"Kenapa mereka melihatku seperti itu?" Regina yang sedang membeli sesuatu di sebuah toko mainan, menatap heran pada orang-orang yang memandanginya dengan tatapan yang berbeda. Regina pura-pura tidak peduli, dia sangat lelah, tapi masih menyempatkan waktu membeli mainan sebelum melanjutkan perjalanan ke Apartemen. "Bukankah dia wanita yang berselingkuh dengan suami orang? Aku merasa kasihan pada Henry Jian yang perhatian pada istrinya." "Ssst, jangan keras-keras. Kita bisa dituntut olehnya. Kau tahukan seperti apa karakter dari Nona Tan." Regina menoleh ke arah dua wanita muda yang sedang bergosip. Mereka dengan terburu-buru melangkah pergi, bertindak tidak pernah mengatakan apapun. Regina meletakkan mainan yang sebelumnya dia pilih, tangannya merogoh tas untuk mengambil ponselnya. Regina melihat berita apa yang sedang Trend. Betapa terkejutnya dia saat melihat apa dibaca. Ponselnya berdering, nama Henry tertera di layarnya. Regina tanpa ragu menjawab. Suara teriakan Henry begitu
Kevin menggeleng pelan, "Bukan begitu, maaf, aku sungguh tidak bermaksud untuk menuduh Mama, tolong jangan marah. Regina menatap Kevin dengan penuh penyesalan. "Kevin, maafkan aku karena telah membentakmu. Aku hanya merasa merasa lebih emosional karena pertengkaran tadi..""Ya, Mama. Aku mengerti. Mama yang sekarang tidak akan memperlakukanku buruk, berbeda dengan saat itu." Regina mengelus kepala Kevin lembut. "Apa kau membicarakan saat pertama kali kita pertama bertemu atau kau memiliki ibu yang lain sebelum aku?" Kevin menutup rapat bibirnya, tindakannya selalu seperti ini, setiap kali disinggung tentang hal itu. Regina merasa penasaran, tapi sampai kapan dia harus menunggu anak ini bicara? Regina meminta orang menyelidiki tentang latar belakang Kevin, tapi tidak menemukan apapun. "Mama, tapi kenapa Mama dan Papa bertengkar lagi? Kali ini, Papa terlihat lebih marah dari biasanya," tanya Kevin mengalihkan pembicaraan. "Kevin, tidak perlu memikirkan masalah orang dewasa. Apa kau
Regina mendorong Henry dengan keras dan menamparnya. "Hentikan, Henry! Jangan kau pikir bisa menjadikanku pelampiasan!" seru Regina dengan wajah dan mata merah Tamparan Regina membuat kesadaran Henry sedikit kembali. "Regina, kau! Beraninya kau menamparku!" "Henry, aku susah bilang padamu, aku bukan wanita gampangan seperti para gadis yang akan menerima tindakan kurang ajarmu itu!" Regina menatapnya tajam. "Kau bisa gunakan kamar sesuai dengan keinginanmu, aku akan tidur di kamar Kevin." "Hei, Regina. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kau begitu marah? Bukankah aku yang seharusnya marah?" Henry meraih tangan Regina, tetapi langsung ditepis dengan kasar. "Apa kau tidak sadar apa yang kau lakukan? Henry, kau pria brengsek!" makin Regina dengan penuh emosi. "Kau berani memaki suamimu?!" Henry menatapnya tajam. Regina tidak menghiraukannya. Dia meninggalkan Henry begitu saja, dan masuk ke kamar Kevin. "Kevin, apa kau sudah tidur? Bolehkah mama tidur di sini?" Kevin dengan mata yan
"CEO Tan maaf, anda tidak bisa bertemu CEO perusahaan kami tanpa mengatur pertemuan dan juga CEO kami mengatakan telah menolak pertemuan dengan perusahaan Anda," ucap Resepsionis menyampaikan dengan sopan. Regina memandang resepsionis dengan tatapan tajam. "Tolong sampaikan pada CEO perusahaan Anda bahwa Regina Grace Tan tidak akan menyerah begitu saja. Saya bersedia menunggu di sini hingga mereka memberikan kesempatan untuk berbicara." "CEO Tan, tolong jangan mempersulit pekerjaan kami. CEO tidak akan senang dengan sikap Anda yang terlalu pemaksa seperti ini. Bisakah Anda kembali saja?" Resepsionis itu mendesaknya. "Apa kau tidak dengar apa yang aku katakan? Aku akan menunggu di sini sampai CEO kalian datang!" Regina menegaskan. "CEO Tan, ternyata kau lebih tidak beradab dari yang aku kira." Reguna menoleh ke arah seorang pria yang lebih tua darinya. "CEO Jung, maaf untuk ketidaknyamanannya, tapi izinkan saya untuk berbicara dengan Anda tentang proyek itu." Regina berjalan mendek
"Aku akan mempertimbangkan bekerja sama denganmu, tapi temani aku malam ini!" Sekertarisnya membacanya dengan keras. Regina merebut kembali ponselnya. "CEO Tan, jadi itu caramu untuk mendapatkan kesempatan dari CEO Jung? Kau menjual tubuhmu untuk bisnis? Tidak cukup hanya CEO JIan, kau juga mengincar yang lain. Benar-benar wanita serakah." Sekertarisnya mengembalikan kembali ponsel Regina.. Regina menampar sekertarisnya dengan keras. Regina tersentak marah, "Jaga kata-katamu. Aku tidak akan pernah menjual diriku demi bisnis. Hanya karena aku sering diam bukan berarti kau bisa berbicara buruk padaku" Sekertarisnya me pipinya yang terasa perih akibat tamparan Regina, " Beraninya kau menamparku! Kau akui saja, jika kau selalu menggunakan cara kotor. Kau tidak bisa melakukannya apapun selain melayani para pria. Sekertaris itu membalas tamparannya, tapi Reguna dapat menghindarinya. Tidak kehabisan akan, tangannya menarik rambutnya. Regina juga membalasnya, mereka saling menarik
Pria itu tiba-tiba saja mengusap pipinya. "Apa yang terjadi denganmu? Siapa yang berani menyakitimu?" Regina menepis tangannya. "Itu tidak penting. Aku ingin katakan padamu bahwa aku--""Aku sudah tahu apa yang ingin kau katakan. Aku sudah memesankan makanan." Pria tampan berambut hitam, mengangkat tangannya memanggil pelayan. "Bawakan makanan yang sepesial, sesuai dengan apa yang aku minta." Pelayan itu mengangguk dan tidak lama makanan datang berturut-turut. Regina memandang pria itu dengan perasaan campur aduk. "Henry, aku ingin kita bicara serius!""Kita bicarakan bisnis setelah kita menyelesaikan makan malam ini." Henry mengucapkan dengan penuh perhatian. Dia menoleh ke arah pelayan. "Bisakah aku meminta bantuan membelikan salep luka? Kembaliannya ambil saja!" Henry menyerahkan selembar yang dengan nominal paling besar. "Henry, aku sungguh tidak apa-apa.""Luka di pipimu terlalu buruk untuk disebut tidak masalah. Aku tidak suka melihat ada sedikitpun luka menyakitkan di dirimu
Regina menatap ponselnya ragu-ragu. "Henry, aku akan memikirkan semua yang telah kita diskusikan nanti." Henry meraih ponsel Regina. "Jika kau menjawab telepon ini, kau akan berubah pikiran. Aku tahu bahwa kau telah membuat keputusan, kan?" Henry mematikan ponsel. Regina menatap Henry, "Apa kau pikir ini mudah untukku? Henry, jika kau berada di posisiku, apa kau akan meninggalkan semua untuk bergabung dengan perusahaan lain? Kau juga akan kehilangan keluargamu.""Regina, aku telah meninggalkan keluargaku, rumahku sebagai penolak dari orang tua yang ingin mengendalikanku. Apa itu tidak cukup? Aku bisa saja pergi dari perusahaanku, tapi perusaan yang aku pegang saat ini maju berkat usahaku di usia muda dengan melewati banyak rintangan. Jika kau ingin menjadi lebih sukses maka kau harus pergi." Henry menatap dengan serius, ekspresi wajahnya datar menyembunyikan emosinya. Regina memandang Henry dengan tatapan dingin untuk menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya . "Henry, jangan sama
Hatinya Regina berdetak kencang ketika tindakan Henry menjadi begitu mengerikan. Dia berjuang melawan belenggu itu, ketakutan menyelimuti dirinya. "Henry, hentikan kegilaan ini! Kau tidak bisa memaksaku melakukan hal ini!" Regina membuang muka ke arah lain. Matanya Henry menatap tajam ke matanya dengan intens. "Regina, kita suami dan istri, kan? Aku akan tunjukkan padamu lebih baik untuk bersamaku. Aku akan memberimu kesenangan." "Tidak! Henry, kau benar-benar gila!" Regina mencoba menggerakkan tubuhnya untuk melepaskan borgol itu. Dia tidak bisa berpikir dengan jernih. Ini terlalu mengerikan untuk menjadi kenyataan. "Regina! Regina!" "Hentikan!" "Regina!" Suara keras Henry yang dingin itu membuat Regina yang awalnya menutup matanya, mulai membuka matanya. "Henry?" panggilnya dengan ragu. "Ada apa denganmu? Kenapa kau memanggilku dalam tidurmu? Kau tidak membayangkan aku melakukan hal aneh, kan?" Regina terdiam sejenak, mencoba memahami apa yang terjadi. Dia melihat tangannya, t
"Henry, kau benar-benar memecatku? Apa kau tidak bisa membedakan masalah pribadi dan pekerjaan?" Reina memberikan protes keras. Henry menatap Reina dengan tatapan dingin. "Ini bukan masalah pribadi, Reina. Kau sudah melanggar keprofesionalis dengan mengabaikan tugasmu kemarin. Dan juga, aku ingin kita mengakhiri hubungan ini. Aku berharap kau segera bereskan barangmu dari apartemenku juga." Reina tersenyum pahit. "Kau ingin membuangku begitu saja setelah bosan padaku? Henry, aku akan membongkar kelakuanmu ini ke media." Henry tidak mengubah ekspresi dinginnya. "Lakukan saja!" "Baiklah. Kau pasti akan menyesalinya. " Reina pergi dengan membanting pintu dengan kesal. Henry tidak memedulikannya. Dia masih memiliki banyak hal yang harus dia lakukan. *** Regina merasa kesal melihat pesan yang tidak berhenti datang padanya. Tidak peduli berapa banyak dia memblokirnya. Pria itu tetap saja mengganggunya. "Regina, apa kau sudah menunggu lama? Maafkan aku." Regina mematikan ponse
"Kau tidak perlu mengantarku sampai ke dalam," ucap Regina dengan sopan. "Tidak. Aku tidak bisa membiarkanmu sendirian dan juga aku ingin bertemu dengan anakmu. Kau mungkin menolakku saat ini karena anakmu, kan? Jika aku bisa membuatnya menyukaiku, kau juga akan menerimaku, kan?" ucap Harlan dengan percaya diri. Regina menatap dengan serius. "Harlan, jangan membuang waktu untukku. Kau pantas mendapatkan wanita yang lebih baik. Saat ini kehidupanku begitu rumit, kau mungkin akan menyesalinya."Harlan tersenyum lembut. "Tidak masalah. Aku siap menghadapi semuanya. Aku justru akan menyesal jika melepaskanmu."Regina menatap matanya. Dia dapat melihat ketulusan pria ini. "Baiklah. Jika Kau dapat menyayangi putraku, aku akan memperingatkannya, tetapi kau harus benar-benar tulus padanya." Harlan mengangguk. *** "Kevin, kenapa kau berada di luar?" Regina yang tiba di depan pintu apartemen dengan Harlan, menatap Kevin dengan cemas. "Paman Harlan, bawa Mamaku ke tempat lain. Saat ini Pap
Regina terdiam sejenak, terkejut dengan permintaan Kevin yang tak terduga. "Kevin, ini... bukankah kau tidak menginginkan perpisahan antara aku dan Henry. Kenapa kau menyarankan ini?" "Karena papa tidak peduli dengan perasaan Mama lagi. Aku tidak ingin Mama harus menerima pengkhianatan ini. Jika memang Papa memilih wanita lain, kenapa Mama tidak bisa bersama pria lain yang dapat membahagiakan Mama. Aku hanya ingin melihat Mama bahagia." Regina langsung memeluk Kevin erat. "Kevin, terima kasih telah memikirkanku. Aku akan mencoba bertemu dengan pria lain dan aku janji pria itu juga akan memperlakukanmu dengan baik lebih daripada Henry." Tangan mungil Kevin membalas pelukan Regina. "Mama tidak perlu memikirkanku. Selama Mama menemukan pria yang Mama cintai, aku tidak masalah siapapun pria itu." Regina tersenyum. Dia mengusap lembut rambut Kevin. "Ayo, tidur." Kevin mengangguk. Dia dengan cepat naik ke tempat tidur. Regina tidur di sebelahnya. Meskipun mencoba untuk terlelap,
Regina mengepalkan tangannya melihat foto yang tersebar di Internet. Regina dapat mengenali wajah wanita itu, meskipun harus kembali. "Jadi mereka bersama lagi?" Ponselnya langsung direbut oleh Rey. "Tidak perlu melihat gosip yang menganggu pekerjaanmu. Jika kau tidak bisa berkonsentrasi, lebih baik tidak perlu bekerja. Masih baik aku masih memberimu kesempatan bekerja dengan posisi pimpinan." "Aku tahu. Aku hanya kebetulan melihat foto itu." Regina kembali mengetik sesuatu. Rey meletakkan ponsel Regina. "Haruskan aku menyingkirkan wanita itu? Henry terlihat lebih bahagia dengan wanita itu daripada denganmu." Regina menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya dari gelombang emosi yang melanda. "Tidak perlu, Kak. Aku tidak ingin ikut campur masalah pribadinya.".Rey mencibirnya, "Bukankah kau sampai menentang Papa untuk menikah dengannya dan kau juga begitu keras kepala menolak kerja sama denganku dan Papa hanya karena pria itu. Apa cintamu sekarang sudah luntur?""Aku
"Regina akan menjadi CEO perusahaan menggantikanku!" Tuan Tan menegaskan. "Regina, bisakah kau mengatakan sesuatu kepada para kolega kita?"Regina mengalihkan pandangan. Dia mencoba untuk menenangkan perasaan dan pikirannya. Namun, suara keras tiba-tiba terdengar. "Aku tidak memberimu izin!" Pria yang tidak lain adalah Henry langsung naik ke panggung dan menarik tangan Regina. "Ikut denganku!" Rey dengan cepat menahan tangan Regina. "Hanya karena kau suaminya, kau bisa seenaknya saja membatasi apa yang Regina lakukan?" Henry menatap pria itu dengan tajam. "Kau hanya orang luar, lebih baik tidak ikut campur!""Orang luar?" Rey tersenyum pahit. "Aku adalah kakaknya. Aku berhak untuk membela adikku.""Cukup!" Tuan Tan menghentikan perdebatan kedua pria itu. "Henry Jian, lepaskan tanganmu dari putriku." Henry justru tertawa. "Sekarang kau menganggapnya putrimu hanya karena dia menurut padamu? Kau lupa bagaimana kau memukulinya?""Jangan bicara sembarangan. Aku bisa meminta security unt
"Nyonya, Anda mau kemana?" agen properti itu menahan Regina."Aku tidak jadi menyewa tempat ini!" Regina dengan cepat melarikan diri. Agen properti itu mengambil ponselnya. "Tuan, Nyonya sudah melarikan diri. Saya sudah berhasil mengelabuinya. " Senyum licik terukir di bibir wanita itu. ***Regina berusaha untuk membuka pintu mobilnya, tetapi dengan tubuh gemetar membuatnya kesulitan. Bahunya merasakan sesuatu yang menyebutnya. Regina dengan gugup berbalik. "Kau? Apa yang kau lakukan di sini?" Regina terkejut melihat keberadaan Henry. Bukannya menjawab, Henry justru mengejeknya. "Apa kau begitu tidak punya uang sampai datang ke apartemen kecil ini? Kau tidak akan mendapatkan rumah yang layak."Regina mulai menyadari sesuatu. "Apa kau yang selama ini mengatur agak aku tidak bisa menemukan rumah. Jika kau ingin balas dendam bukan begitu caranya!" Regina merasa marah dan tertekan. "Berhentilah mencampuri urusanku!"Henry hanya tersenyum sinis. "Kau pikir bisa pergi begitu saja dariku
"Kau ingin pergi? Kemana kau bisa pergi? Tidak mudah mencari rumah dalam waktu singkat," cibir Regina. "Itu urusanku!" Regina langsung pergi begitu saja. Regina tidak perlu membereskan apapun karena semua adalah milik Henry. Saat kakinya melangkah melewati ruangannya, tanpa sengaja dia bertemu dengan Asistennya yang justru melewatinya, "Wanita bodoh, kau begitu mudah masuk ke perangkap."Regina membalikan tubuhnya. Asisten itu menoleh ke arahnya dengan senyuman meremehkan. "Kau! Apa kau bersekongkol dengan mereka? Jika sampai Henry tahu maka kau--""Nyonya Regina, lebih baik kau memikirkan dirimu sendiri sebelum memberiku peringatan, karena aku tidak sebodoh dirimu yang dengan mudah terjebak dalam permainan ini!" Asistennya itu langsung berbalik pergi. Regina hanya bisa mengepalkan tangannya. Ini salahnya karena tidak curiga pada wanita itu. *** Setelah tiba di rumah, Regina langsung meminta Kevin untuk mengemas pakaiannya. "Kevin, kemasi pakaianmu, kita berdua akan pergi dari rum
Henry mengepalkan tangannya melihat video yang dia lihat. "Sial, permainan macam apa ini? Apa ada orang dalam perusahaan yang terlibat?" "Saya pikir begitu. CEO Jian, sebenarnya Tuan Jian menghubungi saya dan memberitahu Anda, jika ingin mengetahui dalang dari masalah ini, Anda harus datang menemuinya. "Henry terdiam sejenak. "Baiklah, atur pertemuan dengan Papa sekarang juga!"Asistennya menghentikan mobil di tempat yang aman, lalu mulai mengirim pesan pada Tuan Jian.*** "Jadi, Henry. Bukankah aku sudah peringatkan tentang memasukkan wanita itu ke perusahaan hanya akan membawa kerugian?" Tuan Jian mencibir putranya yang baru datang. Henry menarik kursi dengan tenang. "Apa papa memintaku bertemu hanya untuk menyalahkan Regina? Belum tentu ini adalah kesalahan istriku, bisa saja Papa orang yang terlibat."Tuan Jian menatap tajam. "Kau berani menuduh Papamu sendiri? Setelah kau melihat rekaman ini, apa kau masih akan mempercayai istrimu?""Apa ini sebuah editan?" Henry masih menolak
"Ya, aku yakin!" jawab Regina dengan tegas. CEO Smith menatapnya sejenak, kemudian mengangguk singkat. "Baiklah, aku akan memberi waktu satu minggu. Tapi ingat, jika gagal, tepati janjimu itu!"Regina mengangguk, menguatkan keputusannya. "Terima kasih atas kesempatan yang diberikan. Kami tidak akan mengecewakan Anda."Setelah pertemuan selesai, Regina dan asistennya meninggalkan ruangan rapat. Saat itu CEO Smith mengambil ponselnya. "Hallo, CEO Jian....."***Regina mulai bekerja keras. Dia menemui orang dari perusahaan game yang bertanggung jawab. "Aku akan memberikan tambahan dana, tetapi aku berharap kalian menyelesaikan dalam wajah satu minggu!"."Apa? Bagaimana bisa secepat itu? Kami harus--"Regina dengan cepat memotong perkataannya. "Tidak perlu untuk sesempurna sebelumnya, paling penting kualitas mendekati dan layak untuk rilis.""Kami akan melakukan yang terbaik, Nyonya Regina," jawab perwakilan perusahaan game itu dengan bersemangat.Regina mengangguk, "Aku percaya pada k