Henry yang berada dalam keadaan darurat, ketenangannya masih bertahan. Pikirannya teringat sesuatu yang penting. Dia melihat ke samping dan menyetir mobilnya masuk ke sebuah persimpangan jalan. Suara benturan keras terdengar. Regina menutup telinganya. Mobil mewah berhenti, Henry melepaskan tangan Regina yang menutupi telinga. "Kau bisa membuka matamu sekarang!" ucap Henry. Regina secara perlahan membuka mata. "Apa kita selamat?" Dia melihat tangannya dan menggunakan spion di tengah untuk berkaca. Tidak ada luka serius. "Tapi, aku sampat mendengar suara tabrakan yang begitu keras." "Aku berhasil menghindari mereka dan keduanya saling bertabrakan." Regina menoleh ke belakang, tidak terlalu terlihat jelas, tapi ada asap yang terlihat. Sepertinya kecelakaan itu begitu parah. Henry kembali mengendarai mobilnya. Regina menoleh ke arahnya. "Bagaimana kau bisa tahu jalan ini?" "Aku teringat tentang petunjuk Kevin, ada jalan yang mungkin dapat aku pilih jika terdesak diantara dua mobil.
"Mama?" Kevin menoleh ke arah Regina yang membuka pintu. "Sudah saatnya bagimu untuk istirahat dan juga apa yang dikatakan oleh Henry benar, kau tidak seharusnya terlibat lebih dalam."Kevin tetap bersikeras, "Tapi Mama--""Bagiku keselamatanmu adalah hal yang utama. Henry, ayo kita keluar dan biarkan Kevin beristirahat."Henry dan Regina keluar dari kamar Kevin. Henry berjalan di belakang Regina. Dia menatapnya cukup lama. "Hei, Regina. Aku ingin kau tinggal di rumah sampai aku bisa menjebloskan orang-orang itu ke penjara.""Tidak. Aku tidak bisa tetap diam di rumah. Apa kau memikirkan perkataan Kevin tadi? Aku yakin bahwa tidak akan ada yang akan terjadi padaku." Henry mendesah, "Regina, aku pikir Kevin ada benarnya. Bisa saja kau menjadi target mereka dan orang yang bekerja sama dengan keluarga itu bisa saja orang yang menyimpan dendam padamu."Regina menatap tajam Henry, "Apa untungnya menargetkanku, kecuali jika mereka hanya menjadikanku umpan. Mereka tidak akan membunuhku kar
Regina diam-diam mendengarkan percakapan antara ayahnya dan sekretarisnya. Hatinya berdegup kencang, mencoba mencerna setiapv kata yang mereka ucapkan. "Tidak semudah itu, jika kita membongkar mereka berdua sebagai penyebab kasus itu, maka kita harus membiarkan mereka melihat rekaman dan kita akan--"Regina, apa kau memiliki kebiasaan menguping?" Tuan Tan melihat Regina, pria paruh baya ini cukup peka untuk menyadari ada pihak lain yang tidak seharusnya. Regina tersentak, tapi dia berusaha untuk tetap tenang. "Aku tidak menguping. Aku memiliki keperluan dengan Papa, jadi aku menunggu Papa selesai bicara dengan Sekertaris. Regina membuka pintu lebih lebar. Tuan Tan berbicara dengan dingin, "Apa yang kau inginkan dari datang ke ruanganku?" "Papa, aku ingin memperkenalkan Asisten baruku." Regina menarik Amelie masuk ke dalam ruangan Tuan Tan. "Asisten baru? CEO Tan, kau sudah memilikiku untuk apa merekrut Asisten hanya untuk membuang-buang anggaran." "Dia benar, kau tidak membu
Pria itu menatap layar ponsel Henry dengan perasaan campur aduk. "Apa maksudnya anda ingin menuntut Tuan Tan ke pengadilan? Saya tidak yakin dapat melakukannya?"Henry mengerutkan keningnya, "Kenapa? Aku yakin saat kau menyelidiki dokumen ini, kau menemukan tentang keterlibatan Tuan Tan dalam hal ini."Pria menghela nafas, "Tuan, apa Anda tahu kenapa Tuan Tan bisa menjadi pemilik perusahaan Grace dan dihormati walau dia hanyalah menantu kedua di keluarga Grace? Itu karena dia terkenal licik." Dia mencoba membuat Henry berubah pikiran, "Ada rumor tentang Tuan Tan yang sebenarnya menyingkirkan putri tertua dari keluarga Grace yang seharusnya menjadi pimpinan perusahaan itu, tapi tidak ada yang bisa menyeretnya ke jalur hukum. Bahkan banyak yang coba untuk menjatuhkannya, tapi tidak berhasil. Tuan, lebih baik Anda lupakan tentang pemikiran Anda itu!" Henry mendengarkan pria itu dengan serius, "Bukankah itu hanya rumor. Tidak mungkin Tuan Tan memiliki pengaruh sebesar itu." " Tuan Tan m
Regina menyambut Henry dengan pandangan tajam. Henry yang sedang melepaskan dasinya, mengerutkan keningnya, "Kenapa kau menatapku seperti itu?""Henry, apa kau merencakan sesuatu di belakangku? Kau mengirimkan Amelie bukan hanya sebagai asisten dan bodyguardku, kan?"Henry mengelak, "Tidak. Aku hanya memerintahkan Amelie untuk tugas itu saja. Tidak ada yang lainnya."Regina tidak puas dengan jawaban itu. "Apa kau yakin? Kau tidak terlibat menyuruhnya untuk mencuri informasi perusahaan dengan cara illegal?" Henry menatap Regina, "Ada apa denganmu? Kenapa kau bertanya itu padaku? Apa Amelie mengatakan sesuatu atau berbuat sesuatu yang merugikan perusahaan Grace?""Tidak, tapi--" "Apa alasanmu untuk curiga padaku dan Amelie jika dia bahkan tidak melakukan sesuatu. Regina, kita berada di kapal yang sama dan sebagai patner bisnis, jika kau mengalami kerugian, aku juga akan mengalami hal yang lebih buruk. Berhentilah curiga!" ucap Henry. Pria itu melangkah menuju ke kamar mandi. Regina t
"Tidak ditemukan dokumen yang aku cari." Sekertaris menghela nafas lega. "Tuan Tan, aku sudah bilang jika bukan aku pelakunya. Ada orang lain yang mencoba untuk--" Tuan Tan menarik sebuah dokumen dari dalam tas Sekertaris, wajahnya berubah serius. "Apa ini, huh? Mengapa ada dokumen ini di tasmu?" Sekertaris terdiam sejenak, wajahnya pucat. "Aku tidak tahu bagaimana dokumen itu masuk ke dalam tas. Aku tidak mencuri apapun, Tuan Tan, percayalah!" Tuan Tan melemparkan tas Sekertaris dengan marah, "Ini sudah cukup sebagai bukti! Kau mencuri dokumen rahasia perusahaan!" Mengangkat dokumen yang dia cari. Sekertaris panik, mencoba membela diri, "Tuan Tan, Aku tidak melakukan ini! Ada yang mencoba menjatuhkan saya!" Tuan Tan menatap tajam Sekertaris, "Siapa yang mencoba menjatuhkanmu? Jangan berani-beraninya kau berbohong padaku!" Sekertaris menunjuk ke arah Amelie. "Dia orangnya! Semua adalah rencananya." "Apa kau memiliki bukti?" ucap Amelie dengan tenang. "Kenapa kita tidak mel
Henry menatap Regina dengan ekspresi datar, "Baiklah, aku mengakuinya. Aku yang meminta Amelie menyingkirkannya. Regina, aku sudah bilang padamu, jika kau tidak bisa mengatasi penindasan mereka, aku yang akan bertindak. Aku sudah membantumu, tidakkah kau seharusnya berterima kasih?" Regina tersenyum pahit, "Henry, apa kau pikir aku tidak tahu trik apa yang sedang kau mainkan? Alasan kau menyingkirkan Sekertaris itu bukan untukku, tapi untuk keuntunganmu sendiri." "Aku tidak tahu darimana pemikiranmu ini, tapi apa keuntungan yang aku dapatkan? Sekertaris itu bahkan tidak berguna." "Benarkah?" Regina tersenyum tipis. "Lalu kenapa sejak awal Amelie mengincarnya? Aku mendengar apa yang Amelie minta dari Sekretaris itu dan gelagat anehnya itu.""Regina, sebenarnya apa yang kau curigai? Dia hanya seorang sekertaris, apa yang dia ketahui pasti bukan hal yang penting.""Jika tidak penting, kenapa Amelie mencari informasi darinya? Henry, apa aku bisa mempercayaimu sebagai patner dengan banya
"Kenapa kau tidak memanipulasinya? Awalnya aku pikir, dia mungkin sudah cukup tergila-gila denganmu, tapi aku rasa dia hanya memanfaatkanku. Jika kau berhasil membuatnya benar-benar tergila-gila padamu, kau akan mendapatkan segala keuntungan dan kau bisa saja merebut proyek penting dan menghancurkannya!" Saran licik Tuan Tan pada Regina. Regina terdiam sejenak, dia tidak bisa secara terang-terangan menentang Tuan Tan. "Papa, aku akan mempertimbangkan saranmu dengan serius," ucap Regina akhirnya. Tuan Tan mengangguk puas. "Kau harus menerima usulan itu jika kau masih ingin bertahan, bukankah ini juga bisa menebus kekalahanmu karena pria itu telah merebut segalanya? Ini balas dendam yang bagus. Regina mengangguk. Tuan Tan keluar dari ruangan. Di sana sudah ada Amelie. Mereka saling memandang satu sama lain. Lalu Tuan Tan memutus kontak dan berjalan menjauh. Amelie dengan menaruh ponsel yang awalnya dia pegang, ke saku jasnya. "CEO Tan, a
"Henry, kau benar-benar memecatku? Apa kau tidak bisa membedakan masalah pribadi dan pekerjaan?" Reina memberikan protes keras. Henry menatap Reina dengan tatapan dingin. "Ini bukan masalah pribadi, Reina. Kau sudah melanggar keprofesionalis dengan mengabaikan tugasmu kemarin. Dan juga, aku ingin kita mengakhiri hubungan ini. Aku berharap kau segera bereskan barangmu dari apartemenku juga." Reina tersenyum pahit. "Kau ingin membuangku begitu saja setelah bosan padaku? Henry, aku akan membongkar kelakuanmu ini ke media." Henry tidak mengubah ekspresi dinginnya. "Lakukan saja!" "Baiklah. Kau pasti akan menyesalinya. " Reina pergi dengan membanting pintu dengan kesal. Henry tidak memedulikannya. Dia masih memiliki banyak hal yang harus dia lakukan. *** Regina merasa kesal melihat pesan yang tidak berhenti datang padanya. Tidak peduli berapa banyak dia memblokirnya. Pria itu tetap saja mengganggunya. "Regina, apa kau sudah menunggu lama? Maafkan aku." Regina mematikan ponse
"Kau tidak perlu mengantarku sampai ke dalam," ucap Regina dengan sopan. "Tidak. Aku tidak bisa membiarkanmu sendirian dan juga aku ingin bertemu dengan anakmu. Kau mungkin menolakku saat ini karena anakmu, kan? Jika aku bisa membuatnya menyukaiku, kau juga akan menerimaku, kan?" ucap Harlan dengan percaya diri. Regina menatap dengan serius. "Harlan, jangan membuang waktu untukku. Kau pantas mendapatkan wanita yang lebih baik. Saat ini kehidupanku begitu rumit, kau mungkin akan menyesalinya."Harlan tersenyum lembut. "Tidak masalah. Aku siap menghadapi semuanya. Aku justru akan menyesal jika melepaskanmu."Regina menatap matanya. Dia dapat melihat ketulusan pria ini. "Baiklah. Jika Kau dapat menyayangi putraku, aku akan memperingatkannya, tetapi kau harus benar-benar tulus padanya." Harlan mengangguk. *** "Kevin, kenapa kau berada di luar?" Regina yang tiba di depan pintu apartemen dengan Harlan, menatap Kevin dengan cemas. "Paman Harlan, bawa Mamaku ke tempat lain. Saat ini Pap
Regina terdiam sejenak, terkejut dengan permintaan Kevin yang tak terduga. "Kevin, ini... bukankah kau tidak menginginkan perpisahan antara aku dan Henry. Kenapa kau menyarankan ini?" "Karena papa tidak peduli dengan perasaan Mama lagi. Aku tidak ingin Mama harus menerima pengkhianatan ini. Jika memang Papa memilih wanita lain, kenapa Mama tidak bisa bersama pria lain yang dapat membahagiakan Mama. Aku hanya ingin melihat Mama bahagia." Regina langsung memeluk Kevin erat. "Kevin, terima kasih telah memikirkanku. Aku akan mencoba bertemu dengan pria lain dan aku janji pria itu juga akan memperlakukanmu dengan baik lebih daripada Henry." Tangan mungil Kevin membalas pelukan Regina. "Mama tidak perlu memikirkanku. Selama Mama menemukan pria yang Mama cintai, aku tidak masalah siapapun pria itu." Regina tersenyum. Dia mengusap lembut rambut Kevin. "Ayo, tidur." Kevin mengangguk. Dia dengan cepat naik ke tempat tidur. Regina tidur di sebelahnya. Meskipun mencoba untuk terlelap,
Regina mengepalkan tangannya melihat foto yang tersebar di Internet. Regina dapat mengenali wajah wanita itu, meskipun harus kembali. "Jadi mereka bersama lagi?" Ponselnya langsung direbut oleh Rey. "Tidak perlu melihat gosip yang menganggu pekerjaanmu. Jika kau tidak bisa berkonsentrasi, lebih baik tidak perlu bekerja. Masih baik aku masih memberimu kesempatan bekerja dengan posisi pimpinan." "Aku tahu. Aku hanya kebetulan melihat foto itu." Regina kembali mengetik sesuatu. Rey meletakkan ponsel Regina. "Haruskan aku menyingkirkan wanita itu? Henry terlihat lebih bahagia dengan wanita itu daripada denganmu." Regina menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya dari gelombang emosi yang melanda. "Tidak perlu, Kak. Aku tidak ingin ikut campur masalah pribadinya.".Rey mencibirnya, "Bukankah kau sampai menentang Papa untuk menikah dengannya dan kau juga begitu keras kepala menolak kerja sama denganku dan Papa hanya karena pria itu. Apa cintamu sekarang sudah luntur?""Aku
"Regina akan menjadi CEO perusahaan menggantikanku!" Tuan Tan menegaskan. "Regina, bisakah kau mengatakan sesuatu kepada para kolega kita?"Regina mengalihkan pandangan. Dia mencoba untuk menenangkan perasaan dan pikirannya. Namun, suara keras tiba-tiba terdengar. "Aku tidak memberimu izin!" Pria yang tidak lain adalah Henry langsung naik ke panggung dan menarik tangan Regina. "Ikut denganku!" Rey dengan cepat menahan tangan Regina. "Hanya karena kau suaminya, kau bisa seenaknya saja membatasi apa yang Regina lakukan?" Henry menatap pria itu dengan tajam. "Kau hanya orang luar, lebih baik tidak ikut campur!""Orang luar?" Rey tersenyum pahit. "Aku adalah kakaknya. Aku berhak untuk membela adikku.""Cukup!" Tuan Tan menghentikan perdebatan kedua pria itu. "Henry Jian, lepaskan tanganmu dari putriku." Henry justru tertawa. "Sekarang kau menganggapnya putrimu hanya karena dia menurut padamu? Kau lupa bagaimana kau memukulinya?""Jangan bicara sembarangan. Aku bisa meminta security unt
"Nyonya, Anda mau kemana?" agen properti itu menahan Regina."Aku tidak jadi menyewa tempat ini!" Regina dengan cepat melarikan diri. Agen properti itu mengambil ponselnya. "Tuan, Nyonya sudah melarikan diri. Saya sudah berhasil mengelabuinya. " Senyum licik terukir di bibir wanita itu. ***Regina berusaha untuk membuka pintu mobilnya, tetapi dengan tubuh gemetar membuatnya kesulitan. Bahunya merasakan sesuatu yang menyebutnya. Regina dengan gugup berbalik. "Kau? Apa yang kau lakukan di sini?" Regina terkejut melihat keberadaan Henry. Bukannya menjawab, Henry justru mengejeknya. "Apa kau begitu tidak punya uang sampai datang ke apartemen kecil ini? Kau tidak akan mendapatkan rumah yang layak."Regina mulai menyadari sesuatu. "Apa kau yang selama ini mengatur agak aku tidak bisa menemukan rumah. Jika kau ingin balas dendam bukan begitu caranya!" Regina merasa marah dan tertekan. "Berhentilah mencampuri urusanku!"Henry hanya tersenyum sinis. "Kau pikir bisa pergi begitu saja dariku
"Kau ingin pergi? Kemana kau bisa pergi? Tidak mudah mencari rumah dalam waktu singkat," cibir Regina. "Itu urusanku!" Regina langsung pergi begitu saja. Regina tidak perlu membereskan apapun karena semua adalah milik Henry. Saat kakinya melangkah melewati ruangannya, tanpa sengaja dia bertemu dengan Asistennya yang justru melewatinya, "Wanita bodoh, kau begitu mudah masuk ke perangkap."Regina membalikan tubuhnya. Asisten itu menoleh ke arahnya dengan senyuman meremehkan. "Kau! Apa kau bersekongkol dengan mereka? Jika sampai Henry tahu maka kau--""Nyonya Regina, lebih baik kau memikirkan dirimu sendiri sebelum memberiku peringatan, karena aku tidak sebodoh dirimu yang dengan mudah terjebak dalam permainan ini!" Asistennya itu langsung berbalik pergi. Regina hanya bisa mengepalkan tangannya. Ini salahnya karena tidak curiga pada wanita itu. *** Setelah tiba di rumah, Regina langsung meminta Kevin untuk mengemas pakaiannya. "Kevin, kemasi pakaianmu, kita berdua akan pergi dari rum
Henry mengepalkan tangannya melihat video yang dia lihat. "Sial, permainan macam apa ini? Apa ada orang dalam perusahaan yang terlibat?" "Saya pikir begitu. CEO Jian, sebenarnya Tuan Jian menghubungi saya dan memberitahu Anda, jika ingin mengetahui dalang dari masalah ini, Anda harus datang menemuinya. "Henry terdiam sejenak. "Baiklah, atur pertemuan dengan Papa sekarang juga!"Asistennya menghentikan mobil di tempat yang aman, lalu mulai mengirim pesan pada Tuan Jian.*** "Jadi, Henry. Bukankah aku sudah peringatkan tentang memasukkan wanita itu ke perusahaan hanya akan membawa kerugian?" Tuan Jian mencibir putranya yang baru datang. Henry menarik kursi dengan tenang. "Apa papa memintaku bertemu hanya untuk menyalahkan Regina? Belum tentu ini adalah kesalahan istriku, bisa saja Papa orang yang terlibat."Tuan Jian menatap tajam. "Kau berani menuduh Papamu sendiri? Setelah kau melihat rekaman ini, apa kau masih akan mempercayai istrimu?""Apa ini sebuah editan?" Henry masih menolak
"Ya, aku yakin!" jawab Regina dengan tegas. CEO Smith menatapnya sejenak, kemudian mengangguk singkat. "Baiklah, aku akan memberi waktu satu minggu. Tapi ingat, jika gagal, tepati janjimu itu!"Regina mengangguk, menguatkan keputusannya. "Terima kasih atas kesempatan yang diberikan. Kami tidak akan mengecewakan Anda."Setelah pertemuan selesai, Regina dan asistennya meninggalkan ruangan rapat. Saat itu CEO Smith mengambil ponselnya. "Hallo, CEO Jian....."***Regina mulai bekerja keras. Dia menemui orang dari perusahaan game yang bertanggung jawab. "Aku akan memberikan tambahan dana, tetapi aku berharap kalian menyelesaikan dalam wajah satu minggu!"."Apa? Bagaimana bisa secepat itu? Kami harus--"Regina dengan cepat memotong perkataannya. "Tidak perlu untuk sesempurna sebelumnya, paling penting kualitas mendekati dan layak untuk rilis.""Kami akan melakukan yang terbaik, Nyonya Regina," jawab perwakilan perusahaan game itu dengan bersemangat.Regina mengangguk, "Aku percaya pada k