"Papa, kenapa papa tidak memberitahuku ternyata proyek ini memiliki banyak masalah. Bagaimana pembangunan bisa dilakukan jika seperti ini?" Regina menelepon Tuan Tan untuk meminta penjelasan. "Itu masalah yang harus kau hadapi. Aku ingin kau menyesalkan semuanya. Bukankah aku sudah membekalimu tim ahli?"Tuan Tan menanggapi dengan santai. "Tapi diantara mereka ada yang tertunda datang. Apa Papa sengaja mengirimkan proyek tang bermasalah ini padaku?""Regina, setiap proyek kau akan menemui masalah. Kau selesaikan dengan caramu. Reguna, kau ingin aku tetap mempertahankanmu sebagai CEO, kan? Jika masalah semuda ini saja kau tidak bisa menanganinya, bagaimana kau pantas?" Tuan Tan langsung mengakhiri panggilan setelah merendahkannya. Regina menyimpan ponselnya. Dia termenung memikirkan apa yang harus dia lakukan. "Apa kau sudah selesai mengeluh pada Tuan Tan?" Sekertarisnya datang mendekatinya. "Kau terlihat tertekan, apa kau ingin mundur?" "Tidak. Kita akan memulai diskusi. Kumpulkan
"Aku merindukanmu." Suara yang lembut terdengar dari bibirnya. Regina tersentuh dan memeluknya erat. "Aku juga merindukanmu."Kevin melepaskan pelukannya. "Mama, papa juga merindukanmu. Sekarang giliran Papa untuk memeluk Mama. Aku tahu kalian lebih saling merindukan daripada aku." Kevin memundurkan tubuhnya untuk memberi ruang pada Henry. Regina dan Henry hanya saling berhadapan dengan canggung. Kevin tidak tahan melihat, tidak bisa untuk tidak mendorong Henry. "Papa, kenapa hanya diam saja? Tidak perlu malu. Hanya aku yang akan melihat." Henry melangkah maju dan memeluk Regina. Belum sempat Henry mengatakan apapun, Regina langsung mendorong suaminya. Regina merasa canggung melihat Henry. "Papa, kenapa hanya diam saja?" Henry melangkah maju dan memeluk Regina. Belum sempat Henry mengatakan apapun, Regina langsung mendorong suaminya, "Aku lelah, hari ini, aku tidak memiliki mood yang bagus untuk berakting," bisik Regina. "Eh? Kenapa hanya sebenar, apa kalian merasa malu? Aku akan
Regina langsung bangun. Dia mengenggam selimut dengan erat. Dia tidak melakukan kontak mata dengan Henry, "Apa kau tidak tahu malu mengatakan hal yang tidak pantas seperti itu?" Henry tertawa kecil, bangun dan duduk di samping istrinya, "Hal yang tidak pantas? Apa kau memikirkan bahwa kita akan.....yang aku maksudkan bukan itu, tapi jika kau mau maka--Regina menoleh ke arah Henry. "Tidak aku tidak menginginkannya. Berhentilah menggodaku, aku sangat lelah hari ini." Henry turun dari tempat tidur. "Aku sudah memesankan minuman khusus untukmu. Aku akan meminta mereka mengantarnya." "Kau tidak memesan wine atau alkohol lainnya kan? Aku sedang tidak ingin minum," ucap Regina. "Tidak. Ini bukan alkohol." Henry mengobrol dengan seseorang menggunakan telepon untuk memesan layanan room service. Dia dapat mendengar apa yang dikatakan Henry dengan jelas. "Kenapa kau meminta mengantar ke sana?""Kita tidak mungkinkan mengobrol di suasana gelap seperti ini. Sesuatu yang lain akan terjadi ji
"Maaf, aku harus pergi." Regina merasa tidak nyaman dengan suasana yang menjadi penuh ketegangan. Langkahnya tergesa-gesa meninggalkan ruangan, menarik tangan Henry yang mengikuti langkahnya, memaksanya untuk keluar. "Kenapa kau datang ke sini? Apa kau sengaja menguping pembicaraan dan mempermalukanku?" Reguna menadang dengan kesal. "Aku tidak percaya restoran ini punya kedap suara yang buruk." Regina membuka pintu mobil. Henry mengikutinya masuk. "Mempermalukanmu? Aku justru membantumu keluar dari situasi yang tidak menguntungkan." Henry tidak kalah marah. "Aku bisa mengatasinya sendiri tanpa perlu kau ikut campur!" Regina menegaskan. Henry mencibirnya, "Benarkah? Tapi, yang aku lihat kau justru berasa di posisi terdesak. Hei, tawaranku masih berlaku. Dibandingkan dengan mereka, aku akan mendapatkan tim ahli yang lebih kompeten." "Kau pasti akan menggunakan orang yang kau bawa untuk menjadi mata-matamu? Lalu kau akhirnya menghancurkan apa yang telah berhasil aku raih," cibir Reg
Regina dan Henry tiba di hotel. Kevin begitu bahagia mendengar apa yang dikatakan Henry. "Jadi, apa Mama sungguh akan ikut kita pergi bersama? Apa Mama tidak lelah setelah bekerja?" Kevin merasa senang dan juga khawatir. Regina tersenyum, "Tidak apa-apa. Pergi bersamamu sama saja dengan beristirahat untukku." Henry mengambilkan mantel tambahan, memakaikan pada Kevin. "Papa, ini terkait berlebihan, aku merasa tidak nyaman." "Kau harus menggunakannya, udara sangat dingin. Jika kau sakit saat kembali ke rumah bagaimana? Kau tidak bisa ke sekolah dan hanya akan tidur sendirian di rumah. Kau tidak mau kan?"Kevin cemberut, tapi dia tidak menolaknya lagi, membiarkan Henry membantunya menggunakan mantelnya. Henry beralih ke arah Regina. "Kau juga, gunakan tambahan pakaian yang hangat. Tubuhmu lemah bukan?" "Aku tahu, aku akan mengambilnya di kamarku dan bersiap. Kita bertemu di lobi saja 20 menit dari sekarang.""20 menit terlalu lama. 10 menit!" Henry memberikan penawaran lainnya. "Bai
Regina panik, dia bergerak ke arah Kevin yang jatuh ditangkap oleh seseorang. "Terima kasih, kau telah menyelamatkan putraku."Pria yang awalnya menunduk itu, mengangkat wajahnya. Regina menatapnya dengan ekspresi terkejut. "Evan?""Guru?" Kevin juga merasa terkejut. Evan tersenyum, "Kebetulan sekali kita bertemu. Kevin, kau harus berhati-hati lain kali, apa kau terluka?""Tidak. Berkat guru, aku tidak terluka." "Evan, aku benar-benar berterima kasih padamu. Apa kau datang bersama anak dan istrimu?" tanya Regina. "Tidak. Aku datang untuk pekerjaan." "Pekerjaan apa di tempat seperti ini? Apa kau pelatih Ski?" tanya Regina. "Tidak. Aku memang guru, tapi aku memilki pekerjaan lain." Henry datang mendekat. Dia menatap tajam ke arah Evan. "Apa yang kau lakukan? Meninggalkanku untuk pria lain?" "Henry, kenapa kau bersikap kasar?. Evan telah menyelamatkan Kevin. Seharusnya kau memperlakukannya dengan baik," tegur Regina pada suaminya. "Regina, tidakkah kau merasa aneh melihatnya ad
"Apa kau membahas tentang janjiku untuk mentraktirmu makan? Bukankah kau saat ini sudah kembali ke ibu kota? Aku akan menghubungimu ketika aku--"o"Tidak. Bukan tentang itu," bantah pria itu dengan cepat. "Lalu, apa ini tentang Kevin? Apa ada sesuatu yang terjadi pada Kevin di sekolah?" "Tidak. Sebenarnya aku ingin kita membahas tentang bisnis. Seorang teman mengatakan padaku bahwa kau mencari patner untuk bekerja sama. Aku memiliki kemampuan yang kau butuh kan." Regina terdiam sejenak, "Tapi, bukankah kau seorang guru?" "Sebenarnya itu bukan pekerjaan utamaku. Aku bekerja di perusahaan. Bagaimana jika membahas detilnya secara langsung? Kebetulan, aku masih di kota A." "Baiklah. Bolehkah aku yang menentukan lokasinya dan kita bertemu nanti saat makan siang." "Baiklah, Kirimi aku pesan jika kau sudah menentukan tempatnya. Sampai bertemu nanti," ucap Evan mengakhiri panggilannya. Regina mengirim pesan meminta sekertarisnya untuk melakukan reservasi."Regina Tan, apa kau akan mem
"Kenapa mereka melihatku seperti itu?" Regina yang sedang membeli sesuatu di sebuah toko mainan, menatap heran pada orang-orang yang memandanginya dengan tatapan yang berbeda. Regina pura-pura tidak peduli, dia sangat lelah, tapi masih menyempatkan waktu membeli mainan sebelum melanjutkan perjalanan ke Apartemen. "Bukankah dia wanita yang berselingkuh dengan suami orang? Aku merasa kasihan pada Henry Jian yang perhatian pada istrinya." "Ssst, jangan keras-keras. Kita bisa dituntut olehnya. Kau tahukan seperti apa karakter dari Nona Tan." Regina menoleh ke arah dua wanita muda yang sedang bergosip. Mereka dengan terburu-buru melangkah pergi, bertindak tidak pernah mengatakan apapun. Regina meletakkan mainan yang sebelumnya dia pilih, tangannya merogoh tas untuk mengambil ponselnya. Regina melihat berita apa yang sedang Trend. Betapa terkejutnya dia saat melihat apa dibaca. Ponselnya berdering, nama Henry tertera di layarnya. Regina tanpa ragu menjawab. Suara teriakan Henry begitu
"Henry, kau benar-benar memecatku? Apa kau tidak bisa membedakan masalah pribadi dan pekerjaan?" Reina memberikan protes keras. Henry menatap Reina dengan tatapan dingin. "Ini bukan masalah pribadi, Reina. Kau sudah melanggar keprofesionalis dengan mengabaikan tugasmu kemarin. Dan juga, aku ingin kita mengakhiri hubungan ini. Aku berharap kau segera bereskan barangmu dari apartemenku juga." Reina tersenyum pahit. "Kau ingin membuangku begitu saja setelah bosan padaku? Henry, aku akan membongkar kelakuanmu ini ke media." Henry tidak mengubah ekspresi dinginnya. "Lakukan saja!" "Baiklah. Kau pasti akan menyesalinya. " Reina pergi dengan membanting pintu dengan kesal. Henry tidak memedulikannya. Dia masih memiliki banyak hal yang harus dia lakukan. *** Regina merasa kesal melihat pesan yang tidak berhenti datang padanya. Tidak peduli berapa banyak dia memblokirnya. Pria itu tetap saja mengganggunya. "Regina, apa kau sudah menunggu lama? Maafkan aku." Regina mematikan ponse
"Kau tidak perlu mengantarku sampai ke dalam," ucap Regina dengan sopan. "Tidak. Aku tidak bisa membiarkanmu sendirian dan juga aku ingin bertemu dengan anakmu. Kau mungkin menolakku saat ini karena anakmu, kan? Jika aku bisa membuatnya menyukaiku, kau juga akan menerimaku, kan?" ucap Harlan dengan percaya diri. Regina menatap dengan serius. "Harlan, jangan membuang waktu untukku. Kau pantas mendapatkan wanita yang lebih baik. Saat ini kehidupanku begitu rumit, kau mungkin akan menyesalinya."Harlan tersenyum lembut. "Tidak masalah. Aku siap menghadapi semuanya. Aku justru akan menyesal jika melepaskanmu."Regina menatap matanya. Dia dapat melihat ketulusan pria ini. "Baiklah. Jika Kau dapat menyayangi putraku, aku akan memperingatkannya, tetapi kau harus benar-benar tulus padanya." Harlan mengangguk. *** "Kevin, kenapa kau berada di luar?" Regina yang tiba di depan pintu apartemen dengan Harlan, menatap Kevin dengan cemas. "Paman Harlan, bawa Mamaku ke tempat lain. Saat ini Pap
Regina terdiam sejenak, terkejut dengan permintaan Kevin yang tak terduga. "Kevin, ini... bukankah kau tidak menginginkan perpisahan antara aku dan Henry. Kenapa kau menyarankan ini?" "Karena papa tidak peduli dengan perasaan Mama lagi. Aku tidak ingin Mama harus menerima pengkhianatan ini. Jika memang Papa memilih wanita lain, kenapa Mama tidak bisa bersama pria lain yang dapat membahagiakan Mama. Aku hanya ingin melihat Mama bahagia." Regina langsung memeluk Kevin erat. "Kevin, terima kasih telah memikirkanku. Aku akan mencoba bertemu dengan pria lain dan aku janji pria itu juga akan memperlakukanmu dengan baik lebih daripada Henry." Tangan mungil Kevin membalas pelukan Regina. "Mama tidak perlu memikirkanku. Selama Mama menemukan pria yang Mama cintai, aku tidak masalah siapapun pria itu." Regina tersenyum. Dia mengusap lembut rambut Kevin. "Ayo, tidur." Kevin mengangguk. Dia dengan cepat naik ke tempat tidur. Regina tidur di sebelahnya. Meskipun mencoba untuk terlelap,
Regina mengepalkan tangannya melihat foto yang tersebar di Internet. Regina dapat mengenali wajah wanita itu, meskipun harus kembali. "Jadi mereka bersama lagi?" Ponselnya langsung direbut oleh Rey. "Tidak perlu melihat gosip yang menganggu pekerjaanmu. Jika kau tidak bisa berkonsentrasi, lebih baik tidak perlu bekerja. Masih baik aku masih memberimu kesempatan bekerja dengan posisi pimpinan." "Aku tahu. Aku hanya kebetulan melihat foto itu." Regina kembali mengetik sesuatu. Rey meletakkan ponsel Regina. "Haruskan aku menyingkirkan wanita itu? Henry terlihat lebih bahagia dengan wanita itu daripada denganmu." Regina menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya dari gelombang emosi yang melanda. "Tidak perlu, Kak. Aku tidak ingin ikut campur masalah pribadinya.".Rey mencibirnya, "Bukankah kau sampai menentang Papa untuk menikah dengannya dan kau juga begitu keras kepala menolak kerja sama denganku dan Papa hanya karena pria itu. Apa cintamu sekarang sudah luntur?""Aku
"Regina akan menjadi CEO perusahaan menggantikanku!" Tuan Tan menegaskan. "Regina, bisakah kau mengatakan sesuatu kepada para kolega kita?"Regina mengalihkan pandangan. Dia mencoba untuk menenangkan perasaan dan pikirannya. Namun, suara keras tiba-tiba terdengar. "Aku tidak memberimu izin!" Pria yang tidak lain adalah Henry langsung naik ke panggung dan menarik tangan Regina. "Ikut denganku!" Rey dengan cepat menahan tangan Regina. "Hanya karena kau suaminya, kau bisa seenaknya saja membatasi apa yang Regina lakukan?" Henry menatap pria itu dengan tajam. "Kau hanya orang luar, lebih baik tidak ikut campur!""Orang luar?" Rey tersenyum pahit. "Aku adalah kakaknya. Aku berhak untuk membela adikku.""Cukup!" Tuan Tan menghentikan perdebatan kedua pria itu. "Henry Jian, lepaskan tanganmu dari putriku." Henry justru tertawa. "Sekarang kau menganggapnya putrimu hanya karena dia menurut padamu? Kau lupa bagaimana kau memukulinya?""Jangan bicara sembarangan. Aku bisa meminta security unt
"Nyonya, Anda mau kemana?" agen properti itu menahan Regina."Aku tidak jadi menyewa tempat ini!" Regina dengan cepat melarikan diri. Agen properti itu mengambil ponselnya. "Tuan, Nyonya sudah melarikan diri. Saya sudah berhasil mengelabuinya. " Senyum licik terukir di bibir wanita itu. ***Regina berusaha untuk membuka pintu mobilnya, tetapi dengan tubuh gemetar membuatnya kesulitan. Bahunya merasakan sesuatu yang menyebutnya. Regina dengan gugup berbalik. "Kau? Apa yang kau lakukan di sini?" Regina terkejut melihat keberadaan Henry. Bukannya menjawab, Henry justru mengejeknya. "Apa kau begitu tidak punya uang sampai datang ke apartemen kecil ini? Kau tidak akan mendapatkan rumah yang layak."Regina mulai menyadari sesuatu. "Apa kau yang selama ini mengatur agak aku tidak bisa menemukan rumah. Jika kau ingin balas dendam bukan begitu caranya!" Regina merasa marah dan tertekan. "Berhentilah mencampuri urusanku!"Henry hanya tersenyum sinis. "Kau pikir bisa pergi begitu saja dariku
"Kau ingin pergi? Kemana kau bisa pergi? Tidak mudah mencari rumah dalam waktu singkat," cibir Regina. "Itu urusanku!" Regina langsung pergi begitu saja. Regina tidak perlu membereskan apapun karena semua adalah milik Henry. Saat kakinya melangkah melewati ruangannya, tanpa sengaja dia bertemu dengan Asistennya yang justru melewatinya, "Wanita bodoh, kau begitu mudah masuk ke perangkap."Regina membalikan tubuhnya. Asisten itu menoleh ke arahnya dengan senyuman meremehkan. "Kau! Apa kau bersekongkol dengan mereka? Jika sampai Henry tahu maka kau--""Nyonya Regina, lebih baik kau memikirkan dirimu sendiri sebelum memberiku peringatan, karena aku tidak sebodoh dirimu yang dengan mudah terjebak dalam permainan ini!" Asistennya itu langsung berbalik pergi. Regina hanya bisa mengepalkan tangannya. Ini salahnya karena tidak curiga pada wanita itu. *** Setelah tiba di rumah, Regina langsung meminta Kevin untuk mengemas pakaiannya. "Kevin, kemasi pakaianmu, kita berdua akan pergi dari rum
Henry mengepalkan tangannya melihat video yang dia lihat. "Sial, permainan macam apa ini? Apa ada orang dalam perusahaan yang terlibat?" "Saya pikir begitu. CEO Jian, sebenarnya Tuan Jian menghubungi saya dan memberitahu Anda, jika ingin mengetahui dalang dari masalah ini, Anda harus datang menemuinya. "Henry terdiam sejenak. "Baiklah, atur pertemuan dengan Papa sekarang juga!"Asistennya menghentikan mobil di tempat yang aman, lalu mulai mengirim pesan pada Tuan Jian.*** "Jadi, Henry. Bukankah aku sudah peringatkan tentang memasukkan wanita itu ke perusahaan hanya akan membawa kerugian?" Tuan Jian mencibir putranya yang baru datang. Henry menarik kursi dengan tenang. "Apa papa memintaku bertemu hanya untuk menyalahkan Regina? Belum tentu ini adalah kesalahan istriku, bisa saja Papa orang yang terlibat."Tuan Jian menatap tajam. "Kau berani menuduh Papamu sendiri? Setelah kau melihat rekaman ini, apa kau masih akan mempercayai istrimu?""Apa ini sebuah editan?" Henry masih menolak
"Ya, aku yakin!" jawab Regina dengan tegas. CEO Smith menatapnya sejenak, kemudian mengangguk singkat. "Baiklah, aku akan memberi waktu satu minggu. Tapi ingat, jika gagal, tepati janjimu itu!"Regina mengangguk, menguatkan keputusannya. "Terima kasih atas kesempatan yang diberikan. Kami tidak akan mengecewakan Anda."Setelah pertemuan selesai, Regina dan asistennya meninggalkan ruangan rapat. Saat itu CEO Smith mengambil ponselnya. "Hallo, CEO Jian....."***Regina mulai bekerja keras. Dia menemui orang dari perusahaan game yang bertanggung jawab. "Aku akan memberikan tambahan dana, tetapi aku berharap kalian menyelesaikan dalam wajah satu minggu!"."Apa? Bagaimana bisa secepat itu? Kami harus--"Regina dengan cepat memotong perkataannya. "Tidak perlu untuk sesempurna sebelumnya, paling penting kualitas mendekati dan layak untuk rilis.""Kami akan melakukan yang terbaik, Nyonya Regina," jawab perwakilan perusahaan game itu dengan bersemangat.Regina mengangguk, "Aku percaya pada k