"Sabar dong Pak! Ini aku juga lagi mundur, kalau mau cepat biar mobil Bapak saja yang mundur dan biar mobilku yang lewat duluan," jawab Mayla kesal. Dan celakanya, mesin mobil Mayla tiba-tiba mati, mobilnya mogok disaat yang tidak tepat.
Tiiiin....Tiiiin.....Tiiiiiin!!"Hei! Kok malah berhenti? Gimana mobilku bisa keluar kalau begini?" seru lelaki yang ada di mobil. Dengan cepat ia keluar dari mobilnya lalu menghampiri Mayla dengan wajah juteknya."Ma-maaf, mobilku tiba-tiba mogok," ujar Mayla gugup."Damn!! Buka kap mesin mobilnya!" seru lelaki itu lalu membuka kap mesin mobil Mayla. Mayla yang ikut turun, diam-diam memperhatikan lelaki yang sedang mengotak-atik mobilnya itu. Dari penampilannya, sepertinya dia sebaya dengan Adam, wajahnya tampan namun karena enggan tersenyum, aura intimidasi lelaki berkacamata hitam itu menjadi begitu terlihat."Biar aku yang menggeser mobilmu, merepotkan saja!" ujar lelaki itu lalu masuk ke dalam mobil Mayla seakan sudah sangat yakin kalau mobil Mayla sudah tidak mogok lagi.Dan benar saja, mobil Mayla tidak mogok lagi. Lelaki itu lalu memundurkan mobil Mayla. Setelahnya ia turun dari mobil Mayla lalu kembali ke mobilnya. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, lelaki itu sudah melaju dengan mobilnya."Huh, dasar sombong!" cetus Mayla. "Siapa sih Pak dia?" tanya Mayla pada Sapto, security sekolah Alex."Dia itu Pak Wirya Sasongko, pengacara terkenal Bu, dia keponakan dari pemilik sekolah ini," jawab Sapto."Wirya Sasongko..." gumam Mayla.***"Mas, kita jadikan mengantar surat ini pada Mayla?" Arumi duduk di pangkuan Adam dengan manja. "Jadi Sayang, tapi setelah aku menyelesaikan pekerjaanku dulu, proyek ini harus secepatnya rampung," jawab Adam seraya menggamit pinggang ramping Arumi."Oh iya, aku lupa kalau calon suamiku ini seorang kontraktor ternama, makanya sibuk melulu," cebik Arumi."Kamu harus maklum ya Sayang, aku janji setelah ini kita akan menemui Mayla dan menyuruhnya untuk menandatangani surat itu," ujar Adam."Kamu yakin kalau kita nanti akan memenangkan hak asuh Alex Mas?" Tanya Arumi."Tentu saja, aku yakin Wirya Sasongko bisa memenangkan aku di pengadilan nanti, dia itu pengacara hebat. Dia teman satu angkatanku saat kuliah dulu," jawab Adam yakin.Arumi terdiam, sejujurnya dirinya tidak terlalu peduli dengan Alex. Bahkan kalau boleh jujur, Arumi ingin agar Alex tidak lagi ada di kehidupannya dan Adam. Bukankah nanti dirinya dan Adam akan memiliki anak sendiri, jadi ngapain repot-repot ngurusin anak Mayla? Tapi karena mau mengambil hati Adam, mau tak mau Arumi harus berakting seolah sangat menyayangi Alex. Demi Adam, Arumi akan melakukan apapun itu. Lagipula jika hak asuh Alex berhasil Adam rebut, pastinya Mayla akan sedih sekali. Dan Arumi akan sangat bahagia apabila Mayla bersedih."Makin cepat surat ini ditandatangani oleh Mayla, makin cepat pula perceraian kalian akan diputuskan," ujar Arumi."Iya Sayang aku tau itu. Tunggu sebentar lagi ya!""Cium dulu," rengek Arumi seraya menunjuk bibirnya yang memakai lipstik berwarna merah menyala.Adam terkekeh lalu menyambar bibir Arumi dengan rakusnya. Hingga keduanya kesulitan bernapas, barulah mereka melepaskan ciuman itu."Aku tunggu di cafetaria depan ya Sayang, cepat selesaikan pekerjaanmu lalu kita temui Mayla." Adam mengangguk, lalu Arumi melangkah meninggalkan ruangan kerja Adam, ia memilih menunggu di cafetaria dekat kantor Adam.Setelah pekerjaannya selesai, Adam meninggalkan kantornya lalu menjemput Arumi di cafetaria. Keduanya lalu meluncur untuk menemui Mayla.Sesampainya di halaman rumah, Alex dengan langkah mungilnya berlarian kecil menyambut kedatangan Adam."Daddddyyyyyy..!" seru Alex."Hai jagoan kecil Daddy! Daddy kangen sekali padamu," ujar Adam sembari memeluk erat bocah tampan menggemaskan itu."Kok Daddy pulang sama Tante Arumi," ucap Alex. Matanya yang bulat tampak melihat tak senang ke arah Arumi."Ya, Tante mau ketemu Mommy, sekarang Mommy mana?" jawab Adam. Arumi hanya tersenyum masam."Mommy lagi mandi. Ayo Daddy kita main lego, bukankah Daddy sudah janji, kenapa selalu berbohong padaku? Kata Mommy bohong itu dosa loh," rengek Alex lucu."Iya, kali ini Daddy gak akan bohong, kamu tunggu saja Daddy di ruang bermain ya, siapkan saja legonya nanti Daddy ke kesana. Sekarang Daddy harus bicara dulu sama Mommy, oke!"Alex mengangguk lucu, lalu berlari masuk ke dalam ruang bermain di samping kamarnya."Kamu tunggu disini saja dulu ya, biar aku yang menemui Mayla di kamar. Nanti baru kita bertiga bicara disini," ujar Adam pada Arumi di ruang tamu."Iya Mas," jawab Arumi."Bik, buatkan aku jus jeruk ya!" seru Arumi pada Bik Atun yang sudah berdiri di hadapannya."Iya," jawab Bik Atun lalu ngeloyor pergi ke dapur. Dasar pelakor tidak tahu malu, berasa jadi majikan pemilik rumah ini dia sekarang, batin Bik Atun kesal.Tok...Tok...Tok...Mendengar tak ada jawaban meski ia sudah mengetuk pintu kamar berulang kali, Adam memutuskan untuk masuk langsung ke dalam kamar. Dan untungnya pintu tidak terkunci.Namun saat ia baru masuk, matanya tertegun menatap Mayla yang baru saja keluar dari kamar mandi dan hanya mengenakan handuk saja.Entah mengapa, tubuh wanita yang sudah memberikannya satu orang putra itu begitu menggairahkan dimatanya sekarang.***
"Mas Adam!"Mayla terpekik melihat Adam yang sudah berdiri di kamar, menatapnya dengan pandangan penuh nafsu.Tersadar, Mayla kembali masuk ke kamar mandi dan menutup pintunya."Mau apa kamu Mas?" seru Mayla dari balik pintu kamar mandi."Aku cuma mau bicara sebentar May," jawab Adam seraya menelan salivanya. Mencoba meredam hasrat kelelakiannya yang sempat membara melihat tubuh indah Mayla."Kamu tunggu saja di ruang tamu Mas, nanti aku kesana. Aku mau ganti baju dulu, keluarlah dan tutup pintunya, kamu harus ingat, kita sedang dalam proses perceraian!" Lanjut Mayla.Adam mendengus kesal, "Ya sudah, cepatlah aku tunggu!" Dengan langkah gontai ia berbalik dan keluar dari kamar.Mayla menghela nafas lega setelah mendengar langkah kaki menjauh dan suara pintu ditutup. Barulah ia perlahan keluar dari kamar mandi. Dengan cepat dikuncinya pintu kamar. Lalu Mayla bergegas berganti pakaian.Arumi memberengut, "Lama sekali sih Mas! Ngapain saja kamu di kamar sama Mayla, kok kamu keringatan gi
Wirya baru saja melepaskan jas dan melonggarkan dasinya saat Mirna~sekretarisnya mengetuk pintu dan masuk ke ruangannya. Tok...Tok...Tok.. "Maaf Pak Wirya, ada yang ingin bertemu dengan Bapak. Katanya sudah punya janji dengan Pak Wirya untuk bertemu hari ini.""Siapa?" tanya Wirya seraya membuka dua kancing kemejanya di bagian atas, sehingga bulu-bulu halus di dada bidangnya terlihat lalu menggulung kedua lengan kemejanya. Mirna sampai menahan napas melihatnya. Bekerja dengan bos setampan dan sekeren Wirya memang jadi ujian tersendiri bagi Mirna. Bagaimana tidak, setiap hari ia harus melihat hal yang terkadang membuatnya sulit untuk bernapas."Katanya namanya Adam Hariwijaya Pak.""Oh iya, suruh dia masuk.""Baik Pak." Mirna kembali menutup pintu.Tak lama kemudian, Adam muncul sambil menenteng sebuah map dan juga paper bag di tangannya."Wiryaaaa! Apa kabar Bro!" sapa Adam lantas memeluk Wirya."Baik Dam, wah, lo dah sukses ya sekarang. Sudah lama banget gue nggak ketemu lo," sambut
Mayla mematut dirinya di depan cermin. Hari ini ia akan kembali ke kantor tempatnya dulu bekerja. Setelah yakin penampilannya sudah sempurna, ia lalu mengambil kunci mobil dan tasnya di atas meja kemudian segera beranjak keluar kamar."Bik, Mayla pergi kerja dulu ya," ujar Mayla pada Bik Atun yang sedang menyiapkan sarapan buat Alex."Loh, non Mayla nggak makan dulu, ini Den Alex sudah siap sarapannya.""Tolong bungkusin bekal aja Bik, kayaknya nggak sempat kalau harus makan dulu. Alex ayo Sayang Mommy antar sekolah!""Oke Mommy," jawab Alex bangkit dari duduknya lalu berlari kecil menuju pintu depan."Ini bekalnya Non, terus nanti yang jemput Den Alex siapa?" tanya Bik Atun."Nanti aku yang jemput kok Bik, pas jam makan siang aku izin sebentar buat jemput Alex. Ya udah Bik, Mayla pergi dulu ya." "Iya Non hati-hati ya," jawab Bik Atun.Setelah terlebih dahulu mengantar Alex ke sekolahnya, Mayla langsung meluncur ke kantor.Sesampainya di kantor, semua rekan kerja menyambut kembalinya
Setelah bertanya pada salah satu karyawan, Wirya akhirnya menemukan ruang kerja Waluyo. Didepan ruangan Waluyo ada sekretarisnya yang bernama Rahayu."Selamat siang, saya mau bertemu Pak Waluyo," ujar Wirya."Kalau boleh tahu nama Bapak siapa ya? Apakah sudah ada janji?" tanya Rahayu."Nama saya Wirya Sasongko, saya sudah janji dengan Pak Waluyo untuk bertemu dengannya disini.""Oh Pak Wirya, benar Pak, Pak Waluyo sudah menunggu dari tadi, silahkan masuk Pak!" Rahayu mempersilahkan Wirya masuk."Selamat siang Pak Waluyo!" sapa Wirya."Siang Wirya, akhirnya kamu datang juga, saya sudah nungguin kamu dari tadi loh," ujar Waluyo."Maaf Pak, kebetulan tadi pagi masih ada sidang klien saya yang harus saya tangani.""Ok nggak apa-apa, saya mengerti Wirya, kamu itu pengacara paling ternama saat ini. Semua kasus yang kamu tangani semuanya berhasil menang. Sebab itulah saya meminta kamu untuk menangani masalah saya," jelas Waluyo."Dengan senang hati Pak, bisa Pak Waluyo ceritakan apa masalah
"Gimana Wir, apa berkasnya sudah diserahkan ke pengadilan?" tanya Adam saat menemui Wirya di kantor."Sudah Bro, semua sudah lengkap kok. Tinggal lo cari sedikit bukti lagi agar pihak kita makin kuat," jawab Wirya seraya menyeruput kopi susunya."Sebenarnya gue masih cinta sih Wir sama dia, tapi sayangnya dia nggak mau berubah. Coba kalau dia mau meninggalkan selingkuhannya, gue pasti dengan senang hati menerimanya kembali Wir, karena gue masih cinta banget sama dia Wir," ujar Adam dengan wajah memelas."Hmm, oh ya Dam, boleh gue lihat foto istri lo, secara waktu gue datang di pernikahan lo 6 tahun yang lalu, gue nggak terlalu ingat wajahnya. Apalagi kalau pengantin itu kan dandanannya suka manglingin," pinta Wirya."Boleh, sebentar ya." Adam mengeluarkan ponselnya lalu mencari di galeri foto Mayla. Setelah dapat, ia lalu menunjukkan pada Wirya."Nih Wir, jangan naksir lo, Mayla itu cakep banget soalnya. Dulu dia itu primadona di kampusnya," ucap Adam.Dahi Wirya mengerenyit melihat s
"May, kamu disuruh Pak Waluyo ke ruangannya," ujar Hilman seraya tersenyum menatap Mayla yang masih asyik berkutat di depan laptopnya."Oh iya Mas, makasih ya," balas Mayla lalu bergegas bangkit dari duduknya kemudian berjalan menuju ruangan Waluyo."Yu, kata Mas Hilman, Pak Waluyo memanggilku ke ruangannya. Kira-kira ada apa ya Yu?" tanya Mayla pada Rahayu~sekretaris Pak Waluyo."Wah aku kurang tahu Mbak, langsung saja masuk ke dalam," jawab Rahayu.Mayla mengangguk lalu membuka pintu secara perlahan."Permisi Pak!" sapa Mayla."Eh Mayla, sini masuk. Silahkan duduk," ujar Pak Waluyo ramah."Ada apa ya Bapak memanggil saya kemari? Apa ada laporan saya yang tidak sesuai dengan yang Bapak mau?" tanya Mayla."Tenang Mayla, saya memanggil kamu kemari bukan karena kamu ada kesalahan membuat laporan untuk saya. Kinerja kamu itu sangat bagus, 'kan sudah saya bilang kalau kamu itu manajer keuangan terbaik yang dimiliki perusahaan ini." Waluyo tersenyum melihat Mayla yang tampak khawatir."Syu
Mayla menatap layar ponselnya yang berbunyi pertanda ada pesan masuk. Ternyata pesan dari Adam[May, lusa sidang pertama perceraian kita.][Ya, aku akan usahakan datang] balas Mayla.[Masih ada waktu jika kamu berubah pikiran May, aku dengan senang hati akan menerima kamu kembali. Apa kamu lupa dengan masa-masa romantis kita dulu?]Mayla tertawa kecil melihat pesan yang dikirim Adam. [Mimpi!] balas Mayla singkat.Mayla menyenderkan kepalanya di kursi kerjanya, mengangkat kedua tangannya lalu meregangkan tubuhnya yang terasa penat lantarab terlalu lama duduk.Hilman yang melihat apa yang dilakukan Mayla menjadi tersenyum."Capek May?" tanya Hilman."Lumayan Mas, soalnya ngebut ngerjain data ini. Alhasil pinggangku pegal banget rasanya," jawab Mayla."Sudah selesai, atau ada yang bisa aku bantu?" "Udah selesai kok Mas, ini aku mau antar ke ruangan Pak Waluyo.""Oo." Hilman mengangguk. Sejak dulu Mayla memang sangat mandiri, sulit sekali bagi Hilman untuk mencari celah agar bisa memban
Mayla menatap kesal pada pria di hadapannya. Yang sedari tadi bersikap jutek dan seolah sengaja memancing kemarahan Mayla. Wirya~pria dengan aura intimidasi yang kuat itu seakan memiliki dendam pribadi pada Mayla. Padahal mereka beberapa kali ketemu secara tidak sengaja dan sepertinya Mayla tidak merasa melakukan kesalahan apapun pada pria jangkung itu."Ternyata kamu bisa tegas juga ya," ujar Wirya tertawa kecil."Tentu saja saya bisa tegas, kalau anda memiliki masalah pribadi, saya mohon jangan dibawa- bawa kesini dan jangan dilampiaskan ke saya. Sikap anda itu seolah ingin meremehkan saya," balas Mayla."Ya baiklah kita akan bicara terkait kasus penggelapan uang perusahaan ini. Setelah saya lihat, penjelasan yang kamu buat pada data laporan ini sudah sangat jelas. Saya bisa memahaminya." Wirya membolak balik lembaran laporan data keuangan perusahaan itu."Kalau begitu urusan saya disini sudah selesai, saya permisi dulu. Saya harap ini kali terakhir kita bertemu Pak Wirya," ucap May
"Ayo turun Sayang! Kita sudah sampai di rumah sakit," ajak Adam melihat Arumi yang nampak masih terpaku, dan seakan tidak berniat untuk turun dari mobil."Kamu beneran yakin kalau Bapak sama Ibu kamu sudah bisa menerima kehadiran aku jadi istri kamu Mas?" tanya Arumi ragu. Matanya melirik malas pada para pengunjung yang tampak lalu lalang di pelataran parkir rumah sakit.Adam menghela napas panjang, "Yakin Rum, soalnya mau gimana pun kerasnya mereka menolak, kenyataannya kamu itu memang sudah jadi istriku sekarang. Ibu dari calon anakku yang sedang kamu kandung. Dan kamu jangan takut Rum, aku akan selalu ngebelain kamu kok. Jadi kamu jangan cemas ya. Yuk kita turun," ujar Adam mencoba meyakinkan istrinya."Iya deh, tapi ee..Kenapa kita nggak langsung ke rumah orang tua kamu aja sih Mas, ngapain kita ke rumah sakit. Aku capek, mau istirahat.""Ya ampun Sayang. Apa kamu lupa? Sekarang kan Ibu lagi sakit dan dirawat di rumah sakit ini. Jadi kita besukin Ibu dulu. Kan memang kita kemari t
Wirya senyum-senyum sendiri melihat Mayla yang masih tampak cemberut sejak tadi. Sejak Diana berlalu dari hadapan mereka, kekasihnya itu hanya diam saja dan hanya mengaduk-aduk makanan di hadapannya. Ia tahu kalau Mayla pasti masih bertanya-tanya di dalam hati tentang sosok Diana."Sayang... Makanannya kok cuma diaduk-aduk aja dari tadi?""Lagi nggak laper Mas, udah kenyang.""Ya nggak mungkinlah, belum juga dimakan udah kenyang, malam ini kan kamu belum makan apa-apa May. Aku nggak mau kamu sakit. Alex juga pasti sedih kalau Mommy-nya jatuh sakit.""Udah makan kok, baru aja," jawab Mayla pelan tanpa melihat ke arah Wirya."Makan apa? Makanan yang kita pesan aja cuma kamu aduk-aduk doang dari tadi.""Makan hati " cebik Mayla.Wirya tersenyum seraya meraih jemari Mayla lalu menggenggamnya erat. "Pasti ini karena kehadiran Diana kan?" tanya Wirya lembut."Kamu nggak pernah cerita sama aku.""Kan kamu nggak pernah nanya. Lagian dia cuma masa lalu Sayang. Kamu masa sekarang, dan masa dep
Mayla tertegun menatap sosok perempuan di hadapannya. Tingginya hampir sama dengan dirinya, namun perempuan ini memiliki wajah khas blasteran. Rambutnya pirang namun bola matanya berwarna hitam. Tubuhnya sintal dan karena mengenakan gaun yang menurut Mayla cenderung seksi dengan belahan gaun hingga menampakkan paha putih mulusnya serta kerah rendah yang membuat belahan dadanya bahkan sebagian kulit payudaranya yang putih menyembul keluar. Mayla harus mengakui, perempuan di hadapannya ini bisa dibilang cantik dan seksi.Namun bukan hal itu yang menjadi perhatian Mayla sekarang. Tapi cara perempuan itu memandang Wirya yang membuatnya menjadi tanda tanya besar dalam diri Mayla. Sebagai seorang perempuan, Mayla sangat mengerti bagaimana cara perempuan saat memandang orang yang sangat dia cintai. Dan itu terlihat jelas dari perempuan ini saat memandang Wirya!Mayla melirik ke arah Wirya. Sayup-sayup ia mendengar bibir kekasihnya itu menggumam dan menyebut sebuah nama, dan ia masih bisa san
Mayla bergegas mematikan laptop di hadapannya lalu membereskan berkas yang ada di mejanya. Tak sabar ingin segera pulang. Hari ini memang cukup melelahkan, banyak laporan keuangan yang harus Mayla cek. Lantaran Arga sedang membuka cabang baru Sky Value di kota lain.Trrrrt.. Trrrrt.. Trrrrt..Mayla tersenyum menatap layar ponselnya, pesan dari Wirya.[Sayang, aku udah nunggu di parkiran ya..][Iya Mas, bentar lagi aku turun kok, sabar ya][Iya Sayang. I love U]Mayla langsung meraih tasnya dan bangkit dari duduknya."Pulang bareng yuk May," ajak Hilman yang entah sejak kapan sudah berdiri di samping Mayla."Aku udah dijemput Mas Wirya kok Mas, makasih ya," tolak Mayla halus."Oh, jadi kamu beneran sudah punya hubungan sama pengacara sombong itu May?""Iya Mas. Kamu nggak boleh menilai Mas Wirya seperti itu. Mas Wirya orang yang sangat baik.""Berarti kamu bohong dong sama aku, kamu bilang belum mau mikirin soal asmara dulu. Kamu waktu itu nolak aku, tapi rupanya kamu malah nerima cint
Wajah Arumi mendadak pucat pasi saat melihat Adam sudah berdiri di dekatnya dengan pandangan mata yang terlihat serius."Eh Mas Adam, ngagetin aja.""Kamu belum jawab pertanyaan aku Sayang, ritual apa yang kamu maksud? Terus kamu itu sekarang sedang bicara sama siapa?" Adam menatap tajam Arumi.Arumi menghembuskan napas perlahan. Mendengar ucapan Adam tadi, ia jadi sedikit lega. Sepertinya Adam tidak terlalu banyak mendengar apa yang tadi Arumi sedang obrolin sama Mita di telepon."Oh itu. Aku sama Mita lagi ngebahas tentang ritual eee...Ritual tujuh bulanan aku nanti diadakan dimana, gitu loh Mas," bohong Arumi.Adam mengerenyitkan dahinya, merasa tak yakin dengan jawaban Arumi. "Beneran kamu cuma lagi ngomongin itu Sayang?"Arumi mencoba untuk bersikap sewajar mungkin supaya Adam tidak curiga. "Bener dong Sayang, masa kamu nggak percaya sama aku sih. Aku ini kan istri kamu," ujar Arumi dengan muka cemberut.Adam masih terlihat ragu, "Tapi kamu kan belum pernah bicarain ritual tujuh
"Sayang, aku ada tugas ke luar kota selama dua hari. Kamu nggak apa-apa kan kalau aku tinggal sendirian di rumah?" Adam menghampiri Arumi yang sedang minum susu khusus untuk wanita hamil."Ke kota mana Mas?" tanya Arumi."Surabaya, sekalian aku mau nengok kondisi Bapak sama Ibu. Atau kamu mau ikut Sayang?"Arumi berpikir sebentar, "Ya udah deh aku ikut aja Mas. Tapi apa Ibu sama Bapak kamu sudah mau nerima aku Mas?""Tenanglah Sayang, aku lebih paham betul sifat kedua orang tuaku. Aku yakin lambat laun mereka pasti bisa menerima kamu sebagai menantu mereka. Tapi kamu juga harus belajar jadi menantu dan istri yang baik. Jangan terlalu manja Sayang," ujar Adam.Arumi memanyunkan bibirnya, "Oh jadi Mas nggak suka nih kalau aku manja-manja sama Mas?"Adam tersenyum lalu merengkuh tubuh Arumi dan diletakkannya di pangkuannya. "Sayang, tentu saja aku senang dan gak apa-apa kalau kamu itu manja sama aku, karena aku suami kamu. Tapi kan gak semua orang bisa menerima sifat manja kamu itu. Jadi
Arga duduk dengan gelisah di ruangan kerjanya, sesekali ia berdiri lalu mengintip dari jendela. Lalu duduk lagi dan mendengus kasar. Diseruputnya segelas coklat hangat yang ada di atas meja, lumayan bisa meredakan sedikit hatinya yang gelisah.Bukan tanpa sebab ia begini. Ia sedang gelisah menunggu kehadiran Mayla. Tadi ia berpesan pada Rahayu, jika Mayla sudah masuk ke kantor, langsung suruh datang ke ruangan Arga. Namun hingga kini belum juga tampak batang hidungnya.Arga merasa tak sabar lalu melangkah keluar, menemui Rahayu yang tampak masih membenahi berkas di meja kerjanya."Yu, kamu sudah sampaikan pesan saya untuk Mayla kan?""Sudah Pak. Tadi saya titip pesan ke Bu Dewi yang satu ruangan sama Bu Mayla," jawab Rahayu. Dalam hati ia merasa kesal karena mengapa semua cowok yang ia taksir malah selalu tertarik pada Mayla. Dulu Wirya, dan sekarang Arga. Jelas sekali terlihat kalau atasannya ini menaruh hati pada Mayla, Rahayu bisa melihat dari sorot matanya dan sekarang, Arga begit
Sesosok perempuan paruh baya tampak terbaring lemas di atas ranjang pasien rumah sakit. Ditangannya terpasang selang infus. Begitu pula di hidungnya, terpasang alat bantu pernapasan. Wajahnya terlihat pucat dengan mata yang masih terpejam."Dokter, bagaimana keadaan istri saya?" tanya seorang lelaki paruh baya yang tak lain adalah Purnomo, ayahnya Adam dengan raut wajah yang tampak sangat khawatir."Istri Anda sekarang ini sangat memerlukan istirahat yang cukup, kondisinya sekarang memang sudah cukup stabil, jangan terlalu khawatir. Tapi keadaannya masih harus terus dipantau," jawab dokter dengan lembut."Sebenarnya Ibu saya ini sakit apa Dok? Kenapa ibu saya bisa sampai drop seperti ini Dok? Saya sangat khawatir," ucap seorang perempuan cantik sambil menangis."Pertama-tama, kami akan melakukan tes dan diagnosis tambahan untuk memastikan kondisi ibu Anda. Mohon jangan menyerah dan tetap memohon pada Tuhan agar ibu Anda bisa pulih. Hingga kami mendapatkan hasil tes, sebaiknya Ibu Hild
Wirya kini merasa sudah kembali bersemangat untuk bekerja lantaran permasalahannya dengan Mayla sudah selesai. Mayla sudah memutuskan untuk tetap menjalani hubungan asmara bersama Wirya, dan itu benar-benar membuat Wirya sangat bahagia."Wirya!"Satu suara yang sangat ia kenal membuat Wirya harus menghentikan sejenak rasa bahagianya atas kembalinya Mayla ke pelukannya."Bunda.." ujar Wirya terkejut."Ya kenapa? Kamu kaget Bunda datang kemari? Kamu mau musuhi Bunda cuma gara-gara janda tak tahu diri itu?" semprot Heni.Wirya mendengus kesal, mengusap wajah perlahan demi menghilangkan rasa emosi yang muncul di dadanya sekarang. Dia juga kesal pada Mirna yang tidak memberi tahu kalau ibundanya datang. Tapi karena cukup tahu bagaimana sifat ibundanya. Wirya cukup maklum. Pasti Heni yang sudah menyuruh Mirna menuruti kemauannya."Please Bunda, aku lagi banyak kerjaan sekarang. Banyak kasus yang harus kutangani. Jadi tolong Bunda jangan nambah-nambahin pikiran aku dong Bun," jawab Wirya."B