Beranda / Romansa / Kontrak Eksklusif untuk KANAYA / Pertemuan dengan sang bunda

Share

Pertemuan dengan sang bunda

Penulis: Suzy Ru
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-18 07:24:59

Mas Alen, tolong jangan lakukan itu!" kata Naya memohon. Kedua matanya berbinar dan seakan tak mampu menahan air mata yang berkumpul di kelopak mata.

Naya pasrah. Air matanyapun menetes mengiringi di saat matanya terpejam.

Alen menghela nafas panjang. Dengan cepat ia menjauhkan diri dari tubuh Kanaya. Lagi dan lagi, ia tak bisa menatap air mata seseorang. Hatinya seakan teriris-iris melihatnya. 

Naya mulai membuka kedua matanya. Jantungnya berdetak begitu cepat mengimbangi tegakan salivanya dengan paksa. Ia melirik ke arah lelaki yang saat ini sangat marah kepadanya. Naya terbangun dan duduk seraya ingin meminta maaf atas kesalahan yang telah ia perbuat.

"Mas ...," kata Naya.

Alen menoleh dengan tatapan kesal.

"Seharusnya aku membiarkan kamu bersama tua bangka itu!" ucapan Alen membuat Naya terperangah.

Naya menggelengkan kepalanya. Rasa ketidaksetujuan mulai menghampiri dirinya.

"Mas ...," ucap Naya terhenti saat Alen mengambil kontrak perjanjian itu dan melempar tepat ke arah wajahnya.

"Baca dengan teliti! Apa yang harus kamu lakukan setelah menandatangani kontrak perjanjian itu!" ketus Alen seraya menopangkan kedua tangan di pinggangnya.

Perlahan, jari jemari tangan Naya mulai membuka kontrak yang ia tandatangani. Kedua matanya mengerling melihat konsekuensi jika ia melanggar kontrak tersebut.

"Jika salah satu ada yang melanggar, pihak ke dua bisa menghukum pihak pertama sesuka hatinya," gumam batin Naya melirik ke arah Alen.

"Jika kamu ingin terhindar dari kontrak itu, kamu bisa kembali dengan si tua bangka itu!" tegas Alen duduk dan menyilangkan kedua kakinya.

Naya melipat bibirnya. Sangat sulit dan susah untuk keluar dari masalahnya tersebut.

"Ya Tuhan, jika aku harus memilih aku ingin pergi meninggalkan semua ini. Aku tak mau menikah dengan pak Lukman ataupun dengannya," kata batin Naya berpikir.

"Kenapa diam? Bukankah itu yang kamu inginkan?"

"Mas Alen ...," kata Naya terhenti.

Drt ... Drt ...

Rumah sakit calling . ..

Alen mengerling dan dengan cepat mengangkatnya.

"Halo! Baik, saya akan segera ke sana!" ucapnya datar.

 Kedua mata Alen memicing menatap Naya dengan penuh amarah. Ia berdiri dan bersia untuk pergi."Jika kamu ingin melanjutkan kontrak itu, ikut aku ke rumah sakit sekarang!" 

Naya menghela nafas panjang. Kedua matanya tak berhenti menatap Alen yang mulai hilang dari belokan pintu kamar. Ia bingung harus bagaimana mengatasi  semua ini.

"Mungkin aku harus menyerah dengan semua ini. Meskipun dia sangat kasar tapi dia jauh lebih baik daripada pak Lukman," gumam Naya memicing menatap foto Alen yang menyeringai didalam pelukan seorang wanita yang seumuran dengan mamanya.

Suara mobil Alen terdengar begitu jelas. Naya mendongak dan berlari mengejarnya.

Dengan cepat, ia menuruni anak tangga yang menjulang tinggi di rumah tersebut. Dan 

Buk

Tubuh Naya terpental. Kedua matanya mengerling saat Surti juga terjatuh karenanya.

"Maaf, saya nggak sengaja!" ucap Naya terbangun dan menolong Surti yang kesakitan.

"Tidak apa, Non. Lagian, saya yang salah," ucap Surti seraya membersihkan tangannya yang penuh dengan tepung.

Naya menghela nafas panjang. Sudut matanya mengerut menatap ke arah jendela. Terlihat jelas, mobil Alen pergi begitu saja tanpa menunggu dirinya lebih dulu.

"Bagaimana ini?" desah Naya menenggelamkan wajah tepat di kedua lututnya. Kedua tangannya menyatu merangkul kedua kakinya yang membentuk gunung.

Surti mengernyit. Ia bingung melihat Kanaya tertunduk seraya menahan kesedihan yang mendalam.

"Non Naya kenapa? Apa Non Naya dan Mas Alen bertengkar?" tanya Surti membelai punggung Naya. 

Perlahan Naya mendongak. Mata indahnya berbinar seakan menahan tangis yang tertahan di pelupuk mata.

****

Di rumah sakit, Alen berlari menuju ruang rawat ibunya. 

"Bunda, jangan pergi sekarang! Alen mohon, bertahanlah!" gumam batin Alen. Kedua matanya memerah menahan rasa takut kehilangan pada dirinya.

Ceklek

Sejenak, Alen menyeringai. Senyum manis yang sempat hilang beberapa bulan yang lalu kini mulai muncul kembali di hadapannya. Mata yang sayu, berselangkan infus di tangan membuat Alen tak berdaya melihat bundanya terbaring  lemah tak berdaya.

"Kami tak bisa berkata apa lagi, Mas Alen. Penyakit bunda semakin hari semakin parah. Saya tidak yakin jika beliau bisa bertahan lima tahun lagi. Dan saya harap, mas Alen mengikhlaskan jika sewaktu-waktu beliau pergi sebelum waktu yang telah di tentukan oleh sang pencipta." Perkataan dokter Grag kembali melintas di pikirannya. Ia seakan tak percaya jika umur bundanya tak akan lama lagi.

"Alen," lirih Bunda melambaikan tangan.

Perlahan, Alen menutup pintu itu   dengan pelan. Langkah kakinya mulai melangkah menghampiri sang bunda. Senyum manisnya mengembang dan bersikap tegar di hadapan sang bunda. Ia tak mau terlihat rapuh di depan orang yang ia sayang.

"Apa ada yang sakit?" tanya Alen menggenggam erat tangan Bunda dan menciumnya tiada henti.

Bunda Elena terharu melihat putra kesayangannya sangat perhatian kepadanya.

"Alen, bunda baik-baik saja! Kamu jangan sedih, ya?" ucap sang Bunda seraya membelai rambut Alen yang hitam kecoklatan.

"Bunda, apa bunda tau?" tanya Alen.

"Tau apa?" tanya bunda penasaran.

 "Sekarang, Alen sudah memegang hotel sesuai keinginan Bunda," tutur Alen yang membuat sang bunda seakan tak percaya.

"Seriously?"

Bunda seakan tak mampu menahan air matanya. Ia sangat terharu melihat Alen benar-benar menuruti keinginannya.

"Jadi, kamu mengabulkan permintaan bunda, Sayang?" tanya Bunda tersenyum saat Alen menganggukkan kepalanya."Makasih ya, Nak. Kamu mau menurutinya. Dan maafkan bunda juga, karena bunda menyuruhmu untuk meninggalkan impian kamu."

"It's Ok, Bun!" jawab Alen mencium punggung tangan sang Bunda tiada henti.

"Sayang. Tapi, bagaimana keinginan bunda yang terakhir? Apa kamu mau mengabulkannya?" Pertanyaan bunda membuat Alen terkejut.

Pertanyaan inilah yang membuatnya berpikir dua kali lagi untuk mengabulkannya. Keinginan yang membuat dirinya harus menjadi seorang suami dan ayah untuk cucu sang bunda nanti.

"Aku harus bilang apa? Wanita itu lebih memilih tua bangka itu daripada denganku," kata batin Alen menunduk seraya menggaruk-garuk alis tebalnya.

Bunda mengerling. Ia seakan merasa bersalah melihat putranya tertekan akan permintaannya.

"Sayang, kamu tau 'kan umur bunda mungkin tidak akan lama lagi. Sebelum bunda pergi, bunda ingin melihat kamu menikah dengan wanita yang kamu cintai dan memberikan bunda seorang cucu," kata Bunda yang membuat Alen bingung menjawabnya.

Bunda mengernyit. 

Perlahan, tangan kanannya mulai menggenggam erat tangan Alen.

"Sayang, kamu nggak mau mengabulkannya?" tanya bunda yang membuat Alen mendongak menatapnya..

Kedua mata bunda yang sayu terlihat sangat mengharapkan kabar baik dari putranya.

"Bunda ...," kata Alen terhenti saat pintu ruang rawat itu terbuka.

Ceklek

Suara pintu yang membuat mereka menoleh secara bersamaan. Alen terkejut, terperangah dan seakan tak percaya melihat  Naya yang datang ke rumah sakit.

Bunda mengernyit heran. Dalam hati ia selalu bertanya, siapa wanita asing yang tiba-tiba datang menjenguknya seraya membawa makanan.

"Sore, Bunda!" sapa Naya melangkah menghampiri.

"Sore!" jawab Bunda tak berhenti memandang.

Alen terdiam. Entah kenapa hatinya masih terasa sakit dengan apa yang Naya lakukan. Sebuah pengkhianatan, kebohongan membuat Alen tak mau melihatnya.

"Sayang, siapa gadis cantik ini?" bisik bunda menarik tangan putranya.

Naya melirik Alen yang terlihat masih marah kepadanya. 

"Dia buk ...," jawab Alen terhenti saat Naya memotong pembicaraannya.

"Saya Naya, Bunda. Kekasihnya mas Alen," sahut Naya yang membuat Alen mengernyit, memicing menatapnya. 

"Bunda, se ...." Alen terdiam. Untuk kedua kalinya, Naya memotong pembicaraannya.

"Oiya, Bunda. Tadi, Naya masak bubur ayam buat bunda. Semoga bunda suka, ya!" kata Naya meletakkan rantang makanan itu di atas meja.

"Bunda tidak suka bubur ayam," sahut Alen memudarkan senyum Naya.

Bunda menatap ke arah mereka secara bergantian. Terlihat sangat jelas, jika mereka sedang bertengkar.

"Sayang, kata siapa bunda tak suka. Bunda sangat suka, kok!" ujar bunda melirik ke arahb Kanaya."Naya, bisa  minta tolong suapin bunda?" pinta bunda menatap wajah cantik yang di miliki Kanaya.a

"Iya, bunda. Naya suapin bunda, ya!" jawab Naya membuka rantang makanan yang ia bawa.

Sesaat, jari jemari tangan Naya terhenti. Ia melirik ke arah Alen yang meninggalkan dirinya tanpa menoleh sedikitpun terhadapnya.

"Kenapa dia marah? Bukankah ini keinginannya?" batin Naya bertanya.

"

Bab terkait

  • Kontrak Eksklusif untuk KANAYA   Berlari di tempat yang sama

    Sesaat, jari jemari tangan Naya terhenti. Ia melirik ke arah Alen yang meninggalkan dirinya tanpa menyapa sedikitpun terhadapnya."Kenapa dia marah? Bukankah ini keinginannya?" batin Naya bertanya.Naya menghela nafas panjang dan mencoba bersikap tenang."Kanaya," panggil bunda.Naya menoleh. Senyum manisnyapun tertoreh saat bunda memanggil dirinya."Iya, Bun!" jawab Naya, ia mulai duduk seraya memegang makanan."Maafkan Alen, ya!" lirih bunda memegang tangan Naya.Naya tersenyum. Perlahan, ia menggenggam erat tangan yang berselangkan dengan infus itu."Iya, Bun. Kanaya baik-baik saja!" jawab Naya tersenyum."Naya suapi, ya?" pinta Naya yang membuat senyum bunda mulai tertoreh kembali."Iya, Sayang!" jawab bunda sumringah. Inilah momen indah yang di tunggu-tunggu oleh bunda Elena. Memiliki calon menantu yang bisa merawatnya hingga ia menghembuskan nafas terakhir.Dari balik pintu, Alen ter

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-20
  • Kontrak Eksklusif untuk KANAYA   Pernikahan yang sah

    DegKedua bola mata Naya terbelalak kaget saat melihat keponakannya ibu Ana tersebut."Kamu di sini!""Mas alen," kata Naya menegak salivanya dengan paksa.Ia tak menyangka jika keponakannya ibu Ana adalah Alen, orang yang menjadi masalah dalam kehidupannya."Ya Tuhan, kenapa aku berlari di tempat yang sama!" gumam batin Naya melipat bibir mungilnya.Naya terdiam. Ia tak tau harus lari kemana lagi. Selalu berlari mengitari kehidupan keluarga orang yang telah menolongnya dan yang akan menghancurkan masa depannya. Inikah takdir yang harus aku jalani? gumam batin Naya menghela nafas panjang.Alen menatap Naya yang tak mampu mendongakkan kepala.Ibu Ana tak berhenti menatap mereka secara bergantian. Tubuhnya meremang melihat dua orang ia sayang sudah mengenal satu sama lain."Kalian sudah saling mengenal?" tanya Ibu Ana memastikan."Dia calon istriku, Tante!" jawab Alen mengejutkan ibu Ana.

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-21
  • Kontrak Eksklusif untuk KANAYA   Di balik sifat kasarnya

    "Pakaikan untukku!" perintah Alen menyodorkan cincin itu.Hari ini, Naya pasrah dengan apa yang terjadi pada dirinya. Bibir mungilnya bergetar. Jari jemari tangan yang putih mulus mulai mengambil cincin pernikahannya.Memang ini sudah jalan hidupku, menikah dengan orang yang tidak aku cinta! batin Naya berkata seraya memakaikan cincin untuk Alen.Alen tersenyum sinis. Perlahan, ia mulai mendongakkan dagu Naya agar mau menatap dirinya. Wajahnya yang cantik terlihat begitu muram dan sama sekali tak ada kebahagiaan terpancar di diri Naya.Lentik indah bulu mata Naya tak berhenti mengerjap. Tatapan tajam yang mengarah kepadanya, membuat ketakutan kini menghampiri dirinya."Kamu akan baik-baik saja, jika kamu tidak melanggar kesepakatan yang telah kita sepakati!" ucap Alen mengingatkan Naya akan isi dari perjanjian kontrak tersebut."Aku tidak akan merubahnya, meskipun kamu berlutut sekalipun padaku, Kanaya."Naya menghela nafas panjan

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-22
  • Kontrak Eksklusif untuk KANAYA   Hipotermia

    Tangan Arga terhenti. Kedua matanya berputar menatap Alen menghentikan tangannya."Aku tak akan biarkan, tangan kotormu ini menyentuh ataupun melukai tubuh istriku!" ucap Alen yang mengejutkan Arga. Begitupun juga Naya.Perlahan, Naya membuka matanya dan menyeringai saat Alen menolong dirinya untuk kesekian kalinya."Sayang, tunggu aku di kamar!" perintah Alen yang membuat Arga tersenyum sinis mendengarnya."Iya, Mas!" gegas Naya pergi meninggalkan mereka.Arga melepas tangannya dari genggaman tangan Alen. Ia seakan tak percaya dengan apa yang terlontar dari mulut sepupunya itu."Sebucin itukah kamu padanya? Sampai kamu berhalusinasi menjadikan dia sebagai istri kamu?" Arga menatap sinis."Apa aku terlihat bercanda? Apa bicaraku juga kurang jelas?" tanya Alen balik.Arga menghela nafas panjang. Perlahan, kedua tangannya memegang pundak sepupunya yang jauh lebih lebar dari dirinya."Alen-alen, apa ka

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-24
  • Kontrak Eksklusif untuk KANAYA   Bulan madu

    DegLamunan Alen buyar. Kedua matanya tak berhenti mengerjap. Pandangannya tertuju ke arah bibir mungil istrinya yang terus bergetar tiada henti."Haruskah aku mencium bibirnya?"Hela nafas berhembus dari diri Alen. Kedua matanya berputar melihat hujan yang semakin deras mengguyur kota itu.Genggaman tangannya ikut bergetar saat Naya memegang tangan kirinya begitu erat. Dengan penuh perhatian, Alen membenarkan jas hitam yang menyelimuti tubuh istrinya itu.Diego memasang handfree sembari berbicara dengan salah satu pengawal yang berjaga di rumah sakit."Akses jalan menuju ke rumah sakit lumpuh total, jadi Mas Alen dan istrinya tidak bisa datang ke sana. Segera kamu beritahu ibu presdir!" kata Diego seraya menutup telponnya.Ia tersenyum akan pekerjaannya terlaksana begitu cepat, tanpa menunggu dirinya untuk sampai rumah seperti apa yang diperintahkan oleh Alen.Hem, pasti mas Alen akan senang melihatku yang selalu cepat d

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-26
  • Kontrak Eksklusif untuk KANAYA   Satu Koper

    "Tak seharusnya kamu menutupi apa yang sudah menjadi milikku!" Perkataan Alen membuat Naya terperangah mendengarnya. Ia tak menyangka jika Alen ingat akan apa yang menjadi haknya.Naya terdiam. Bibirnya melipat seraya berjalan mundur saat Alen berjalan menghampiri dirinya."Kamu tenang saja! Aku tak akan menyentuh tubuh yang tak menarik ini," tunjuk Alen memicing dengan tatapan penuh kebencian.Lentik indah bulu mata Naya tak berhenti mengerjap. Sesekali ia memperhatikan kesalahan yang ada pada tubuh idealnya."Kita akan tinggal di sini selama tiga hari. Kamu bisa melakukan apapun sesuka hatimu dan jangan pernah mengganggu waktu istirahatku! Mengerti!" ketus Alen."Mengerti, Mas!" jawab Naya seraya menganggukkan kepala."Bagus!" kata Alen melangkah pergi.Naya menghela nafas seraya menoleh ke arah Alen yang mulai merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.Sabar Naya sabar. Bagaimanapun juga, saat ini dia adalah suami kamu! kata

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-28
  • Kontrak Eksklusif untuk KANAYA   Sakit hati berjamaah

    Sesaat, kedua matanya tertuju ke arah koper yang ia bawa."Satu koper? Apa ini tidak akan jadi masalah jika mas Alen tau?" tanya Naya menghela nafas dan mulai memasuki kamar yang seharusnya menjadi saksi bisu malam pertama buat dirinya.Langkah Naya terhenti. Dua bola mata indahnya tak berhenti mengerjap melihat betapa kekar dan sexinya tubuh Alen yang terlihat setengah badan. Dadanya yang bidang, rambut pirangnya yang basah, cara khasnya dalam minum minuman yang begitu perfect membuat Naya tak mampu menegak salivanya sendiri.Alen menoleh dan berjalan menghampiri sang istri yang terdiam seperti patung menatap dirinya. Jentikan tangan yang berbunyi membuat lamunan Naya buyar sudah."Apa yang kamu lihat?" tanya Alen yang mengejutkan Kanaya."Ti-dak, Mas. A-ku ...," kata Naya terhenti saat koper yang ia pegang beralih ke tangan suaminya."Aku mau ganti baju dan kamu tunggu di luar!" perintah Alen yang mendorong tubuh Naya hingga keluar d

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-30
  • Kontrak Eksklusif untuk KANAYA   Tak semudah yang dibayangkan

    "Haruskah aku memakai pakaian seperti ini?" tanyanya seorang diri. Ia menghela nafas panjang dan mengambil t-shirt berwarna putih yang sama dengan Alen."Hanya satu t-shirt dan satu hotpan? Bagaimana mungkin aku memakainya selama tiga hari?" tanya Naya melipat bibir mungilnya.BrakNaya mendongak dan menoleh ke arah suara yang mengejutkan dirinya. Kedua kakinya yang putih mulus tanpa noda itu, mulai melangkah menuju keluar. Dengan mengenakan kimono di badan seraya melilitkan handuk di kepalanya, membuat Naya terlihat begitu mungil dan menggemaskan.CeklekHembusan angin di pagi hari membuat wajah cantiknya menjadi dingin menyejukkan. Sudut matanya mengernyip menahan similir angin yang menerpa dirinya."Ya Tuhan!" gegas Naya berlari menghampiri sepedanya yang jatuh tanpa sebab yang jelas. Naya membenarkan posisi sepeda itu seperti semula.Rasa tak sabar ingin mengendarai sepeda tersebut mulai menghampiri di dirinya."Kamu baik-b

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-01

Bab terbaru

  • Kontrak Eksklusif untuk KANAYA   Kebahagiaan yang sesungguhnya

    Aroma parfum Diego juga tercium jelas olehnya. Ia mendongak dan terkejut saat dirinya juga tak sadar akan tingkahnya yang dengan mudahnya bersandar di bahu bodyguard sang kakak.Oh my God! Apa yang aku lakukan? Bisa-bisanya aku bersandar di bahu Diego? batin Rania seakan tak mampu menegak salivanya sendiri. Lentik bulu matanya tak berhenti mengerjap. Dengan perlahan, ia mengangkat kepala dan mencoba menjauh dari pelukan Diego."Hush hush, Sayang. Kamu ingin cepat pulang, ya? Yuk! Kita ke mobil duluan. Tunggu papa dan mama di sana saja, ya!" ucap Rania mencoba menenangkan bayi yang ia gendong. Sebuah trik untuk menjauh dari Diego tanpa mengeluarkan kata-kata. Diego mengernyit. Jemari tangannya menggaruk kepalanya yang tak gatal seraya menatap wanita yang telah membuat perasaannya tak karuan."Rania, tunggu!" gegas Diego mengikuti langkah Rania.Alen melepas pelukannya. Ia menyeringai seraya membelai rambut indah istrinya yang terikat."Siapa yang mengikat rambutmu?" tanya Alen menyapu

  • Kontrak Eksklusif untuk KANAYA   Perubahan Arga

    "Aku sangat merindukan kakak. Aku akan memeluk tubuh kakak yang hangat itu sebagai pengobat rinduku selama dua tahun ini!" Naya terperangah dan tak percaya mengingat kembali sebuah pesan yang membuat dirinya cemburu buta dan mengharuskan pergi dari rumah.Ya Tuhan, apa iya dia Rania yang mengirim pesan pada suamiku itu? batin Naya bertanya. Bibirnya merapat, ia seakan tak mampu menegak salivanya sendiri saat pikiran itu terus menaungi dirinya."Kamu mengenal suami saya?" tanya Naya penasaran.Rania tersenyum senang. Mungkin waktu ini sangat tepat untuk meminta maaf pada Naya dengan apa yang ia perbuat. Sebuah pesan yang seharusnya tak ia lakukan di saat Alen sudah mempunyai istri.***Ana Towsar seakan tak percaya dengan keputusan putranya itu. Meninggalkan rumah mewah yang sudah ia tempati beberapa puluh tahun lamanya."Sebenarnya apa sih yang ada di otak kamu, Ga? Bagaimana mungkin kita tinggal di rumah seperti ini? Kamu kan tau, penyakit mama akan kambuh jika hidup kekurangan seper

  • Kontrak Eksklusif untuk KANAYA   Kecurigaan Kanaya

    Alen menoleh. Alisnya bertaut saat mendengar nama Rania terlontar dari percakapan pengendara lain.Rania, apa yang mereka maksud adalah Rania adikku? batin Alen bertanya.Tanpa pikir panjang. Alen mengambil ponsel miliknya yang berada di dalam saku celana. Dua bola matanya mengerling saat membuka pesan dari Rania."Kak, sampai mana? Kak Naya membutuhkan donor darah secepatnya." Pesan singkat yang membuat Alen seakan tak mampu menegak salivanya sendiri.Ya Tuhan, apa naya dalam bahaya? Alen buru-buru memasukkan ponselnya dan segera meluncurkan motor balapnya dengan cepat saat lampu merah berganti hijau.Di tengah perjalanan, Alen menghentikan laju kendaraannya lagi. Ia mendesah sebal saat beberapa orang membuat keributan di jalan menuju arah vila.Alen membuka helm. Sudut matanya mengerut melihat para petani yang terlihat begitu melas dan lelah.Apa yang mereka lakukan pada para petani itu? batin Alen mulai melangkah. Tanpa merapikan rambutnya yang sedikit berantakan, ia melangkah men

  • Kontrak Eksklusif untuk KANAYA   Rencana Ana Towsar

    Apa iya Naya yang di maksud Rania? Mana mungkin dia akan melahirkan. Usia kandungannya kan baru tujuh bulan dan .... kata batin Alen terhenti saat melihat naya terbaring kesakitan seraya memegang perut besarnya.Naya! kata Alen seakan tak mampu menegak salivanya sendiri."Kak, cepetan ke sini!" kata Rania membuyarkan lamunan Alen."Aku akan segera ke sana!" gegas Alen mematikan ponselnya seketika.Naya menoleh saat mendengar suara yang tak asing baginya. Suara khas yang selalu membekas dalam benaknya."Hah, syukurlah! Akhirnya Kak A ...," kata Rania terhenti."Maaf, apa boleh saya pinjam ponselnya?" Naya beralih posisi untuk berbaring ke kanan. Ia mencoba untuk tersenyum meski dirinya merasakan sakit akan kontraksi yang terus melanda."Oh, tentu saja. Silahkan!" Rania melangkah menghampiri dan menyodorkan ponsel miliknya. "Terimakasih!" jawab Naya dengan cepat mengetik nomor milik Alen. Namun, jemari tangannya terhenti saat ia lupa akan nomor milik suaminya.Senyum manisnya mengemban

  • Kontrak Eksklusif untuk KANAYA   Pertolongan Rania

    Saking penasarannya, ia menyentuh air tersebut. Naya terperangah dan terkejut saat meyakini air itu adalah air ketuban."Ya Tuhan, apa aku akan melahirkan sekarang?" Naya duduk seraya memegang perutnya. Ia menoleh ke arah jalan yang sama sekali sepi dari kendaraan. Dahinya mengernyit, bibirnya merapat menahan rasa sakit yang semakin menjadi.Mas Alen, bagaimana ini? Aku tak mau terjadi sesuatu pada anak kita!" ucap batin naya mengatur nafasnya secara perlahan.Naya menoleh saat mendengar suara hentakan kaki mengarah padanya. Senyumnya mengembang dan dengan sekuat tenaga mencoba bangkit untuk meminta pertolongan. Sosok wanita berambut pendek berlari ke arahnya."Kakak, Kakak baik-baik saja?" tanya Rania memegang tangan Naya yang penuh dengan keringat."Tolong saya! Tolong bawa saya ke rumah sakit sekarang!" pinta Naya menahan sakit sembari memegang perutnya.Alis Rania bertaut melihat kaki Rania mengalir sebuah air ketuban.Apa kakak ipar mau melahirkan? Bukankah Kak Alen bilang kalo

  • Kontrak Eksklusif untuk KANAYA   Sepeda

    Mau kemana dia? Kenapa dia pergi begitu saja?" tanya Naya memanyunkan bibirnya.Tubuhnya lemas dan kecewa akan sikap Alen yang mengacuhkan dirinya. Kedua matanya menatap makanan yang sudah ia tata dengan rapi. "Setidaknya ia memakannya sedikit saja sebelum pergi. Tak tau apa, betapa kerasnya aku menyiapkan semua ini! Pasti dia pergi untuk menemui Rania itu," gerutu Naya mendesah sebal.Beberapa menit kemudianCeklekNaya menoleh menatap ke arah pintu tersebut. Senyum manisnya tertoreh dan berharap Alen kembali untuk makan dengannya.Dia kembali! gegas Naya beranjak dari duduknya. Namun, harapannya sirna. Naya terkejut. Ia tersenyum tipis saat melihat orang yang menjadi tempat curhat saat ia ada masalah datang menghampiri dirinya."Naya, maaf! Ibu lancang masuk ke sini. Habisnya pintunya tak teekunci," kata Bu Angel berjalan menghampiri."Tak apa, Bu. Memang pintu itu terbuka lebar untuk menyambut kedatangan Bu Angel," tutur Naya tersenyum.Bu Angel menoleh menatap beraneka mgakanan

  • Kontrak Eksklusif untuk KANAYA   Mencoba bersabar

    Ya Tuhan, siapa orang itu? Kenapa dia masuk dalam villa ini? Apa yang harus aku lakukan? Mas Alen, aku takut!"Mbak Naya, jika mbak tidak mau pulang. Jangan lupa kunci semua pintu ya, Mbak. Dan jangan keluar di waktu malam hari!" Perkataan Diego yang kembali melintas dalam benaknya. Bibir Naya merapat. Jemari tangannya menggenggam erat selimut yang menutupi tubuhnya. Keringat dingin mulai keluar mengimbangi rasa takut yang menguasai dirinya.Perlahan, tangannya turun memegang perut yang terasa menggetarkan tubuhnya.Sayang, maafkan mama, ya? Tak seharusnya mama membiarkanmu ikut cemas seperti ini! gumam batin Naya menghela nafas panjang.Apa orang ini adalah orang yang akan mencelakaiku? batin Naya bertanya. Jantungnya kian berdegup kencang saat hentakan kaki terdengar mengarah padanya. Mas Alen, bagaimana ini? Apa aku benar-benar berpisah sebelum aku bertemu denganmu? Mas Alen, aku ....DegSudut mata Naya mengernyit. Ada sedikit cahaya yang menembus di antara kegelapan yang berad

  • Kontrak Eksklusif untuk KANAYA   Ketakutan Kanaya

    "Sekarang kamu tau kan, siapa orang yang membuat istri kakak ngambek?" tanya Alen."Jadi, ini semua karena aku?" tanya Rania seakan tak percaya jika dirinya adalah penyebab kaburnya kanaya."Ya Tuhan, Kak Alen! Aku minta maaf, ya?" "Sudahlah! Kamu tak perlu merasa bersalah. Kakak akan mengatasi kesalah pahaman yang terjadi ini," tutur Alen mematikan rokoknya."Tapi, Kak. Aku merasa bersalah banget membuat kakak ipar salah paham gegara pesanku itu." Bibir Rania memanyun. Raut wajahnya yang biasanya selalu ceria mendadak suram akan masalah yang terjadi.Alen menghela nafas panjang. Tangannya dengan lembut mengusap rambut pirang yang dimiliki Rania. "Percayalah! Kakak akan menyelesaikan ini semua dengan cepat. Kakak juga tak sabar memperkenalkan kamu dengan dia. Memperkenalkan adikku yang belum dia ketahui," ujar Alen mencoba menenangkan hati Rania.Drt ... Drt. ...Diego calling ...Tanpa banyak buang waktu, Alen mengangkat telepon dari bodyguard tersebut. Berharap apa yang ia rencanak

  • Kontrak Eksklusif untuk KANAYA   Salah paham

    Alen mengeryit dan terbelalak kaget saat melihat chat dari Diego."Mas, Mbak Naya keluar dari rumah!"Pesan dari Diego yang membuat Alen terkejut setengah mati. Spontan, Alen menghubungi Diego. Jari jemari tangannya meraih jas yang ia letakkan di bahu kursi putarnya."Diego, kamu di mana?" tanya Alen begitu panik. Suaranya yang lantang membuat Rania terbangun dari tidurnya. Mata yang masih sayu menoleh menatap Alen yang terlihat begitu panik. "Apa yang terjadi, Kak?" tanya Rania menghampiri Alen."Rania, Kakak harus pulang sekarang. Istri kakak keluar dari rumah," gegas Alen pergi meninggalkan Rania seorang diri."Keluar dari rumah?" tanya Rania mengernyitkan keningnya. Jari jemari tangannya mulai menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal."Apa emang begitu ya, kalo hidup berumah tangga?"Di mobil, Naya terdiam seribu bahasa. Dua bola matanya tak berhenti menatap ke arah jendela mobil yang memperlihatkan pemandangan indah di sepanjang perjalanan.Bisa-bisanya mas Alen bermain di bel

DMCA.com Protection Status