Kelakuannya tidak ubahnya dengan seorang remaja yang sedang jatuh cinta. Senyum tidak pernah hilang dari wajah tampannya. Tatapan matanya terus saja memandang foto wanita yang merupakan istrinya. Cinta mengirimkan begitu banyak foto, hingga membuat Rafasya tidak henti-hentinya menggulir galeri fotonya satu persatu sambil mengamati wajah cantik sang istri. Dibilang terlambat mungkin ia, karena pria itu baru menyadari bahwa istrinya sangat cantik. Untuk pertama kalinya dia memperhatikan setiap garis wajah sang istri. Mata lebar dan bulat, bibir kecil namun tebal, hidung mancung dan bulu mata yang lentik. Wajahnya terlihat semakin sempurna dengan alis mata yang tebal, hitam dan tertata rapi. Apa selama ini matanya bermasalah, sehingga tidak bisa melihat dengan baik. Bagaimana mungkin dia tidak menyadari bahwa ternyata wanita pilihan dari kedua orang tuanya begitu cantik, imut dan juga menggemaskan. Rafasya mengambil ponselnya dan pria itu mulai mengetik pesan. Namun belum pesan itu
Karin berada di dalam kamar apartemennya. Sudah berulang kali dia menghubungi nomor ponsel milik Rafasya, namun panggilan telepon yang dilakukannya tidak juga diangkat oleh pria tersebut."Kamu kenapa sih bang, kenapa telepon aku tidak kamu angkat-angkat." Karin mengirimkan Voicemail ke nomor ponsel kekasihnya itu.Melihat pesan yang dikirimnya tidak dibuka, Wanita cantik yang berprofesi artis dan model itu, sangat marah dan tidak terima ketika Rafasya mengabaikannya seperti ini. Diambilnya satu botol wine dari dalam lemari. Tanpa memakai gelas, wanita itu langsung meneguk minuman yang memberikan sensasi rasa panas di dada tersebut. Dia bukan jenis wanita yang sabar untuk menunggu. Seakan tak ada lelahnya, Karin terus saja memanggil nomor ponsel kekasihnya. "Jika kamu tidak angkat telepon aku, aku akan datang ke kantor kamu bang." Karin kembali mengirimkan pesan Voicemail yang berisi ancaman untuk Rafasya. Melihat pesan yang di kirimnya tidak juga di buka, kemarahan Karin semakin
Cinta sudah berada di ballroom Crillon Hotel, tempat dilakukannya fashion show. Wanita itu sudah cantik dengan riasan make up hasil karya sahabatnya sendiri.Gaun yang melekat di tubuhnya, tampak cantik dan mempesona meskipun gaun berwarna gold itu terkesan sederhana."Cinta, Cahaya, persiapkan model-model dan berikan mereka busana yang akan dikenakan. Ingat acara akan dimulai jam 07.00." Miss Eva memberikan perintah kepada kedua mahasiswanya. "Iya Miss," jawab Cinta dan juga Cahaya.Miss Eva tidak ada hentinya mengingatkan kepada kedua mahasiswanya, agar bisa membantu kelancaran acara malam ini. "Hai sweet heart." Sapa seorang pria tampan dengan tubuh tinggi dan tegap. Namun nada bicaranya lembah lembut. "Hai juga Arlan." Miss Eva tersenyum dan memeluk tubuh tegap Arlan. Lama hidup di Inggris membuat wanita cantik itu tidak merasa canggung ketika memeluk, dan ciuman pipi kiri dan kanan pria tersebut. "Kamu sangat cantik sekali," puji pria itu dan kemudian lirikan matanya berpind
"Miss Eva saya tidak bisa." Cinta sungguh sangat panik saat ini. Dia tidak memiliki kemampuan untuk menjadi seorang modeling. Apalagi tampil tanpa ada persiapan apapun. "Kamu harus bisa." Monika berkata dengan tegas. Cinta tidak bisa membayangkan seperti apa nanti orang-orang menertawakannya karena kesalahan demi kesalahan yang dilakukannya ketika melenggang-lenggok di atas catwalk. Ini bukan acara modeling sekolah seperti yang dulu diikutinya, setelah kali ada lomba fashion show di sekolahnya. Ini merupakan acara besar. Bahkan dia akan berjumpa dengan model-model ternama dari berbagai negara. "Kamu harus membantu saya cinta." Suara Miss Eva bergetar sambil memegang tangan. Meskipun kalimat yang dikeluarkannya merupakan kalimat paksaan namun tetap terselip permohonan dalam kalimat tersebut.Cinta diam dia memandang Cahaya yang sedang sibuk dengan pekerjaannya."Miss, Saya tidak punya pengalaman apapun." Cinta meringis. Tidak bisa dibayangkannya seperti apa nanti ketika dia menj
Meskipun yakin bahwa model cantik yang berjalan di atas catwalk itu bukanlah istri dari kekasihnya, namun tetap saja Karin penasaran dan mencari tahu. Tidak ada informasi yang bisa didapatkan secara instan. Karena itu dia harus menggerakkan seseorang untuk mencari tahu biodata setiap model yang ada di sana.Karin menghubungi salah seorang wartawan asal Indonesia yang saat ini berada di tempat penyelenggaraan acara. Karin meminta kepada temannya itu untuk mengirimkan biodata model yang ada di sana." Mana mungkin, dia hanya wanita miskin yang bermimpi menjadi Cinderella. Gadis miskin yang berharap menikah dengan seorang pangeran." Karin tertawa terbahak-bahak. Matanya terus saja menatap layar televisi dan menunggu informasi yang diberikan temannya.Senyum di wajah wanita itu mengembang ketika melihat notif yang masuk di pesan chatnya.Si pengirim pesan mengirimkan semua informasi mengenai model yang ikut serta dalam pergelaran busana terbesar di dunia tersebut.Karin mulai melihat fo
"Cinta, kamu beneran keren. Aku sungguh bangga lihat kamu." Cahaya memeluk sahabatnya. Gadis berwajah manis itu sempat gugup dan ragu ketika melihat Cinta tampil. Apalagi ketika mengingat adegan memalukan seorang model yang terjatuh ketika berjalan di atas catwalk. Dia sungguh berharap hal itu tidak terjadi terhadap sahabat baiknya."Cahaya, aku beneran gugup." Cinta mengusap keringat di pelipis keningnya dengan memakai tisu."Tapi kamu beneran keren, aku yakin kalau si Karin akan malu dan kesal karena melihat kamu bisa berada di sini. Performance kamu juga luar biasa. pokoknya aku bangga sekaligus kagum sama kamu." Cahaya berulang kali memeluk serta mencium pipi sahabatnya."Tapi aku masih gemetar sampai sekarang." Cinta meringis pelan. Dia tidak sedang berbohong, terbukti kaki dan tangannya yang masih bergetar. Belum lagi telapak tangan yang terasa dingin sekali."Manusiawi, jadi ini wajar. Andaikan Miss Eva meminta aku untuk tampil, mungkin aku sudah pipis ketika berdiri di depan s
Arlan mengulum senyumnya ketika memandang wajah Cahaya. Mungkin karena Cinta yang terlalu cantik dan sempurna sehingga dia tidak menyadari bahwa wajah gadis yang duduk di depannya sangat manis dan enak untuk di pandang. Dia baru menyadari ternyata Cahaya memiliki paras yang ayu khas Indonesia."Aku bukanlah pria peminum, terkecuali jika itu memang wajib. Misalnya karena ada jamuan, bertemu dengan rekan bisnis atau mungkin berkumpul dengan teman-temanku." Arlan tersenyum. Pria itu mensensor kata-kata minum bersama dengan wanita. Cahaya mendengarkan dengan serius. tentu saja dia ingin mengetahui banyak tentang pria tampan dengan bola mata berwarna coklat tua tersebut."Namun jika kondisi dingin seperti ini, aku memang minum untuk menghangatkan tubuh. Jika tubuh ku sudah terasa hangat, maka aku akan berhenti. Jadi aku minum tidak sampai mabuk," jelas Arlan."Tetap saja minuman ini tidak baik untuk kesehatan. Jika nanti kita bertemu lagi, aku akan membuat kamu minuman untuk menghangatkan
Arlan terus saya memang cahaya. Gadis itu terlihat tidak nyaman dan duduk dengan gelisah. Sedangkan minuman yang ada di dalam gelasnya sudah dalam keadaan kosong. Arlan kembali menuangkan minuman ke gelas milik Cahaya, namun tidak penuh. Dia hanya mengisi sedikit saja."Berapa usiamu?" tanya Arlan."21 tahun," jawab Cahaya."Oh ternyata kamu masih sangat muda usiaku 33 tahun." Arlan mengulum senyumnya. Selama ini pria itu selalu menghindari berhubungan dengan gadis muda. Karena dia beranggapan gadis muda itu sangat ribet, mudah merajuk dan banyak tuntutan. Karena alasan itu Arlan selalu berhubungan dengan gadis-gadis yang berusia di atas 25 tahun karena dia berangkat gadis dia berusia 25 tahun ke atas sudah memiliki kedewasaan."Tidak juga, tapi usia mu yang sudah terlalu tua." Cahaya terkekeh ketika mengejek Arlan. Karena minuman yang di berikan si lelaki, membuatnya bisa berbicara sesuka hati."Usia mu, hanya selisih 7 tahun dari mama ku. 10 tahun dari papa ku." Cahaya kembali meng