Luka sayatan terbuka lebar di ketiga jari Audrey, darah terus bercucuran menggenangi wastafel bercampur dengan air hangat yang membersihkan.Jarinya yang terluka terasa kebas, justru ada perih yang bersarang ditempat lain sekarang.Audrey meringis menahan tangisan tanpa sebab, napasnya tersengal-sengal merasakan dadanya terus bergemuruh sakit terbayang-bayang wajah Arman.Perasaan ini seolah menjadi sebuah pertanda.“Pertanda apa ini?” lirih Audrey mengusap kasar wajahnya yang basah.Audrey teramat takut, telah terjadi sesuatu yang buruk pada ayahnya yang saat ini sakitnya semakin memburuk karena kankernya telah menggerogoti organ lain. Audrey benar-benar takut, Tuhan tidak memberinya kesempatan untuk bisa bertemu Arman meski hanya untuk sejenak.Audrey ingin pulang..Sekali lagi Audrey mengusap wajahnya, dia harus mengambil handponenya yang disembunyikan didalam pot bunga di kamar. Audrey harus menelpon Arman lagi dan menanyakan kabarnya, dengan begitu Audrey bisa tenang.Terburu-bur
Tubuh Serena menegak waspada, dari cara Irina berbicara, Serena menyadari jika ada hal yang sangat penting ingin Irina sampaikan. Tidak mungkin juga pelayan itu menghubunginya secara langsung jika ini sesuatu yang biasa.Perasaan Serena mulai tidak enak, dia khawatir pelayan itu akan membawa kabar buruk tentang suami yang sejak kemarin tidak dapat dihubungi.Serena menarik napasnya dalam-dalam mengumpulkan kekuatan untuk bertanya, “Kenapa dengan Dante?”“Tuan Dante telah mengkhianati Anda, Nyonya.”Deg!Jantung Serena berhenti berdetak, wajahnya berubah pucat pasi dan seluruh tubuhnya lemas tidak bertenaga begitu mendengar kabar bahwa suaminya telah berkhianat. Serena menggenggam gagang telepon lebih kuat. “Kau jangan bercanda Irina!” jawab Serena memperingatkan. Serena memang sangat takut Dante telah memiliki wanita lain, namun rasanya masih mustahil untuk dipercaya. Suami yang selama ini selalu berada disampingnya, berbulan-bulan merawatnya.Pernikahan mereka baru seumur jagung, n
Sejak Audrey mengingau dan menyebut Jach dalam mimpinya, Dante tidak pernah bisa tidur dengan tenang. Sepanjang malam, diantara banyak kemelut masalah hidupnya yang belum terselesaikan, masih terselip rasa penasaran yang tidak bisa Dante redakan.Mengapa harus nama Jach yang disebutkan. Apa hebatnya pria itu sampai memiliki kesan penting meski hanya pernah menjadi pengawalnya selama satu bulan.Pertanyaan-pertanyaan sederhana itu tidak berhenti menghantui pikiran. Harus Dante akui, bahwa penyebab dia sangat terganggu dengan Jach karena dia cemburu, Dante ingin namanya juga disebutkan meski itu dengan kebencian dan menjadi mimpi buruk Audrey.Setiap kali masuk ke dalam kamar Audrey, Dante menyadari bahwa gadis itu selalu membuka jendela balkonnya sepanjang malam, tidak peduli meski ada penghangat ruangan dan pendingin ruangan di dalam kamarnya.Audrey tetap melakukannya, meski hujan badai turun dan membawa angin kencang ke dalam, membuat seluruh tubuhnya menggigil kedinginan.Hal-hal
“Dia satu-satunya orang yang merawatku selama aku sakit! Dia selalu hadir saat aku kesulitan selama kehamilanku! Dan dia yang sudah menghentikanku setiap kali aku ingin bunuh diri di rumah ini!”Pupil mata Dante bergetar, amarah yang meledak-ledak telah menghilangkan akal sehat lenyap dalam sekejap. Tangisan Audrey yang terdengar dibawah hujan menghancurkan egonya, dan semua kata-katanya yang terucap menjadi penegasan bahwa Dante tidak pernah ada saat Audrey benar-benar membutuhkan pertolongannya.Dante mundur satu langkah, pria itu menarik napasya dengan sesak melihat kemenangan dalam senyuman Jach. Memang ini tujuan Jach diam tidak melawan, membiarkan Audrey tahu keributan yang sedang terjadi. Jach ingin Audrey turun langsung dan membelanya, mengatakan segalanya untuk menyadarkan Dante bahwa selama ini Jachlah yang berusaha mempertahankan kewarasan Audrey di tempat pengurungannya. “Masuklah, nanti kau sakit,” perintah Dante terdengar lembut.“Jangan menyakitinya lagi Dante, aku mo
Audrey mengusap kasar wajahnya, menyingkirkan sisa-sisa air mata yang membasahi pipi. Beberapa kali dia mencoba memfokuskan diri, untuk memastikan bahwa dia tidak salah dengar dengan permintaan Dante.Audrey tidak menyangka, Dante tidak berteriak marah ataupun melakukan sesuatu yang mengerikan kepadanya dengan tuduhan-tuduhan menyakitkannya seperti biasa.Apa Audrey dapat mempercayai kesungguhannya? Lelaki yang dulu setengah mati membencinya, dengan begitu mudahnya kini dia ingin memperbaiki keadaan.Memang benar, semua ini sepenuhnya bukan kesalahan Dante. Harus diakui, Audrey ikut andil dalam kekeliruan hidup Dante karena dia telah membohonginya selama berbulan-bulan dan berperan menggantikan Aurelie.Dante bertujuan untuk balas dendam pada Aurelie Harper bukan dirinya.Audrey terjebak di rumah ini dan mengandung anak untuk Dante adalah karena keputuasan Audrey sendiri. Bukan atas dasar paksaan siapapun.Semua ini adalah konsekuensi yang harus Audrey terima setelah melakukan kesepa
Hamparan putihnya salju menutupi jalanan, dikelilingi pepohonan besar dan sebuah gubuk yang samar-samar terlihat dari luar hutan. Terbalut pakaian tipis, Aurelie berdiri dengan rantai yang mengekang pergelangan kakinya.Sepasang mata zambrud itu bergerak liar seperti bola kristal, kontras dengan kulitnya yang pucat pasi. Aurelie melihat kesekitar, terjebak dalam tempat asing yang membawa perasaan familiar mendebarkan dada.Sudah lama Aurelie telah mati rasa, dia tidak lagi merasakan apa itu iba, takut, jijik maupun terkejut.Aurelie sudah lupa bagaimana rasanya bahagia, dia sudah lupa bagaimana caranya menangis, dan dia tidak tahu bagaimana caranya tersenyum. Yang tersisa di dalam dirinya, hanya ada kemarahan yang selalu meledak-ledak. Namun, berdiri di tempat asing ini, dia merasakan getaran aneh yang membuatnya merasa seperti dihidupkan kembali.Gemersik suara rantai terdengar kala dia berjalan, melewati tumpukan salju yang meninggalkan jejak setiap langkahnya.Langkah Aurelie perl
Chapter 109“Kenapa dengan wajahmu? Apa anggota yakuza itu menyadari keberadaanmu?” tanya Elisio Hemilton, ayah Jach.Wajah Jach yang lebam-lebam babak belur dan tidak seperti biasnya membuat Elisio keheranan. Dia memiliki anak-anak yang terlatih secara khusus, dan andaipun anak-anaknya dalam bahaya, harusnya sebelum dia terluka selalu ada anak buah yang lebih dulu menghalangi agar tidak bisa menyentuhnya.Tidak ada satupun anak buah Jach yang terluka, justru dia yang seharusnya baik-baik saja malah terluka.Jach berdeham tidak nyaman, menghindari kontak mata dengan Elisio dengan berpura-pura sibuk melihat Mante yang kini tengah berada di dalam kandang puma. “Semalam pekerjaanku berjalan dengan bersih. Aku hanya terlalu terlalu mabuk dan saling pukul dengan Michaelin.”“Selamat siang Paman,” sapa Michaelin tiba-tiba muncul setelah beberapa detik dibicarakan.“Kau terlihat baik-baik saja Michaelin,” gumam Elisio melihat penampilan Michaelin dari ujung kaki hingga ujung rambut, “aku d
Mata Salma bergerak pelan melihat penampilan Arman yang sudah sekian lama tidak pernah dijumpai. Lelaki itu berpakaian kedodoran dengan tubuh kurus kering tidak terawat.Tanpa menunggu dipersilah, dengan tidak sopannya Salma melanggang masuk ke dalam rumah itu. Tatapannya begitu jijik saat meneliti rumah jelek yang sudah sangat lama dia tinggalkan kini sudah hampir membusuk dengan atap yang bocor, kayu yang lapuk, dinding terkelupas, perabotannya yang seadanya telah usang, dan suara deritan jendela rumah yang berhias jendela pecah.Tidak ada yang baru di dalam rumah itu, selalu menggambarkan kemiskinan.Betapa bersyukurnya Salma telah mengambil keputusan yang tepat dalam hidupnya. Jika dia masih bodoh, mungkin saat ini dia akan menjadi gembel dengan dua anak kembar tidak berguna dan seornag suami penyakitan.“Tidak ada yang berubah dengan gubuk jelek ini. Kau begitu betah hidup miskin Ya Arman,” hina Salma dengan begitu mudahnya dia ucapkan.Gigi Arman mengetat menahan amarah. Belas
Malam begitu gelap dan pekat, hujan turun begitu deras, butirannya yang berjatuhan terlihat seperti ribuan cahaya kala tersorot lampu jalanan.Dante duduk sendirian didalam mobilnya sendirian, berkali-kali memukuli kemudi kesulitan untuk menggambarkan hatinya yang saat ini sedang hancur berkeping-keping.Ingin Dante berteriak sekencang mungkin, ingin dia menangis, dan ingin tertawa menertawakan segala kebodohan yang telah dilakukannya selama ini.Sakit yang begitu keras dia terima membuatnya linglung kehilangan akal.Dante sudah tidak mengerti lagi, apa yang kini harus dia lakukan, apa yang dia mau dan kemana arah tujuannya setelah dunianya hancur luluh lantah oleh pengkhianatan.Gemuruh suara petir terdengar menyambar dikegelapan. Dante keluar dari mobilnya dan membiarkan seluruh tubuhnya terbasahi oleh air hujan. Dante berjalan sendirian tanpa arah, membawa semua kebenaran yang masih sulit untuk dia terima bahwa ini semua memang nyata adanya.Tidak ada tempat untuknya pulang, tidak
“Dante!” teriak Serena menangis histeris memanggil Dante yang lebih memilih pergi membawa Raiden dibandingkan disampingnya, menjaganya dari Aurelie yang masih berada disisi ranjang dengan gerak-gerik yang menakutkan.Serena menutup lehernya yang kini mulai mengelurkan darah hingga bercucuran menodai pakaian, wanita itu tersedu-sedu menangis kesakitan menatap tajam Aurelie yang sedang mencari-cari sebotol minuman didalam tasnya.“Ini caramu balas dendam padaku Aurelie! Apa sekarang kau puas?” tangis Serena meratap, masih bisa bersikap seperti seorang korban yang telah terdzolimi. Tangan Aurelie berhenti bergerak, gadis perlahan mengangkat wajahnya dan membalas tatapan Serena.“Aku tidak akan pernah memaafkanmu Aurelie, jika Dante meninggalkanku gara-gara ulahmu! Akan aku buat kau membusuk dipenjara karena telah membunuh ibuku dan menyakitiku!”Pupil mata Aurelie melebar bersama senyuman cerahnya seakan menikmati ancaman Serena. Aurelie menjatuhkan tasnya segera di lantai, menyisakan
Telinga Dante berdenging, bersahutan dengan suara jantung yang bergemuruh kencang. Seluruh tubuhnya membeku kaku, yang tersisa hanya rasa sakit yang teramat kuat disetiap denyut nadinya mendengar sebuah pengakuan yang jauh lebih mengerikan dari apa yang selama ini Dante takutkan.Pengakuan yang begitu gila sampai membuatnya berpikir ini tidak mungkin!Serena isterinya, orang yang telah Dante bela mati-matian dengan berbagai cara ternyata adalah puncak penyebab semua masalah yang ada.Serena telah berkhianat dengan adik kandung Dante sendiri! Jadi, inilah alasan mengapa Raiden berusaha untuk membuat Aurelie tidak dipenjara? Dia takut Aurelie buka suara saat ingatannya kembali?Jadi, inilah alasan dulu Raiden sempat mereservasi restaurant untuk melamar Aurelie, namun semuanya gagal karena Serena tidak suka, lalu terjadilah pertengkaran antara Serena dan Aurelie.Jadi, inilah alasan Serena tidak pernah ngotot meminta Aurelie Harper dipenjarakan dan lebih memilih untuk memaafkannya seper
“Bagaimana keadaan isteri saya Dokter?” tanya Dante.“Beruntung bantuan datang dengan cepat dan segera menanganinya sehingga sampai merusak organ tubuhnya akibat overdosis. Meski begitu, saya sarankan Anda untuk lebih banyak memberi perhatian pada isteri Anda. Nyonya Serena memiliki riwayat korban kejahatan dan pernah keguguran hingga pengangkatan rahim, ini pasti situasi yang sangat berat untuknya, kemungkinan ada faktor psikologis yang membuat isteri Anda nekat meminum obat sebanyak itu,” jawab sang dokter dengan serangkaian penjelasannya.“Saya mengerti Dokter, terima kasih.”Dokter itu mengangguk dengan senyuman. “Kalau begitu saya permisi.”Pandangan Dante mengedar melihat penjuru arah. Sejak dia datang ke rumah sakit, Dante tidak melihat keberadaan keluarganya, terutama ibunya yang selama ini selalu begitu perhatian kepada Serena, kini hanya ada seorang pelayan yang duduk menunggu.Saat Serena masih koma, ibunya selalu datang setiap hari ke rumah sakit dan merawatnya, karena i
Kesibukan memadati ibukota, orang-orang berjalan kaki dengan cepat melintasi jalanan selagi lampu lalu lintas belum berganti. Diantara banyaknya orang yang sedang beraktivitas, terlihat Jach melewati lalu lalang keramaian, meninggalkan mobilnya yang terparkir di depan sebuah pertokoan.Jach pergi menghampiri Frederick yang tengah berdiri di dekat lampu jalanan, tidak jauh dari gedung kejaksaan tempatnya bekerja.Begitu dekat dalam jangkauan, Frederick langsung berjalan disamping Jach tanpa saling melihat. “Dokument yang kau berikan sudah naik, setelah terbukti melalui penyelidikan, kemungkinan nanti malam atau besok Daud akan segera ditangkap.”“Aku senang mendengarnya.” Jach menjawab tanpa ekspresi “Kau bisa menjamin jika semuanya akan berjalan bersih?”“Tentu saja. Kejahatan besar orang-orang kelas atas pasti akan berusaha ditutupi oleh pihak keluaga dan pihak berkepentingan lainnya demi mempertahankan citra dan kelangsungan bisnis mereka,” jawab Frederick dengan serius.“Kerja bagu
“Victor, hari ini Aurelie akan pergi ke kota Lapolez. Akan ada dokter yang datang memeriksa kesehatan dan kelayakannya melakukan penerbangan, selain itu akan ada seseorang yang datang untuk mengirimkan identitasnya Aurelie. Kabari aku setelah mereka datang, aku akan menyiapkan tiket dan hotel untuk kalian semua.”Victor yang telah mendengarkan baik-baik langsung mengangguk memahami tugas barunya. “Bagaimana dengan Anda Pak?”“Aku akan datang menyusul dari kota lain,” jawab Dante menggantung, tidak berapa lama dia kembali berbicara, “pastikan Aurelie dalam keadaan sehat, jangan lupa langsung memberiku kabar.”“Dimengerti Pak,” jawab Victor dengan satu anggukan.Dante menghela napasnya dengan berat, perlahan dia memutar tubuhnya dan melihat keberadaan Audrey yang kini tengah melihatnya dibalik jendela dengan wajah merah penuh kekhawatiran.Dante sedang terjebak dalam situasi yang cukup membimbangkan, sejujurnya dia masih khawatir dengan kesehatan Audrey yang sakit-sakitan dan bayinya ya
-Audrey kau kemana saja? Angkatlah teleponnya, ini sangat penting dan darurat- -Audrey teleponlah saat kau membaca pesan ini. Ayahmu sangat membutuhkabmu-Sebuah pesan singkat yang dikirim dua hari lalu muncul saat Audrey kembali menghidupkan handponenya.Audrey yang sempat khawatir dengan keadaan Arman selama beberapa hari terakkhir ini kian dibuat kalut.Beberapa kali Audrey mengatur napasnya mengumpulkan keberanian untuk segera melakukan panggilan pada Arman.Disetiap deringan yang tersambung, jantungnya berdebar kencang terjebak dalam kecemasan yang meningkat, bertanya-tanya apa yang sebenarnya telah terjadi pada Arman.“Ayah,” panggil Audrey begitu teleponnya terangkat.“Audrey ini paman Dom, bukan ayahmu,” jawab Dom.“kau kemana saja? Ayahmu kritis sejak beberapa hari lalu!” tegur Dom begitu emosional akhirnya bisa menyampaikan kabar Arman kepada putri yang selama ini telah lama dinantikan kepulangannya.Hati Audrey mencelos, kakinya mendadak lemas perlahan mundur dan bersandar
“Apa kau sudah mendapatkan informasi baru?” tanya Dante menyambut kedatangan Naoki yang telah dia tugaskan mencari informasi dalam waktu mendesak karena Dante enggan menunggu lebih lama.Naoki mengangguk, dia menyerahkan sebuah tablet dari dalam tasnya dan menunjukannya kepada Dante. “Raiden dan Salma tidak saling berkomunikasi setelah pengiriman uang satu juta dollar itu. Saya mendapatkan informasi bahwa Raiden membatalkan layanan reservasi restaurant setelah satu hari kejadian penikaman nyonya Serena.”Dante melihat tablet yang telah Naoki berikan kepadanya, menunjukan sebuah website restaurant yang tidak jauh dari keberadaan villa keluarga Arnud. Tertera didalamnya jika Raiden sempat melakukan layanan reservasi sebuah restaurant.“Apa tujuannya?” tany Dante lagi.“Seorang manajer disana mengatakan bahwa Raiden ingin melamar tunangannya. Dia juga sudah menyerahkan cincin yang tadinya direncanakan akan disimpan di makanan.”***Semenjak Dante menyerahkan kamarnya kepada Audrey, pria
“Daud izinkan aku masuk! Kita perlu bicara, aku mohon padamu!” teriak Salma didepan gerbang rumah, berharap bisa mendapatkan izin masuk ke dalam rumahnya sendiri yang kini tertutup rapat tidak menerima kehadirannya.Salma mengguncang gerbang itu sekuat tenaga, menangis penuh permohonan. Para pekerja yang menyaksikan hanya bisa diam meski iba, mereka harus patuh mengikuti aturan Daud.“Daud, aku tidak mungkin menemukan Aurelie tanpa bantuanmu! Izinkan aku masuk Daud!” teriak Salma sekali lagi, berharap Daud bisa mendengarkan permintaannya.Dengan putus asa Salma mengambil handponenya dan berkali-kali mencoba menelpon Daud yang mengabaikan.Salma tidak tahan hidup dalam kesulitan lagi, tanpa uang dia tidak mampu membayar siapapun untuk menemukan Aurelie yang kini masih belum diketahui keberadaannya dimana. Tanpa uang, Salma tidak bisa melakukan apapun untuk dirinya sendiri yang sudah belasan tahun sudah terbiasa hidup dalam kemewahan tanpa perlu bekerja.Teriakan Salma terdengar sampa