Share

Kontrak Pengikat Pemuas Hasrat Tuan CEO
Kontrak Pengikat Pemuas Hasrat Tuan CEO
Author: NunaKoo

1. Di jual ke rumah bordil

Author: NunaKoo
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Kana, namamu itu seharusnya di ubah saja. Benar-benar pembawa sial!"

Tidak hanya sekali. Tapi sudah berulang kali pria itu mengucapkan kalimat yang sama.

"Hei pembawa sial!? Kau dengar tidak? Apa telingamu itu sudah tersumpal dengan kebodohan?! Atau otakmu sudah mencair bersama air matamu?!"

Lagi-lagi pria itu menambahkan kalimat yang membuat dada Kana tersengat. Suara berat dan terdengar seperti orang mabuk itu berasal dari pria yang kini duduk bersandar sambil membawa sebotol miras murahan dan sebelah tangannya membawa gesper yang terlihat usang. Pria yang terlihat kacau ini bernama, Alan Willson. Ayah Kana.

“Ibumu itu nasibnya tidak mujur sama sekali. Kenapa dia harus melahirkanmu? Dia mengorbankan nyawanya untuk anak yang tidak berguna sepertimu. Bahkan di usiamu yang sudah 17 tahun ini, Kau hanya bisa menyusahkanku.”

Tidak ada sahutan sama sekali dari bibir Kana. Dia masih menatap kosong butiran salju yang semakin lama semakin terlihat lebat.

Benar. Sekarang memasuki musim dingin. Apakah karena dingin salju inilah yang membuat semua luka yang ada di tubuhnya menjadi tidak perih lagi? Bahkan rasa sakit yang selalu gadis itu rasakan ketika sabetan gesper ayahnya mendarat di tubuhnya. Kalau benar adanya, Kana tidak akan merasa khawatir lagi.

Iya. Dia sudah terbiasa dengan ini. Ketika ayahnya pulang dalam keadaan mabuk, Kana yang selalu menjadi pelampiasan kemarahan. Dia bagai samsak tinju yang menjadi bulan-bulanan tanpa tahu apa alasan ayahnya melakukan itu.

“Kana? Kau tidur saat aku bicara denganmu?!” Volume suara ayahnya meninggi. Hampir saja Kana menutup matanya, mendengar suara lantang ayahnya membuat matanya yang sedikit sipit itu melebar lagi. Pun dia bangun dari rebahnya dengan sedikit menahan nyeri.

“Aku tidak tidur, Ayah.” Kana berusaha bangun dari rebahnya. Bibirnya yang sedikit sobek berusaha untuk tersenyum kecil.

Alan bangun dari duduknya. Lantas kembali memasang gesper ke setiap lubang celananya.”Di usiaku yang semakin menua ini, seharusnya aku merasakan apa itu kesuksesan. Punya banyak uang, serta bebas pergi kemanapun yang aku mau. Tapi semua gagal, saat kau tiba-tiba lahir dari rahim ibumu yang bagiku, hanya membuat semakin susah saja. Aku di pecat dari perusahaan dan tidak mempunyai pekerjaan tetap.”

“A-aku tidak tahu apa maksud ayah. Kenapa ayah menyalahkanku?” Jawab Kana dengan takut-takut.

Mendapatkan jawaban dari putrinya, mata Alan memerah. Dia membanting botol alkohol yang tadinya dia bawa sampai berhamburan. Kana hanya bisa berteriak ketakutan sambil menutup kedua telinganya.

“Kau sudah berani menjawab ucapanku?! Kemari kau, Jalang kecil!” teriak ayahnya menarik tangan Kana.

“Maaf, Ayah. Maafkan aku.”

“Anak kurang ajar sepertimu harus di beri pelajaran,” ucap Ayahnya menarik keluar Kana dari rumah kecilnya.

“Kemana ayah akan membawaku? Maafkan aku. Tolong lepaskan aku.”

Tak di dengarkan suara Kana yang saat itu meminta tolong untuk di lepaskan. Namun ayahnya tidak bergeming sedikitpun dan tetap saja menarik paksa Kana menuju ke arah tempat dimana ayahnya biasa mabuk, yaitu bar langganannya.

Saat itu salju masih turun, namun tidak selebat tadi. Jalanan terlihat mulai sepi apalagi Kana tinggal di salah satu gang. Kaki Kana terasa beku. Ayahnya tidak membiarkan dia memakai sepatu ataupun sandal. Teriakan kecilnya sudah tak sanggup dia keluarkan. Dia hanya mampu membisu serta menahan tangis. Kana pasrah saja saat dia sudah berada di jalanan besar.

Malam itu belum terlalu larut, terkadang ada beberapa pejalan kaki yang lewat tapi tak sekalipun mereka menolong Kana.

“Ayah akan membawaku kemana?” tanyanya gemetar dengan bibir memucat.

“Seharusnya sudah kulakukan ini dari dulu. Tapi aku selalu menahan diri. Kau harus membalas semua yang sudah ku berikan padamu.”

Kana tidak mengerti apa yang baru saja ayahnya katakan. Di tengah bingungnya dia, sebuah suara pria mengejutkannya.

“Hei, Paman?” panggilnya dari arah belakang dan tentu saja Kana serta ayahnya reflek berhenti.”Apa yang mau paman lakukan?” tanyanya.

Dia pria muda, seumuran Kana. Memakai kaos turtle neck putih dengan jaket winter berwarna kuning, wajahnya tertutup masker, memakai beanie hat berwarna gelap.

“Apa urusanmu, Anak kecil? Jangan ikut campur masalah orang!” Alan meninggikan suaranya. Namun sepertinya pria muda itu tidak takut sama sekali.

Pria muda itu tertawa kecil di balik maskernya.”Paman, paman mau menculik gadis ini ya? Kau tahu teknologi dunia sudah canggih, kan? Aku mempunyai ponsel. Aku bisa melaporkanmu ke polisi.”

Alan terlihat geram. Lantas melepaskan keratan tangannya dari pergelangan tangan Kana. Dia berjalan menuju pria muda itu berdiri, dengan nada yang penuh emosi namun dia tahan, Alan berkata,”Gadis ini anakku. Dia ketahuan mencuri di toko roti di ujung jalan sana. Apa kau masih mau melaporkan anakku ini? Silahkan saja. Aku akan terbantu jika kau benar melakukan itu.”

Pria muda itu terdiam. Namun tatapannya melirik ke arah Kana yang kini menunduk. Dia tidak mempunyai keberanian untuk menyangkal kebohongan ayahnya.

“Benarkah itu? Hei kau? Apakah benar dia ini ayahmu?” tanya pria muda tadi dengan sedikit berteriak. Dengan takut-takut Kana mengangguk pelan.

Mendengar itu pria muda yang tadinya ingin menolong Kana, hanya menghembuskan nafas lelah. Hampir saja dia melakukan hal yang sia-sia karena ikut campur masalah orang lain.

“Apakah urusanmu sudah selesai dengan kami?” tanya Alan di sertai nada mengejek. Bukannya menjawab, pria muda tadi malah melepas sepatunya, lantas berjalan ke arah Kana dan meletakkan sepatu yang ia lepaskan tadi di bawah kaki Kana.

“Pakai ini, dan ini...” Pria muda itu merogoh sesuatu dari dalam jaket tebalnya lantas meraih sebelah tangan Kana.”Tenang saja, aku baru saja membelinya. Siapa namamu?”

“Kana,” jawab Kana menatap yogurt yang tidak begitu besar. Seukuran telapak tangannya. Ayahnya hanya mendengus kesal, lantas kembali menarik tangan Kana setelah dia memakai sepatu yang pria muda tadi berikan.

Pria muda tadi hanya termangu saja saat Kana semakin terlihat jauh. Kalau tidak salah dan tentu saja bisa dia lihat, kedua mata gadis yang tidak dia kenal itu seperti tengah meminta pertolongan. Namun tidak bisa melakukan apa-apa kalau sudah berhubungan dengan keluarga.

“Hei bodoh! Apa yang kau lakukan di sana?! Ayo kita pergi!” panggil seorang pria muda lain dari sisi mobil yang berhenti.

Di sisi lain...

“Kau terlihat sedikit senang saat ada yang memperhatikanmu, kan?” tanya ayahnya masih menarik tangan Kana menuju gang sempit namun terlihat ramai.”Tenang saja, setelah ini kau akan mendapatkan lebih dari cukup perhatian dari semua pria yang kau inginkan.”

Kana yang terlihat bingung, semakin bingung saja saat kakinya menapak di sebuah bar yang terlihat akan tutup.

”Ayah, kita sedang ada dimana? Aku tidak mau di sini. Aku mau pulang. Tolong bawa aku pulang, Ayah. Aku tidak ingin berada di sini.”

Air mata Kana jatuh lagi. Dia sangat ketakutan. Di tambah lagi banyak pria tua yang kini memperhatikannya.

“Diam kau! Ini adalah tempat tinggalmu untuk besok dan seterusnya.”

“A-apa maksud ayah? Aku tidak mau ada disini. Aku takut. Tolong bawa aku pergi dari sini!”

Seorang wanita paruh baya keluar saat mendengar keributan. Wanita dengan dandanan menor berambut pirang itu berjalan menuju mereka berdua dan terlihat kesal.

"Alan? Apa yang kau lakukan di sini? Kenapa kau membuat keributan di tempatku,hah?! Kau menganggu bisnisku, Kau tahu?” ucapnya.

“Maafkan aku, Madam. Ini putriku yang pernah aku janjikan. Usianya sudah 17 tahun. Dia masih gadis. Belum pernah terjamah siapapun.”

Mendengar itu, wanita yang Alan panggil Madam terlihat sedikit terkejut. Kedua matanya melihat Kana dari atas sampai bawah dan nampak takjub.

"Apa yang kau lakukan pada wajah putrimu, Alan?! Kau ini bodoh ya? Kau sudah menggores mutiara berharga."

Alan nampak salah tingkah,"Aku hanya memberi sedikit pelajaran untuknya, Madam. Ta-tapi tetap saja_"

"Diam! Tutup mulutmu!" Sentak Madam menghentikan ocehan Alan. Dia beralih menatap Kana dan tersenyum lantas sedikit menunduk dia bertanya,"Siapa namamu, Cantik?”

“Ka-kana.”

“Kana? Kau terlihat luar biasa. Aku akan membuatmu semakin cantik, terurus dan kau bisa memiliki apapun yang kau mau. Tapi tentu saja kalau kau mau bekerja di sini sebagai anak buahku.”

“Saya harus bekerja di sini? Ta-tapi_”

Ayahnya menyahut,”Tutup mulutmu, Kana! Mulai sekarang, ikuti semua perintah Madam atau aku akan membuat kedua kakimu cacat. Kau mengerti?!” Untuk kalimat ancaman itu, ayahnya terdengar sangat serius dan menakutkan. Kana hanya tersentak saja sambil terus menahan tangis.

Pun ayahnya pergi dari tempat itu dengan masih di sertai omelan dan menghilang entah kemana meninggalkan Kana sendirian.

Related chapters

  • Kontrak Pengikat Pemuas Hasrat Tuan CEO   2. Kelakuan pelanggan

    Kana nampak begitu asing tinggal di tempatnya kini. Di penuhi bau alkohol juga rokok yang terkadang sengaja di kepulkan ke arah wajahnya. Awalnya dia tidak tahu kalau itu adalah tempat bordil. Namun beberapa wanita yang usianya jauh di atasnya memberitahu kalau yang dia tempati sekarang adalah tempat pelacuran. Sehari di sana, Kana hanya menangis. Mencoba kabur pun percuma saat Madam menjelaskan kalau di setiap tempatnya di jaga oleh bodyguard. Wajah mereka nampak seram, tatonya juga banyak. Nyali Kana yang sebesar kacang kenari, tidak mungkin bisa melawan.Satu hari di rumah bordil, Kana tidak begitu saja di pekerjakan oleh Madam. Pun wanita paruh baya itu menunggu Kana sampai dirinya siap menerima pelanggan. Yah, itu berlangsung sampai tiga bulan lamanya Kana di sana."Kau tahu kan, kalau kau sudah di jual ayahmu padaku?" Tanya Madam saat Kana di panggil ke ruangannya. "Iya," jawab Kana terlihat lebih tenang. Madam tersenyum."Kau mutiara di tempat ini, Kana. Kau masih perawan. H

    Last Updated : 2024-10-29
  • Kontrak Pengikat Pemuas Hasrat Tuan CEO   3. Servis gratis

    Jane terengah-engah. Sesekali dia menatap belakangnya berharap Tuan Austin tidak mengejarnya. Dia menuruni tangga darurat dan berpikir mungkin ini cara yang tepat untuk menghindarinya. Tuan Austin itu gemuk, Dia akan berpikir dua kali kalau harus menuruni tangga segini banyak. Setelah sampai di lantai tiga, pria itu berhenti menggenggam tangannya dan duduk di anak tangga sambil menyeka keringatnya. "Kau baik-baik saja?" Tanya Jane. "Hem," jawabnya singkat. "Ini." Jane mengeluarkan saputangannya dan memberikannya pada pria di sebelahnya. "Terima kasih." Untuk beberapa menit, mereka saling terdiam. Namun Jane tak sekalipun mengalihkan tatapannya dari pria ini, yah tentu saja sambil tersenyum. "Aku lihat kau sudah lebih tenang. Apa dia kekasihmu?" Jane tertawa geli."Kekasih? Yang benar saja. Kau kira aku mau dengan pria tua yang memiliki perut buncit seperti dia?" "Lalu? Apa kau di culik?" "Tidak. Dia pelangganku."Dahi pria itu berkerut."Pelanggan?""Hem. Kau tahulah, terkadan

    Last Updated : 2024-10-29
  • Kontrak Pengikat Pemuas Hasrat Tuan CEO   4. Malam yang tidak bermoral

    "Apa yang akan kau lakukan, Nona?" Jane terkesiap. Dia syok Regan tiba-tiba bangun. Matanya merah, agak sedikit sayu. Terlihat jelas dia masih dalam keadaan yang belum sadar betul. "Maafkan aku. Kemejamu berkeringat dan aku rasa ada sedikit muntahan. Aku berniat untuk melepasnya dan sedikit membersihkannya dengan air. Apakah kau keberatan? Kalau kau keberatan, Aku tidak akan meneruskannya."Terdiam lama masih menatap lekat Jane, Regan akhirnya melepaskan keratan tangannya. Membiarkan Jane meneruskan kembali membuka kemejanya yang sudah terbuka separuh. Jane kembali membukanya hingga selesai lantas berdiri untuk mengambil handuk yang sudah ia basahi.Jane menelan ludahnya sendiri saat dengan pelan dia menyusuri kulit Regan. Apalagi Regan memperhatikan dirinya dengan seksama dari awal."Kau mabuk. Jangan melihatku seperti itu, Tuan tampan. Kau tentu tahu aku bukanlah wanita yang akan rugi jika kehilangan harga diri," candanya.Regan menyeringai."Aku? Mabuk? Kau bercanda? Aku ini kuat

    Last Updated : 2024-10-29
  • Kontrak Pengikat Pemuas Hasrat Tuan CEO   5. Rumor

    Moonlite, 08.00"Bagus sekali. Darimana tuan putri kita ini? Kenapa baru kembali pagi-pagi begini?" Raut wajah Madam sudah tidak enak untuk di lihat. Apalagi dengan suaranya yang selalu terdengar tinggi. Jane hanya menghela lelah. Dia langsung menuju ke ruangan Madam setelah dia kembali dari hotel. Tubuhnya lelah, sakit semua dan tidak bertenaga. Menghadapi pria polos seperti Regan ternyata menghabiskan banyak tenaganya. "Ada masalah." "Iya. Masalahnya itu kau, Jane. Kau gila! Aku sungguh masih tidak percaya kau menolak berhubungan dengan Tuan Austin."Sudah Jane duga. Saat menginjakkan kakinya pulang, Madam pasti akan langsung mencecarnya. Tidak akan menunggu besok atau lusa."Dia mendadak seperti orang gila. Dia menggunakan mainan seks untuk mempermainkan ku, Madam. Kau tahu sendiri kalau aku sangat membenci semua hal itu." "Kenapa kau bersikap seolah mempunyai harga diri?" tanya Madam sinis. Jane amat terkejut dengan pertanyaan itu."Apa?""Seharusnya kau menuruti semua yang di

    Last Updated : 2024-10-29
  • Kontrak Pengikat Pemuas Hasrat Tuan CEO   6. Rencana gila

    Begitu banyak kesialan akhir-akhir ini. Memang semua bisnis berjalan lancar, namun tidak dengan yang lain. Tekanan dari sang ayah yang mengharuskan Regan menjadi sosok sempurna. Wajah dari perusahaan terkenal di bidang teknologi. Tidak memperbolehkan dia cacat dalam penampilan juga sikap di depan media maupun masyarakat. Di usianya yang menginjak 27 tahun, Regan tidak sekalipun merasakan apa itu kebebasan. Kalau ke discotik, yah sesekali ia ke sana untuk mencairkan suasana hatinya yang memburuk. Besoknya, Dia pasti kembali menjadi sosok kaku yang dingin dan terlihat cuek di mata semua pegawainya. Mau bagaimana lagi? Regan satu-satunya putra dari Abraham Foster yang sangat di andalkan. Mengingat putra pertama yaitu Yohan Foster yang kini berusia 28 tahun namun memilih bidang lain yang bertentangan dengan keinginan ayahnya. Iya. Yohan tidak tertarik sedikitpun dengan dunia bisnis. Aroma kantor membuatnya mual. Dia memilih menjalani hidup sebagai seorang musisi. Menciptakan nada yang

    Last Updated : 2024-10-29
  • Kontrak Pengikat Pemuas Hasrat Tuan CEO   7. Tiga bersaudara Foster

    Mendengar Mike mengucapkan ide gila itu, Regan terhenyak untuk sesaat. Mau protes, tapi seperti apa yang Mike katakan, tidak ada jalan lain lagi untuk lari dari masalah ini. Bukannya mendapatkan jalan keluar, Regan khawatir kalau ayahnya akan menjodohkan dirinya dengan wanita pilihannya."Dimana kita akan mencari wanita yang mau di bayar untuk menjadi kekasihku? Dan lagi, dia tidak mempunyai siapa-siapa katamu?"Mike tersenyum, lantas meraih kembali wiski sisa yang tadinya Regan minum."Percayalah padaku. Kita akan segera menemukannya." Di dasari rasa percaya terhadap teman baiknya, Regan akhirnya pulang dan urung kembali ke perusahaan. Masa bodoh kalau ayahnya mencarinya. Dia enggan untuk bertemu dengan siapapun kali ini. Dan yah, Regan akhirnya memilih pulang saja. Menuju tempat singgahnya yang dia sebut sebagai tempat persaingan daripada rumah. Mau bagaimana lagi? Dia tinggal di satu atap bersama kakak serta adiknya. Tiga bersaudara, Laki-laki semua, kalau bukan tempat persaingan l

    Last Updated : 2024-10-29
  • Kontrak Pengikat Pemuas Hasrat Tuan CEO   8. Bertemu kembali

    Besoknya... Beberapa kali Regan membenahi penampilannya dengan berkutat di depan cermin sejak setengah jam yang lalu. Kemeja hitam yang ia padukan dengan celana bahan sutra mungkin saja terlalu resmi kalau Mike bilang. Namun kebiasaannya berpenampilan rapi, membuatnya tidak nyaman jika harus berpakaian biasa kalau kemana-mana. Wajah tampan sekaligus mempesona, rahangnya yang tegas serta tinggi 180 cm membuat visual yang di milikinya tidak main-main. Kalau saja dia tidak menjadi Direktur di perusahaan ayahnya, kemungkinan besar dia akan melamar sebagai model atau bisa juga menjadi aktor. Yah tapi mau bagaimana lagi. Kewajiban tetaplah menjadi yang utama. Dia tetaplah seorang putra yang tidak ingin mengecewakan sang ayah. Mercedes-benz berwarna hitam ia kendarai memecah jalanan malam itu. Rintikan hujan yang semakin lama kian menderas tidak menjadi penghalang untuk Regan memenuhi niatnya di satu tujuan. Dia harus mendapatkan seorang wanita malam ini. Dia akan membayar sebesar apa yan

    Last Updated : 2024-10-29
  • Kontrak Pengikat Pemuas Hasrat Tuan CEO   9. Ketertarikan Regan

    "Tuan? Apa yang tuan lakukan di sini?" Jane berbalik tanya. Merasa kebingungan juga melihat Regan ada di restoran yang sama dengannya."Aku ada janji bertemu dengan seseorang. Tunggu. Apakah Mike yang mengirimkanmu ke sini?" tebaknya dan menganggap Jane adalah salah satu wanita kenalan Mike yang dia kirimkan padanya. "Mike? Siapa Mike? Saya juga ada janji dengan seseorang. Saya kira ruangannya di sini. Ternyata salah. Karena kita sudah terlanjur bertemu, bolehkah saya duduk di sini sebentar?" pinta Jane dengan mata berbinar. Apalagi saat melihat hidangan mewah yang kini ada di depannya."Ya. Boleh saja." Jane tersenyum."Saya sedikit lapar. Melihat piring anda masih bersih, sepertinya anda belum makan sama sekali. Karena saya baik, Saya akan membantu anda untuk menghabiskan semua makanan ini." Regan melongo saja saat Jane mengambil sumpit dan mulai mencicipi makanan yang masih utuh di depannya."Jangan pelit. Kapan hari saya sudah mentraktir anda dengan minuman mahal. Memberi sediki

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Kontrak Pengikat Pemuas Hasrat Tuan CEO   109. Akhir dari perjalanan (Tamat)

    Tiga tahun kemudian~ Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun. Waktu berlalu begitu cepat. Kehidupan berjalan seperti biasanya, kebiasaan juga tetap terjadi di setiap harinya. Setelah mengetahui Jane hamil saat itu, keluarga Foster seakan si beri sebuah berkah tak terduga. Di samping saham MH meroket naik, nama Regan pun ikutan naik kembali. Berbanding terbalik dengan MH, E & A jatuh sesuai apa yang Regan katakan. Sahamnya anjlok, nama E & A pun juga ikut jelek. Banyak dari staf keluar dan tidak pernah kembali. Memilih masuk ke MH yang saat itu tengah membuka lowongan kerja. Tuan Easter di jatuhi hukuman tiga tahun penjara, tapi entah kenapa dia juga mengaku kalau dia adalah pelaku yang meneror Jane saat itu sehingga hukumannya menjadi lima tahun. Sengaja dia melakukannya karena sadar jika Regan mempunyai bukti lagi atas teror yang saat itu terjadi, bisa di pastikan kalau Alice akan di penjara juga. Mendapati ayahnya masuk penjara untuknya, Alice memilih p

  • Kontrak Pengikat Pemuas Hasrat Tuan CEO   108. Kembali pulang

    Setelah sekian lamanya, kaki Jane menapak kembali ke rumah besar bercat putih yang dia tinggalkan dengan sengaja. Bujukan Regan kemarin yang menceritakan soal kesehatan ayah mertuanya membuat hati Jane tergerak. Tujuan utama dia pergi, di karenakan dia ingin Tuan Abraham bisa memulihkan kesehatannya. Namun, setelah mendengar kalau dia tidak baik-baik saja, tidak mungkin Jane membiarkannya. Dia pulang, ingin memastikan keadaannya seperti apa yang Regan katakan. Saat kakinya sudah di ambang pintu, Dia berhenti melangkah. Regan yang berada di dekatnya sampai heran,"Ada apa?" Tanyanya. "Tidak. Hanya saja aku merasa takut jika ayah masih marah padaku." Regan tersenyum tipis, menggenggam jemari Jane yang menggantung lantas mengecupnya."Percayalah padaku. Dia sudah sangat mengharapkanmu kembali. Bukan hanya aku, Juan, Yohan, apalagi ayah, merindukan dirimu, Jane." Jane menoleh kebelakangnya. Di sana berdiri Juan dan juga Emely yang kini tersenyum lebar. Bahkan Emely terlihat ingin

  • Kontrak Pengikat Pemuas Hasrat Tuan CEO   107. Bertemu kembali

    "Dia sedang mengandung. Jane, hamil anakmu, Kak Regan." Regan membisu, tubuhnya membeku. Dia terduduk kembali dengan badan yang gemetar hebat."Dia hamil? Kau yakin mendengar itu?" "Aku sangat yakin." "Istriku sedang hamil," ucapnya menutup mukanya. Regan menangis, tapi tidak dengan tangisan kesedihan. Namun dia sangat bahagia karena mendengar kabar baik itu. Walau di sisi lain dia sangat menyesali perbuatannya karena tidak segera mencarinya, tapi setelah mengetahui tempatnya sekarang, Dia lega. Pun, saat itu juga Regan langsung memesan dua tiket ke Virginia, untuknya dan untuk Juan. Sengaja Yohan tidak dia ajak karena sejak masalah terakhir itu, kesehatan ayahnya sedikit terganggu. Tuan Abraham berada di rumah dan Yohan berada di sana untuk menjaganya. Butuh waktu tidak begitu lama untuk sampai ke Virginia, apalagi lewat jalur udara. Hanya butuh 1 jam dan hanya naik taksi sebentar yang akhirnya mereka sampai di alamat yang Emely berikan. Saat kedua pria itu turun tak

  • Kontrak Pengikat Pemuas Hasrat Tuan CEO   106. Kabar baik 2

    "Nona, apa yang harus kita lakukan sekarang?" Tanya Emely tapi Jane hanya diam saja masih tidak percaya dengan keadaan yang terjadi setelah kepergiannya. "Apa maksudmu?" Lirik Jane mengubah suasana menjadi tidak enak. Emely terkesiap mendengar nada yang berbeda. Jane terdengar tidak suka. "Em...maksud saya, masalah anda sepertinya sudah selesai, Nona. Tuan Regan sangat hebat membalikkan situasi ini. Apakah anda tidak ingin kembali?"Jane menghela napas panjang, menatap ke arah luar jendela lagi."Aku yakin Regan pasti bisa menyelesaikan masalah yang menerpa kami. Kabar soal Tuan Easterlah yang ternyata dalang di balik artikel itu, tentunya membuat ku sedih. Aku sangat menyayangkan sikapnya itu yang berusaha menghancurkan pernikahan kami. Tapi, daripada bertanya bagaimana sekarang, Aku lebih memikirkan keadaan ayah. Dia pasti syok karena di khianati teman baiknya sendiri."Emely menunduk, dia diam saja takut dan segan. "...Aku masih tidak bisa kembali, Emely. Walau masalahku selesai,

  • Kontrak Pengikat Pemuas Hasrat Tuan CEO   105. Kabar baik

    "Alice, hubungi pengacara kita dan ceritakan apa yang terjadi padanya." Lanjutnya lantas pergi dari sana di dampingi oleh dua polisi. "Ayah! Tidak! Jangan pergi!" Teriaknya berusaha untuk memberontak dengan mencekal tangan ayahnya namun dengan cepat, Yohan menyahut lengannya dan menariknya kebelakang. Membuat cekalan tangan Alice pada ayahnya terlepas. "Jangan berbuat apapun atau kau akan menyesalinya," tekan Yohan menatap tajam Alice. Sedangkan Tuan Easter sudah turun lebih dulu. Regan hanya terdiam di tempatnya. Sama sekali enggan untuk bicara. Hanya menatap ke arah Alice dan Yohan yang saat ini sedang berseteru. Lagi-lagi Alice menghentakkan tangannya hingga terlepas."Kau yang akan menyesalinya karena berurusan denganku!" Balas Alice dengan mata merah dan sedikit bengkak. "Alice..." panggil Regan dan tatapan Alice teralihkan ke Regan."Aku memaafkanmu, dan berjanji akan menutup mulutku atas apa yang sudah kau lakukan pada Jane karena aku masih menganggapmu sebagai teman. Aku mo

  • Kontrak Pengikat Pemuas Hasrat Tuan CEO   104. Penangkapan Tuan Easter

    "Maafkan saya, Nona. Tapi ada polisi di depan. Mereka mencari Presdir."Tuan Easter dan Alice kaget. Mereka saling berpandangan."Polisi?" Gumam mereka hampir bersamaan."Kau bilang apa barusan? Polisi?" Ulang Tuan Easter. "Iya, Presdir. Mereka mencari anda."Tuan Easter bingung sekaligus khawatir. Kenapa polisi datang mencari dirinya? Padahal dia tidak melakukan apa-apa.Begitu sekretarisnya keluar, dua orang polisi masuk ke dalam ruangan. Mereka berbadan tinggi tegap dan berpakaian biasa. "Tuan Easter?" Panggil salah satunya. "Iya. Saya Easter. Ada perlu apa kalian mencariku?""Bisakah anda ikut kami ke kantor polisi?""Apa? Kenapa aku harus ikut kalian kesana? Apa yang sudah aku lakukan?""Anda di laporkan atas tindakan pencemaran nama baik tanpa bukti. Silahkan ikut kami ke kantor polisi untuk di mintai keterangan."Alice terkejut bukan main, sedangkan Tuan Easter melotot tak percaya."Apa?! Siapa yang dengan lancang melaporkanku ke polisi, hah?! Dasar kurang ajar!" Teriaknya ma

  • Kontrak Pengikat Pemuas Hasrat Tuan CEO   103. Memulai aksi

    Lusanya...Regan mengadakan jumpa pers setelah mempertimbangkan banyak hal. Dia sudah meminta izin pada ayahnya, dan Tuan Abraham pun tidak banyak berkomentar. Dia hanya diam namun tidak mencoba untuk melarang. Mungkin di dalam hatinya yang terdalam, Tuan Abraham tidak setuju dengan tindakan Regan yang akan mengungkap kejadian sebenarnya, tapi di sisi lain, Dia sudah terlanjur sakit hati dengan kelakuan teman dekatnya itu yang diam-diam ingin menikamnya dari belakang. Seakan baru saja mendapatkan berita besar, kala itu banyak wartawan yang hadir di sana. Bahkan tidak hanya Regan, ada Yohan dan Juan yang menemani. Regan tidak ragu sama sekali dan sangat yakin dengan tindakan yang akan dia lakukan. Pukul 12.30, semua sudah berkumpul. Sudah setengah jam yang lalu wartawan dari segala media sudah menunggu. Regan masuk di dampingi oleh seorang pengacara, juga Yohan di belakangnya. Melihat sosok Yohan, banyak wartawan saling bertatapan. Dia tak pernah melihat sosok asing yang kini menge

  • Kontrak Pengikat Pemuas Hasrat Tuan CEO   102. Tawaran terakhir

    Pagi itu Regan tidak pergi bekerja. Dia sengaja meliburkan diri hanya untuk menemui Tuan Easter di perusahaan miliknya, yaitu E & A Grup.Dari awal datang, tak sekalipun Regan mengatakan apapun pada Alice. Niat ini juga tanpa sepengetahuan ayahnya. Namun dengan ucapannya semalam menunjukkan kalau ayahnya tidak akan melarang apa pun yang akan di lakukan oleh Regan. Entah itu masalah Jane, atau masalahnya dengan Tuan Easter.Melihat bagaimana ekspresi ayahnya semalam, Regan sangat yakin kalau dia sudah sangat kecewa pada temannya itu. Pun ayahnya tidak akan melarang jika seandainya dia tahu apa yang akan dilakukannya setelah ini."Apa Paman Easter ada di ruangannya?" Tanya Regan langsung saat dia berada di depan sekretaris. "Presdir ada di dalam, tapi sedang tidak bisa di ganggu. Kalau boleh tahu, anda siapa? Dan apa keperluan anda? Saya akan menjadwalkan pertemuan dengannya."Regan tidak menjawab, dia langsung saja melangkah ke arah ruangan Tuan Easter. "Anda mau kemana?! Tunggu, Tua

  • Kontrak Pengikat Pemuas Hasrat Tuan CEO   101. Pengakuan Regan yang sebenarnya

    Di lain tempat, Tuan Easter menutup pintu mobilnya keras, lebih tepatnya membanting pintunya keras. Dia kesal setengah mati mendengar semua ucapan itu dari mulut Regan dan berpikir bagaimana caranya dia tahu kalau dialah orang yang memberi informasi pada reporter itu.Alice nampak sangat tenang. Padahal ayahnya sedang kalut luar biasa. Mereka masuk ke dalam rumah. Tuan Easter melepaskan kancing bagian atas kemejanya lantas duduk di sofa ruang tamu. "Ayah terlihat sangat khawatir," ucap Alice ikut duduk di seberang ayahnya. Kedua kakinya ia silangkan. Dia tersenyum saat melihat ayahnya seperti itu."Tentu saja aku khawatir. Berani-beraninya Regan mengatakan semua itu di depan Abraham. Dan lagi, Reporter sialan itu sudah mengkhianatiku. Sialan! Aku akan memberi pelajaran padanya.""Ayah, bukankah dia sudah tak lagi berada di apartemennya?""Apa? Bagaimana bisa kau tahu?""Aku hanya menebaknya. Kalau Regan sudah menemuinya, kemungkinan besar dia akan menghilang. Seperti halnya ayah Jane

DMCA.com Protection Status