Jadi, dia tak menyukai karena gaun ini terbuka?" Naya menatap gaunnya kembali.
Sesaat, senyum manisnya tertoreh akan kesalahan pada gaunnya tersebut.
"Ibu, Naya akan mencoba membujuk mas Alen!" gegas Naya melangkah mengikuti suaminya.
"Tapi, Nay ...," kata ibu Ana yang menghentikan langkah Naya.
"Iya, Bu!"
Ibu Ana mengambil setelan jas Alen dan menyerahkannya pada Naya.
"Tolong ini juga, ya! Biasanya, pengantin baru bisa merubah segalanya apalagi sudah merasakan ...," kata ibu Ana menaikkan alisnya sembari tersenyum senang.
"Ibu ...." Seketika, wajah cantik Naya mendadak memerah saat ibu Ana membahas hal sensitif itu padanya.
"Ya sudah, ibu pulang dulu, ya. Ibu yakin, dia pasti mau mendengarkan kamu!" kata ibu ana yang terlihat menaruh harapan besar padanya.
Naya seakan tak mampu menegak salivanya sendiri. Kata-kata ibu Ana memang terdengar begitu manis di telinganya.
Aku tak
"Mas, beri waktu aku sepuluh menit, ya. Hampir selesai, kok!" pinta Naya memohon.Alen mendesah. Dan mulai menoleh ke arah istrinya yang tersenyum manis ke arahnya."Apa perlu aku menyeretmu untuk tidur?"Senyum Naya memudar seketika saat mendengar ancaman suaminya yang membuatnya tak bisa melawannya lagi."Tidak, Mas!" jawab Naya memaksa untuk tersenyum."Ya sudah, tidur sini!" perintah Alen membuat Naya seakan tak percaya dengan perintah suaminya. Perintah yang mengharuskan Naya untuk tidur bersamanya tanpa rasa canggung sedikitpun."Iya, Mas!" kata Naya melangkah menghampiri Alen dan tidur di sampingnya.Naya menyeringai. Kedua matanya tak berhenti menatap wajah tampan yang dimiliki Alen. Matanya yang terpejam, hidungnya yang mancung, alisnya yang tebal membuat naya tak mampu berpaling lagi dari lelaki yang kini sudah menjadi suaminya.Alen membuka kedua matanya saat merasa ada seseorang yang memperhatikan dirinya. Ia menole
Ya Tuhan, apa aku di takdirkan untuk tidak menjadi wanita yang sempurna? Di saat aku ingin menjadi wanita yang sempurna, dia malah menghentikannya! gumam batin Naya seraya melipat bibir mungilnya.Naya menoleh menatap bunda Elena yang tertidur di sampingnya. Wajahnya yang cantik terlihat begitu lelah usai kontrol beberapa menit yang lalu.Drt ...Naya terkejut saat handphone miliknya berbunyi.Sesaat, dahinya mengernyit melihat nomor tak di kenal menghubungi nomornya.Siapa? batin Naya bertanya seraya mengangkat telepon yang masuk."Halo!" jawab Naya lirih.(Kamu di mana?)Naya terkejut saat Alen yang menelpon dirinya.Ya Tuhan, handphone ini kan hadiah dari mas Alen. Bagaimana bisa aku bertanya-tanya siapa yang menelponku! kata batin Naya menyeringai.(Naya, apa kamu mendengarkanku?)Suara Alen yang khas telah mengejutkan Naya."Iya, Mas. Aku baru selesai mengantar bunda kontrol. Sebentar lagi
"Spesialis dokter kandungan? Apa mbak Naya?" Dirga menyunggingkan senyumnya. Benar-benar kabar yang sangat menggembirakan bagi keluarga besar Towsar jika apa yang Dirga pikirkan terjadi pada naya."Apa aku harus memberitahu kabar baik ini sama bunda? Tapi, kalo aku bocorkan rahasia ini aku takut mas Alen marah besar padaku. Argh, sudahlah! Biarlah mas Alen yang memberi tahu kabar baik ini pada semua. Aku harus hargai privasi mereka!" ucap Dirga seraya masuk ke dalam mobil.Di dalam, Naya dan Alen seakan tak percaya dengan apa yang terlontar dari mulut dr.Anggara."Maaf, Pak Alen. Tapi, Pak Towsar sudah menyuruh saya untuk tidak mengabulkan permintaan itu." Perkataan dr. Anggara yang membuat Alen mendesah sebal.Di balik kekecewaan yang tersirat dari wajah Alen, ada hati yang gembira dengan berita tersebut.Naya menunduk dan bersyukur dengan kenyataan yang mulai berpihak padanya.Beberapa menit kemudianDirga terkejut saat meliha
Alen menutup pintunya kembali dan berjalan menghampiri naya. Dia memang sempurna! Lebih dari sempurna. Tapi aku tak bisa menjadikan dia menjadi istri sesungguhnya seperti apa yang opa dan bunda inginkan! Andai Eila yang ada di posisi naya, mungkin aku tak akan melewatkan momen berharga saat bersamanya. Bagaimana kabar kamu sekarang, Eila? Argh, apa yang aku katakan? Tak seharusnya aku mengharapkan wanita yang telah terang-terangan menolak diriku! gumam batin Alen terkejut saat Naya menggeliat dan tersenyum ke arahnya. "Mas !" ucap Naya terbangun dari tidurnya. Alen mendesah dan dengan cepat melepas tangan mulus milik istrinya itu. "Tidurlah!" kata Alen mengambil bantal dan bergegas untuk tidur di sofa yang berada tak jauh dari tempat tidur. Naya seakan tak mampu menegak salivanya sendiri. Kedua matanya tak berhenti mengerjap menatap alen yang menghindar darinya. Rasa bersalah kini mulai menghampirinya. Apa aku s
Ya Tuhan, begitu manis kata-kata yang terucap dari mulut suamiku. Ia sangat lancar mengatakannya seperti layaknya orang yang sedang di mabuk cinta. Lembut dan manis!Lamunan naya seketika buyar. Kaki Alen yang berada di bawah meja mulai menyenggol kaki kanannya yang tak jauh dari kaki panjangnya itu.Dua alis tebal yang dimiliki suaminya bergerak ke atas ke bawah mengisyaratkan sesuatu padanya."Iya!" jawab Naya mulai tersenyum ke arah ibu ana yang sudah menunggu jawabannya sedari tadi.Ibu ana menyunggingkan senyumnya. Ia menoleh ke arah keponakannya yang selalu memasang muka yang datar pada semua orang setiap melihatnya."Syukurlah! Akhirnya jawaban dari gosip itu pecah juga," kata Ibu Ana yang membuat Naya mengernyit heran dengan ucapan mantan bossnya itu."Jawaban? Jawaban apa Bu?" tanya Naya penasaran."Ya, jawaban ...," kata ibu Ana terhenti saat Alen menyelanya."Sebentar lagi acara akan segera di mulai. Su
Ya Tuhan, bagaimana bisa aku melepaskan wanita sebaik naya. Dan tak seharusnya aku mempercayai segala ucapan laura waktu itu. Laura, semua ini gara-gara kamu!" ucap Arga terkejut saat sopir pribadinya menghentikan mobilnya secara tiba-tiba."Ada apa, Pak?" tanya Arga terkejut saat ada wanita yang menggebrak mobilnya."Hei, keluar!""Laura!" kata Arga terkejut saat wanita yang telah melintas di pikirannya kini telah berada di hadapannya."Bisa-bisanya mau nabrak orang! Keluar!" teriak Laura kembali. Kedua matanya memicing, kedua tangannya menopang di pinggang memperlihatkan dirinya yang marah akan kecerobohan dari sang sopir.Apa-apaan dia! gumam batin Arga melirik sopir pribadinya yang akan turun menghadapi Laura."Biar saya saja yang mengatasi wanita gila itu!" ucap Arga menghentikan langkah sang sopir.Tanpa banyak buang waktu, Arga turun dari mobil dan menghampiri laura yang terus saja menendang mobil miliknya.Laura terkejut dan seakan t
Langkah Alen terhenti. Tegakan salivanya mengalir dengan paksa melihat istrinya terlihat muram saat perkataan yang keluar dari mulut si pembawa acara.Pasti dia teringat dengan kedua orangtuanya! batin Alen melangkah menghampiri.Bunda merasa kasihan melihat menantu kesayangannya terlihat sangat sedih."Apa Kanaya sama sekali tak mempunyai keluarga?" tanya opa menatap naya dengan rasa penasaran."Kata Alen, dia hidup sebatang kara. Elena juga belum tau pasti, latar belakang kanaya gimana?" ucap bunda Elena membuat opa menoleh seketika ke arahnya."Jadi kamu belum tau latar belakang naya bagaimana?" Opa mendesah saat Elena menggelengkan kepala."Trus, bagaimana kalo ternyata latar belakang keluarga naya jauh dari kita, Elena?"Bunda tersenyum. Dengan lembut, belaian tangannya mulai meraih tangan ayahnya yang sudah keriput."Elena yakin, naya memiliki latar belakang yang bagus, Ayah. Alen tak mungkin mencari istri yan
"Apa yang ia lakukan? Apa dia tak risi tidur menggunakan gaun seperti itu?" gumam batin Alen menutup kedua matanya kembali saat Naya berbaring menghadap dirinya."Padahal, aku hanya ingin minta tolong untuk membuka resleting gaun ini, Mas. Tanganku tak sampai menggapainya. Andai saja, mas Alen sabar menunggu aku ganti baju di sana, mungkin saat ini aku sudah tidur lelap, seperti Mas Alen. Jujur, Mas! Aku juga capek, aku lelah!" lirih naya yang mengejutkan Alen.Pejamkan saja mata kamu, Naya. Pasti kamu akan bisa tidur dengan sendirinya! gumam batin Naya mencoba untuk memejamkan kedua matanya.Matahari pagi mulai memunculkan cahayanya. Semilir angin berhembus menembus ke arah jendela yang sudah terbuka di balik kamar milik pengantin baru itu.Alen menyeringai. Kedua matanya tak berhenti menatap wajah cantik dan imut yang di miliki naya."Mas, Jika boleh, ijinkan aku memakai kimono yang biasa mas pakai. Aku ingin sekali memakainya!" K