Mata Regina melebar dengan perubahan situasi ini. Ada apa dengan anak ini? Regina hanya mencoba membantunya, tapi dia membalasnya seperti ini. Dia tidak ingin terseret dalam masalah yang merepotkan ini. "Hei, pria kecil, siapa yang kau panggil mama? Aku bahkan belum pernah melahirkan, bahkan hamil juga tidak."
Para tamu mulai saling berbisik. Telinga Regina dapat menangkap isi bisikan mereka. "Pasti Nona Tan yang menjebak Tuan Jian untuk memiliki anak!""Tidak heran dia melakukan hal serendah itu. Regina Tan punya ambisi tinggi yang rela melakukan apapun. Dia berpura-pura membenci Tuan Muda Jian, tapi justru memiliki anak bersama bahkan tidak mau mengakuinya, sungguh memalukan!"Tanggapan buruk dari orang-orang disertai tatapan yang menatapnya dengan tatapan merendahkan membuat Regina merasa tidak nyaman.Regina mengepalkan tangannya. "Sialan! Situasi macam apa ini? Bukankah seharusnya kalian mengkritiknya karena tidak mengakui anaknya? Kenapa justru aku yang dipandang buruk di sini? Aku tidak cukup gila untuk tidur dengan musuhku!" Regina hanya menyimpan dalam pikirannya untuk tetap menjaga citra wanita anggun. Meskipun dia meneriakkan kebenaran, apa ada yang percaya. Saat Dia berusaha keras untuk tidak meledak, tetepi saingannya justru menambahkan api membuat Regina semakin terintimidasi.Henry tiba-tiba saja sudah berada di depan wanita yang terlihat tertekan itu. "Kalau dilihat, anak ini juga mirip dengan Nona Muda Tan. Aku tidak menyangka demi mendapatkan perhatianku, kau menjebakku, mengambil keuntungan dariku untuk memiliki anak dariku,"cibir Henry. Pria itu menatap dengan penuh ejekan."Siapa yang melakukan hal bodoh begitu? Melihat wajahmu saja sudah membuatku muak. Bahkan jika kau satu-satunya pria di muka bumi aku tidak akan memilihmu! " Regina menatap pria itu dengan penuh kebencian. "Lebih baik kau urus saja anakmu ini. Jangan melampiaskannya "Regina menjauhkan anak darinya dan mendekatkan pada Henry. Dia dengan segera melangkah untuk pergi.Jari-jari Henry mencengkeram erat lengan wanita itu. "Mau melarikan diri setelah membuat keributan? Kau harus ikut denganku!" Tuan Muda Jian menarik tangan Regina dan juga meminta asistennya untuk membawa anak yang mengaku sebagai anaknya itu."Henry Miler Jian! Lepaskan aku! Ini tidak ada hubungan denganku. Aku bahkan tidak tahu anak itu datang darimana. Kau bisa melakukan penyelidikan apa aku pernah tidur denganmu atau tidak?" Regina meronta berusaha untuk melepaskan diri dari jeratan pria itu. Tangannya yang dicengkeram erat olehnya seolah akan segera patah.Henry tidak mengatakan apapun yang membuat Regina merasa kesal. Mereka bertiga duduk di kursi belakang mobil. Kevin dapat merasakan udara yang mencengkeram ini. Dia tiba-tiba saja mengenggam tangan kedua orang yang bersitegang itu. "Mama dan Papa, apa kalian akan meninggalkanku lagi? Kenapa kalian tidak mau mengakui ku? Apa aku berbuat salah?"Anak laki-laki itu mulai menangis keras.Henry dan Regina menoleh ke arah anak yang menangis itu. Henry memegang telinganya dengan satu tangan. Dia melirik ke arah Regina, "Hei, kau tenangkan anak ini! Aku tidak suka keributan!""Kau saja, aku tidak tahu caranya. Kaukan Papa dari anak ini.""Kau adalah seorang wanita. Apa kau tidak memiliki jiwa keibuan untuk merawat anak?"Mereka berdua berdebat. Regina merasa kesal, dia akhirnya mencoba untuk menenangkan anak laki-laki bernama Kevin ini. "Diam! jangan menangis!" Regina mengucapkannya dengan meninggikan suaranya menbuat anak kecil itu menangis.Henry mengerutkan keningnya, "Apa seperti itu caramu untuk menangkan anak? Orang bodoh bahkan lebih baik darimu.""Mamaku selalu melakukannya seperti itu padaku! Kalau kau merasa pintar kau saja yang tenangkan dia, tetapi kau bahkan lebih bodoh dariku," ucap Regina dengan datar tanpa ekspresi."Kau!" geram Henry."Tuan dan Nona, tidak perlu bertengkar! Saya akan melakukannya." Asisten itu tidak tahan lagi dan mengusulkan diri menjadi penengah."Cepat lakukan! Jika gagal kau akan tahu akibatnya!" ancam Henry dengan penuh penekanan.***"Dia benar-benar berhenti. Ternyata asistennya lebih bisa diandalkan daripada Tuannya." Regina kembali mencibir Tuan Muda Jian.Henry tersenyum sinis dan membalas cibiran. "Kau bahkan tidak lebih baik dariku, Nona Regina."Perdebatan diantara kedua orang ini-Regina dan Henry bukanlah hal asing, mereka berdua selalu berdebat bahkan untuk hal-hal kecil sekalipun. Asistennya menatap kedua orang itu lalu ke arah anak yang sedang makan es krim dengan wajah belepotan. "Apa anak ini benar-benar anak Tuan Muda dan Nona Muda Tan?""Omong kosong!" Kedua orang ini menjawab dengan kompak."Tapi, wajah anak ini seperti perpaduan dari kalian berdua. Melihat umur anak ini, apa kalian pernah berkencan saat SMA?" tanya Asisten.Regina langsung membantah tanpa perlu berpikir, "Tidak mungkin. Kami adalah rival, bagaimana kami berkencan."Regina bahkan terlalu sibuk untuk bersaing dengan pria ini. Mustahil baginya untuk tertarik pada pria yang keberadaanya hanya membuatnya kesal.Regina tiba-tiba saja berdiri. "Semua sudah selesai, bukan? Aku harus pergi."Lagi-lagi Henry menghentikannya, tubuhnya dipaksa untuk kembali ke kursi. "Apa aku bilang kau boleh pergi? Urusan kita masih belum selesai!" ucap Henry dengan tegas."Apalagi yang kau inginkan dariku? Jika kau ingin aku mengurus anak ini, aku tidak mau. Kau memiliki asisten yang dapat diandalkan untuk urusan anak, kalian berdua saja yang merawatnya" Regina berteriak dengan keras."Mama!" Anak laki-laki itu tiba-tiba mencengkeram ujung dress Regina. Regina sempat menatapnya sejenak, mata anak itu berkaca-kaca.Henry memberikan tanggapan keras. "Oh, jadi kau ingin lepas dari tanggung jawab? Publik bahkan sudah tahu kalau kaulah yang melahirkan anak ini.""Brengsek! Itu semua gara-gara mulut sialanmu itu yang menuduhku! " Untuk pertama kalinya, Regina tidak bisa menahan untuk mengumpat."Kau berani mengumpat padaku?" Tatapan mata Henry begitu tajam."Cukup!" Asisten Henry berteriak keras lalu memberikan usul. "Tuan dan Nona, kenapa kalian bisa tinggal bersama dan melakukan pernikahan saja maka urusan ini akan beres.""Menikah dengan wanita ini?" Henry menoleh ke arah Regina dengan merendahkan. "Aku bahkan tidak kekurangan seorang wanita, kenapa aku harus menikahinya?""Kau pikir aku mau? Siapa wanita sial yang mau bersama dengan pria membosankan dan kejam sepertimu." Regina tidak kalah keras untuk menolak.Asisten dari Henry Jian menghela nafas. "Kalian tidak perlu benar-benar menikah. Ada pernikahan kontrak dengan batas waktu. Tuan Muda Jian, anda telah memiliki citra bagus belakangan ini, apa anda akan rela wajah anda tercoreng hanya karena mengabaikan anak ini dan, untuk Nona Tan, anda tahukan apa yang dipikirkan publik?" Asisten itu menjelaskan solusi yang dia berikan.Regina dan Henry saling terdiam lalu kedua orang itu menoleh satu sama lain. Hanya butuh beberapa detik mereka kembali membuang muka. Asistennya menghela nafas. "Jadi, bagaimana keputusan kalian?"Regina melangkah memasuki pekarangan luas rumah megah itu. Ekspresinya terlihat rumit. Dia membalikkan tubuhnya, tetapi mobil itu sudah tidak ada di sana. "Apa keputusan yang aku ambil tepat? Aku akan menghubunginya lagi untuk mempertimbangkannya."Regina melangkah masuk ke dalam rumah dan langsung disambut dengan tatapan tajam dan tamparan mendarat di pipinya. Pukulan yang begitu keras membuatnya terlempar ke tanah. Regina memegangi pipinya yang merah. "Dasar anak nakal! Kau hanya bisa menyebabkan masalah saja!" Seorang pria paruh baya menatapnya dengan kemarahan. Di sampingnya, seorang wanita berpakaian glamor hanya menatap dengan acuh tak acuh. "Selama ini, aku telah membesarkanmu untuk menjadi wanita sempurna, elegan yang bisa menjadi role model di kota ini, tapi yang kau lakukan justru menghancurkan nama baik keluarga dengan memiliki anak haram bahkan hamil di usia muda!""Papa, kau salah paham. Aku tidak memiliki anak. Anak itu adalah anak Henry Jian--""Ya, itu anakmu dan Hen
"Tidak! Aku tidak bisa pergi sekarang! Kau lihat apa yang kau lakukan pada mamaku?" Regina berusaha untuk melepaskan diri dari jerat tangan kekar pria tampan ini. Henry berteriak dengan penuh kemarahan, "Kau masih menganggap orang itu sebagai Mama setelah apa yang dia lakukan padamu? Nona Regina, aku benar-benar tidak mengerti denganmu, kau menerima begitu saja saat diperlakukan tidak manusiawi seperti itu?" "Benar, Mama, mereka berdua tidak pantas untuk dianggap keluarga," ucap Kevin ikut mengkritik keluarga Tan. Mata polosnya menunjukkan kekhawatiran melihat Regina."Kalian berdua tidak tahu apapun! Lepaskan, aku harus memastikan Mamaku baik-baik saja!" Regina melakukan pemberontakan, mencoba melepaskan diri. Henry justru menarik tangan Regina dengan lebIh kuat. Dia menoleh ke arah anak laki-laki yang berpenampilan mirip dengannya. "Kevin, kau masuk duluan!" Kevin tidak banyak bicara dan langsung masuk. Henry mendorong Regina masuk ke dalam lalu mengunci pintu mobilnya. Dia menge
Henry dan Regina menoleh ke arah anak laki-laki yang menerobos masuk. "Kevin, kau tidak boleh masuk begitu saja!" ucap Henry memberikan nasihat. Kevin melangkah maju, "Papa, kenapa papa tidak mengajakku berdiskusi tentang ini? Jika aku tidak turun dan mendengar pembicaraan para pelayan, aku tidak akan tahu ini. Berikan kontrak itu, aku harus menghapus klausa tentang perceraian itu!" Henry menjauhkan kontrak di tangannya, mengangkatnya tinggi untuk jauh dari jangkauan anak laki-laki yang memiliki tinggi kurang dari 150 cm ini. "Anak kecil tidur seharusnya ikut campur masalah ini. Biarkan orang dewasa mengatasi ini.""Hanya karena aku anak kecil, aku tidak memiliki hak untuk menyampaikan pendapatku? Kenapa orang dewasa selalu egois. Saat kalian berpisah nanti, bagaimana denganku? Kalian tidak pernah memikirkannya, kan? Semua sama saja, aku benci kalian!" Kevin melupakan emosinya lalu berlari pergi meninggalkan tempat itu.Regina menatap kepergian anak itu tanpa berkedip. Pikirannya me
"Apa? Tetap awasi dia sampai kami tiba di sana!" ucap Henry. Dia kemudian mengakhiri panggilan. "Ada apa? Apa terjadi sesuatu dengan anak itu?" Regina hanya menunjukkan ekspresi datar, tetapi nada suaranya di penuhi dengan kekhawatiran. "Anak itu tiba-tiba saja turun di pinggir jalan dan hanya berdiri diam di sana. Anak buahku sudah memintanya untuk ikut bersama mereka, tetapi dia tidak mau." Henry menjelaskan kejadiannya dengan selengkapnya mungkin. "Dia ingin kita yang menjemputnya sendiri. Anak itu, daripada dia punya sifat egois dan keras kepala yang menyebalkan itu?""Susah pasti kau. Kalian berdua seperti hasil copy-paste, benar-benar mirip," cibir Regina. "Aku tidak egois dan keras kepala seperti itu. Kau pasti yang menurunkan sifat itu. Lihat, terlihat jelas dari caramu bicara.""Sudah jelas itu anakmu, dia pasti mewarisinya darimu. Aku tidak ada hubungannya dengan itu. Nama terakhirnya juga Jian bukan Tan.""Hei, aku tidak mungkin memiliki seorang anak sendirian. Kau yang m
"Tidak. Aku tidak mau. Kenapa kita tidak memulai dengan memanggil nama masing-masing," ucap Regina dengan tegas memberikan penolakan pada permintaan yang tidak dia inginkan. Henry menatapnya tajam. "Kita adalah pasangan yang saling mencintai. Jika tidak menunjuk dengan panggilan biasa saja siapa yang akan percaya. Regina, ini tidak seperti kau tidak pernah pacaran dan memberikan panggilan kesayangan, kan?" Regina memegang tengkuknya, membuat Henry memberikan kesimpulan yang mengejeknya, "Serius, kau benar-benar tidak pernah pacaran? Apa tidak ada yang memanggilmu 'sayang' kalau begitu, apa aku akan menjadi orang pertama?""Berhenti mengolok-olokku. Aku tidak sepertimu yang dengan mudah memanggil dengan panggilan memalukan itu. Kau selama ini menyebar panggilan sayang untuk setiap gadis yang berkencan untuk tidur denganmu. Aku tidak ingin kau menyamakanku dengan mereka!" Regina menatapnya dengan marah. Dia bangun dari sofa, ingin segera mengakhiri semua ini. "Kita sudah selesai bukan?
Regina dan Henry tiba di kantor pendaftaran pernikahan, disambut oleh banyaknya pertanyaan yang tertangkap telinga mereka. Sorot kamera dan mikrofon terarah pada mereka. "Apa kalian datang untuk mendaftarkan pernikahan?""Apa benar kalian sebenarnya telah menikah sejak muda, tetapi kenapa kalian tidak segera mendaftarkan pernikahan?""Kenapa kalian menyembunyikan hubungan kalian?"Regina dan Henry tidak punya waktu untuk berpikir alasan apa yang tepat untuk menjawabnya. Namun, ada satu pertanyaan yang menarik perhatian Regina "Nyonya, apa dress yang anda gunakan adalah rancangan Nyonya Jian? Apa ibu mertua anda membuatnya secara khusus?" Ini memberikan kejutan besar bagi Regina yang membuatnya tidak bisa berhenti berpikir. Ada banyak pertanyaan yang ada di kepalanya. Apalagi, dia ingat dengan apa yang dikatakan oleh Nyonya Jian di sebuah wawancara. Henry menanggapi para wartawan yang berisik itu, "Maaf, kami akan mengadakan konferensi press nanti. Saat ini, kami harus segera masuk d
"Kau bisa pergi sekarang! Ini akan menjadi bukti hubungan kita, " desak Henry marik tubuhnya menjauh dan melebarkan jarak antara mereka. "Kau bisa membuka pintunya sekarang."Regina memandang pria yang bahkan tidak memiliki penyesalan apapun. Dia ingin mengatakan sesuatu, tetapi kata-katanya tersangkut dalam tenggorokan. Tidak jelas mengapa perasaan kacau ini muncul yang menimbulkan kemarahan dalam hatinya. "Apa ada yang ingin kau katakan padaku?" tanya Henry melirik ke arah Regina yang tidak bergerak sedikitpun. Regina hanya diam, melangkah keluar dari mobil dengan perasaan geram. Tidak lupa dia membanting pintu dengan keras. Regina menoleh ke arah kaca mobil, melihat ekspresi kesal dari wajah Henry, perasaan sedikit puas menjalar di hatinya. Regina melangkahkan kaki dengan pandangan lurus, dia menyadari karyawannya yang menatapnya. Sepertinya tujuan Henry telah tercapai untuk menimbulkan gosip tentangnya. Ingatan tentang ciuman yang dibicarakan orang-orang membuatnya terganggu, ba
Wanita itu menarik tubuh Henry menjauh dari Regina. Regina dapat melihat wanita yang dari raut wajahnya terlihat setidaknya berusia lebih dari 40 tahun. "Henry ikut denganku!" Wanita itu menarik tangan Henry dengan keras. "Aku tidak bisa meninggalkan istriku, kita akan bicara lain kali." Henry menepis tangan wanita itu. Wanita itu kembali lagi memegang tangannya dan mengernyitkan kening, terlihat kesal, "Aku tidak akan melepaskanmu kali ini."Regina dapat melihat obsesi dari tatapan mata wanita ini. Tanpa sadar lengannya merangkul lengan Henry dengan posesif. "Maaf, bibi. Aku tidak bisa membiarkan suamiku berbicara hanya berdua dengan wanita lain. Bisakah kau tidak menganggu suamiku?" Henry merespon tindakan Regina dengan cepat dan secara alami memainkan perannya. Tangannya kembali menepis tangan wanita lain itu untuk kedua kalinya dan merangkul Regina dengan cara yang begitu intim. "Istriku sayang, aku tidak akan melakukan hal yang tidak kau sukai." Suaranya begitu lembut pen