Siapa tuh? Hantu?
“Kau mengejutkanku, Elena!” sergah Jason. Justru Elena yang lebih terkejut melihat kemunculan Jason. Dia melihat jika Jason sebelumnya masih ada di dalam mobil bersama Logan. “K-Kau benar-benar Jason, bukan?” Elena mundur hingga punggungnya menyentuh dinding ruang kecil elevator. ‘Jason masih ada di bawah. Apa mungkin-’ “Aku naik memakai elevator di sebelah. Kau langsung keluar mobil, tidak mau menungguku.” Jason tertawa lepas sambil memegangi perut. “Kau takut? Ternyata, Elena Forbes takut dengan hantu?” Wajah Elena merah padam karena malu. Tahu bahwa pria di hadapannya sungguh nyata, dia gegas keluar dari elevator sambil menyentak badan sang suami. Jason yang masih tertawa lemas tersebut sampai terhuyung ke belakang oleh dorongan lemah itu. Jason lantas mengikuti Elena dan tetap tak bisa menghentikan tawanya. Elena menghentikan langkah, lalu menatap tajam Jason. “Kau sengaja ingin menakut-nakutiku, bukan?’ tuduh Elena. “Tidak … aku juga ingin mengambil dokumen di kantorku. Ken
Jantung Jason melompat-lompat kencang dan tak karuan. Apakah telinganya rusak ataukah dia hanya bermimpi? “Kau … apa?” Elena menyembunyikan wajah ke dalam pelukan Jason. Pipinya terasa panas karena mengungkap perasaannya secara tiba-tiba. Dia sengaja mengungkap perasaannya terlebih dulu karena tak mau menunggu Jason yang lambat mengungkap isi hatinya. Namun, setelah mengatakannya, Elena malu bukan main. Untuk pertama kalinya, wanita yang sejak dulu digilai banyak pria itu menyatakan cinta kepada seorang pria. Meskipun pria itu merupakan suaminya sendiri, Elena tetap merasakan debaran kencang dan bibir yang terasa kelu ketika mengungkap kasih sayang. “Aku … tidak terlalu mendengar suaramu yang terlalu lirih. Bisakah kau mengatakan sekali lagi?” Jason berharap Elena mengatakannya lagi supaya dia yakin jika tidak sedang berhalusinasi. “Apa telingamu bermasalah? Menyebalkan sekali! Aku mengatakannya sepenuh hati, tetapi kau tidak mendengarnya?” Suara Elena tak begitu jelas karena ter
‘Cari bukti jika mereka berdua memiliki kesepakatan sebelum menikah. Atau apa pun yang bisa membuktikan jika pernikahan mereka hanya sebuah kepalsuan,’ perintah Ruby saat Dean hampir terlelap. Kebetulan, Frank tiba-tiba menghubungi Dean untuk menemui klien secara dadakan. Mereka sebenarnya bisa menyelesaikan masalah itu keesokan paginya. Tetapi, Dean segera menyarankan untuk menemui Jason sekarang. Keberuntungan kedua terjadi kala Frank mendapatkan panggilan dari keluarganya. Dean mencari alasan supaya bisa tinggal lebih lama di kediaman Wright. Dia juga tak bohong kala mengatakan tak bisa naik mobil Jason untuk pulang. Namun, Dean segera menyesal karena datang ke tempat ini. Pasalnya, dia yang berlagak melewati kamar Elena dan Jason untuk mencari tahu rahasia mereka, justru mendengar suara-suara yang membuat bulu kuduk meremang. Sebagai pria dewasa, Dean tentunya tahu apa yang sedang Elena dan Jason lakukan. Dia hanya bisa menelan ludah, lalu menghela napas panjang.‘Nyonya Ruby s
“Katakan sekarang! Kenapa harus nanti-nanti?” rengek Elena.Jason mengacak-acak rambut Elena, lalu pergi sambil menyembunyikan wajahnya. “Belajarlah bersabar!”Elena terus mendesak Jason, tetapi pria itu bersikeras tak mau mengatakannya sekarang. Alhasil, Elena tak bisa konsentrasi bekerja seharian ini.‘Apa yang ingin dia katakan? Kenapa tidak langsung bilang saja? Dan, kenapa aku harus menyesal?’Apakah Jason akan mengatakan bahwa hubungan mereka tak dapat dilanjutkan meskipun Elena kelak mengandung anaknya? Apa Jason menyerah bertahan hidup demi Elena? Mungkinkah Jason memiliki wanita lain yang ingin dinikahi?Semakin lama menunggu, prasangka demi prasangka mulai memenuhi kepala. Elena sesekali berharap jika Jason akan memberikan kejutan indah. Namun, kekhawatiran Elena kian membesar karena Jason mengulur waktu hanya untuk bicara. Seolah-olah, Jason sedang mempersiapkan diri untuk mengatakan hal yang akan menyakitkan hati.Elena terus-menerus melihat jam dinding, berharap detik pad
“Kau pasti masih mengantuk? Apa kau mau kembali ke kamar saja?” Jason menyembunyikan rasa kecewa. Tak ingin Elena terbebani karena ajakan makan malam yang telah terlewati. “Tidak!” Elena gegas menepis suara-suara sosok itu dari benaknya. Ada hal penting yang lebih mendesak yang ingin dia cari tahu sekarang. “Kau mau membawaku ke mana?” Elena pura-pura tak tahu. “Makan tengah malam di tempat yang indah seperti janji kita kemarin.” Jason lantas menggandeng Elena ke halaman belakang. Elena berlagak terkejut melihat kejutan dari Jason. Tak ingin mengecewakan sang suami. Walaupun reaksinya agak berlebihan. “Ini indah sekali, Jason!” Elena menangkup mulut dengan kedua telapak tangan. Akhirnya, dia bisa berhenti bersandiwara marah. Jason tersenyum samar. Dia membimbing Elena duduk ke dalam gazebo yang sudah diatur sedemikian rupa dengan suasana romantis. “Kau yakin mau makan di tengah malam? Kalau tidak, aku akan menyuruh pelayan menyiapkan hidangan ringan saja.” Elena mencebik. “Aku
“Apa maksudmu, Jason? Kenapa kau bicara seolah-olah aku pernah menikah dengan Johan?” Elena memiringkan kepala tanda tak paham. Jason memeluk Elena semakin erat. Justru debaran jantung Jason yang kian meningkat semakin terdengar Elena. Dia kelepasan bicara karena sangat senang dan lega, akhirnya bisa mengatakan perasaannya. Otak Jason segera berputar cepat untuk mencari alasan supaya Elena tak curiga. Sebab, Elena yang sekarang mudah sekali berprasangka. “Maksudku, waktu kau masih menjadi kekasih Johan. Aku terlalu senang hingga salah bicara.” Jason segera mengalihkan pembicaraan yang lebih serius supaya Elena tak lagi bertanya. “Apa kau tidak keberatan menghabiskan waktu yang sia-sia denganku?” Elena mendorong Jason supaya dapat bertatapan dengannya. Dia mengusap pipi Jason dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. “Jangan bilang waktu yang kita punya hanya sia-sia. Bahkan, satu detik yang akan kita lewati bersama sangat berharga untukku. Karena itu, berhentilah membicarakan tent
Kali ini, Elena tak akan bertindak gegabah dengan bertanya langsung kepada Jason maupun William. Dia tak jadi masuk dan diam-diam mendengar percakapan mereka. Sayangnya, Jason telah melihat bayangan Elena. Dia lantas membicarakan masalah lain setelah memberikan isyarat mata kepada William. “Ulang tahun Papa sebentar lagi. Haruskah kita mengadakan pesta di rumah saja?” tanya Jason. Kening Elena berkerut. ‘Kenapa mereka tiba-tiba membicarakan masalah lain?’ Justru dengan mengalihkan percakapan ke topik lain, Elena semakin curiga. Dia kemudian masuk setelah yakin jika Jason dan William tak membicarakan masalah sebelumnya. “Elena, bagaimana pekerjaanmu?” William pura-pura terkejut oleh kedatangan Elena. “Lancar,” balas Elena singkat. “Kau ingin makan siang bersama Papa dan Jason?” “Tidak. Aku hanya ingin menyerahkan laporan. Nanti aku makan siang dengan teman-temanku karena setelah ini masih ada pekerjaan lain.” Melihat dari raut wajah dan mendengar nada suara Elena, Jason yakin j
Elena lekas memakai baju sebelum Jason keluar dari kamar mandi. Dia sesekali melirik ke dalam baju, melihat tanda itu kian memudar. ‘Kenapa bisa seperti ini?’ Elena tak bisa menyembunyikan ketakutan saat penyakit itu muncul lagi. Rasa sakit dan tak berdaya karena kehilangan fungsi panca indra menghantui dirinya. ‘Tetapi, kenapa tidak terasa apa pun?’ Elena meraba dadanya, menekan cukup kuat untuk merasakan sesuatu, tetapi dia tetap tidak merasakan apa pun. Dulu, tanda itu tak bisa menghilang seperti sekarang. Dada Elena pun sering merasa nyeri. Dia pernah memeriksakan ke dokter spesialis mana pun, tetapi obat dari mereka tak ada satu pun yang dapat mengurangi gejalanya. Hanya vitamin beracun dari Anna yang dapat membuat kondisinya membaik. Namun, Elena tahu saat kematiannya jika vitamin itu bukanlah penawar. Jadi, Elena menyimpulkan jika vitamin dari Anna yang menyebabkan penyakit itu. Anehnya, sekarang tiba-tiba gejala itu muncul. ‘Apakah ini merupakan konsekuensi karena menje
“Gemma! Kau ada di mana?” Elena sudah berkeliling di kediaman Wright untuk mencari keberadaan Gemma. Anak perempuan yang kini berusia enam tahun itu biasa bersembunyi saat Elena pulang dari kerja. Di belakang Elena, Jason membuntuti sang istri seperti biasa. Jason kini membuka kantor pribadi di kediamannya karena masih enggan menampakkan diri di JG Group jika bukan untuk menghadiri pertemuan penting. “Gemma pasti sedang bermain petak umpet bersama Brian, Elena. Biarkan saja ....” Elena menatap tajam sang suami. “Kenapa kau tidak mengawasi Gemma? Katanya, kau kerja di rumah karena selalu ingin bersama putrimu! Dan kenapa Brian ada di sini?” Jason menghentikan langkah Elena, lalu mengecup bibirnya yang tak berhenti mengomel. “Lucy sedang menghukum Brian sepertinya. Kau juga tahu, Lucy tidak suka saat Brian pulang terlambat walau satu menit.” Benar. Lima tahun lalu, Brian menikahi Lucy dan tinggal di Desa Redwood. Terkadang, Brian bosan dan jalan-jalan ke kota hingga lupa waktu. Keb
Setelah menghabiskan tiga hari bersama James, Vera pun tahu jika selama ini James hidup di rumah yang terletak di tengah-tengah hutan. Andaikan dirinya tak ke sana malam itu, mereka tak akan pernah bertemu. Vera tak berkutik melawan James Wright. Dia sudah seperti budak yang harus melayani James setiap saat. Meski Vera menginginkan wajah itu. Tetapi, sikap James jauh berbeda dari Jason. Nyaris tak ada kesamaan, selain wajah mereka.‘Dia gila … bagaimana caraku pergi darinya?’ “Ough, ya ampun … wanita di masa depan ternyata sangat pintar melayani pria. Bagus, Sayang, goyangkan tubuhmu lebih kencang.” Vera meliuk-meliuk di atas James sambil menggigit bibir. Dia tak bisa menikmati percintaan panas yang berulang setiap saat. ‘Orang ini benar-benar seperti binatang! Dia bahkan seratus kali lebih buruk dari Andrew,’ maki Vera dalam hati. Selesai menerima puncak kenikmatan, James mendorong Vera dengan kasar hingga tersungkur di lantai. “Ah, aku bosan. Saatnya aku keluar dari tempat meny
Mentari bersinar sangat terang seperti hari sebelum-sebelumnya. Di kota yang sangat sepi itu, Vera masih berusaha mencari keberadaan makhluk bernyawa selain dirinya. Sayang, bahkan serangga pun tak terlihat di tempat itu. Hanya ada dirinya yang mengulang waktu yang sama … setiap hari. Waktunya diam di tempat. Setiap pukul delapan malam, Vera akan mendengar dentuman keras di arah selatan tempat tinggalnya, dekat dengan tanah milik Keluarga Wright. Benar. Dirinya tinggal di kediaman Wright selama ini. Vera hidup di dunia dengan waktu yang sama dan berulang-ulang terus-menerus. Dia ingin melihat asal dentuman itu terjadi. Akan tetapi, ketika hari mulai gelap, Vera tak berani keluar dari rumah. Kota itu adalah kota yang sama, tetapi terasa asing karena memiliki pemandangan yang berbeda. Tak ada gedung-gedung pencakar langit di sekitarnya. Tak ada pula lampu terang-benderang di setiap pinggiran jalan. Tempat tinggal keluarga Vera pun masih berupa tanah kosong dengan puluhan pohon-poho
Dokumen penting yang semula tertumpuk rapi itu jatuh berserakan di lantai saat Jason berlari keluar dari ruangan. Dengan wajah yang terlihat sangat panik, Jason gegas mengikuti Ruby ke kamar. “Elena!” seru Jason dengan napas terengah-engah. Tak seperti bayangan, Elena justru duduk tenang sambil mengelus perutnya meski keningnya berkeringat deras. “Jason, ada sedikit lendir bercampur darah keluar ... Bisakah kau membantuku berjalan sampai mobil? Kita ke rumah sakit sekarang.” Jason panik. Dia malah mondar-mandir sambil sesekali mengusap wajah. Bingung bagaimana caranya menggendong Elena. Bagaimana kalau bayi itu keluar di saat dia menggendong Elena dan lari ke mobil? “Bayiku bisa jatuh,” gumamnya. Tapi, jika dia tak segera membawa Elena ke rumah sakit, bagaimana cara Elena melahirkan? Jason sampai tak kepikiran memanggil dokter kandungan Elena ke rumah. “Tuan!” seru Ruby membangunkan lamunan Jason. “Bisakah Anda lebih cepat membopong Nyonya Elena!?” “Tapi, bagaimana-” “Elena!” W
“Apa benar dugaanku kalau Paman Andrew terkena pengaruh ramuan Vera?” tanya Elena begitu Logan pulang.“Betul, Nyonya. Tetapi, kadar ramuan yang ada di tubuh Tuan Andrew tidak begitu banyak,” terang Logan.Logan lantas mengatakan semua yang Tetua Michael pesankan saat dia meninggalkan Andrew. Tak sampai satu minggu, Logan akan menjemput dan memulangkan Andrew. Lalu, pembicaraan tentang Anna muncul saat Jason bertanya, “Bagaimana dengan dua wanita itu? Aku dengar, mereka akan pindah ke tempat lain lagi?”“Ini surat dari Nyonya Anna. Lebih baik Anda membacanya terlebih dulu.”Logan mengeluarkan sebuah amplop putih, lalu menyerahkan kepada Elena. Surat itu ditunjukkan untuk Elena dan William. William pun mendekat dan ikut membaca isinya.Surat itu berisi tentang penyesalan Anna, juga permohonan maaf atas semua yang sudah Anna dan Jenna rencanakan kepada William dan Elena. Karena pesan Brenda yang ingin supaya Anna menjaga suami dan putrinya jika terjadi sesuatu kepada dirinya, Anna jadi
Elena mengamati sikap Andrew, mulai dari gerakan tubuh, bibir, dan sorot matanya. Rose jelas mengatakan padanya jika Vera tak pernah memberikan ramuan atau mencuci otak Andrew. Tapi, kenapa Elena jadi meragukannya? Andrew terlihat seperti Rose sebelum mendapat pengobatan. Mata pria itu sedikit menggantung, seperti tak fokus bicara atau menatapnya.“Kenapa Paman ingin melihat perempuan itu lagi? Gara-gara Vera, Paman kehilangan perusahaan dan keluarga Paman,” pancing Elena. Kini, Andrew dengan jelas menunjukkan ekspresi yang menahan kemarahan. Sepertinya, Andrew tak suka mendengar Elena menyalahkan Vera. “Paman perlu melihat Vera sekarang.” Andrew masih bersikeras dengan keinginannya. Seolah semua yang telah terjadi tak berpengaruh apa pun padanya.“Tidak bisa, Paman. Maaf … sebaiknya Paman melupakan perempuan itu dan menata hidup Paman yang berantakan karena dirinya.” Saat mengatakan itu, Elena tiba-tiba memikirkan sesuatu. Andrew tak mungkin menyerah dan pasti akan terus mencari
“Jadi, sejak tadi Luna diam karena kau, Logan!?” Elena turut memukul punggung Logan dengan bantal. Logan masih meringkuk di kaki Luna selagi menutupi belakang kepala dengan kedua lengan. Dia takut menunjukkan wajahnya. Dua wanita itu menyerang Logan secara membabi-buta. ‘Aku lebih baik dikeroyok selusin berandalan daripada harus berada di situasi seperti ini!’ jerit Logan dalam hati. Ketika Logan melihat ke arah Jason, pria itu justru pura-pura tak melihatnya! Setelah kemarahan Elena dan Luna sedikit mereda, mereka pun duduk dengan tenang dan berhadap-hadapan. Luna melipat tangan di depan dada dan masih menatap Logan penuh amarah. “Sekarang, ceritakan padaku, Luna. Apa yang sudah Logan perbuat padamu? Kenapa kau minta kesucianmu lagi? Apa jangan-jangan, Logan sudah ….” Elena menggantung ucapannya selagi menatap tajam Logan. Dia akan menghukum Logan hingga merasakan penderitaan jika tebakannya benar. Elena pikir, Logan telah merudapaksa Luna sehingga membuat temannya itu sampai
Jason bersandar lemas di kursi dengan mulut sedikit terbuka. Dia tak menyangka jika Elena lebih cepat mengatasi masalah Vera dibanding dirinya.“Aku hanya beruntung karena Rose mau membantuku.” Elena tampaknya tahu apa yang dipikirkan sang suami.Jason merasa dirinya tak bisa melindungi Elena. Dia seharusnya bergerak cepat, tetapi malah berbaring di sembarang tempat selama beberapa hari ini.“Maaf, Elena, aku seharusnya sadar lebih cepat kalau Logan bergerak sendiri. Bagaimana kalau kau gagal dan perempuan itu membalas perbuatanmu?”Elena menyandarkan kepala di pundak Jason, lalu memeluk perutnya. “Yang penting, semua sudah berakhir sekarang. Dia tidak akan bisa mengganggu hidup kita lagi. Semua musibah yang terjadi juga disebabkan oleh Vera, bukan? Kita tidak perlu mengkhawatirkan apa pun lagi sekarang, kecuali menanti kelahiran bayi kita.”Tak hanya Jason, William juga merasa tak bisa berbuat apa pun. “Lalu, bagaimana dengan perusahaan Andrew yang sekarang diambil alih oleh adik ipa
“Elena? Apa yang sudah Elena lakukan? Apa dia tahu aku ada di sini?” Jason tak pernah menduga kemungkinan itu lantaran dirinya pun baru mengetahui dari Logan beberapa jam sebelumnya. Akhir-akhir ini pun, Jason tak bisa berpikir apa-apa. Dia hanya fokus menikmati mual dan pusing yang selalu melanda di pagi hari dan ketika mencium aroma tertentu.“Benar. Elena yang membantuku untuk mendapatkan aset Andrew dengan mudah. Dia juga yang memintaku ke sini untuk membukakan jalan untukmu, Jason. Ayo, pulang sekarang! Bibi akan mengantar kalian sampai di kediaman Forbes.” Jason mengikuti Whitney masih dengan tampang kebingungan. Sementara itu, Logan menggendong Luna sampai masuk ke mobil Whitney. Dia meninggalkan mobil yang digunakan sebelumnya, yang merupakan milik pengawal Andrew. “Tunggu sebentar, Tuan. Ada yang perlu saya lakukan terlebih dulu,” ujar Logan tiba-tiba. “Kenapa lagi?” “Ada orang yang memukul saya dari belakang waktu itu.” Logan menyeringai ke arah Danny. Tanpa aba-aba, Lo