Henry menatap tajam anak laki-laki yang mengeluarkan mengatakan perkataan kasar itu. aura dingin menyebar di seluruh ruangan. "Kau berani mengulangi kata-kata itu sekali lagi?" Henry berbicara dengan suara kemarahan. Anak laki-laki itu gemetar. Ayah dari anak itu menengahinya. "Henry, sudah cukup. Apa kau ingin menggertak anak kecil? Dia hanya mengatakan kebenaran."Henry menatapnya dengan tatapan tajam ke arah pria dewasa itu. Dia langsung melayangkan pukulan bertubi-tubi membuat semua orang berteriak. Regina menutup mata Kevin. "Henry, cukup! Jangan menunjukkan kekerasan di depan anak-anak." Regina mencoba untuk menghentikannya. "Paman, jangan pukuli papaku! Kau orang jahat!" Anak laki-laki itu berusaha untuk menarik Henry, tapi mendapatkan balasan Henry dengan tatapan penuh amarah. "Kau tidak suka aku memukuli Papamu, kan? Itu yang aku rasakan melihat putraku terluka dan seseorang mengatakan hal buruk tentang putraku. Sekarang kau mengerti?"Anak laki-laki itu menundukkan kepal
Kevin mulai cemas, saat Henry tidak segera pulang. "Kenapa Papa belum pulang juga? Toserba berada tidak jauh dari rumah apalagi Papa menggunakan mobil, parti lebih cepat." Kevin mencoba untuk menelepon, tapi jawaban hanya dari operator. "Kemana Papa? Apa jangan-jangan....."Sebuah informasi datang ke dalam pikirannya. "Kenapa aku bisa melupakan hal penting ini, anak nakal itu kan...." Kevin dengan cepat menghubungi seseorang. "Hallo, paman. Aku ingin kau melakukan sesuatu untukku." "Apa yang terjadi, sudah lama kau tidak memintaku melakukan sesuatu untukmu."Kevin menjelaskan rencananya yang telah dia pikirkan. Orang yang dia telepon mengungkapkan persetujuan untuk melakukan apa yang anak laki-laki itu minta. Kevin masih merasa sedikit cemas. Dia bisa menebak, tapi tidak bisa mengetahui sesuatu yang pasti. "Kevin, mama pulang!" Regina masuk ke dalam ruangan dengan tas belanja yang terisi penuh. "Kau menginginkan snack, kan? Aku membawakan untukmu." "Kenapa Mama tahu aku ingin sn
Pria yang dicurigai itu tiba-tiba saja langsung melarikan diri. Regina secara refleks hendak mengejarnya, tapi Henry menahannya. "Jangan terpancing. Apa kau tidak ingat apa yang tertulis di ponsel tadi? Jika kau mengikutinya maka kau akan terperangkap dalam jebakan mereka."Regina kembali duduk. "Kau terlihat sudah terbiasa mengalami ini.""Regina, apa kau pikir berada di posisi atas memiliki kehidupan yang aman? Kecuali jika bergantung dan menjadi boneka seseorang," sindir Henry. "Hei, apa kau sedang menyindirku? Jangan memulai pertengkaran. Aku sedang tidak ingin berdebat denganmu," protes Regina. "Tapi, bagaimana informasi itu bisa didapatkan? Apalagi untuk seorang anak berusia 7 tahun. Aku penasaran apa Kevin bukan seorang anak dewasa atau mungkin sejak awal dia sebenarnya seorang mata-mata?" ucap Henry dengan heran. "Apa kau meragukan jika Kevin memiliki niat jahat pada kita? Beraninya kau berpikir begitu pada putramu sendiri. Jika dia mata-mata mana mungkin dia akan membantu
Henry yang berada dalam keadaan darurat, ketenangannya masih bertahan. Pikirannya teringat sesuatu yang penting. Dia melihat ke samping dan menyetir mobilnya masuk ke sebuah persimpangan jalan. Suara benturan keras terdengar. Regina menutup telinganya. Mobil mewah berhenti, Henry melepaskan tangan Regina yang menutupi telinga. "Kau bisa membuka matamu sekarang!" ucap Henry. Regina secara perlahan membuka mata. "Apa kita selamat?" Dia melihat tangannya dan menggunakan spion di tengah untuk berkaca. Tidak ada luka serius. "Tapi, aku sampat mendengar suara tabrakan yang begitu keras." "Aku berhasil menghindari mereka dan keduanya saling bertabrakan." Regina menoleh ke belakang, tidak terlalu terlihat jelas, tapi ada asap yang terlihat. Sepertinya kecelakaan itu begitu parah. Henry kembali mengendarai mobilnya. Regina menoleh ke arahnya. "Bagaimana kau bisa tahu jalan ini?" "Aku teringat tentang petunjuk Kevin, ada jalan yang mungkin dapat aku pilih jika terdesak diantara dua mobil.
"Mama?" Kevin menoleh ke arah Regina yang membuka pintu. "Sudah saatnya bagimu untuk istirahat dan juga apa yang dikatakan oleh Henry benar, kau tidak seharusnya terlibat lebih dalam."Kevin tetap bersikeras, "Tapi Mama--""Bagiku keselamatanmu adalah hal yang utama. Henry, ayo kita keluar dan biarkan Kevin beristirahat."Henry dan Regina keluar dari kamar Kevin. Henry berjalan di belakang Regina. Dia menatapnya cukup lama. "Hei, Regina. Aku ingin kau tinggal di rumah sampai aku bisa menjebloskan orang-orang itu ke penjara.""Tidak. Aku tidak bisa tetap diam di rumah. Apa kau memikirkan perkataan Kevin tadi? Aku yakin bahwa tidak akan ada yang akan terjadi padaku." Henry mendesah, "Regina, aku pikir Kevin ada benarnya. Bisa saja kau menjadi target mereka dan orang yang bekerja sama dengan keluarga itu bisa saja orang yang menyimpan dendam padamu."Regina menatap tajam Henry, "Apa untungnya menargetkanku, kecuali jika mereka hanya menjadikanku umpan. Mereka tidak akan membunuhku kar
Regina diam-diam mendengarkan percakapan antara ayahnya dan sekretarisnya. Hatinya berdegup kencang, mencoba mencerna setiapv kata yang mereka ucapkan. "Tidak semudah itu, jika kita membongkar mereka berdua sebagai penyebab kasus itu, maka kita harus membiarkan mereka melihat rekaman dan kita akan--"Regina, apa kau memiliki kebiasaan menguping?" Tuan Tan melihat Regina, pria paruh baya ini cukup peka untuk menyadari ada pihak lain yang tidak seharusnya. Regina tersentak, tapi dia berusaha untuk tetap tenang. "Aku tidak menguping. Aku memiliki keperluan dengan Papa, jadi aku menunggu Papa selesai bicara dengan Sekertaris. Regina membuka pintu lebih lebar. Tuan Tan berbicara dengan dingin, "Apa yang kau inginkan dari datang ke ruanganku?" "Papa, aku ingin memperkenalkan Asisten baruku." Regina menarik Amelie masuk ke dalam ruangan Tuan Tan. "Asisten baru? CEO Tan, kau sudah memilikiku untuk apa merekrut Asisten hanya untuk membuang-buang anggaran." "Dia benar, kau tidak membu
Pria itu menatap layar ponsel Henry dengan perasaan campur aduk. "Apa maksudnya anda ingin menuntut Tuan Tan ke pengadilan? Saya tidak yakin dapat melakukannya?"Henry mengerutkan keningnya, "Kenapa? Aku yakin saat kau menyelidiki dokumen ini, kau menemukan tentang keterlibatan Tuan Tan dalam hal ini."Pria menghela nafas, "Tuan, apa Anda tahu kenapa Tuan Tan bisa menjadi pemilik perusahaan Grace dan dihormati walau dia hanyalah menantu kedua di keluarga Grace? Itu karena dia terkenal licik." Dia mencoba membuat Henry berubah pikiran, "Ada rumor tentang Tuan Tan yang sebenarnya menyingkirkan putri tertua dari keluarga Grace yang seharusnya menjadi pimpinan perusahaan itu, tapi tidak ada yang bisa menyeretnya ke jalur hukum. Bahkan banyak yang coba untuk menjatuhkannya, tapi tidak berhasil. Tuan, lebih baik Anda lupakan tentang pemikiran Anda itu!" Henry mendengarkan pria itu dengan serius, "Bukankah itu hanya rumor. Tidak mungkin Tuan Tan memiliki pengaruh sebesar itu." " Tuan Tan m
Regina menyambut Henry dengan pandangan tajam. Henry yang sedang melepaskan dasinya, mengerutkan keningnya, "Kenapa kau menatapku seperti itu?""Henry, apa kau merencakan sesuatu di belakangku? Kau mengirimkan Amelie bukan hanya sebagai asisten dan bodyguardku, kan?"Henry mengelak, "Tidak. Aku hanya memerintahkan Amelie untuk tugas itu saja. Tidak ada yang lainnya."Regina tidak puas dengan jawaban itu. "Apa kau yakin? Kau tidak terlibat menyuruhnya untuk mencuri informasi perusahaan dengan cara illegal?" Henry menatap Regina, "Ada apa denganmu? Kenapa kau bertanya itu padaku? Apa Amelie mengatakan sesuatu atau berbuat sesuatu yang merugikan perusahaan Grace?""Tidak, tapi--" "Apa alasanmu untuk curiga padaku dan Amelie jika dia bahkan tidak melakukan sesuatu. Regina, kita berada di kapal yang sama dan sebagai patner bisnis, jika kau mengalami kerugian, aku juga akan mengalami hal yang lebih buruk. Berhentilah curiga!" ucap Henry. Pria itu melangkah menuju ke kamar mandi. Regina t