Regina dan Henry tiba di hotel. Kevin begitu bahagia mendengar apa yang dikatakan Henry. "Jadi, apa Mama sungguh akan ikut kita pergi bersama? Apa Mama tidak lelah setelah bekerja?" Kevin merasa senang dan juga khawatir. Regina tersenyum, "Tidak apa-apa. Pergi bersamamu sama saja dengan beristirahat untukku." Henry mengambilkan mantel tambahan, memakaikan pada Kevin. "Papa, ini terkait berlebihan, aku merasa tidak nyaman." "Kau harus menggunakannya, udara sangat dingin. Jika kau sakit saat kembali ke rumah bagaimana? Kau tidak bisa ke sekolah dan hanya akan tidur sendirian di rumah. Kau tidak mau kan?"Kevin cemberut, tapi dia tidak menolaknya lagi, membiarkan Henry membantunya menggunakan mantelnya. Henry beralih ke arah Regina. "Kau juga, gunakan tambahan pakaian yang hangat. Tubuhmu lemah bukan?" "Aku tahu, aku akan mengambilnya di kamarku dan bersiap. Kita bertemu di lobi saja 20 menit dari sekarang.""20 menit terlalu lama. 10 menit!" Henry memberikan penawaran lainnya. "Bai
Regina panik, dia bergerak ke arah Kevin yang jatuh ditangkap oleh seseorang. "Terima kasih, kau telah menyelamatkan putraku."Pria yang awalnya menunduk itu, mengangkat wajahnya. Regina menatapnya dengan ekspresi terkejut. "Evan?""Guru?" Kevin juga merasa terkejut. Evan tersenyum, "Kebetulan sekali kita bertemu. Kevin, kau harus berhati-hati lain kali, apa kau terluka?""Tidak. Berkat guru, aku tidak terluka." "Evan, aku benar-benar berterima kasih padamu. Apa kau datang bersama anak dan istrimu?" tanya Regina. "Tidak. Aku datang untuk pekerjaan." "Pekerjaan apa di tempat seperti ini? Apa kau pelatih Ski?" tanya Regina. "Tidak. Aku memang guru, tapi aku memilki pekerjaan lain." Henry datang mendekat. Dia menatap tajam ke arah Evan. "Apa yang kau lakukan? Meninggalkanku untuk pria lain?" "Henry, kenapa kau bersikap kasar?. Evan telah menyelamatkan Kevin. Seharusnya kau memperlakukannya dengan baik," tegur Regina pada suaminya. "Regina, tidakkah kau merasa aneh melihatnya ad
"Apa kau membahas tentang janjiku untuk mentraktirmu makan? Bukankah kau saat ini sudah kembali ke ibu kota? Aku akan menghubungimu ketika aku--"o"Tidak. Bukan tentang itu," bantah pria itu dengan cepat. "Lalu, apa ini tentang Kevin? Apa ada sesuatu yang terjadi pada Kevin di sekolah?" "Tidak. Sebenarnya aku ingin kita membahas tentang bisnis. Seorang teman mengatakan padaku bahwa kau mencari patner untuk bekerja sama. Aku memiliki kemampuan yang kau butuh kan." Regina terdiam sejenak, "Tapi, bukankah kau seorang guru?" "Sebenarnya itu bukan pekerjaan utamaku. Aku bekerja di perusahaan. Bagaimana jika membahas detilnya secara langsung? Kebetulan, aku masih di kota A." "Baiklah. Bolehkah aku yang menentukan lokasinya dan kita bertemu nanti saat makan siang." "Baiklah, Kirimi aku pesan jika kau sudah menentukan tempatnya. Sampai bertemu nanti," ucap Evan mengakhiri panggilannya. Regina mengirim pesan meminta sekertarisnya untuk melakukan reservasi."Regina Tan, apa kau akan mem
"Kenapa mereka melihatku seperti itu?" Regina yang sedang membeli sesuatu di sebuah toko mainan, menatap heran pada orang-orang yang memandanginya dengan tatapan yang berbeda. Regina pura-pura tidak peduli, dia sangat lelah, tapi masih menyempatkan waktu membeli mainan sebelum melanjutkan perjalanan ke Apartemen. "Bukankah dia wanita yang berselingkuh dengan suami orang? Aku merasa kasihan pada Henry Jian yang perhatian pada istrinya." "Ssst, jangan keras-keras. Kita bisa dituntut olehnya. Kau tahukan seperti apa karakter dari Nona Tan." Regina menoleh ke arah dua wanita muda yang sedang bergosip. Mereka dengan terburu-buru melangkah pergi, bertindak tidak pernah mengatakan apapun. Regina meletakkan mainan yang sebelumnya dia pilih, tangannya merogoh tas untuk mengambil ponselnya. Regina melihat berita apa yang sedang Trend. Betapa terkejutnya dia saat melihat apa dibaca. Ponselnya berdering, nama Henry tertera di layarnya. Regina tanpa ragu menjawab. Suara teriakan Henry begitu
Kevin menggeleng pelan, "Bukan begitu, maaf, aku sungguh tidak bermaksud untuk menuduh Mama, tolong jangan marah. Regina menatap Kevin dengan penuh penyesalan. "Kevin, maafkan aku karena telah membentakmu. Aku hanya merasa merasa lebih emosional karena pertengkaran tadi..""Ya, Mama. Aku mengerti. Mama yang sekarang tidak akan memperlakukanku buruk, berbeda dengan saat itu." Regina mengelus kepala Kevin lembut. "Apa kau membicarakan saat pertama kali kita pertama bertemu atau kau memiliki ibu yang lain sebelum aku?" Kevin menutup rapat bibirnya, tindakannya selalu seperti ini, setiap kali disinggung tentang hal itu. Regina merasa penasaran, tapi sampai kapan dia harus menunggu anak ini bicara? Regina meminta orang menyelidiki tentang latar belakang Kevin, tapi tidak menemukan apapun. "Mama, tapi kenapa Mama dan Papa bertengkar lagi? Kali ini, Papa terlihat lebih marah dari biasanya," tanya Kevin mengalihkan pembicaraan. "Kevin, tidak perlu memikirkan masalah orang dewasa. Apa kau
Regina mendorong Henry dengan keras dan menamparnya. "Hentikan, Henry! Jangan kau pikir bisa menjadikanku pelampiasan!" seru Regina dengan wajah dan mata merah Tamparan Regina membuat kesadaran Henry sedikit kembali. "Regina, kau! Beraninya kau menamparku!" "Henry, aku susah bilang padamu, aku bukan wanita gampangan seperti para gadis yang akan menerima tindakan kurang ajarmu itu!" Regina menatapnya tajam. "Kau bisa gunakan kamar sesuai dengan keinginanmu, aku akan tidur di kamar Kevin." "Hei, Regina. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kau begitu marah? Bukankah aku yang seharusnya marah?" Henry meraih tangan Regina, tetapi langsung ditepis dengan kasar. "Apa kau tidak sadar apa yang kau lakukan? Henry, kau pria brengsek!" makin Regina dengan penuh emosi. "Kau berani memaki suamimu?!" Henry menatapnya tajam. Regina tidak menghiraukannya. Dia meninggalkan Henry begitu saja, dan masuk ke kamar Kevin. "Kevin, apa kau sudah tidur? Bolehkah mama tidur di sini?" Kevin dengan mata yan
"CEO Tan maaf, anda tidak bisa bertemu CEO perusahaan kami tanpa mengatur pertemuan dan juga CEO kami mengatakan telah menolak pertemuan dengan perusahaan Anda," ucap Resepsionis menyampaikan dengan sopan. Regina memandang resepsionis dengan tatapan tajam. "Tolong sampaikan pada CEO perusahaan Anda bahwa Regina Grace Tan tidak akan menyerah begitu saja. Saya bersedia menunggu di sini hingga mereka memberikan kesempatan untuk berbicara." "CEO Tan, tolong jangan mempersulit pekerjaan kami. CEO tidak akan senang dengan sikap Anda yang terlalu pemaksa seperti ini. Bisakah Anda kembali saja?" Resepsionis itu mendesaknya. "Apa kau tidak dengar apa yang aku katakan? Aku akan menunggu di sini sampai CEO kalian datang!" Regina menegaskan. "CEO Tan, ternyata kau lebih tidak beradab dari yang aku kira." Reguna menoleh ke arah seorang pria yang lebih tua darinya. "CEO Jung, maaf untuk ketidaknyamanannya, tapi izinkan saya untuk berbicara dengan Anda tentang proyek itu." Regina berjalan mendek
"Aku akan mempertimbangkan bekerja sama denganmu, tapi temani aku malam ini!" Sekertarisnya membacanya dengan keras. Regina merebut kembali ponselnya. "CEO Tan, jadi itu caramu untuk mendapatkan kesempatan dari CEO Jung? Kau menjual tubuhmu untuk bisnis? Tidak cukup hanya CEO JIan, kau juga mengincar yang lain. Benar-benar wanita serakah." Sekertarisnya mengembalikan kembali ponsel Regina.. Regina menampar sekertarisnya dengan keras. Regina tersentak marah, "Jaga kata-katamu. Aku tidak akan pernah menjual diriku demi bisnis. Hanya karena aku sering diam bukan berarti kau bisa berbicara buruk padaku" Sekertarisnya me pipinya yang terasa perih akibat tamparan Regina, " Beraninya kau menamparku! Kau akui saja, jika kau selalu menggunakan cara kotor. Kau tidak bisa melakukannya apapun selain melayani para pria. Sekertaris itu membalas tamparannya, tapi Reguna dapat menghindarinya. Tidak kehabisan akan, tangannya menarik rambutnya. Regina juga membalasnya, mereka saling menarik