"Miss Eva saya tidak bisa." Cinta sungguh sangat panik saat ini. Dia tidak memiliki kemampuan untuk menjadi seorang modeling. Apalagi tampil tanpa ada persiapan apapun. "Kamu harus bisa." Monika berkata dengan tegas. Cinta tidak bisa membayangkan seperti apa nanti orang-orang menertawakannya karena kesalahan demi kesalahan yang dilakukannya ketika melenggang-lenggok di atas catwalk. Ini bukan acara modeling sekolah seperti yang dulu diikutinya, setelah kali ada lomba fashion show di sekolahnya. Ini merupakan acara besar. Bahkan dia akan berjumpa dengan model-model ternama dari berbagai negara. "Kamu harus membantu saya cinta." Suara Miss Eva bergetar sambil memegang tangan. Meskipun kalimat yang dikeluarkannya merupakan kalimat paksaan namun tetap terselip permohonan dalam kalimat tersebut.Cinta diam dia memandang Cahaya yang sedang sibuk dengan pekerjaannya."Miss, Saya tidak punya pengalaman apapun." Cinta meringis. Tidak bisa dibayangkannya seperti apa nanti ketika dia menj
Meskipun yakin bahwa model cantik yang berjalan di atas catwalk itu bukanlah istri dari kekasihnya, namun tetap saja Karin penasaran dan mencari tahu. Tidak ada informasi yang bisa didapatkan secara instan. Karena itu dia harus menggerakkan seseorang untuk mencari tahu biodata setiap model yang ada di sana.Karin menghubungi salah seorang wartawan asal Indonesia yang saat ini berada di tempat penyelenggaraan acara. Karin meminta kepada temannya itu untuk mengirimkan biodata model yang ada di sana." Mana mungkin, dia hanya wanita miskin yang bermimpi menjadi Cinderella. Gadis miskin yang berharap menikah dengan seorang pangeran." Karin tertawa terbahak-bahak. Matanya terus saja menatap layar televisi dan menunggu informasi yang diberikan temannya.Senyum di wajah wanita itu mengembang ketika melihat notif yang masuk di pesan chatnya.Si pengirim pesan mengirimkan semua informasi mengenai model yang ikut serta dalam pergelaran busana terbesar di dunia tersebut.Karin mulai melihat fo
"Cinta, kamu beneran keren. Aku sungguh bangga lihat kamu." Cahaya memeluk sahabatnya. Gadis berwajah manis itu sempat gugup dan ragu ketika melihat Cinta tampil. Apalagi ketika mengingat adegan memalukan seorang model yang terjatuh ketika berjalan di atas catwalk. Dia sungguh berharap hal itu tidak terjadi terhadap sahabat baiknya."Cahaya, aku beneran gugup." Cinta mengusap keringat di pelipis keningnya dengan memakai tisu."Tapi kamu beneran keren, aku yakin kalau si Karin akan malu dan kesal karena melihat kamu bisa berada di sini. Performance kamu juga luar biasa. pokoknya aku bangga sekaligus kagum sama kamu." Cahaya berulang kali memeluk serta mencium pipi sahabatnya."Tapi aku masih gemetar sampai sekarang." Cinta meringis pelan. Dia tidak sedang berbohong, terbukti kaki dan tangannya yang masih bergetar. Belum lagi telapak tangan yang terasa dingin sekali."Manusiawi, jadi ini wajar. Andaikan Miss Eva meminta aku untuk tampil, mungkin aku sudah pipis ketika berdiri di depan s
Arlan mengulum senyumnya ketika memandang wajah Cahaya. Mungkin karena Cinta yang terlalu cantik dan sempurna sehingga dia tidak menyadari bahwa wajah gadis yang duduk di depannya sangat manis dan enak untuk di pandang. Dia baru menyadari ternyata Cahaya memiliki paras yang ayu khas Indonesia."Aku bukanlah pria peminum, terkecuali jika itu memang wajib. Misalnya karena ada jamuan, bertemu dengan rekan bisnis atau mungkin berkumpul dengan teman-temanku." Arlan tersenyum. Pria itu mensensor kata-kata minum bersama dengan wanita. Cahaya mendengarkan dengan serius. tentu saja dia ingin mengetahui banyak tentang pria tampan dengan bola mata berwarna coklat tua tersebut."Namun jika kondisi dingin seperti ini, aku memang minum untuk menghangatkan tubuh. Jika tubuh ku sudah terasa hangat, maka aku akan berhenti. Jadi aku minum tidak sampai mabuk," jelas Arlan."Tetap saja minuman ini tidak baik untuk kesehatan. Jika nanti kita bertemu lagi, aku akan membuat kamu minuman untuk menghangatkan
Arlan terus saya memang cahaya. Gadis itu terlihat tidak nyaman dan duduk dengan gelisah. Sedangkan minuman yang ada di dalam gelasnya sudah dalam keadaan kosong. Arlan kembali menuangkan minuman ke gelas milik Cahaya, namun tidak penuh. Dia hanya mengisi sedikit saja."Berapa usiamu?" tanya Arlan."21 tahun," jawab Cahaya."Oh ternyata kamu masih sangat muda usiaku 33 tahun." Arlan mengulum senyumnya. Selama ini pria itu selalu menghindari berhubungan dengan gadis muda. Karena dia beranggapan gadis muda itu sangat ribet, mudah merajuk dan banyak tuntutan. Karena alasan itu Arlan selalu berhubungan dengan gadis-gadis yang berusia di atas 25 tahun karena dia berangkat gadis dia berusia 25 tahun ke atas sudah memiliki kedewasaan."Tidak juga, tapi usia mu yang sudah terlalu tua." Cahaya terkekeh ketika mengejek Arlan. Karena minuman yang di berikan si lelaki, membuatnya bisa berbicara sesuka hati."Usia mu, hanya selisih 7 tahun dari mama ku. 10 tahun dari papa ku." Cahaya kembali meng
"Apa kamu tidak memiliki kasih?" tanya Cahaya."Hubungan ku baru saja berakhir, baby." Arlan sedikit tersenyum. Meskipun hatinya terasa perih, namun tetap di tahannya. Selama ini, dia selalu menutupi kesedihan dan kekecewaannya dengan berpura-pura bahagia."Benarkah?" Cahaya senang ketika mendengar apa yang dikatakan Arlan. Arlan menganggukkan kepalanya. "Aku sudah bertunangan dengannya dan ternyata sebelum pernikahan, dia sudah selingkuh. Aku melihat sendiri dengan mata ku, ketika dia berbagi peluh dengan pria selingkuhannya." Arlan menarik napas panjang dan kemudian menghembuskan secara berlahan-lahan. Bayangan saat melihat calon istrinya bercinta dengan seorang pria, kembali melintas di ingatannya.Back to back Arlan masuk ke dalam apartemen milik tunangannya. Rasa rindu yang memenuhi ruang di setiap dadanya membuat pria itu tidak sabar untuk segera bertemu dan memeluk wanita yang sebentar lagi akan menjadi istrinya.Sudah dua minggu ini Arlan pergi ke Jerman, karena harus mengu
"Kau harus menerimanya." Arlan memaksa."Apakah ini cerita nyata atau fiksi?" Cahaya masih merasa bahwa ini hanya mimpi "Tentu nyata, baby." Arlan menarik hidung Cahaya hingga membuat gadis itu meringis."Apa sakit?" Arlan tersenyum.Cahaya menganggukkan kepalanya."Itu artinya kamu tidak bermimpi Baby." Cahaya merasakan hatinya yang berbunga-bunga ketika menatap wajah pria tersebut. Mimpi apa coba, dia bisa menjadi kekasih seorang Arlan Lukas."Mau menjadi kekasihku?" goda Arlan."Pikir-pikir dulu," jawab Cahaya."Apa lagi yang harus dipikir? Berapa lama aku harus menunggu?" Arlan tidak puas atas jawaban yang diberikan Cahaya."Maksudnya, yang harus pikir-pikir itu kamu," jawab Cahaya.Arlan mengerutkan keningnya yang pertanda tidak mengerti. "Mengapa harus aku?" Arlan menunjuk di depan wajahnya."Lihat aku ini siapa dan kamu siapa. Jadi sebelum kamu menjadikan aku kekasihmu, pikir dulu semuanya." Cahaya tertawa kecil. Pria itu mungkin benar-benar lupa dengan kastanya. Jika dalam
Cinta terbangun ketika merasakan perutnya mual. Dengan cepat ia berjalan menuju ke kamar mandi. Rasa mual yang menyerangnya seperti ini, sungguh membuat dia tidak nyaman dan bahkan tersiksa.Dengan bersusah payah wanita berwajah pucat itu mengeluarkan semua yang di makannya tadi malam. Sudah cukup lama dia berdiri di depan wastafel dan mengeluarkan isi perutnya. Namun Tetap saja rasa mual belum mereda. Cinta sudah sangat lelah dan tenggorokannya terasa sakit, namun tetap saja muntah yang di keluarkannya belum mau berhenti. Tubuhnya terasa amat lemas hingga untuk berdiri saja, dia tidak mampu. Cinta masih terus mengeluarkan cairan dari dalam mulutnya sambil memegang erat tepi wastafel. Cinta terduduk lemah di lantai kamar mandi. Kepalanya pusing dan keringat bercucuran di pelipis keningnya. Terkadang Cinta merasa takut, apakah dia memang memiliki riwayat penyakit yang berbahaya. "Kenapa sekarang tubuh aku seperti ini." Cinta menangis dan mengusap air mata yang menetes di pipi. Sud