Share

Ch. 14 Rencana PDKT

Penulis: Selfie Hurtness
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Kenapa harus dijemput sama dia sih, Ma?" Jelas Agatha memprotes, kenapa mamanya ini terkesan bebal? Agatha sudah menolak jika diantar-jemput oleh Kelvin?

Handira mendesah, ia menatap Agatha dengan tatapan gemas.

"Kamu perlu banyak waktu berdua untuk saling mengenal satu sama lain, Sayang! Bukankah tadi sudah kita bicarakan?"

Menyebalkan! Agatha sontak terduduk lemas di kursinya. Selera makan Agatha anjlok seketika. Bukan hanya rencana pernikahan mereka saja yang tidak bisa Agatha tolak, rupanya yang ini juga tidak bisa Agatha tolak sama sekali.

"Tapi Ma ...."

"Tha, ini demi kebaikan kamu, kebaikan kalian. Masa kalian mau nikah tapi tidak saling mengenal satu sama lain?" Handira kembali menasehati.

Keinginan Agatha untuk kembali membantah sontak lenyap. Ia hanya bisa mendesah panjang sambil mendengarkan satu demi satu wejangan yang diberikan Handira kepadanya. Sesekali Agatha melirik jam di dindin, kapan kesialannya ini berakhir?

"Tha? Diam saja tadi tadi, kamu paham sama apa yan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kontrak Pernikahan Suami Dokter Dadakan   Ch. 15 Kompensasi

    "NGGAK PA-PA PALA LO?!"Sontak Agatha, Jessy dan Yosa berteriak kencang, sementara Gladys, ia tertawa terbahak-bahak melihat teman-temannya murka seperti itu. Agatha menghela napas panjang, agaknya dia harus menyudahi video call grup dengan tiga orang sahabatnya itu sebelum ia hipertensi. "Loh ... Kan nanti ujungnya kawin juga, kan? Ibarat test drive dulu, Tha! Cek ordedilnya orisinil nggak!" Bela Gladys sambil menahan tawa. "Orisinil mbahmu! Lu kira dia macam Lucinta Luma yang ordedilnya pasangan semua?" Semprot Jessy gemas, dia baru tahu kalau dari gengnya ada yang lebih parah konsletnya dari si Yosa. Gladys tidak menjawab, ia malah makin terbahak-bahak, sementara Agatha, ia hanya diam menyimak teman-teman saling beradu argumen macam itu. "Udah-udah, yang mo kawin si Agatha kenapa malah jadi kalian yang war?" Yosa mendadak begitu kalem, wajahnya berubah serius. "Gladys tuh! Somplaknya nggak ketulungan!" Jessy tidak terima, semua gara-gara Gladys! "Udah stop! Gue lupa tanya sa

  • Kontrak Pernikahan Suami Dokter Dadakan   Ch. 16 First Date

    "Kamu udah makan?"Agatha tersentak ketika ia baru saja duduk di jok dan langsung mendapatkan pertanyaan demikian. Wajah lelaki itu masih sama, ganteng tapi terkesan dingin dan cuek. Agatha tidak langsung menjawab, ia lebih memilih untuk memasangkan seat belt-nya terlebih dahulu daripada menjawab pertanyaan itu. "Tha? Nggak denger saya tanya barusan?"Kini Agatha menoleh, rupanya sosok itu juga tengah menatap ke arahnya. Mata mereka bertemu, namun buru-buru Agatha memalingkan wajah, menatap ke depan sambil menyandarkan tubuh. "Tadi udah sarapan sih, Om!" Jawabnya singkat. "Itu kan tadi pagi, ini udah jam sepuluh." Sahut Kelvin kesal. "Om udah laper emang?"Bukan jawaban yang Agatha dengar, malah helaan napas kasar dari sosok itu. Agatha melirik sekilas, ia nampak ikut menyandarkan tubuhnya di jok, bedanya tangan lelaki itu nampak memijit kepalanya perlahan-lahan. "Gini!" Serunya mendadak, hampir saja Agatha melonjak karena kaget. "Saya nggak tahu harus bawa kamu kemana sampai beb

  • Kontrak Pernikahan Suami Dokter Dadakan   Ch. 17 Babak Baru

    "Aku udah nurutin apa yang mama mau, jadi sekarang aku boleh balik, kan, Ma?" Kelvin menelpon mamanya, ia baru saja beres menurunkan Agatha dan mengantarkannya sampai ke dalam rumah. "Eh ... Udah kamu anter sampai rumah kan?" Tanya suara itu penuh selidik. Kelvin menghela napas panjang, ia baru saja keluar dari gerbang perumahan Agatha. Se-ilfeel apapun Kelvin pada bocah bau kencur itu, tentu Kelvin tidak akan setega itu menyuruhnya pulang sendiri! "Baru aja keluar dari gerbang perum, Ma. Gila apa Kelvin suruh balik sendiri?" Jelas Kelvin tidak ingin dituduh yang tidak-tidak. "Bagus! Kalo gitu, safe fly, Dear!" Gumam suara itu lembut."Don't much worry, Mom. Balikin mobil terus baru on the way ke air port." Nada bicara Kelvin pun ikut melunak, mana bisa dia bersitegang terus dengan mamanya? Kecuali kalau membahas perjodohan gila itu. "Oh iya, soal PPDS kamu, Vin ...."Kelvin spontan menginjak rem. Bukan hanya karena mendengar kata PPDS dari sambungan telepon, melainkan karena lam

  • Kontrak Pernikahan Suami Dokter Dadakan   Ch. 18 Terpukau

    "Ah ... Saya nggak apa-apa kok. Sini RM-nya, saya konsul ke dokter Hendrik dulu!" Jawab Kelvin mencoba menghilangkan kegugupannya. Mata gadis itu membulat, menatap Kelvin dengan tatapan terkejut. Mata Kelvin ikut membulat, kenapa? Apa yang salah? "Kok ke dokter Henrik, Dok? Kan pasien dua puluh tujuh tahun." Ujar gadis itu dengan wajah yang masih terkejut. Kelvin menghela napas panjang, satu tangannya menepuk dahi dengan gemas. Bagaimana bisa dia sebodoh ini? Pasien dua puluh tujuh tahun hendak dia konsulke pediatri? "Ah iya maaf. Awasi terus dan laporkan, ya! Hasil rontgen-nya mana?" Tanya Kelvin serius, ia tidak mau salah lagi! "Masih dibaca dokter Anis, Dok. Belum dapat jawaban."Sial! Salah lagi Kelvin! Harusnya dia menunggu hasil baca rontgen-nya baru dia putuskan hendak dikonsulkan ke spesialis apa. Mana tadi dengan PD-nya Kelvin menyebut nama dokter anak itu, astaga Kelvin ini kenapa? "Ok! Kalo sudah keluar kasih ke saya. Saya tunggu!"Sudah habis muka Kelvin! Bukan terl

  • Kontrak Pernikahan Suami Dokter Dadakan   Ch. 19 Balas Dendam Kelvin

    "Kayaknya gue jatuh cinta, Yan." Desis Kelvin sambil berbaring di atas kasur, matanya menatap lurus ke langit-langit kamar. "Ciiee ... Sama calon bini lu? Gas kawin dong!" Balas suara itu setengah mengejek. Kelvin mendecih, ia mendengus kesal. "Calon bini pala lu!" Umpat Kelvin kemudian, "Bukan sama dia!"Terdengar suara orang tersedak dari seberang. Apa yang sedang kampret itu lakukan? Dia tidak bilang kalau dia tadi sedang makan. Kelvin hendak bertanya ketika suara itu lebih dulu terdengar menjawab pertanyaannya. "Gile! Lu bilang apa tadi? Trus dia siapa yang lu maksud, Vin?" Cecar suara itu dengan nada terkejut. "Anak koas di tempat gue, Yan. Sesuai banget sama yang gue mau. Dia idaman gue, Yan, sumpah nggak boong!" Ujar Kelvin apa adanya. "Vin, lu mo kawin! Jangan lupa, Vin!" Bryan memperingatkan, sebuah peringatan yang membuat Kelvin menyeringai. "Yang pengen gue kawin kan nyokap, bukan gue, Yan!" Kembali Kelvin memperjelas. Ia memang belum ingin menikah apalagi dengan Agat

  • Kontrak Pernikahan Suami Dokter Dadakan   Ch. 20 First Date Dadakan

    Kelvin melangkah ke parkiran, tepat di saat yang sama ia melihat Namira juga sedang berjalan seorang diri. Dari tas yang ada di punggung, bisa Kelvin tebak gadis itu sudah selesai dan hendak kembali pulang. Kesempatan! Dengan segera Kelvin menyusul langkah Namira, setelah jaraknya sudah dekat, Kelvin memperlambat langkah, bersiap untuk sekedar menyapa gadis pujaan hatinya itu. "Udah beres jaganya? Mau balik?"Namira menoleh, ia nampak terkejut mendapati Kelvin sudah berdiri di sebelahnya. Melihat itu, Kelvin hanya tersenyum simpul. Memamerkan gigi rapi dan putih miliknya dibingkai senyum manis otentik miliknya. "Loh, Dokter? Maaf saya nggak tahu kalau tadi Dok--.""Halah santai. Mau pulang ya? Naik apa?" Potong Kelvin cepat. Namira tersenyum, kepalanya mengangguk pelan. "Sudah, Dok. Ini saya lagi pesen ojek on--.""Batalin! Bareng saya aja!" Kembali Kelvin memotong, bisa dia lihat Namira nampak sangat terkejut. "Hah? Do-Dokter serius?" Ucapnya dengan ekspresi tidak percaya. "B

  • Kontrak Pernikahan Suami Dokter Dadakan   Ch. 21 Pernyataan Cinta

    "Kamu malah udah nonton film-nya, Ra? Gimana? Bagus, nggak?"Namira tengah mengobrol dengan beberapa anak koas dan perawat, malam ini IGD kosong, maklum para koas wangi berkumpul malam ini, jadilah kerjaan mereka hanya nongkrong, makan dan berghibah bersama. "Udah. Bagus pokoknya! Tapi aku nggak bakal kasih bocoran." Ujar Namira dengan senyum lebar."Kamu nonton kapan? Kenapa nggak ajak-ajak?" Tanya Puspa dengan wajah cemberut. Sejenak Namira tertegun. Kenapa nggak ajak-ajak? Bisa geger satu rumah sakit kalau sampai mereka tahu beberapa minggu belakangan ini Namira dan dokter Kelvin punya kedekatan khusus? Bukan, mereka tidak pacaran, hanya saja sering jalan bareng atau sekedar nongkrong berdua. "Ya maaf. Kapan-kapan deh ayo nonton rame-rame." Jawab Namira dengan senyum lebar. Momen-momen bersama Kelvin mendadak berkelebat dalam benaknya. Membuat hati Namira berbunga-bunga dan terasa begitu bahagia. "Yuk ah agendain kapan? Udah suntuk banget aku, perlu hiburan nih!" Anin menggeru

  • Kontrak Pernikahan Suami Dokter Dadakan   Ch. 22 Bagaimana Caranya?

    "Bang, jadi ke Jakarta besok?"Kelvin yang tengah menikmati steak yang dia pesan kontan mengangkat wajah, menatap Namira, sang kekasih yang tengah menatapnya dengan tatapan serius. "Jadi. Kan ibu negara yang nyuruh. Kalau sampai nggak balik besok, dijamin habis aku, Yang." Jawab Kelvin mengabaikan sejenak makanannya. "Penting banget ya, Bang? Padahal besok mumpung masuk malam, jadi seharian bisa jalan-jalan." Desis suara itu lesu. Wajah itu nampak murung, membuat Kelvin meletakkan pisau dan garpu lalu meraih tangan Namira dan meremasnya lembut. Iba juga melihat wajah dan ekspresi Namira, tapi mau bagaimana lagi? Besok jadwal Kelvin foto prewedding dan fitting baju pengantin! Bisa habis Kelvin kalau sampai dia tidak pulang. Lebih habis lagi kalau nanti mamanya menyusul kemari dan memergoki Kelvin tengah berpacaran dengan gadis lain. "Penting. Soal masa depan aku ini. Mau bahas kelanjutan PPDS aku ntar." Jawab Kelvin berdusta. Tidak mungkin kan dia terus terang bilang kalau dia pula

Bab terbaru

  • Kontrak Pernikahan Suami Dokter Dadakan   Ch. 125 Closing

    Lima tahun kemudian .... "Ziel, ayolah Sayang, kita harus berangkat sekarang!" Namira berteriak, ia memulas lisptick dengan terburu lalu meraih tas dan kunci mobil yang tergeletak di atas meja. Dengan tergesa-gesa ia melangkah keluar kamar, hendak berbelok ke kamar Ziel ketika bocah itu sudah lebih dulu muncul dengan seragam biru-putih dan dasi kupu-kupu. "Siap hari pertama sekolah?" Tanya Namira dengan bersemangat. "Siap dong, Ma! Berangkat sekarang, kan?" Senyum Ziel merekah, senyum yang merupakan warisan dari Dimas ada di wajah itu. Namira mengangguk pelan, ia meraih tangan Ziel dan melangkah bersama keluar dari rumah. Nampak wajah mereka berbinar cerah. Hari ini hari pertama Nazriel Dewangga Putra bersekolah. Tentu bocah lima tahun itu sangat excited sekali, terlebih sang mama sampai menukar shift jaga hanya demi mengantar dan menunggui Ziel di hari pertamanya sekolah. "Nanti pulangnya makan steak ya, Ma?" Ocehnya sambil naik ke atas mobil. "Boleh, yang deket tempat kerja p

  • Kontrak Pernikahan Suami Dokter Dadakan   Ch. 124 Extra Part Namira

    Namira melangkah keluar kamar, ia hendak ke kamar mandi ketika lamat-lamat bayangan tubuh itu mencuri atensinya. Langkah Namira terhenti, ia menoleh dan mendapati di teras rumah, Dimas, lelaki yang kini berstatus suaminya itu, tengah menjemur cucian di sana. Alis Namira berkerut, bukankah Dimas baru pulang jaga? Namira pikir dia tengah membersihkan diri dan makan di meja makan, rupanya ... Namira melangkah mendekat, ia baru saja hendak memanggil Dimas ketika suaminya itu lantas menoleh lebih dulu. "Loh, kamu bangun? Ziel bobok?" Tanya Dimas sambil tetap melanjutkan pekerjaannya. "Mau pipis tadi. Aku pikir kamu mandi apa makan gitu. Kenapa malah jadi nyuci?" Tanya Namira lalu membungkuk dan hendak membantu sang suami menjemuri pakaian-pakaian bayi itu. "Et!" Dimas mencekal tangan Namira. "Tadi mau pipis, kan? Sana pipis dulu! Nggak bagus nahan pipis."Namira tersenyum, ia urung membantu suaminya dan segera melangkah masuk kedalam rumah setelah mencubit gemas perut Dimas. Ia berge

  • Kontrak Pernikahan Suami Dokter Dadakan   Ch. 123 Hidden Scene (Permintaan Terkahir)

    "Kenapa ini?"Handira meletakkan pulpen di meja, ia segera menjawab panggilan yang Dimas layangkan padanya. "Kenapa, Dim? Ada masalah?"Handira hendak kembali serius dengan jurnal yang tengah dia baca ketika kemudian Dimas bersuara dengan nada yang cukup serius. "Saya berubah pikiran, Dok."DEG!Jantung Handira seperti hendak meloncat dari tempatnya. Ketakutan itu mendadak menyergap hati Handira dengan begitu kuat. Ada apa ini? Kenapa Dimas tiba-tiba berubah pikiran? "Berubah pikiran yang bagaimana?" Tanya Handira dengan nada panik. Jangan bilang kalau .... "Saya berubah pikiran, Dok. Saya mau izin sama Dokter bahwa saya mengundurkan diri dari misi ini. Kalaupun nanti menantu Dokter dan Namira berpisah, itu bukan karena saya membantu Dokter, tetapi karena saya benar ingin serius dengannya dan menarik dia dari belengu yang dibuat oleh menantu Dokter sendiri."Hening! Handira mengerjapkan matanya, ia tidak salah dengar, kan? Apa yang tadi Dimas katakan? Dia bilang bahwa .... "Ka-k

  • Kontrak Pernikahan Suami Dokter Dadakan   Ch. 122 Hidden Scene (Bonus)

    Handira tertegun, ia meletakkan ponsel di atas meja. Matanya memerah. Ingin dia meledakkan tantis saat ini juga. Namun tidak di tempat ini. Info yang masuk ke dalam ponsel dan emailnya adalah valid! Semua data dan infromasi yang dia terima juga bukan dari orang sembarangan. Handira harus segera bergerak, sebelum semuanya hancur berantakan! "Ya ampun, Gusti!" Handira mendesis perlahan. Segala macam rasa sedih, marah dan kecewa menyeruak dalam hatinya. Belum lagi perasaan bersalah itu ... Semua bergumul menjadi satu dan menghajar Handira dengan begitu luar biasa. Tidak! Ini bukan tentang penyakit mematikan yang dia derita! Tetapi ini tentang Agatha. Putri semata wayang yang begitu dia cintai. Bayangan senyum manis dan gelak tawa wajah itu terbayang di dalam pikiran Handira, hanya beberapa detik karena kemudian bayangan itu digantikan oleh bayangan wajah berurai air mata dengan tangis yang menyayat hati Handira. Handira menarik selembar tisu, ia menyeka air mata yang tak kuasa ia b

  • Kontrak Pernikahan Suami Dokter Dadakan   Ch. 121 Happy Ending

    "Welcome home, Adel!"Kelvin membuka pintu kamar mereka lebar-lebar, mempersilahkan Agatha yang tengah menggedong Adel masuk terlebih dahulu ke dalam. Koper yang dibawa Handira sudah berpindah ke dalam ruang laundry, kini ia menyusul Agatha dan cucunya masuk ke dalam kamar. "Bobo sini, ya?" Dengan perlahan Agatha menurunkan Adel dari gendongan, membaringkan bayi menggemaskan itu ke dalam boknya. Sebuah bok yang Kelvin beli dan rakit sendiri beberapa minggu yang lalu. Saksi bahwa Kelvin sangat antusias sekali menyiapkan segala macam keperluan untuk menyambut gadis kecilnya yang cantik dan menggemaskan. "Lepas aja itu bedongnya, gerah siang-siang begini dibedong." Handira menatap Adel dari sisi kiri, nampak rona bahagia itu abadi di wajahnya. "Iya-iya, Ma. Ini Thata lepas." Agatha segera menuruti perintah mamanya, dengan lembut dan perlahan bedong itu dia lepas. Handira tersenyum, ia menarik kain bedong itu dan membawanya dipundak. Matanya belum mau lepas menatap wajah cantik dan

  • Kontrak Pernikahan Suami Dokter Dadakan   Ch. 120 Wejangan dari Ahmad

    "Aduh-aduh si Gemoy!"Ruang inap Agatha jadi riuh. Sore hari, Dewi dan Ahmad benar-benar datang. Bahkan papa mertuanya itu masih sangat rapi karena pulang mengisi simposium langsung terbang demi melihat cucunya. "Adel, Ma. Namanya Adel!" Desis Kelvin merevisi, Kelvin sendiri sudah dengan setelan scrub, ia izin sebentar pada chief residennya untuk menemui Ahmad dan Dewi yang baru datang. "Biarin ih! Panggilan kesayangan kok." Balas Dewi tak mengindahkan. Kelvin mencebik, ia malah jadi macam kambing congek. Tidak ada yang peduli padanya. Semua perhatian tertuju pada Adel! Dia bintangnya sekarang. "Gimana, Tha? Ada keluhan?" Ahmad duduk di kursi yang ada di sebelah bed Agatha, Agatha sendiri duduk di tepi ranjang, tengah memperhatikan bagaimana para nenek itu sedang heboh menggendong cucunya. "Biasalah, Pa. Bekas jahitannya ini." Jawab Agatha sambil tersenyum getir, meskipun tidak sesakit kontraksi atau pas melahirkan, namun tetap saja rasa perih itu sangat menganggu dan membuatnya

  • Kontrak Pernikahan Suami Dokter Dadakan   Ch. 119 Bahagia

    "Kenapa?"Agatha menatap heran Kelvin yang duduk sambil terus tersenyum ke arahnya. Ia tengah menyusui Adel saat ini, membuat Agatha malah berpikiran yang tidak-tidak pada suaminya itu. "Mas, kenapa sih?" Kembali Agatha bertanya, setelah pertanyaannya tadi diabaikan oleh Kelvin. Ia masih duduk dengan senyum lebar di sisi Agatha. Kelvin tidak langsung menjawab, ia malah meraih tangan Agatha, meremas tangan itu dengan lembut lalu menciuminya berkali-kali. Setelah puas Kelvin kembali mengangkat wajahnya, kini ia menatap Agatha dengan mata memerah. "Kamu kenapa?" Sekali lagi Agatha bertanya, ia benar-benar heran, kenapa dengan suaminya ini? "Aku bahagia banget hari ini, Yang. Sumpah ini hari paling membahagiakan dalam seumur hidup aku!" Ucapnya kemudian dengan air mata menitik. Agatha tertegun sejenak, ia menatap Kelvin dengan saksama. Bulir-bulir air mata itu terlihat menetes dari pelupuk mata Kelvin, Agatha belum sempat bersuara, Kelvin kemudian lebih dulu menyambung kalimatnya. "

  • Kontrak Pernikahan Suami Dokter Dadakan   Ch. 118 Member Baru

    "I-ini ....." Agatha tercekat ketika bayi berselimut biru itu diletakkan Handira di dadanya. Air matanya menitik. Tangis Agatha pecah. Semua lelah dan rasa sakitnya mendadak sirna tak berbekas. Dengan tangan bergetar, Agatha perlahan-lahan menyentuh tangan kecil yang sudah memakai gelang identitas itu. Sangat lembut dan rapuh! Agatha meraung, ini benar anaknya? Yang selama ini hidup dan tumbuh dalam rahimnya? Agatha terisak, matanya terpejam sambil memeluk makhluk kecil dan lemah yang berada di atas dadanya. Ia terkejut ketika ada isak tangis lain dan kecupan yang bertubi-tubi mendarat di dahi dan pipinya. "Makasih banyak, Sayang!" Bisik Kelvin di sela-sela tangisnya. Agatha tidak merespon, ia tengah sibuk mengekspresikan perasaannya lewat isak tangisnya sendiri. Jadi begini rasanya menjadi seorang ibu? Sebahagia ini? Agatha mengelus lembut kepala kecil itu sampai kemudian Handira mendekat dan ikut mengelus tubuh kecil itu perlahan-lahan. "Yuk buka dulu bajunya, Tha. Si cantik

  • Kontrak Pernikahan Suami Dokter Dadakan   Ch. 117 Dorong!

    "Udah lima, Dok!"Kelvin menghela napas panjang. Mereka sudah sampai VK saat ini, Agatha sudah berbaring di atas bed dengan wajah pucat pasi. "Yaudah ditunggu dulu. Aman kok, nggak ada penyulit, hasil tes lab terakhir bagus semua. Yuk bisa yuk pervaginam." Dokter Nico yang seharusnya masih tidur di kamar bersama istrinya pun sudah stand by meskipun dengan wajah setengah mengantuk. "Mohon bantuannya ya, Dok!" Mohon Handira yang sama pucatnya dengan Agatha. "Oo, jangan khawatir, Dok. Sudah jadi tugas saya itu." Dokter Nico tersenyum, mengangguk pelan lalu menoleh ke arah Kelvin. "Vin saya ke ruang jaga dulu. Nanti langsung telpon aja ya ke saya, atau lewat perawat jaga juga boleh deh."Kelvin hanya mengangguk patuh. Ia sama sekali tidak menyingkir barang sedikitpun dari sisi Agatha. Begitu dokter Nico melangkah keluar, Kelvin menjatuhkan kecupan di puncak kepala istrinya cukup lama. Tangan Kelvin masih menggenggam dan meremas-remas lembut tangan Agatha sejak tadi. "Semangat, ya? A

DMCA.com Protection Status