"Apa bisa diulang kembali apa yang tadi anda katakan? "Karin Berharap Bahwa saat ini pendengarannya bermasalah. Tidak hanya karena permasalahan pribadi, kontrak yang sudah dia tandatangani harus dibatalkan begitu saja."Kami tidak ingin produk yang kami tawarkan ke masyarakat tidak laku, hanya karena masyarakat tidak tertarik untuk membeli prodak kami karena memakai model yang memiliki sejarah buruk seperti anda. Dengan alasan ini perusahaan membatalkan kontrak secara sepihak," jawab pria di seberang sana."Anda tidak bisa membatalkan kontrak begitu saja." Karin merasa marah dan tidak terima dengan pemutusan kontrak secara sepihak seperti ini. Padahal satu minggu lagi dia sudah mulai pemotretan dan syuting untuk iklan. Mendapatkan kesempatan untuk membintangi iklan dari mereka busan terkenal, begitu sangat membuat dia bangga. Begitu banyak model yang menginginkan untuk menjadi bintang iklan dari mereka tersebut namun dia yang terpilih. Dan hal itu tentunya membuat Karin merasa sanga
Rafasya duduk di jok belakang sambil memejamkan matanya. Sedangkan mobil terus melaju ke tempat yang sudah dia perintahkan.Saat ini tujuannya mendatangi rumah Nara, salah seorang wanita yang begitu sangat dekat dengan istrinya. Bahkan hubungan mereka sudah seperti keluarga sendiri.Menyesal, hanya kalimat ini yang dia rasakan. Jika dulu dia tidak membuat surat itu maka semuanya tidak akan seperti ini. Di saat Cinta dalam keadaan hancur, dia pasti akan menemui orang-orang gitu sangat perduli dan menyayanginya. Disaat seperti ini, Cinta sangat membutuhkan dukungan serta semangat dari orang-orang terdekatnya. Namun karena surat perjanjian itu, dia tidak memiliki teman untuk berlindung. Rafasya mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya dan melihat nama pengacara Effendi yang memanggilnya. Dengan cepat dia mengangkat sambungan telepon tersebut. "Halo pak Effendi," jawab Rafasya. "Halo Pak Rafasya, saya sudah memasukkan laporan terhadap Karlina Angelina ke polda metro jaya. Dengan
"Pasword pintu?" Rafasya memandang Nara dengan mengerutkan keningnya. "Iya, bukankah pasword pintu tanggal lahir perempuan siluman itu? Aku gak habis pikir, kenapa Cinta mau menikah dengan pria seperti mu. Syukur dia hanya datang untuk menganggu Cinta. Bagaimana jika dia mengirim orang masuk ke apartemen mu dan menyuruh untuk membunuh Cinta?" Nera berkata dengan napas Mengemburu. Rafasya terdiam tanpa mampu untuk menjawab. Dia tidak pernah memikirkan hal ini. Menurutnya apartemen sangat aman dan melupakan password pintu yang memakai tanggal lahir mantannya. "Minum dulu kopinya." Fathan mempersilakan Rafasya, karena dia melihat bibir pria itu begitu sangat pucat. Rafasya menggelengkan kepalanya. "Asam lambung ku sedang naik, jadi aku tidak bisa minum kopi," tolaknya. Saat ini saja seharusnya dia sedang di rawat. Namun dia menolak karena harus mencari keberadaan istrinya. Rafasya baru mengetahui seperti apa rasa sakit kehilangan. "Bi Ani, tolong buat teh." Nara memberi perintah le
"Baik Pa, mereka baik-baik saja." Sari mencoba untuk terlihat tentang agar suaminya tidak curiga dengan apa yang menimpa keluarganya. "Kata dokter, dua hari lagi papa sudah bisa pulang ke Indonesia dan untuk pengobatan selanjutnya bisa melakukan di Indonesia. Jadi tidak perlu bolak balik ke Singapura." Erik berkata dengan wajah tersenyum. Sudah lebih tiga minggu berada di rumah sakit, sungguh membuat dia jenuh. Erik sudah sangat merindukan anak dan menantunya. Disaat sakit seperti ini, Erik berharap bisa dekat dan mendapatkan perhatian dari Rafasya dan Cinta. Meskipun suasana hatinya begitu sangat tidak baik, namun wanita itu tidak memperlihatkan sedikitpun kepada suaminya. Sari tersenyum dan mengusap punggung tangan istrinya. "Iya pa, mama senang karena sebentar lagi kita bisa." Sari tersenyum. "Papa sudah tidak sabar untuk segera pulang. Papa bosan Mah, papa ingin beraktivitas seperti dulu. Papa rindu dengan anak kita. Apa ada kabar kalau kita akan punya cucu?" Erik berkata den
"Kau hanya tahu makan gaji yang besar dari aku, apa kerjamu? Mengapa semua klien membatalkan kontrak kerja sama yang sudah kita sepakati." Karin memandang Jessica sambil menunjuk wajah wanita yang usianya jauh lebih tua darinya.Karin seperti kacang yang lupa kulit, dia dengan mudah melupakan perjuangan Jessica untuk menaikkan namanya. Bagaimana perjuangan manajernya itu untuk mencarikan pekerjaan untuknya hingga dia menjadi artis yang sudah mulai dikenal. "Kau bilang makan gaji buta? Apa kau tahu seperti apa lelahnya aku menjadi manajermu. Aku mengatur semua jadwal mu, aku yang mencarikan pekerjaan untuk mu." Wanita itu seakan tidak terima atas hinaan Karin untuknya. "Halah pekerjaan mu gampang, semua orang juga bisa. Kau tidak perlu mencarikan pekerjaan untukku karena pekerjaan yang datang mencari ku. Apa kau lupa kalau aku ini artis terkenal, "Karin berkata dengan sombong. "Kau memang kacang yang lupa kulitnya Karin. Sebelum kau bertemu denganku untuk bisa mendapat pekerjaan, K
"Kami dari pihak kepolisian ditugaskan untuk melakukan penangkapan terhadap saudari Karlina Angelia," kata salah seorang pria berseragam coklat tersebut. Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Seperti itulah nasib yang dialami artis terkenal itu. Belum hilang rasa terkejutnya ketika apartemen miliknya diambil secara paksa oleh Rafasya. Sekarang dia mendengar bahwa kedatangan ketiga polisi itu untuk menangkapnya. Jessica terdiam memandang Wajah Karin yang begitu sangat pucat."Kalian tidak bisa menangkap ku, aku bukan penjahat." Karin berkata dengan berteriak."Kami membawa surat penangkapan untuk Anda dan sekarang silakan ikut kami ke kantor polisi." Si Polisi menunjukkan surat penangkapan untuk Karin."Dengan alasan apa anda menangkap saya, saya tidak mau ikut kalian. Kalian hanya preman yang mengaku polisi." Karin tidak mau percaya, dia menganggap orang itu hanyalah orang yang menyamar menjadi polisi."Ini identitas kami dan anda bisa lihat Kami memang langsung dari kepolisian." Pria y
Pria yang selalu terlihat bersih, rapi dan tampan itu berubah 190 derajat. Rambutnya sudah terlihat gondrong, jambang dan kumis dibiarkan berserakan di wajah tampangnya. Bahkan tubuh yang dulu berisil kini sudah terlihat jauh lebih kurus. Satu bulan melakukan pencarian terhadap istrinya namun wanita itu masih tidak ditemukan. Jumlah nominal uang yang telah dikeluarkan untuk mencari istri tercinta juga tidak main-main. Bahkan pihak polisi sudah digerakkan. Namun hasilnya tetap nihil. Rafasya sudah mencari ke wilayah-wilayah yang kemungkinan menjadi tempat tinggal istrinya, namun juga tidak ada. Entah di mana istrinya itu berada, Rafasya seakan putus asa. "Bos kita kemana?" Tanya Anto. "Tempat yang belum kita datangi," jawab Rafasya yang duduk di samping Anto. "Baik bos," jawab Anto yang sangat tahu harus pergi ke rute mana. Meskipun semua tempat sudah mereka datangi. Agar Rafasya bebas melihat ke kanan dan kekiri, dia memilih duduk di samping kemudi. Sepulang dari kantor Rafasy
Cahaya duduk termenung seorang diri di taman belakang kampus. Pikirannya saat ini sungguh kacau. Bagaimana mungkin Cinta menghilang begitu saja? Selama ini mereka begitu sangat akrab dan juga dekat. Apa sahabatnya itu tidak pernah ingat dengan dirinya? Andaikan Cinta menghubunginya dan memberikan kabar bahwa dia baik-baik saja, cahaya tidak akan cemas. Bahkan dia rela berjanji untuk tidak memberitahukan kepada siapapun. Namun sampai detik ini tak ada satupun kabar dari Cinta.Mengapa semuanya pergi? Sahabat yang selalu ada untuknya kini entah di mana. Begitu juga dengan Arlan, pria itu sudah hilang kontak sejak dua minggu yang lalu. Nomor ponselnya pun sudah tidak dapat dihubungi. Seakan tidak pernah lelah, Cahaya kembali mencoba menghubungi nomor ponsel Arlan. Namun nomor yang dihubunginya sedang tidak akan aktif kembali. Hasilnya tetap sama, operator mengatakan bahwa nomor ponsel yang dihubunginya sedang tidak aktif. Cahaya kembali menghubungi nomor ponsel kekasihnya, namun hasi