Regina melangkah memasuki pekarangan luas rumah megah itu. Ekspresinya terlihat rumit. Dia membalikkan tubuhnya, tetapi mobil itu sudah tidak ada di sana. "Apa keputusan yang aku ambil tepat? Aku akan menghubunginya lagi untuk mempertimbangkannya."
Regina melangkah masuk ke dalam rumah dan langsung disambut dengan tatapan tajam dan tamparan mendarat di pipinya. Pukulan yang begitu keras membuatnya terlempar ke tanah. Regina memegangi pipinya yang merah."Dasar anak nakal! Kau hanya bisa menyebabkan masalah saja!" Seorang pria paruh baya menatapnya dengan kemarahan. Di sampingnya, seorang wanita berpakaian glamor hanya menatap dengan acuh tak acuh."Selama ini, aku telah membesarkanmu untuk menjadi wanita sempurna, elegan yang bisa menjadi role model di kota ini, tapi yang kau lakukan justru menghancurkan nama baik keluarga dengan memiliki anak haram bahkan hamil di usia muda!""Papa, kau salah paham. Aku tidak memiliki anak. Anak itu adalah anak Henry Jian--""Ya, itu anakmu dan Henry Jian. Bisa-bisanya kau berhubungan seperti itu dengan keturunan dari keluarga saingan kita?""Papa, aku--" Lidah Regina menjadi kelu saat melihat tatapan mata tajam yang tidak bisa dilawan. "Aku minta maaf," ucapnya dengan wajah tertunduk. Ini adalah aturan yang tidak bisa dia langgar untuk mengakuinya.Wanita berpakaian glamor itu akhirnya angkat bicara dengan memprovokasi, "Regina, kau sudah membuat skandal besar. Suami, kita harus mendisiplinkan anak kita yang tidak dewasa ini.""Bawakan aku pemukul! Aku akan memberikan hukuman yang pantas bagi anak nakal!"Pelayan itu dengan ragu mengambilkannya dan mulai memukuli lengan wanita itu dan juga punggungnya. Regina hanya diam menerima hukuman yang tidak selayaknya ini. Tidak ada teriakan kesakitan atau air mata yang mengalir. Wajahnya hanya datar dengan pandangan kosong.Tuan dan Nyonya Tan tidak berbelas kasihan sedikitpun pada anak perempuan mereka. Mereka bahkan tidak menyadari suara pintu yang terbuka lebar. "Apa-apaan ini?"Suara asing itu membuat kedua orang tua yang kejam itu menoleh. "Kau! Apa yang kau lakukan dengan menerobos rumah orang sembarangan? Lebih baik kau jangan ikut campur masalah keluarga kami.""Aku harus ikut campur dalam hal ini karena...." Pria tampan berperawakan tinggi yang tidak lain adalah Henry mendekat ke arah Regina. Dia mengangkat tubuh wanita cantik itu dan merangkulnya dengan erat. "Regina adalah istriku. Siapa yang menganggunya akan berurusan denganku!""Aku juga akan melindungi Mama." Seorang anak laki-laki berlari dan berdiri di depan Regina."Kalian?" Regina kebingungan dengan keadaan ini. Tidak ada seorangpun yang pernah berdiri di sisinya, tapi seseorang yang dia anggap sebagai rival justru membelanya. Dekapan Henry juga terasa nyaman dan juga hangat."Istri? Mama? Apa aku mengizinkan putriku untuk masuk ke keluarga Jian? Kalian tidak akan bisa menikah. Aku tidak akan pernah menyetujuinya!" ucap Tuan Tan dengan keras."Benarkah Anda tidak akan setuju walau saya memberikan tanah kota B untuk Anda? Anda mengincar tempat itu, kan?"Mata merah dan tajam Tuan Tan langsung berubah jadi hijau. "Kau yakin akan memberikan tanah di kota B? Pembangunan di sana akan menguntungkanmu.""Aku tidak menyesal, asalkan itu untuk mendapatkan istriku.""Kau sepertinya sangat mencintai anakku. Sebagai seorang ayah, aku ingin anakku mendapatkan pria yang tulus dan kau pantas untuk mendapatkannya!" Sikap Tuan Tan langsung berubah." Bukankah Anda membenci keluarga Jian kami?" ucap Henry dengan tajam."Tidak apa-apa, Bagaimana bisa kami membenci keluarga Jian. Walau keluarga kita bersaing selam ini, tapi ada bagusnya dua keluarga yang kuat bersatu.""Suami, bukankah kita harus--" Nyonya Tan hendak berbicara, tetapi Tuan Tan memotong ucapannya."Tidak ada yang bisa kita lakukan. Jika Regina bahagia dengan pria ini, kita tidak boleh menghalanginya. Lagipula mereka juga sudah memiliki anak, kita tidak bisa menghalanginya." Tuan Tan bersikap seolah adalah ayah yang baik, "Jadi, kapan aku bisa bertemu dengan keluargamu? Kita akan membicarakannya tentang pesta pernikahan. Kau harus membuat pasta mewah untuk putriku dan mengundang keluarga kelas atas." "Kami akan mengurusnya nanti. Sementara, aku dan Regina hanya akan mendaftar pernikahan kami ke biro catatan sipil.""Jangan begitu, kalian anak muda harus memiliki pesta yang dapat dikenang, kalian harus mempertimbangkan ini. Tuan Muda Jian tidak mungkin tidak memiliki uang untuk mengadakan pernikahan mewah, kan? Selain itu apa kau tidak memikirkan pandangan publik jika dua keluarga terpandang hanya mendaftarkan pernikahan tanpa pesta mewah?"Henry mengangguk, "Anda benar, Tuan Tan. Seperti yang kau katakan, ini adalah pernikahan yang akan menjadi kenangan bagi kami, biarkan aku dan Regina yang mengurusnya, para tetua tidak seharusnya ikut campur!" Tegas Henry. Auranya begitu kuat membuat Tuan Tan tidak bisa membuka mulutnyaHenry melepaskan rangkulannya dan berganti mengenggam tangan Regina. "Sekarang, bisakah aku membawa Regina tinggal bersamaku?"Tuan Tan menunjukkan ekspresi keberatan, Henry dengan cepat melanjutkan ucapannya,"Apa kau tidak ingin secepatnya tanah itu jatuh di tanganmu?" Tuan Tan mengangguk setuju, "Baiklah. Sebenarnya aku tidak terlalu memikirkan tentang tanah, tapi tidak masalah jika kalian tinggal bersama dan mendaftarkan pernikahan. Kalian juga sudah punya anak, tidak baik untuk berpisah."Henry diam-diam menunjukkan seringai melihat Tuan Tan yang dengan mudah terbujuk."Tapi, biarkan kami berbicara berdua dengan putri kami sebentar. Sulit jika kami harus berpisah secara tiba-tiba."Henry menoleh ke arah Regina yang tidak mengatakan apapun sama sekali. Tuan Muda Tampan dari keluarga kelas atas itu mengangguk. Wanita berpenampilan glamor dengan warna rambut yang mirip dengan Regina, menarik lengan putrinya itu dengan kuat.Kevin yang melihat Regina di bawa pergi, dia menunjukkan wajah cemas. Tangan kecilnya itu meraih tangan Henry. "Papa, cepat hentikan mereka membawa mama menjauh!""Kenapa kau begitu khawatir? Mereka tidak akan berani menyakitinya. ""Siapa yang bisa menjamin itu? Papa, kau sudah melihat sendiri apa yang mereka lakukan tadi. Apa mereka benar-benar hanya mengobrol. Ah, aku tahu Papa tidak peka, tapi aku dapat melihat tatapan mata ketakutan yang terpancar dari Mama? Cepat lakukan sesuatu," ucap Kevin membujuk Henry.Henry memanggil Nyonya dan Tuan Tan yang belum terlalu jauh. "Tunggu, kalian bisa bicara di depanku. Aku tidak punya banyak waktu untuk menunggu jika kalian terlalu lama.""Tuan Muda Tan, ini adalah obrolan untuk keluarga. Kami hanya butuh 5 menit," bujuk Nyonya Tan."Bicara saja sekarang juga di sini!""Sebenarnya aku hanya ingin memeluk anakku," ucap Nyonya Tan yang langsung memeluk Regina. Dia membuat pose menutupi tindakannya yang sedang berbisik sesuatu pada Regina. Ekspresi wajah Regina masih datar, tapi sorot matanya menujukkan kecemasan samar yang coba untuk di sembunyikan. Henry memandang sesuatu dan langsung melangkah."Henry Jian!" Regina justru berteriak saat melihat apa yang dilakukan oleh Henry di depan matanya."Tidak! Aku tidak bisa pergi sekarang! Kau lihat apa yang kau lakukan pada mamaku?" Regina berusaha untuk melepaskan diri dari jerat tangan kekar pria tampan ini. Henry berteriak dengan penuh kemarahan, "Kau masih menganggap orang itu sebagai Mama setelah apa yang dia lakukan padamu? Nona Regina, aku benar-benar tidak mengerti denganmu, kau menerima begitu saja saat diperlakukan tidak manusiawi seperti itu?" "Benar, Mama, mereka berdua tidak pantas untuk dianggap keluarga," ucap Kevin ikut mengkritik keluarga Tan. Mata polosnya menunjukkan kekhawatiran melihat Regina."Kalian berdua tidak tahu apapun! Lepaskan, aku harus memastikan Mamaku baik-baik saja!" Regina melakukan pemberontakan, mencoba melepaskan diri. Henry justru menarik tangan Regina dengan lebIh kuat. Dia menoleh ke arah anak laki-laki yang berpenampilan mirip dengannya. "Kevin, kau masuk duluan!" Kevin tidak banyak bicara dan langsung masuk. Henry mendorong Regina masuk ke dalam lalu mengunci pintu mobilnya. Dia menge
Henry dan Regina menoleh ke arah anak laki-laki yang menerobos masuk. "Kevin, kau tidak boleh masuk begitu saja!" ucap Henry memberikan nasihat. Kevin melangkah maju, "Papa, kenapa papa tidak mengajakku berdiskusi tentang ini? Jika aku tidak turun dan mendengar pembicaraan para pelayan, aku tidak akan tahu ini. Berikan kontrak itu, aku harus menghapus klausa tentang perceraian itu!" Henry menjauhkan kontrak di tangannya, mengangkatnya tinggi untuk jauh dari jangkauan anak laki-laki yang memiliki tinggi kurang dari 150 cm ini. "Anak kecil tidur seharusnya ikut campur masalah ini. Biarkan orang dewasa mengatasi ini.""Hanya karena aku anak kecil, aku tidak memiliki hak untuk menyampaikan pendapatku? Kenapa orang dewasa selalu egois. Saat kalian berpisah nanti, bagaimana denganku? Kalian tidak pernah memikirkannya, kan? Semua sama saja, aku benci kalian!" Kevin melupakan emosinya lalu berlari pergi meninggalkan tempat itu.Regina menatap kepergian anak itu tanpa berkedip. Pikirannya me
"Apa? Tetap awasi dia sampai kami tiba di sana!" ucap Henry. Dia kemudian mengakhiri panggilan. "Ada apa? Apa terjadi sesuatu dengan anak itu?" Regina hanya menunjukkan ekspresi datar, tetapi nada suaranya di penuhi dengan kekhawatiran. "Anak itu tiba-tiba saja turun di pinggir jalan dan hanya berdiri diam di sana. Anak buahku sudah memintanya untuk ikut bersama mereka, tetapi dia tidak mau." Henry menjelaskan kejadiannya dengan selengkapnya mungkin. "Dia ingin kita yang menjemputnya sendiri. Anak itu, daripada dia punya sifat egois dan keras kepala yang menyebalkan itu?""Susah pasti kau. Kalian berdua seperti hasil copy-paste, benar-benar mirip," cibir Regina. "Aku tidak egois dan keras kepala seperti itu. Kau pasti yang menurunkan sifat itu. Lihat, terlihat jelas dari caramu bicara.""Sudah jelas itu anakmu, dia pasti mewarisinya darimu. Aku tidak ada hubungannya dengan itu. Nama terakhirnya juga Jian bukan Tan.""Hei, aku tidak mungkin memiliki seorang anak sendirian. Kau yang m
"Tidak. Aku tidak mau. Kenapa kita tidak memulai dengan memanggil nama masing-masing," ucap Regina dengan tegas memberikan penolakan pada permintaan yang tidak dia inginkan. Henry menatapnya tajam. "Kita adalah pasangan yang saling mencintai. Jika tidak menunjuk dengan panggilan biasa saja siapa yang akan percaya. Regina, ini tidak seperti kau tidak pernah pacaran dan memberikan panggilan kesayangan, kan?" Regina memegang tengkuknya, membuat Henry memberikan kesimpulan yang mengejeknya, "Serius, kau benar-benar tidak pernah pacaran? Apa tidak ada yang memanggilmu 'sayang' kalau begitu, apa aku akan menjadi orang pertama?""Berhenti mengolok-olokku. Aku tidak sepertimu yang dengan mudah memanggil dengan panggilan memalukan itu. Kau selama ini menyebar panggilan sayang untuk setiap gadis yang berkencan untuk tidur denganmu. Aku tidak ingin kau menyamakanku dengan mereka!" Regina menatapnya dengan marah. Dia bangun dari sofa, ingin segera mengakhiri semua ini. "Kita sudah selesai bukan?
Regina dan Henry tiba di kantor pendaftaran pernikahan, disambut oleh banyaknya pertanyaan yang tertangkap telinga mereka. Sorot kamera dan mikrofon terarah pada mereka. "Apa kalian datang untuk mendaftarkan pernikahan?""Apa benar kalian sebenarnya telah menikah sejak muda, tetapi kenapa kalian tidak segera mendaftarkan pernikahan?""Kenapa kalian menyembunyikan hubungan kalian?"Regina dan Henry tidak punya waktu untuk berpikir alasan apa yang tepat untuk menjawabnya. Namun, ada satu pertanyaan yang menarik perhatian Regina "Nyonya, apa dress yang anda gunakan adalah rancangan Nyonya Jian? Apa ibu mertua anda membuatnya secara khusus?" Ini memberikan kejutan besar bagi Regina yang membuatnya tidak bisa berhenti berpikir. Ada banyak pertanyaan yang ada di kepalanya. Apalagi, dia ingat dengan apa yang dikatakan oleh Nyonya Jian di sebuah wawancara. Henry menanggapi para wartawan yang berisik itu, "Maaf, kami akan mengadakan konferensi press nanti. Saat ini, kami harus segera masuk d
"Kau bisa pergi sekarang! Ini akan menjadi bukti hubungan kita, " desak Henry marik tubuhnya menjauh dan melebarkan jarak antara mereka. "Kau bisa membuka pintunya sekarang."Regina memandang pria yang bahkan tidak memiliki penyesalan apapun. Dia ingin mengatakan sesuatu, tetapi kata-katanya tersangkut dalam tenggorokan. Tidak jelas mengapa perasaan kacau ini muncul yang menimbulkan kemarahan dalam hatinya. "Apa ada yang ingin kau katakan padaku?" tanya Henry melirik ke arah Regina yang tidak bergerak sedikitpun. Regina hanya diam, melangkah keluar dari mobil dengan perasaan geram. Tidak lupa dia membanting pintu dengan keras. Regina menoleh ke arah kaca mobil, melihat ekspresi kesal dari wajah Henry, perasaan sedikit puas menjalar di hatinya. Regina melangkahkan kaki dengan pandangan lurus, dia menyadari karyawannya yang menatapnya. Sepertinya tujuan Henry telah tercapai untuk menimbulkan gosip tentangnya. Ingatan tentang ciuman yang dibicarakan orang-orang membuatnya terganggu, ba
Wanita itu menarik tubuh Henry menjauh dari Regina. Regina dapat melihat wanita yang dari raut wajahnya terlihat setidaknya berusia lebih dari 40 tahun. "Henry ikut denganku!" Wanita itu menarik tangan Henry dengan keras. "Aku tidak bisa meninggalkan istriku, kita akan bicara lain kali." Henry menepis tangan wanita itu. Wanita itu kembali lagi memegang tangannya dan mengernyitkan kening, terlihat kesal, "Aku tidak akan melepaskanmu kali ini."Regina dapat melihat obsesi dari tatapan mata wanita ini. Tanpa sadar lengannya merangkul lengan Henry dengan posesif. "Maaf, bibi. Aku tidak bisa membiarkan suamiku berbicara hanya berdua dengan wanita lain. Bisakah kau tidak menganggu suamiku?" Henry merespon tindakan Regina dengan cepat dan secara alami memainkan perannya. Tangannya kembali menepis tangan wanita lain itu untuk kedua kalinya dan merangkul Regina dengan cara yang begitu intim. "Istriku sayang, aku tidak akan melakukan hal yang tidak kau sukai." Suaranya begitu lembut pen
"Apa kau sedang bersama dengan pria itu sekarang? Regina, Kau berani pergi meninggalkan kantor hanya untuk urusan pribadi yang tidak berguna, lebih baik urus surat pengunduran dirimu saja! Aku tidak butuh seorang anak yang tidak memiliki tanggung jawab dalam pekerjaan.""Papa, aku tidak bermaksud untuk mengabaikan pekerjaanku. Hanya saja aku--" Regina mencoba untuk memberikan penjelasan. "Cepat kembali ke kantor sekarang juga!" Tuan Tan dengan tidak sabar memotong ucapan Regina dan mengakhiri panggilan. Regina menunjukkan ekspresi rumit di wajahnya. Sentuhan lembut di bahunya membuat Regina menoleh. Seorang pria tampan sedang menatapnya dengan lembut berkata, "Ada apa? Apa terjadi sesuatu?""Aku masih memikirkan pekerjaan di kantor. Lebih baik kita pulang sekarang," ucap Regina dengan tenang. "Tapi, kau bahkan belum memilih satupun pakaian." "Tidak masalah, aku bisa meminta sekertarisku melakukannya. " Regina melangkah meninggalkan toko dengan cepat. Dia bahkan tidak menyadari bah