak apa-apa," sahut Najib seadanya. Ia pun menaiki anak tangga dengan gontai, menuju ke kamarnya.Di dalam kamar, dia membayangkan wajah Ganesa, wanita yang kini sangat dia rindukan. Bahkan Najib tidak bisa marah sama sekali, ketika tahu Ganesa menggadaikan rumah ini.Najib tahu, Ganesa tidak berniat jahat. Jika dia jahat, maka rumah ini tidak lagi dia gadaikan, tetapi dia jual."Ganesa, mas rindu sekali, sayang," lirih Najib memeluk guling.Sedangkan di Butik Ganesa, wanita i

  • Korban Perceraian   Berharap Kembali

    Bab142●Pov Najib●"Mah, Najib menyesal," lirihku."Sudah Mamah ingatkan berkali-kali sebelumnya. Tapi kamu, tetap kekeh berkelakuan di belakang. Kalau sudah begini bagaimana.""Mah, biarkan saja sudah kalau begini. Besok kita balik ke Bandung lagi. Lagian, ini itu salahnya Najib sendiri," kata kak Aya dengan raut wajah kecewa.Aku tahu, aku yang salah dan terlalu angkuh dengan pencapaianku sendiri. Terlebih, Jesika selalu memujiku tampan, baik dan rupawan, juga hartawan. Aku melayang, dengan kesombongan diri yang berakhir kacaunya rumah tanggaku.Aku selalu memandang tak suka pada Ganesa. Entah mengapa, aku menganggap Ganesa layaknya wanita yang serba gagal.Gagal menjadi Ibu yang baik bagi anakku, dan gagal menjadi istri, yang bisa membuat suaminya setia.Bagaimana dia bisa membuatku setia? Jika setiap

  • Korban Perceraian   Sidang Pertama

    Bab141"Astagfirullah, kak Najib," seru Jesika, dengan mata membulat karena terkejut, melihat Najib yang begitu marah."Apa yang kamu katakan tadi? Berani sekali kamu berkata seburuk itu pada Putriku," bentak Najib berang."Mas, kami hanya bercanda." Jesika membujuk."Bohong, Pah. Tante dari tadi menghina dan memakiku."Mendengar penuturan Putrinya, Najib semakin marah pada Jesika."Helena, kok kamu ngomong begitu, sih. Tega kamu sama Tante," lirih Jesika sembari menunjuk. Tangannya memilin-milin baju dengan gemetar."Sebaiknya, kamu angkat kaki dari rumah ini," pinta Najib dengan dingin.Jesika mendongak. "Sayang, kok ngomong begitu. Janganlah pake emosi gitu, kita kan bisa bicara baik-baik.""Aku mendengar semuanya. Demi menjaga mental anakku, pergilah dari rumah ini. Kamu dan aku,

  • Korban Perceraian   Fitnah

    Bab140Entah keyakinan dari mana, Jesika memberanikan diri menelpon mertuanya, juga kakak iparnya.Tangis palsu Jesika pecah, ketika menceritakan deritanya bersama Najib di rumah ini."Jesika, nggak mungkin Ganesa melakukan itu! Kamu jangan mengada ngada ya," kata Aya, Kakak tertua Najib."Sumpah kak. Ganesa pergi dari rumah ini, dan hidup bersama lelaki lain. Bahkan dia gadaikan rumah Kak Najib ini, demi membahagiakan lelakinya.""Astagfirullah, kakak akan hubungi Ganesa dulu." Sambungan telepon seketika di matikan begitu saja.Jesika meradang. "Sialan, dasar bedebah," pekik Jesika.Ia pun menghubungi Ratna, mertuanya itu, untuk mengompori wanita tua itu juga."Ada apa, Jesika," tanya Ratna. Ketika menjawab panggilan telepon Jesika."Mah, rumah kak Najib digadaikan Ganesa ke Bank. Bahkan, kak Ganesa tidak mau membayarnya lagi dan pergi dari rumah, bersama laki-laki lain.""Jesika, kamu jangan coba mengada-n

  • Korban Perceraian   Murka

    Bab139Mendengar ucapan Najib, dada Jena bergetar, sembari memandangi sesaat wajah Andre, suami yang baru sah pagi tadi menjadi miliknya."Mas, kenapa ada orang kedua yang berucap tentang hal ini. Jika saat itu, Lena kamu katakan berhalusinasi, lalu itu tadi apa?" tanya Jena, ketika mereka duduk di pelaminan."Aku akan jelaskan nanti, usai resepsi ini selesai, bisa kan?" tanya Andre kembali, merasa tidak nyaman.Jena hanya menghela napas berat, menatap Andre dengan tatapan kekecewaan."Salah diri ini, memilih menyimpan bangkai, di bandingkan bercerita kepadanya. Kalau sudah begini, aku hanya menimbulkan getar keraguan di mata Jena," batin Andre.Kini perasaan keduanya menjadi gamang. Sedangkan Ganesa, hanya menatap biasa kepada pasangan itu.Meskipun awal kedatangan Ganesa, sempat membuat Andre gelisah. Namun ketika Ganesa ti

  • Korban Perceraian   Pernikahan

    Bab138"Ya, ada apa? Ibu kenal?" tanya Jena.Aku menatap Jena sesaat."Cuma tahu, kalau mengenal banget sih, nggak."Jena mengangguk. "Datang ya, Bu.""Insya Allah," jawabku.Jena pun keluar dari ruanganku, karena memang hanya memberikanku undangan pernikahannya.Aku menyandarkan tubuh di kursi, sambil menscroll status teman-teman kontak whatappku.Terlihat Jesika mengunggah sebuah foto, yang memperlihatkan kemesraannya dengan suamiku. Padahal berkas permohonan perceraian kami, baru masuk beberapa hari yang lalu.Tapi wanita ini, sudah sangat percaya diri, untuk memperlihatkan kemesraan mereka.Aku tersenyum kecut, melihat foto itu. Disusul ketikan status, status yang nyaris 100% memburukkanku."Wanita yang tega meninggalkan suaminya, hanya demi ambisinya. Ka

  • Korban Perceraian   Undangan Jena

    Bab137●Pov Ganesa●"Helena, yang sopan sama Tante Jesika!" bentak mas Najib, lelaki itu bangkit dan menatap tajam anak perempuan kami itu."Cepat minta maaf," titah mas Najib lagi pada Helena.Jesika menangis keras. "Ya Allah, mengapa aku hidup begini? Lebih baik aku mati saja, dari pada hidup menjadi beban dan hinaan mereka saja.""Jesika, kamu apa-apaan sih?" Mas Najib memindai Jesika dengan aneh."Mas, anak kamu sekarang tega menyakiti hatiku. Tega sekali, membuat hatiku bergejolak sakit.""Uuwu sekali," seruku, ketika melihat sikap Jesika, yang terang-terangan, berani memegangi lengan suamiku."Cepatlah pergi, sebelum rumah ini semakin hancur."Aku berjalan menaiki tangga, melewati Helena yang sudah aku diam kan beberapa hari ini. Tidak lagi kutegur, mau pun aku pedulikan.

DMCA.com Protection Status