Share

Chapter 2 Tuduhan yang Mengarah Padanya

Mata Regina melebar dengan perubahan situasi ini. Ada apa dengan anak ini? Regina hanya mencoba membantunya, tapi dia membalasnya seperti ini. Dia tidak ingin terseret dalam masalah yang merepotkan ini. "Hei, pria kecil, siapa yang kau panggil mama? Aku bahkan belum pernah melahirkan, bahkan hamil juga tidak."

Para tamu mulai saling berbisik. Telinga Regina dapat menangkap isi bisikan mereka. "Pasti Nona Tan yang menjebak Tuan Jian untuk memiliki anak!"

"Tidak heran dia melakukan hal serendah itu. Regina Tan punya ambisi tinggi yang rela melakukan apapun. Dia berpura-pura membenci Tuan Muda Jian, tapi justru memiliki anak bersama bahkan tidak mau mengakuinya, sungguh memalukan!"

Tanggapan buruk dari orang-orang disertai tatapan yang menatapnya dengan tatapan merendahkan membuat Regina merasa tidak nyaman.

Regina mengepalkan tangannya. "Sialan! Situasi macam apa ini? Bukankah seharusnya kalian mengkritiknya karena tidak mengakui anaknya? Kenapa justru aku yang dipandang buruk di sini? Aku tidak cukup gila untuk tidur dengan musuhku!" Regina hanya menyimpan dalam pikirannya untuk tetap menjaga citra wanita anggun. Meskipun dia meneriakkan kebenaran, apa ada yang percaya. Saat Dia berusaha keras untuk tidak meledak, tetepi saingannya justru menambahkan api membuat Regina semakin terintimidasi.

Henry tiba-tiba saja sudah berada di depan wanita yang terlihat tertekan itu. "Kalau dilihat, anak ini juga mirip dengan Nona Muda Tan. Aku tidak menyangka demi mendapatkan perhatianku, kau menjebakku, mengambil keuntungan dariku untuk memiliki anak dariku,"cibir Henry. Pria itu menatap dengan penuh ejekan.

"Siapa yang melakukan hal bodoh begitu? Melihat wajahmu saja sudah membuatku muak. Bahkan jika kau satu-satunya pria di muka bumi aku tidak akan memilihmu! " Regina menatap pria itu dengan penuh kebencian. "Lebih baik kau urus saja anakmu ini. Jangan melampiaskannya "

Regina menjauhkan anak darinya dan mendekatkan pada Henry. Dia dengan segera melangkah untuk pergi.

Jari-jari Henry mencengkeram erat lengan wanita itu. "Mau melarikan diri setelah membuat keributan? Kau harus ikut denganku!" Tuan Muda Jian menarik tangan Regina dan juga meminta asistennya untuk membawa anak yang mengaku sebagai anaknya itu.

"Henry Miler Jian! Lepaskan aku! Ini tidak ada hubungan denganku. Aku bahkan tidak tahu anak itu datang darimana. Kau bisa melakukan penyelidikan apa aku pernah tidur denganmu atau tidak?" Regina meronta berusaha untuk melepaskan diri dari jeratan pria itu. Tangannya yang dicengkeram erat olehnya seolah akan segera patah.

Henry tidak mengatakan apapun yang membuat Regina merasa kesal. Mereka bertiga duduk di kursi belakang mobil. Kevin dapat merasakan udara yang mencengkeram ini. Dia tiba-tiba saja mengenggam tangan kedua orang yang bersitegang itu. "Mama dan Papa, apa kalian akan meninggalkanku lagi? Kenapa kalian tidak mau mengakui ku? Apa aku berbuat salah?"Anak laki-laki itu mulai menangis keras.

Henry dan Regina menoleh ke arah anak yang menangis itu. Henry memegang telinganya dengan satu tangan. Dia melirik ke arah Regina, "Hei, kau tenangkan anak ini! Aku tidak suka keributan!"

"Kau saja, aku tidak tahu caranya. Kaukan Papa dari anak ini."

"Kau adalah seorang wanita. Apa kau tidak memiliki jiwa keibuan untuk merawat anak?"

Mereka berdua berdebat. Regina merasa kesal, dia akhirnya mencoba untuk menenangkan anak laki-laki bernama Kevin ini. "Diam! jangan menangis!" Regina mengucapkannya dengan meninggikan suaranya menbuat anak kecil itu menangis.

Henry mengerutkan keningnya, "Apa seperti itu caramu untuk menangkan anak? Orang bodoh bahkan lebih baik darimu."

"Mamaku selalu melakukannya seperti itu padaku! Kalau kau merasa pintar kau saja yang tenangkan dia, tetapi kau bahkan lebih bodoh dariku," ucap Regina dengan datar tanpa ekspresi.

"Kau!" geram Henry.

"Tuan dan Nona, tidak perlu bertengkar! Saya akan melakukannya." Asisten itu tidak tahan lagi dan mengusulkan diri menjadi penengah.

"Cepat lakukan! Jika gagal kau akan tahu akibatnya!" ancam Henry dengan penuh penekanan.

***

"Dia benar-benar berhenti. Ternyata asistennya lebih bisa diandalkan daripada Tuannya." Regina kembali mencibir Tuan Muda Jian.

Henry tersenyum sinis dan membalas cibiran. "Kau bahkan tidak lebih baik dariku, Nona Regina."

Perdebatan diantara kedua orang ini-Regina dan Henry bukanlah hal asing, mereka berdua selalu berdebat bahkan untuk hal-hal kecil sekalipun. Asistennya menatap kedua orang itu lalu ke arah anak yang sedang makan es krim dengan wajah belepotan. "Apa anak ini benar-benar anak Tuan Muda dan Nona Muda Tan?"

"Omong kosong!" Kedua orang ini menjawab dengan kompak.

"Tapi, wajah anak ini seperti perpaduan dari kalian berdua. Melihat umur anak ini, apa kalian pernah berkencan saat SMA?" tanya Asisten.

Regina langsung membantah tanpa perlu berpikir, "Tidak mungkin. Kami adalah rival, bagaimana kami berkencan."

Regina bahkan terlalu sibuk untuk bersaing dengan pria ini. Mustahil baginya untuk tertarik pada pria yang keberadaanya hanya membuatnya kesal.

Regina tiba-tiba saja berdiri. "Semua sudah selesai, bukan? Aku harus pergi."

Lagi-lagi Henry menghentikannya, tubuhnya dipaksa untuk kembali ke kursi. "Apa aku bilang kau boleh pergi? Urusan kita masih belum selesai!" ucap Henry dengan tegas.

"Apalagi yang kau inginkan dariku? Jika kau ingin aku mengurus anak ini, aku tidak mau. Kau memiliki asisten yang dapat diandalkan untuk urusan anak, kalian berdua saja yang merawatnya" Regina berteriak dengan keras.

"Mama!" Anak laki-laki itu tiba-tiba mencengkeram ujung dress Regina. Regina sempat menatapnya sejenak, mata anak itu berkaca-kaca.

Henry memberikan tanggapan keras. "Oh, jadi kau ingin lepas dari tanggung jawab? Publik bahkan sudah tahu kalau kaulah yang melahirkan anak ini."

"Brengsek! Itu semua gara-gara mulut sialanmu itu yang menuduhku! " Untuk pertama kalinya, Regina tidak bisa menahan untuk mengumpat.

"Kau berani mengumpat padaku?" Tatapan mata Henry begitu tajam.

"Cukup!" Asisten Henry berteriak keras lalu memberikan usul. "Tuan dan Nona, kenapa kalian bisa tinggal bersama dan melakukan pernikahan saja maka urusan ini akan beres."

"Menikah dengan wanita ini?" Henry menoleh ke arah Regina dengan merendahkan. "Aku bahkan tidak kekurangan seorang wanita, kenapa aku harus menikahinya?"

"Kau pikir aku mau? Siapa wanita sial yang mau bersama dengan pria membosankan dan kejam sepertimu." Regina tidak kalah keras untuk menolak.

Asisten dari Henry Jian menghela nafas. "Kalian tidak perlu benar-benar menikah. Ada pernikahan kontrak dengan batas waktu. Tuan Muda Jian, anda telah memiliki citra bagus belakangan ini, apa anda akan rela wajah anda tercoreng hanya karena mengabaikan anak ini dan, untuk Nona Tan, anda tahukan apa yang dipikirkan publik?" Asisten itu menjelaskan solusi yang dia berikan.

Regina dan Henry saling terdiam lalu kedua orang itu menoleh satu sama lain. Hanya butuh beberapa detik mereka kembali membuang muka. Asistennya menghela nafas. "Jadi, bagaimana keputusan kalian?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status