Sepulangnya Nanda ke rumah di antar masuk oleh Arya. Dion yang saat itu di bakar cemburu mendorong tubuh Arya.Bug!Arya menahan tubuhnya dari dorongan Dion, hendusan nafas amarah Dion tergambar jelas, dari sorot matanya yang menyemkan. Dia bahkan ingin segera menonjok wajah Arya yang bersikekeh, terlihat menantangnya. "Dion hentikan," pekik Nanda."Masuk kamu," kata Dion menarik kuat tangan Nanda sampai Nanda lirih kesakitan."Lepaskan dia," Arya ngegas."Kamu benar-benar," Dion berkata dengan kuat menyabet kerah baju Arya. Dia kalap sekali karena panas hati, Nanda berani menghabiskan waktu dengan laki-laki lain."Berhenti Dion," amuk Nanda dan khilaf menampar wajah Dion.Dion yang setelah merasakan tamparan pedas dari Nanda. Melepaskan cengkraman tangannya dari baju Arya dan memutuskan kembali masuk ke kamarnya.Dari raut wajah Nanda dia sangat menyesal, dia seketika terbengong karena bentuk kelima jarinya mengecap merah di wajah Dion. "Sebaiknya Kakak pulang saja, biar Dion jadi
Pulang dari bekerja, Dion tidak tampak Nanda di ruang tv. Dia mengetuk pintu tempat tidur Nanda, tidak ada jawaban dari Nanda, Dion inisiatif membuka pintu tanpa izin Nanda."Nanda," kata Dion. Nanda yang sedari tadi terbaring saja di tempat tidur hanya menganggukan kepala, merespon panggilan Dion.Terpampang juga di atas meja kecil mangkok bekas bubur di samping kasur. Dion memegang kening Nanda mengecek suhu tubuh Nanda, Dion kaget sekali suhu tubuh Nanda sangat panas. Kedua kelopak mata Nanda berkedip-kedip setengah sadar. Dion ingin mengendong Nanda membawanya ke rumah sakit tapi Nanda tidak mau, dia jenuh berlama-lama di rumah sakit. Alasannya karena mendiang Ibunya lama di rawat dalam rumah sakit."Aku gak mau di bawah ke rumah sakit, tempat itu paling aku hindari." kata Nanda pelan.Dion menghubungi Alvin tapi tidak ada jawaban, ternyata Nanda sudah membeli obat penurun panas dan antibiotik sendiri. Dia memesan online dan di antar kurir, begitu juga bubur juga dia pesan online.
Di dalam ruang kerja, Papanya dan Dion bicara empat mata. Dion sudah membungkus rapat-rapat rasa kesalnya pada Papanya. Dia harus mengutamakan harta keluarganya agar tidak jatuh pada Feni.“Sekarang kamu mau bicara apa sama Papa?” tanya Papanya Dion.“Aku mau minta maaf sama Papa,” kata Dion menurunkan egonya.“Apa tujuan kamu minta maaf sama Papa? Bukankah kamu mau masukan Papa ke penjara? Kamu Papa di hukum bukan?” tekan Papanya.“Soal itu aku tidak lagi mau ikut campur, biarlah menjadi urusan Papa dan Mama. Setelah kesembuhan Mama membaik, aku ingin Papa menyerahkan diri pada Mama. Jangan jadi pecundang Pa, kesalahan Papa sudah termasuk kriminal.” Oceh Dion.‘Cetarrr’Papanya membanting cangkir beling, berisi air putih di atas meja kerjanya. Papanya tidak terima Dion bicara jelek tentang dirinya. Terus menerus mengulik masa lalu dia yang kelam. Mengingat dia lari dari kesalahannya yang fatal, membuat Papanya tersiksa setiap hari. “Dion gak bermaksud bikin Papa marah lagi, aku juga
Nanda mengirim pesan pada Dion, jika dia ingin menginap semalam di rumah Ayahnya. Dion tidak membalas pesan Nanda, dia malas merespon Nanda.Dion berdiskusi dengan Hanif tentang omongan Papanya akan menjadikan cucunya sebagai ahli waris perusahaan Papa."Gimana pendapat kamu Hanif?" tanya Dion."Terpaksa memang Pak Dion harus buat Ibu Nanda hamil," tanggap Hanif."Saya sudah tidur dengannya, kenapa dia tidak hamil-hamil," ceplos Dion sedikit bikin Hanif kaget.Dion juga baru sadar dia membongkar sendiri di depan Hanif, jika Nanda sudah tidak perawan lagi. Wajar saja dia meniduri Nanda, mereka sudah halal menikah.Dion bermuka tambeng saja depan Hanif, seolah mengatakan meniduri Nanda hal yang lumrah."Pak Dion bawak Ibu Nanda konsul dengan Dokter kandungan," saran Hanif."Dia tidak mau di periksa, dia masih belum melupakan pengobatan Ibunya. Dia menghindari sekali masuk rumah sakit," jelas Dion."Apa kami adopsi anak saja," Dion bicara asal."Jangan Pak Dion, kasihan anak itu merasa h
Dion pulang kerja sekitar jam setengah enam soreh, dia kembali cepat karena ingin mengajak Nanda makan malam bersama. Dia mencari keberadaan Nanda tidak ketemu, lantas dia coba menelpon Nanda. “Kamu dimana?” tanya Dion lewat ponsel.“Aku di rumah Papa,” jawab Nanda.Lekas Dion berjalan ke rumah Papanya, ia tak menyangka mendapati Laura di dalam rumah Papanya. Kenapa Laura sampai datang ke rumah, “Kamu, ada perlu apa di sini?” tanya Dion pada Laura.“Laura ke rumah atas ajakan aku dan Bianca. Kita berdua mau perawatan muka dari rumah, biar lebih efektif,” Feni yang menjawab pertanyaan Dion.“Kenapa kalian bisa saling kenal?” tanya Dion lagi.“Kita kenal Kak Laura melalui teman arisan Mami, tadi mereka ke rumah juga. Ternyata Kak Laura mantan kak Dion. Gak nyangka dunia sempit juga,” jawab Bianca menjelaskan panjang .Lirikan sinis Dion tertuju pada Laura yang sedari tadi mencuri pandang ke Dion. Sejak Laura bertingkah berlebihan di vila, Cepat atau lambat Laura pasti melanjutkan aksi
Pukul sembilan pagi, kedua mata Nanda terasa ringan. Rasa kantuknya plong menghilang, dia bangun dengan keadaan segar. Dia mengambil ponsel dalam tasnya yang diletakan Dion di atas meja samping kasur. Masalahnya tadi malam dia kabur dari Dion tidak membawa tasnya. Banyak sekali tanda pesan masuk dari Dion pagi itu. Isi pesan masuk dari Dion, menyuruh Nanda untuk datang ke perusahaannya.“Kenapa Dion sengaja gak banguni aku? Apa mungkin dia mau ngajak baikan?” gumam Nanda.Dia bergegas ke perusahaan Dion, dengan menaiki taxi pergi sendiri. Kemudian setengah jam lebih Mobil taxi mendarat di depan perusahaan Dion. Nanda berjalan menuju ruang kerja Dion. Dia ingin sekali berkunjung ke ruang OB tapi kemarin-kemarin belum kesampaian.Hanif menyambut Nanda dan menggiring Nanda masuk ke ruang kerja Dion. Dia tidak menemukan keberadaan Dion dan hanya ada Hanif menemuinya.“Ke mana Dion?” tanya Nanda “Pak Dion ada meeting sebentar di luar dekat perusahaan,” jelas Hanif.Terus apa tujuan Di
Arya menemukan Nanda sedang berjalan di pinggir trotoar. Pandangan mata Nanda tenggelam dalam lamunan.Ia pun segera menarik tangan Nanda dan membawanya saling bertatapan. “Nanda, kamu bilang sama Kak Arya, bisa nikah dengan Dion di kenalin sama Pak Hanif. Jelaskan semuanya Nanda,” desak Arya.Nanda diam sejenak, sebelum menjawab.“Aku kenal Dion sampai menikah melalui Pak Hanif, dia yang bawak aku ke hadapan Dion. Aku dulu juga gak mau tapi Leon sama Ayah terlilit hutang yang banyak, Dion datang dan menawarkan uang yang banyak. Aku tegiur Kak, pikir ku dulu capek ngumpulin uang tapi masih gak cukup. Sekarang capek batin aku gak sebanding capek ku dulu,” isak tangis dari Nanda menyedihkan."Sekarang Kak Arya tahu bukan, aku tidak suci lagi sebaiknya Kaka menjauh. Aku terlalu malu bertemu dengan Kak Arya yang sudah tahu rahasia terbesar ku,” sambung Nanda murung tidak karuan.“Kita cari solusi sama-sama," ujar Dion bikin rileks pikiran Nanda. Arya otomatis memeluk tubuh Nanda meredahk
Ketika di perjalanan pulang, Arya mengirim pesan berisi alamat rumah pribadanya pada Hanif, Dion secepatnya melaju ke rumah Arya. Dia tidak ingin Nanda lama-lama bersama Arya.Setelah Arya di rumahnya, dia melihat Nanda duduk di taman ruang tengah rumah Arya. Sembari menyirami setiap helaian tanaman dan menyeruput secangkir teh.Nanda menyadari juga Arya sudah pulang, dia berjalan menemui Arya."Kak Arya rapi sekali, habis dari perusahaan Dion?" tanya Nanda."Iya," jawab Arya."Kamu sebaiknya pulang Nanda, bagaimana pun Dion masih suami sah kamu," bujuk Arya."Kak, makasih catatan di kertas kecilnya. Roti panggang buatan Kak Arya enak banget," kata Nanda mengalihkan pembicaraan."Nanda, Kak Arya serius ngomongin soal Dion," sambung Arya.Nanda membatu, dia tidak mau membahas Dion dulu. Cukup hari-hari kemarin Nanda di pusingkan dengan permintaan Dion yang berlebihan.Pintu masuk rumah Arya sengaja Arya buka. Dia tahu Dion pasti datang. Tak lama saat Nanda dan Arya bicara, Dion sudah na
Aksi ke tiga wanita jahat itu berlanjut, Nanda di Bawak ke sebuah gudang gelap. Lalu Nanda di sekap di dalamnya. Mereka mengawasi sekeliling gudang tersebut, menjaga Nanda supaya tidak kabur. "Rasakan penyiksaan kamu Nanda, siapa suruh punya suami sombong asal pecat orang." Oceh salah satu wanita dari ketiga orang jahat itu. "Berapa jam ke depan aku pastikan dia tidak mungkin terbangun, efek obat tidur itu sangat kuat dosisnya," sahut wanita jahat yang lain. "Kasihan sama janinnya, kata orang kantor dia lagi hamil," ucap salah satu orang jahat yang iba pada Nanda. Dari ketiga wanita jahat itu, dua di antara mereka. Menancapkan tatapan kejam pada Nanda. Namun, salah satu wanita di antara mereka. Ada yang simpati pada Nanda. Tiba di tempat tujuan dalam gudang, bekas usaha keluarga salah satu wanita jahat tersebut.. Nanda belum sadarkan diri. Matanya masih terpejam dan di saat itulah, mereke bertiga menyeret tubuh Nanda masuk ke dalam gudang. Mereka juga mengirim video pada Dion,
Nanda dan Dion sudah berada di rumah mereka. Hari di mana Nanda sudah bertekad untuk tidak takut dengan apapun. Ancaman, bahaya dari seseorang tidak mematahkan semangat hidupnya. Dia akan memaksakan diri, pergi keluar rumah untuk memancing orang yang kemarin hampir mencelakainya. Misalkan, orang itu keluar dan berani berhadapan langsung dengan Nanda. Ia pasti mengerahkan tenaganya untuk melawan orang tersebut.Nanda dalam hatinya,"Keluarlah kamu orang jahat, aku tidak takut. Kamu akan aku hajar sampai mati ketakutan."Dia berpikir seperti itu sambil menyisir rambut panjangnya yang indah dan tebal. Tidak lupa dia memakai make up agak terang dan baju hamil gamis berdasar Kanit, dengan warna cream sampai ke bawah betis.Sekejap terlintas di pikirannya, tentang kejadian dia jatuh tempo hari."Apa Laura yang mendorong aku kemarin," gumam Nanda pelan sekali. Nanda terdiam karena Dion keluar dari kamar mandi. Dion mencium aroma parfum vanila. Spontan dia samperin istrinya dan memeluknya dar
Berlanjut Nanda belum pulang dari rumah Ayahnya. Pagi-pagi sekali, dia maju mundur untuk bercerita dengan Dion. Dia termangu menatapi muka Dion yang masih terlelap tidur.Nanda bergumam sendiri, "Apa aku cerita saja pas pulang ke rumah Dion." Keraguan Nanda terus mengitari pikirannya, kepalanya menggeleng berkali-kali. Dia beranjak dari tempat tidur untuk menyenangkan dirinya. Dia memanjakan diri dengan mandi di baluri lulur dan pakai masker wajah. Selesai mandi dia membuat jus buah anti stress, strawberry, apel, daun mint, blueberry dan pisang. Setiap tegukan jus buah, jleb.. bikin pikirannya adem. Dia juga membuat sandwich isi daging yang tampak lezat."Wah...wah...wah...! sejak lu menikah Nanda, gue perhatiin selera lu jadi kebarat-baratan. Beruntung muka lu mirip Ibu kalau mirip Ayah kayak gue, pasti lu di bilang udik, Ha-ha." guyon Leon tertawa.Nanda reflek melempar buah apel ke perut Leon agar Leon berhenti tertawa. Dia melanjutkan meminum teh sembari sesekali, melihat jam din
Setelah kemarin Nanda terguncang di ikuti orang, saat ini ia masih di rumah Ayahnya. Dia menunggu Dion pulang bekerja sambil jajan telur gulung di depan gang rumahnya. Tidak lupa dia di temani Ayahnya jajan karena dia agak takut keluar sendirian sekarang. Perasaan was-was selalu meliputi dirinya. Matanya terus memperhatikan orang-orang yang lewat di depannya. Nanda juga waspada agak berjarak dengan orang lain, ketika berpapasan.Dia lebih siaga dan siap melindungi dirinya. Dia tidak bisa terbelenggu oleh rasa takut berlebihan. Efeknya akan lari ke janin dalam kandungannya.Dia tetap menjaga sugestinya untuk tidak tegang menghadapi situasi. Menghibur dirinya dengan cara bercengkerama sesama orang sekelilingnya."Lebih baik Dion tidak usah tahu. Bisa-bisa kalau aku bahas peristiwa kemarin, kepala ku pasti pusing. Dedek dalam perut pasti ikut pusing, aku gak mau mengungkitnya lagi," gumam Nanda sendiri.Tak lama kemudian, Dion datang pulang dari kantor. Lantas buru-buru Nanda menyambut
Lusanya, ketika sarapan pagi bersama. Nanda hendak mengatakan niatnya menginap di rumah Ayahnya, pada Dion dan Mama mertuanya. Dia memulai omongan duluan untuk membuka obrolan bersama."Dion.. Mama..! Nanda boleh izin menginap di rumah Ayah. Nanda kangen rumah," ujar Nanda meminta izin."Tentu boleh sayang, gimana Dion?" tanya Mamanya."Iya boleh banget. Entar aku susul ikut menginap di sana selesai pulang kerja," balas Dion sambil mengunyah roti lapis. "Dion, Mama, makasih banyak," ucap Nanda tersenyum manis.Dion dan Mamanya mengangguk, mereka tersenyum lebar tertuju pada Nanda.Selesai sarapan, Nanda di kamar bersiap pergi, Dion sudah pergi bekerja dan Mamanya Dion control ke rumah sakit.Sementara di ruang makan rumah lagi, Feni pun memberi informasi ke Laura. Jika Nanda ingin keluar rumah menginap di rumah Ayahnya Nanda.Laura pun gesit merespon chat dari Feni, dia sepertinya mau menyamar untuk membuntuti Nanda. Laura memakai sepan jeans biru dan kemeja longgar serta memakai mas
Seperti yang di rencanakan Nanda, Dion dan Helena mereka mengajak semua keluarga pergi piknik bersama. Tidak lupa mereka menyewa tempat area terbuka dan mendirikan tenda, serta makanan lengkap, di kawasan camping pinggir kota. Tempatnya asri, banyak tumbuhan hijau dan pohon menjuntai tinggi, lahannya terbuka dan terdapat danau buatan, Kali ini Gerry dan istrinya di ajak untuk ikut piknik. Ada juga Arya di ajak Kakek Wisnu untuk mendampinginya sebagai sekertaris. Kakek Wisnu tidak ingin merepotkan cucu-cucunya yang sedang berbahagia.Feni dan Bianca bertugas memasak seafood bakar, BBQ daging sapi, dan jenis makanan lainnya. Nanda bahagia sekali keluarganya dan keluarga suaminya bersama menjalin hubungan.Tangannya terus berucap syukur berkat kandungannya, dia di beri semangat untuk melindungi dirinya sendiri dan calon anaknya. Dia berbisik pada calon anaknya,"Nak.. Mama gak sabar sekali mau gendong kamu dan ingin cerita sama kamu kalau sekarang Mama lagi bahagia." Bisikan Nanda sampa
Setelah kemarin di rumah Dion foto keluarga, akan ada Acara besar penyambutan sekaligus memperkenalkan Leon dan Nanda sebagai cucu dari anak kedua Kakek Wisnu. Nanda mengetahui itu dari chat grup keluarga Kakek Wisnu.Kerajaan perusahaan Kakek Wisnu bergerak di beberapa bidang. Ekspor impor salah satunya mengindukkan perusahaan bagian ekspor impor perusahaan Papanya Dion. Investasi pertambangan emas, minyak sawit resmi jangka panjang. Pasaran bisnis perusahaan Kakek Wisnu berpusat ke timur seperti Dubai, Qatar, Turki dan Emirates united.Leon dan Nanda senantiasa menerima ajakan dari Helena, Marco dan Zayn. Ikut juga Ayahnya Nanda, Mama Dan Papanya Dion, akan datang di acara penting di rumah Kakek Wisnu.Nanda, Mama dan Papanya Dion, Feni dan Bianca turut di undang ke acara rumah Kakek Wisnu. Nanda belum beri tahu rangkaian apa acara di rumah Kakek Wisnu. Sedangkan Ayahnya Nanda dan Leon juga Dion yang sedang bekerja, menyusul langsung ke rumah Kakek Wisnu.Di tempat berbeda, melalui c
Hari Minggu pagi rumah Dion kedatangan fotografer beserta para asistennya. Mereka berjumlah enam orang membawa perkakas peralatan mereka. Mamanya Dion dan Nanda saling oper pandang, ada apa sebenarnya sampai Dion membawa orang membawa kamera dan lighting."Dion ada apa ini, ada acara di rumah?" tanya Nanda penasaran."Aku mau kita Poto keluarga bersama," terang Dion.Enam orang tersebut yang di sewa Dion menyulap ruang keluarga menjadi studio Poto. Lengkap juga dengan dekorasi cantik dan juga bisa Poto formal.Alhasil Nanda tampak antusias dengan tindakan Dion. Mamanya juga sudah melewatkan tumbuh kembang Dion tanpa jejak poto dan video."Ma, sekarang Mama sudah sembuh walaupun belum sembuh total. Tinggal kedua kaki Mama harus sembuh, aku sengaja bayar fotografer ke rumah biar Mama gak repot ke sana kemari. Sekalian aku mau ada poto kita dan Nanda serta papa juga," omong Dion membuat Mamanya pilu."Iya anak ku," balas Mamanya Dion memeluk erat anaknya.Seketika suasana berubah jadi sed
Setelah kemarin ziarah ke makam Ibunya Nanda, pagi harinya Helena main ke rumah Dion. Dia ingin mengajak Nanda jalan-jalan bersama. Helena sangat menyukai style simpel tapi berkelas. Barang yang ia pakai dari atas kepala sampai ujung kaki, edisi terbatas dan harganya fantastis. Setiap kali biaya penampilannya, setara dengan satu unit mobil merakyat.Di waktu bersamaan Nanda sudah bersiap, beriring melayani keperluan Dion ke kantor. Ya, mereka sekarang sudah tidur di kamar utama. Kamar yang semula di tempati Papanya Dion dan Feni. Mereka belum terbiasa saja melakukan aktifitas berdua di dalam kamar. Sebab, akhir-akhir ini mereka berdua di sibukkan kasih pelajaran buat Feni. Belum ada di pikiran mereka untuk bermesraan lebih intens dari sebelumnya."Kamu cantik sekali pagi ini," kecup Dion di kening Nanda."Makasih, kamu juga ganteng seperti biasanya plus judes kamu juga belum berkurang HaHaHa," canda Nanda mengerjai Dion."Asal kamu bahagia aku rela di katain kamu setiap detik, ayo k