Setelah pertengkarannya bersama dengan Rafasya, pria itu memang tidak pernah lagi pulang ke apartemen dan ini bahkan sudah hari ke 10. Cinta memandang ponselnya dan kemudian meletakkan ke atas meja. Menelpon pria itu sama saja dengan menabur garam ke dalam laut, karena tidak akan ada hasil sama sekali . Mau seribu kali pun dia menghubungi, bahkan jarinya sampai patah sekalipun yang namanya panggilan telepon darinya tidak akan diangkat. Yang ada nomornya ponsel diblokir. Daripada hanya menambah luka, Cinta memilih untuk tidak menghubungi. Dia duduk di sofa sambil menunggu pria itu pulang tapi entahlah, apakah dia pulang atau tidak. Sejak dari pagi hingga Jam 05.00 sore, dia masih setia menunggu, namun yang di tunggu tidak juga pulang. Cinta memandang layar ponselnya dan mengecek pesan yang kemarin dikirimnya. Pesan itu tidak dibaca sama sekali.Kecewa, hanya satu kata ini yang melukiskan perasannya saat ini. Namun siapa yang peduli dengan apa yang dirasakannya. Cinta beranjak dar
Aturan yang sudah dibuatnya sendiri, membuat pria itu tidak pernah salah. Sebesar apapun kesalahan yang telah dilakukannya, tetaplah Cinta yang dianggapnya salah. Seperti sekarang, kesalahan Cinta karena tidak ada di apartemen.Dengan rasa marah dan juga kesal, Dia membuka pakaian dan kemudian masuk ke kamar mandi, guna untuk membersihkan tubuhnya. Setelah mandi beberapa menit Rafasya keluar kemudian memakai pakaian dan duduk di atas tempat tidur. "Kau lihat, apa yang akan kulakukan kepadamu," geram Rafasya. Walau bagaimanapun Cinta masih istrinya dan tidak selayaknya seorang wanita pergi sesuka hati seperti ini. "Ternyata dia sangat merdeka setelah aku tinggalkan." Pikiran negatif kini menumpuk di otaknya. Dia sudah bisa membayangkan seperti apa liarnya Cinta dibelakangnya. Hingga sampai jam 11 malam Cinta tidak juga pulang. Ini yang membuat Rafasya semakin marah. Pria itu memilih tidur untuk menghilangkan rasa lelah dan menenangkan pikirannya.Mencari Cinta, sudah pasti tidak ak
Seorang wanita cantik duduk di depan meja bar. Sedangkan seorang bartender pria menuangkan minuman ke dalam gelas wine.Wanita cantik itu tersenyum dan kemudian meneguk minuman itu dengan satu kali tegukan.Minuman beralkohol bukanlah suatu hal yang harus dijauhinya Karena wanita itu merupakan salah seorang pecandu minuman yang memabukkan tersebut.Karin selalu mencuri-curi waktu untuk datang ke tempat ini, karena kekasihnya tidak pernah mengizinkannya untuk ke klub malam. Sebenarnya Karin merupakan wanita yang mencintai kebebasan namun dia tunduk dan patuh terhadap kekasihnya itu. Mungkin karena cintanya yang begitu besar untuk si lelaki.Disaat pikiran lagi kacau, maka dia beranggapan bahwa hanya minuman lah yang dapat menenangkan pikiran yang semrawut seperti sekarang.Karin frustasi dan juga marah. Apa yang telah direncanakannya dengan matang, tidak berjalan dengan semestinya. Dia juga sudah tidak membeli alat tes kehamilan. Karena setelah mengecek pagi dan ternyata siangnya dia
Setelah menghabiskan secangkir kopi, Rafasya kembali ke kamarnya. "Mengapa rasanya sepi seperti ini," keluhnya sambil merebahkan tubuh di atas tempat tidur. Pria berhati batu itu memandang ke kiri, di mana tempat Cinta membaringkan tubuhnya. Dirabahnya tempat yang selalu di tiduri sang istri dengan mata yang terpejam.Entah apa yang membuat pria yang berstatus kekasih Karin itu seperti orang bodoh. Dia meraba tempat tidur sambil membayangkan saat ini sedang meraba tubuh istrinya."Mengapa aku bisa seperti ini." Hidup pria itu terasa hampa dan kosong. Padahal dia belum lama berada di dalam apartemen. Selama menikah dengan Cinta, dia selalu meninggalkan istrinya itu sendiri. Pulang di saat hari sangat larut malam dan berangkat pagi-pagi sekali. Bahkan untuk berbicara saja, Rafasya menghindar. Namun mengapa istrinya itu bisa betah sendiri tinggal di sini. Pria itu mulai menebak-nebak perasaan sang istri."Apa selama ini dia kesepian jika aku tinggalkan sendiri? Tapi sepertinya tidak.
[Saya tidak percaya, foto seperti ini bisa di dapatkan di internet.]Cinta mengerutkan keningnya dan bingung ketika membaca pesan chat yang dikirimkan suaminya. "Iya sih foto seperti ini banyak di internet." Cinta membenarkan apa yang dikatakan oleh suaminya. Namun dia tidak mengerti apa yang diinginkan oleh pria tersebut.Cinta kembali membaca pesan yang masuk. [Saya tidak percaya jika kamu berada di Perancis. Apa kamu berniat untuk meniup saya? Ingat status kamu, istri saya, jadi jangan bermain-main.]"Bagaimana cara meyakinkannya." Istri Rafasya itu panik dan bingung. Beberapa bulan ini hidup bersama dengan sang suami, dia sudah mulai memahami sifat dan karakter Rafasya. [Bagaimana cara Cinta meyakinkan kalau Cinta beneran di Prancis?] Daripada menebak-nebak dan takut apa yang dilakukannya salah, maka Cinta memberanikan diri untuk bertanya. Jujur saja, ini untuk pertama kalinya wanita itu bertukar pesan dengan sang suami. Rasanya bercampur aduk gugup, takut namun juga senang. B
Kelakuannya tidak ubahnya dengan seorang remaja yang sedang jatuh cinta. Senyum tidak pernah hilang dari wajah tampannya. Tatapan matanya terus saja memandang foto wanita yang merupakan istrinya. Cinta mengirimkan begitu banyak foto, hingga membuat Rafasya tidak henti-hentinya menggulir galeri fotonya satu persatu sambil mengamati wajah cantik sang istri. Dibilang terlambat mungkin ia, karena pria itu baru menyadari bahwa istrinya sangat cantik. Untuk pertama kalinya dia memperhatikan setiap garis wajah sang istri. Mata lebar dan bulat, bibir kecil namun tebal, hidung mancung dan bulu mata yang lentik. Wajahnya terlihat semakin sempurna dengan alis mata yang tebal, hitam dan tertata rapi. Apa selama ini matanya bermasalah, sehingga tidak bisa melihat dengan baik. Bagaimana mungkin dia tidak menyadari bahwa ternyata wanita pilihan dari kedua orang tuanya begitu cantik, imut dan juga menggemaskan. Rafasya mengambil ponselnya dan pria itu mulai mengetik pesan. Namun belum pesan itu
Karin berada di dalam kamar apartemennya. Sudah berulang kali dia menghubungi nomor ponsel milik Rafasya, namun panggilan telepon yang dilakukannya tidak juga diangkat oleh pria tersebut."Kamu kenapa sih bang, kenapa telepon aku tidak kamu angkat-angkat." Karin mengirimkan Voicemail ke nomor ponsel kekasihnya itu.Melihat pesan yang dikirimnya tidak dibuka, Wanita cantik yang berprofesi artis dan model itu, sangat marah dan tidak terima ketika Rafasya mengabaikannya seperti ini. Diambilnya satu botol wine dari dalam lemari. Tanpa memakai gelas, wanita itu langsung meneguk minuman yang memberikan sensasi rasa panas di dada tersebut. Dia bukan jenis wanita yang sabar untuk menunggu. Seakan tak ada lelahnya, Karin terus saja memanggil nomor ponsel kekasihnya. "Jika kamu tidak angkat telepon aku, aku akan datang ke kantor kamu bang." Karin kembali mengirimkan pesan Voicemail yang berisi ancaman untuk Rafasya. Melihat pesan yang di kirimnya tidak juga di buka, kemarahan Karin semakin
Cinta sudah berada di ballroom Crillon Hotel, tempat dilakukannya fashion show. Wanita itu sudah cantik dengan riasan make up hasil karya sahabatnya sendiri.Gaun yang melekat di tubuhnya, tampak cantik dan mempesona meskipun gaun berwarna gold itu terkesan sederhana."Cinta, Cahaya, persiapkan model-model dan berikan mereka busana yang akan dikenakan. Ingat acara akan dimulai jam 07.00." Miss Eva memberikan perintah kepada kedua mahasiswanya. "Iya Miss," jawab Cinta dan juga Cahaya.Miss Eva tidak ada hentinya mengingatkan kepada kedua mahasiswanya, agar bisa membantu kelancaran acara malam ini. "Hai sweet heart." Sapa seorang pria tampan dengan tubuh tinggi dan tegap. Namun nada bicaranya lembah lembut. "Hai juga Arlan." Miss Eva tersenyum dan memeluk tubuh tegap Arlan. Lama hidup di Inggris membuat wanita cantik itu tidak merasa canggung ketika memeluk, dan ciuman pipi kiri dan kanan pria tersebut. "Kamu sangat cantik sekali," puji pria itu dan kemudian lirikan matanya berpind
Rafasya harus menahan rasa sakit di kulit kepalanya, karena Cinta yang terus-menerus menarik rambutnya. Jika tahu kondisinya akan seperti ini dia pasti akan memotong rambutnya hingga 2 cm sebelum Cinta melakukan persalinan. "Mama sakit banget mah." Cinta kembali menangis dan dia pun menarik rambut suaminya dengan keras. "Iya nak tahanan ya." Sari kembali menguatkan menantunya."Anto cepat." Rafasya berkata dengan keras ketika istrinya kembali menarik rambutnya dengan kuat. "Iya Bos, ini jalanan macet," kata Anto. "Kenapa harus pilih jalan yang ini," kata Erik yang menyalahkan sopir sekaligus Bodyguard putranya itu. "Hanya satu jalan menuju ke rumah sakit Pak," jawab Anto gugup. Meskipun yang akan melahirkan istri dari bosnya namun Anto juga merasa panik dan gugup. Apalagi mendengar suara Cinta yang terus saja menangis karena kesakitan. Dia tidak bisa membayangkan ketika Nanti istrinya ada mengalami hal seperti ini.Jika dalam kondisi panik seperti ini semua orang pasti tidak akan
Cahaya dan juga Cinta sedang bersantai di taman belakang.Sejak pagi Cahaya sudah di rumah Cinta. Istri Anto itu pun akan pulang ketika suaminya sudah kembali bekerja."Lihat, ini cantik kan?" Cinta begitu bersemangat ketika menunjukkan gambar desain Baby Doll untuk bayi perempuannya. "Cantik sekali, lihat ini keren gak?" Cahaya dengan bangganya menunjukkan sweater untuk bayi laki-laki. "Keren, buatin untuk calon baby Aku juga ya," kata Cinta yang begitu sangat senang. "Siap, sebelum kamu minta aku sudah minta tukang jahit untuk membuat dua. Satu berwarna biru pekat dan satu lagi berwarna pink." "Pasti lucu ketika mereka memakai baju couple. "Kita bakal buat mereka foto bareng ya." Cahaya tersenyum dan tidak sabar menunggu kelahiran putranya.Sepertinya apa yang didoakan oleh suaminya memang terkabulkan. Karena Cahaya mengandung anak laki-laki. Kedua Wanita itu sudah berniat untuk membuka baby shop setelah mereka melahirkan nanti. Bahkan semua koleksi baju-baju bayi untuk calon
Rafasya berkunjung ke Rumah Sakit Bhayangkara tempat di mana anak Karin dirawat. Disini dia bertemu dengan wanita yang mengadopsi anak Karin. "Apa kamu yang akan mengadopsi anak dari almarhumah Karin?" tanya Rafasya "Iya mas, saya Mayra yang akan merawatnya dan ini sesuai dengan amanah dari almarhumah sebelum beliau meninggal," kata berliana dengan suara yang sehalus mungkin. Dia juga mengganti logat bahasanya agar tidak ada yang curiga dengan jati dirinya."Sejak kapan kenal dengan Karin?" Tanya Rafasya. Sekian lama menjadi kekasih karin, Rafasya sangat tahu siapa-siapa saja teman dari mantannya itu. "Sejak Mbak Karin tersandung kasus di tahanan, dan saya yang ngambil job pekerjaannya sebagai Artis. Awal berjumpa mbak Karin ketika saya bekerja di restoran. Mungkin mas Rafasya tahu tentang video viral itu. Saya tidak enak hati karena mengambil pekerjaan almarhumah, jadi karena itu saya datang ke tahan." Mayra berbicara dengan menundukkan kepalanya."Mbak Karin merupakan orang yang
Cinta berjalan sambil memegang tangan suaminya dengan mesra. Kini mereka sudah berada di taman dan melakukan jalan paginya."Abang, Cinta takut." Cinta memandang Rafasya. "Takut kenapa?" tanya Rafasya. "Takut melahirkan." Rafasya diam ketika mendengar jawaban istrinya. Jujur saja dia juga begitu sangat takut ketika mendengar kabar bahwa Karin meninggal karena pendarahan."Adek jangan takut, Abang bakalan terus ada jagain adek. Adek pasti bisa, adek pasti kuat." Rafasya mencoba untuk menenangkan istrinya. "Janji ya." Cinta memandang Rafasya. "Iya sayang." Rafasya memeluk istrinya dan kemudian mencium keningnya.Sedangkan Sari dan Erik memilih duduk di kursi taman sambil mengambil video anak dan menantunya. Setelah mengambil rekaman video anak serta menantunya, Sari membuka Instagram miliknya. Dan di sana banyak muncul berita tentang kematian Karin. Hal ini yang membuat wanita itu terkejut."Pah, apa berita ini Benar?" tanya Sari sambil menunjukkan berita yang sedang dibacanya."C
Rafasya terdiam saat menerima telepon dari pengacaranya. "Pak Efendi yakin?" Tanya Rafasya untuk memastikan bahwa informasi ini tidak salah. "Yakin pak, karena pihak polisi langsung yang menginformasikan berita ini kepada saya," jawab pengacara Effendi. "Jam berapa meninggalnya?" Rafasya masih tidak percaya dengan apa yang dia denger. "Jam 2 dini hari, saudari Karin meninggal setelah melahirkan anaknya. Almarhumah mengalami pendarahan dan menyebabkan harus menjalani operasi jam 9 malam." Pengacara Effendi menjelaskan secara detail. "Urus semuanya, setahu saya almarhumah tidak memiliki keluarga di sini. Karena itu antarakan jenazah ke kampung halamannya. Informasikan juga kabar duka ini kepada kedua orang tuanya."Meskipun Karin sudah melakukan kesalahan yang fatal, namun Rafasya tetap perduli dan mau mengurus jenazah mantan kekasihnya itu. "Kedua orang tuanya meninggal kecelakaan lalu lintas jam 09.00 pagi. Dan saat ini jenazahnya masih ada di rumah sakit, karena tidak ada piha
Berliana merasakan kakinya lemas setelah mendengar jawaban dari dokter. Dia kemudian kembali duduk di depan ruang persalinan tersebut. Melihat bayi di dalam box didorong keluarga. Berliana langsung berdiri. "Mau dibawa ke mana sus?" Tanya Berliana yang mengikuti perawat tersebut."Mau dipindahkan ruang Icu," jawab perawat. "Oh, saya boleh ikut sus?" Tanya Berliana sambil memandang ke dalam box bayi. "Boleh, hanya saja tidak boleh masuk ke dalam ruang icu," jawabnya. "Iya sus, bayinya perempuan atau laki-laki sus?" Berliana ikut mengantarkan bayi malang itu hingga ke depan ruangannya. "Laki-laki," jawab suster yang kemudian membuka pintu ruang ICU. Berliana memandang perawat itu masuk ke ruang ICU dan kemudian menutup pintu. Berliana berusaha mengintip ke dalam lewat kaca transparan berukuran kecil. Setelah bayi itu masuk ke dalam ruangan, Berliana pergi meninggalkan ruang Icu tersebut. Berliana kembali lagi ke ruang operasi. Dia duduk di kursi tunggu.Berliana dengan sangat sab
Menjalani kehamilan di dalam tahanan seperti ini terasa begitu sangat berat. Di saat para wanita yang sedang hamil menikmati momen berharga bersama dengan suaminya, dan merasakan perhatian serta kasih sayang dari seluruh keluarganya. Namun tidak untuk Karin. Dia melewati semua masa ini seorang diri. Di dalam tahanan ini waktu begitu lambat berlalu. Bersyukur dia memiliki seorang sahabat yang bernama Berliana. Sahabatnya itulah yang setiap saat selalu mengunjunginya dan memberikan dia berbagai macam vitamin serta susu untuk ibu hamil. Sejak tadi Karin merasa gelisah. Seharusnya kedua orangtuanya sudah datang siang ini. Namun mengapa sampai sore, kedua orangtuanya belum datang juga. Apa mereka tidak jadi berangkat hari ini? "Karin ada telepon untuk kamu." Sipir wanita itu berkata setelah membukakan pintu besi tersebut.Karin dengan cepat beranjak dari duduknya. Saat ini perutnya sudah besar. Karena usia kehamilannya yang sudah memasuki bulan ke-7.Karin berjalan dengan pelan mengik
Cahaya tidak bisa menolak paksaan dari suaminya. Dan wanita itu akhirnya memilih untuk menurut. Dan kini pasangan pengantin baru itu sedang berdiri di bawah cucuran air shower. Namun ternyata kamar mandi Bukan tempat yang menyenangkan untuk pasangan yang baru Sah menikah tersebut. Anto kembali menggendong tubuh istrinya dan membawanya ke kamar."Kenapa sudah keluar Mas? Kita belum selesai mandi," Kata Cahaya. Wanita berwajah manis itu sedang berusaha mengatur napasnya yang sejak tadi sudah dibuat ngos-ngosan oleh sang suami."Nanti mandinya kita lanjut lagi. Sayang, Mas pengen lihat anak kita." Anto tersenyum dan kemudian mencium bibir istrinya."Tapi Aya lagi hamil, apa boleh mas?" tanya Cahaya. Melihat benda keramat sang suami, membuat bulu kutuk Cahaya merinding. "Boleh sayang yang penting mainnya jangan keras. Mas bakal pelan-pelan," jawab Anto. Pasangan pengantin baru itu sudah sama-sama polos sejak dari kamar mandi tadi. Cahaya tidak menyangka bahwa suaminya seagresif ini. Pa
"Sayang, bagaimana kondisi anak hari ini?" Rafasya tersenyum dan mengusap perut istrinya. Rafasya sangat cemas ketika Cinta memaksa untuk datang ke acara ijab Kabul Cahaya. Dia takut jika hal buruk terjadi terhadap istri dan calon anaknya."Baik, sangat baik." jawab Cinta. Karena hari ini Cinta tidak merasakan perut yang sakit atau kram. Bahkan gerak bayinya terasa semakin kuat."Anak gadis daddy pintar sekali." Rafasya tersenyum dan mengusap perut istrinya."Sayang Abang rindu." Rafasya berkata dengan wajah serius. "Sudah sedekat ini masih bilang rindu?" Cinta memandang Rafasya dengan sedikit memicingkan matanya. Rasanya sungguh sangat aneh ketika mendengar ucapan dari suaminya itu. Padahal mereka sangat dekat tanpa ada jarak yang memisahkan. Karena Rafasya yang sedang memeluk tubuhnya dengan erat. "Rindu sama ini Dek." Rafasya menyentuh bagian yang dia maksud. Dia sudah sangat menginginkan apam legit yang menggiurkan. Selama di rumah sakit, Rafasya selalu mengurus semua kebutu