Mayla berjalan pelan menyusuri koridor hotel. Setelah yakin berada di kamar yang ia tuju, Mayla menghentikan langkahnya. Ditariknya napas panjang lalu dihembuskannya perlahan. Mencoba memberi kekuatan pada dirinya sendiri. Mayla sangat takut jika apa yang ia akan lihat sebentar lagi membuatnya tak kuat. Semoga saja kecurigaanku ini salah, batin Mayla.Tok.....tok....tok....."Room service!" seru Mayla seraya mengubah sedikit nada suaranya.Tak lama kemudian terdengar suara pintu dibuka, ceklek... Seraut wajah yang tampak kelelahan muncul dari celah pintu yang terbuka. Matanya tampak melotot melihat Mayla yang tiba-tiba datang."Ma-Mayla...kamu...." suara Adam tiba-tiba bagai tercekat di kerongkongan. Sadar akan situasi gawat, Adam mencoba mencegah Mayla masuk, namun terlambat, Mayla sudah ngeloyor masuk ke dalam kamar.Mata Mayla menatap tajam ke arah seorang wanita yang tampak tertidur pulas di pembaringan. Meskipun sebagian tubuh wanita itu ditutupi oleh selimut, namun bisa ditebak
"Mau kemana kamu Mas?" tanya Arumi melihat Adam yang tampak bersiap akan pergi."Aku mau menemui Mayla, aku akan membujuknya agar ia tidak minta cerai dariku," sahut Adam seraya mengancingkan lengan kemejanya.Mendengar bahwa Adam akan berusaha membujuk Mayla, tentu saja Arumi tak akan tinggal diam. 2 tahun lamanya ia mencoba bersabar hanya mencintai Adam dalam diam, dan ketika hampir 3 bulan ini ia berhasil mendapatkan simpati dari Adam, mana mungkin ia menyerah begitu saja."Sudahlah Mas, ceraikan saja Mayla, toh sekarang kamu sudah punya aku. Buat apa kamu merendahkan harga dirimu seperti ini, seharusnya Mayla itu tahu diri." Arumi mengusap dada Adam seraya menatapnya mesra, atau lebih tepatnya menggoda. Dikalungkannya kedua lengannya di leher Adam."Aku masih mencintai Mayla, lagipula sudah ada Alex yang pastinya akan sangat sedih melihat kedua orangtuanya berpisah," ujar Adam."Lihat aku Sayang, tatap mataku, lalu katakan sekali lagi. Apa kamu memang masih mencintai Mayla, atau t
"Alex, makan dulu Sayang, biarkan Daddy istirahat dan membersihkan diri dulu di kamar, pasti hari ini sangat melelahkan, iya kan Daddy?" sindir Mayla."Baik Mommy, tapi nanti kita main lego ya Daddy," ucap Alex. "Iya Sayang, sekarang makan dulu ya!"Adam menghembuskan nafas dengan kasar lalu menurunkan Alex dari gendongannya. Ia paham kalau Mayla sedang menyindirnya. Dengan cepat ia berjalan masuk ke dalam kamar.Mayla hanya meliriknya sekilas, lalu melanjutkan mengurus makan siang Alex. Tunggu saja Mas, kita akan selesaikan segera masalah kita, batin Mayla.***Setelah selesai mengurus Alex yang kini sudah terlelap dengan tidur siangnya. Mayla masuk ke kamar dan dilihatnya Adam sedang duduk bersandar di sofa. Sepertinya pria berusia 30 tahun itu sudah mandi dan berganti pakaian."May..." sapa Adam lirih."Hmm.." sahut Maya tanpa menoleh, dirinya memilih duduk bersandar di tempat tidur seraya menatap ke layar ponselnya."Aku tidak mau kita bercerai, aku harap kamu bisa menerima hubun
"Kita harus menyewa pengacara yang hebat untuk memenangkan hak asuh Alex dan juga agar Mayla angkat kaki dari rumah tanpa membawa apapun Mas," ujar Arumi."Tentu saja, biar dia menyesal telah meminta cerai dariku," dengus Adam kesal.Betapa sombongnya Mayla, apa dia pikir aku akan memohon padanya agar tidak bercerai. Salah besar kalau Mayla berpikiran seperti itu, batin Adam."Pasti Mayla akan menyesal Sayang, sudah bagus nasibnya yang hanya anak yatim piatu itu berubah setelah menikah denganmu, malah sekarang begitu sombong ingin bercerai denganmu," ucap Arumi seraya memijat lembut bahu Adam. Sesekali ia mengecup lembut leher dan telinga Adam.Inilah yang sangat Adam sukai dari sosok Arumi. Dia sangat pandai mengambil hati Adam. Arumi bisa membuat jiwa kelelakian Adam merasa tersanjung karena tindakan dan ucapannya. Tak pernah sekalipun Arumi membantah apalagi menolak kemauan Adam."Sayang...Jadi kapan kamu mau menceraikan Mayla?" ucap Arumi manja."Secepatnya, besok aku akan menemui
"Sebenarnya sejak dulu itu Bibik sudah mencurigai sikap Non Arumi. Bahkan beberapa kali Bibik sering melihat dia menatap Den Adam dengan pandangan genit. Pernah juga beberapa kali saat Non Arumi menginap disini, Bibik melihat Den Adam keluar diam-diam dari kamar yang ditempati Non Arumi. Tapi Bibik takut mau cerita sama Non Mayla, karena Non Mayla kan sayang sekali dengan dia," ujar Bik Atun.Mayla terdiam mendengar pengakuan Bik Atun. Pastinya selama ini Adam dan Arumi menertawakan kebodohan Mayla yang tidak mengetahui perselingkuhan mesum mereka. Betapa gilanya mereka, bahkan rumah ini pun tak luput jadi ajang mereka berbuat mesum."Iya Bik, jujur aku tidak menyangka Arumi tega melakukan hal ini padaku. Padahal aku sudah menganggapnya seperti saudaraku sendiri," ucap Mayla lirih."Sabar ya Non, Den Adam dan Non Arumi itu memang keterlaluan. Apalagi Non Arumi itu, benar-benar tidak tahu malu dan tidak tahu diri. Kalau diibaratkan, Non Mayla itu seperti sedang menolong seekor anjing y
"Sabar dong Pak! Ini aku juga lagi mundur, kalau mau cepat biar mobil Bapak saja yang mundur dan biar mobilku yang lewat duluan," jawab Mayla kesal. Dan celakanya, mesin mobil Mayla tiba-tiba mati, mobilnya mogok disaat yang tidak tepat.Tiiiin....Tiiiin.....Tiiiiiin!!"Hei! Kok malah berhenti? Gimana mobilku bisa keluar kalau begini?" seru lelaki yang ada di mobil. Dengan cepat ia keluar dari mobilnya lalu menghampiri Mayla dengan wajah juteknya."Ma-maaf, mobilku tiba-tiba mogok," ujar Mayla gugup."Damn!! Buka kap mesin mobilnya!" seru lelaki itu lalu membuka kap mesin mobil Mayla. Mayla yang ikut turun, diam-diam memperhatikan lelaki yang sedang mengotak-atik mobilnya itu. Dari penampilannya, sepertinya dia sebaya dengan Adam, wajahnya tampan namun karena enggan tersenyum, aura intimidasi lelaki berkacamata hitam itu menjadi begitu terlihat."Biar aku yang menggeser mobilmu, merepotkan saja!" ujar lelaki itu lalu masuk ke dalam mobil Mayla seakan sudah sangat yakin kalau mobil Ma
"Mas Adam!"Mayla terpekik melihat Adam yang sudah berdiri di kamar, menatapnya dengan pandangan penuh nafsu.Tersadar, Mayla kembali masuk ke kamar mandi dan menutup pintunya."Mau apa kamu Mas?" seru Mayla dari balik pintu kamar mandi."Aku cuma mau bicara sebentar May," jawab Adam seraya menelan salivanya. Mencoba meredam hasrat kelelakiannya yang sempat membara melihat tubuh indah Mayla."Kamu tunggu saja di ruang tamu Mas, nanti aku kesana. Aku mau ganti baju dulu, keluarlah dan tutup pintunya, kamu harus ingat, kita sedang dalam proses perceraian!" Lanjut Mayla.Adam mendengus kesal, "Ya sudah, cepatlah aku tunggu!" Dengan langkah gontai ia berbalik dan keluar dari kamar.Mayla menghela nafas lega setelah mendengar langkah kaki menjauh dan suara pintu ditutup. Barulah ia perlahan keluar dari kamar mandi. Dengan cepat dikuncinya pintu kamar. Lalu Mayla bergegas berganti pakaian.Arumi memberengut, "Lama sekali sih Mas! Ngapain saja kamu di kamar sama Mayla, kok kamu keringatan gi
Wirya baru saja melepaskan jas dan melonggarkan dasinya saat Mirna~sekretarisnya mengetuk pintu dan masuk ke ruangannya. Tok...Tok...Tok.. "Maaf Pak Wirya, ada yang ingin bertemu dengan Bapak. Katanya sudah punya janji dengan Pak Wirya untuk bertemu hari ini.""Siapa?" tanya Wirya seraya membuka dua kancing kemejanya di bagian atas, sehingga bulu-bulu halus di dada bidangnya terlihat lalu menggulung kedua lengan kemejanya. Mirna sampai menahan napas melihatnya. Bekerja dengan bos setampan dan sekeren Wirya memang jadi ujian tersendiri bagi Mirna. Bagaimana tidak, setiap hari ia harus melihat hal yang terkadang membuatnya sulit untuk bernapas."Katanya namanya Adam Hariwijaya Pak.""Oh iya, suruh dia masuk.""Baik Pak." Mirna kembali menutup pintu.Tak lama kemudian, Adam muncul sambil menenteng sebuah map dan juga paper bag di tangannya."Wiryaaaa! Apa kabar Bro!" sapa Adam lantas memeluk Wirya."Baik Dam, wah, lo dah sukses ya sekarang. Sudah lama banget gue nggak ketemu lo," sambut
"Ayo turun Sayang! Kita sudah sampai di rumah sakit," ajak Adam melihat Arumi yang nampak masih terpaku, dan seakan tidak berniat untuk turun dari mobil."Kamu beneran yakin kalau Bapak sama Ibu kamu sudah bisa menerima kehadiran aku jadi istri kamu Mas?" tanya Arumi ragu. Matanya melirik malas pada para pengunjung yang tampak lalu lalang di pelataran parkir rumah sakit.Adam menghela napas panjang, "Yakin Rum, soalnya mau gimana pun kerasnya mereka menolak, kenyataannya kamu itu memang sudah jadi istriku sekarang. Ibu dari calon anakku yang sedang kamu kandung. Dan kamu jangan takut Rum, aku akan selalu ngebelain kamu kok. Jadi kamu jangan cemas ya. Yuk kita turun," ujar Adam mencoba meyakinkan istrinya."Iya deh, tapi ee..Kenapa kita nggak langsung ke rumah orang tua kamu aja sih Mas, ngapain kita ke rumah sakit. Aku capek, mau istirahat.""Ya ampun Sayang. Apa kamu lupa? Sekarang kan Ibu lagi sakit dan dirawat di rumah sakit ini. Jadi kita besukin Ibu dulu. Kan memang kita kemari t
Wirya senyum-senyum sendiri melihat Mayla yang masih tampak cemberut sejak tadi. Sejak Diana berlalu dari hadapan mereka, kekasihnya itu hanya diam saja dan hanya mengaduk-aduk makanan di hadapannya. Ia tahu kalau Mayla pasti masih bertanya-tanya di dalam hati tentang sosok Diana."Sayang... Makanannya kok cuma diaduk-aduk aja dari tadi?""Lagi nggak laper Mas, udah kenyang.""Ya nggak mungkinlah, belum juga dimakan udah kenyang, malam ini kan kamu belum makan apa-apa May. Aku nggak mau kamu sakit. Alex juga pasti sedih kalau Mommy-nya jatuh sakit.""Udah makan kok, baru aja," jawab Mayla pelan tanpa melihat ke arah Wirya."Makan apa? Makanan yang kita pesan aja cuma kamu aduk-aduk doang dari tadi.""Makan hati " cebik Mayla.Wirya tersenyum seraya meraih jemari Mayla lalu menggenggamnya erat. "Pasti ini karena kehadiran Diana kan?" tanya Wirya lembut."Kamu nggak pernah cerita sama aku.""Kan kamu nggak pernah nanya. Lagian dia cuma masa lalu Sayang. Kamu masa sekarang, dan masa dep
Mayla tertegun menatap sosok perempuan di hadapannya. Tingginya hampir sama dengan dirinya, namun perempuan ini memiliki wajah khas blasteran. Rambutnya pirang namun bola matanya berwarna hitam. Tubuhnya sintal dan karena mengenakan gaun yang menurut Mayla cenderung seksi dengan belahan gaun hingga menampakkan paha putih mulusnya serta kerah rendah yang membuat belahan dadanya bahkan sebagian kulit payudaranya yang putih menyembul keluar. Mayla harus mengakui, perempuan di hadapannya ini bisa dibilang cantik dan seksi.Namun bukan hal itu yang menjadi perhatian Mayla sekarang. Tapi cara perempuan itu memandang Wirya yang membuatnya menjadi tanda tanya besar dalam diri Mayla. Sebagai seorang perempuan, Mayla sangat mengerti bagaimana cara perempuan saat memandang orang yang sangat dia cintai. Dan itu terlihat jelas dari perempuan ini saat memandang Wirya!Mayla melirik ke arah Wirya. Sayup-sayup ia mendengar bibir kekasihnya itu menggumam dan menyebut sebuah nama, dan ia masih bisa san
Mayla bergegas mematikan laptop di hadapannya lalu membereskan berkas yang ada di mejanya. Tak sabar ingin segera pulang. Hari ini memang cukup melelahkan, banyak laporan keuangan yang harus Mayla cek. Lantaran Arga sedang membuka cabang baru Sky Value di kota lain.Trrrrt.. Trrrrt.. Trrrrt..Mayla tersenyum menatap layar ponselnya, pesan dari Wirya.[Sayang, aku udah nunggu di parkiran ya..][Iya Mas, bentar lagi aku turun kok, sabar ya][Iya Sayang. I love U]Mayla langsung meraih tasnya dan bangkit dari duduknya."Pulang bareng yuk May," ajak Hilman yang entah sejak kapan sudah berdiri di samping Mayla."Aku udah dijemput Mas Wirya kok Mas, makasih ya," tolak Mayla halus."Oh, jadi kamu beneran sudah punya hubungan sama pengacara sombong itu May?""Iya Mas. Kamu nggak boleh menilai Mas Wirya seperti itu. Mas Wirya orang yang sangat baik.""Berarti kamu bohong dong sama aku, kamu bilang belum mau mikirin soal asmara dulu. Kamu waktu itu nolak aku, tapi rupanya kamu malah nerima cint
Wajah Arumi mendadak pucat pasi saat melihat Adam sudah berdiri di dekatnya dengan pandangan mata yang terlihat serius."Eh Mas Adam, ngagetin aja.""Kamu belum jawab pertanyaan aku Sayang, ritual apa yang kamu maksud? Terus kamu itu sekarang sedang bicara sama siapa?" Adam menatap tajam Arumi.Arumi menghembuskan napas perlahan. Mendengar ucapan Adam tadi, ia jadi sedikit lega. Sepertinya Adam tidak terlalu banyak mendengar apa yang tadi Arumi sedang obrolin sama Mita di telepon."Oh itu. Aku sama Mita lagi ngebahas tentang ritual eee...Ritual tujuh bulanan aku nanti diadakan dimana, gitu loh Mas," bohong Arumi.Adam mengerenyitkan dahinya, merasa tak yakin dengan jawaban Arumi. "Beneran kamu cuma lagi ngomongin itu Sayang?"Arumi mencoba untuk bersikap sewajar mungkin supaya Adam tidak curiga. "Bener dong Sayang, masa kamu nggak percaya sama aku sih. Aku ini kan istri kamu," ujar Arumi dengan muka cemberut.Adam masih terlihat ragu, "Tapi kamu kan belum pernah bicarain ritual tujuh
"Sayang, aku ada tugas ke luar kota selama dua hari. Kamu nggak apa-apa kan kalau aku tinggal sendirian di rumah?" Adam menghampiri Arumi yang sedang minum susu khusus untuk wanita hamil."Ke kota mana Mas?" tanya Arumi."Surabaya, sekalian aku mau nengok kondisi Bapak sama Ibu. Atau kamu mau ikut Sayang?"Arumi berpikir sebentar, "Ya udah deh aku ikut aja Mas. Tapi apa Ibu sama Bapak kamu sudah mau nerima aku Mas?""Tenanglah Sayang, aku lebih paham betul sifat kedua orang tuaku. Aku yakin lambat laun mereka pasti bisa menerima kamu sebagai menantu mereka. Tapi kamu juga harus belajar jadi menantu dan istri yang baik. Jangan terlalu manja Sayang," ujar Adam.Arumi memanyunkan bibirnya, "Oh jadi Mas nggak suka nih kalau aku manja-manja sama Mas?"Adam tersenyum lalu merengkuh tubuh Arumi dan diletakkannya di pangkuannya. "Sayang, tentu saja aku senang dan gak apa-apa kalau kamu itu manja sama aku, karena aku suami kamu. Tapi kan gak semua orang bisa menerima sifat manja kamu itu. Jadi
Arga duduk dengan gelisah di ruangan kerjanya, sesekali ia berdiri lalu mengintip dari jendela. Lalu duduk lagi dan mendengus kasar. Diseruputnya segelas coklat hangat yang ada di atas meja, lumayan bisa meredakan sedikit hatinya yang gelisah.Bukan tanpa sebab ia begini. Ia sedang gelisah menunggu kehadiran Mayla. Tadi ia berpesan pada Rahayu, jika Mayla sudah masuk ke kantor, langsung suruh datang ke ruangan Arga. Namun hingga kini belum juga tampak batang hidungnya.Arga merasa tak sabar lalu melangkah keluar, menemui Rahayu yang tampak masih membenahi berkas di meja kerjanya."Yu, kamu sudah sampaikan pesan saya untuk Mayla kan?""Sudah Pak. Tadi saya titip pesan ke Bu Dewi yang satu ruangan sama Bu Mayla," jawab Rahayu. Dalam hati ia merasa kesal karena mengapa semua cowok yang ia taksir malah selalu tertarik pada Mayla. Dulu Wirya, dan sekarang Arga. Jelas sekali terlihat kalau atasannya ini menaruh hati pada Mayla, Rahayu bisa melihat dari sorot matanya dan sekarang, Arga begit
Sesosok perempuan paruh baya tampak terbaring lemas di atas ranjang pasien rumah sakit. Ditangannya terpasang selang infus. Begitu pula di hidungnya, terpasang alat bantu pernapasan. Wajahnya terlihat pucat dengan mata yang masih terpejam."Dokter, bagaimana keadaan istri saya?" tanya seorang lelaki paruh baya yang tak lain adalah Purnomo, ayahnya Adam dengan raut wajah yang tampak sangat khawatir."Istri Anda sekarang ini sangat memerlukan istirahat yang cukup, kondisinya sekarang memang sudah cukup stabil, jangan terlalu khawatir. Tapi keadaannya masih harus terus dipantau," jawab dokter dengan lembut."Sebenarnya Ibu saya ini sakit apa Dok? Kenapa ibu saya bisa sampai drop seperti ini Dok? Saya sangat khawatir," ucap seorang perempuan cantik sambil menangis."Pertama-tama, kami akan melakukan tes dan diagnosis tambahan untuk memastikan kondisi ibu Anda. Mohon jangan menyerah dan tetap memohon pada Tuhan agar ibu Anda bisa pulih. Hingga kami mendapatkan hasil tes, sebaiknya Ibu Hild
Wirya kini merasa sudah kembali bersemangat untuk bekerja lantaran permasalahannya dengan Mayla sudah selesai. Mayla sudah memutuskan untuk tetap menjalani hubungan asmara bersama Wirya, dan itu benar-benar membuat Wirya sangat bahagia."Wirya!"Satu suara yang sangat ia kenal membuat Wirya harus menghentikan sejenak rasa bahagianya atas kembalinya Mayla ke pelukannya."Bunda.." ujar Wirya terkejut."Ya kenapa? Kamu kaget Bunda datang kemari? Kamu mau musuhi Bunda cuma gara-gara janda tak tahu diri itu?" semprot Heni.Wirya mendengus kesal, mengusap wajah perlahan demi menghilangkan rasa emosi yang muncul di dadanya sekarang. Dia juga kesal pada Mirna yang tidak memberi tahu kalau ibundanya datang. Tapi karena cukup tahu bagaimana sifat ibundanya. Wirya cukup maklum. Pasti Heni yang sudah menyuruh Mirna menuruti kemauannya."Please Bunda, aku lagi banyak kerjaan sekarang. Banyak kasus yang harus kutangani. Jadi tolong Bunda jangan nambah-nambahin pikiran aku dong Bun," jawab Wirya."B