Share

Kepergian Rey

Penulis: Mama Lana
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Roy urung mengatakan keinginannya lagi karena melihat wajah Tuan Andreas yang sudah merah padam. Jelas sekali jika pria paruh baya itu sangat emosi, apalagi saat dia menyinggung perihal hak asuh Rey yang sempat dia sampaikan tadi.

"Pi, minum dulu." Mami Sintia menyodorkan segelas air putih ke hadapan sang suami, lalu ekor matanya melirik Elisa yang tengah berdiri tidak jauh dari mereka.

Kembali ke kamarmu. Mungkin itu yang ingin Mami Sintia ucapkan, tapi ia tak sampai hati mengatakannya langsung.

Meneguk habis isi gelas, lalu menyerahkan kembali pada sang istri.

"Papi harus bisa jaga emosi, ingat 'kan apa kata Dokter kemarin?"

Tuan Andres mengangguk mengiyakan ucapan sang istri, sembari mengatur napasnya yang masih tidak beraturan, dia menatap ke arah Elisa yang sejak tadi masih bungkam.

"Apa ada yang ingin kamu jelaskan, El?"

Sekuat tenaga Tuan Andreas menahan emosinya yang tadi hampir meledak, jika saja Mami Sintia tidak masuk ke ru

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kita Hanya Menikah   Kakar Ipar

    Ternyata di sana terdapat foto-foto Elisa bersama seorang Pria. Terlihat sekali pria itu menggandeng tangan Elisa di depan sebuah cafe, lalu ada juga foto yang berada di dalam mobil. Entah apa yang mereka berdua lakukan, yang pasti saat ini foto Elisa dan pria itu tengah menjadi perbincangan hangat di medsos. Roy mendadak bungkam, tapi tangannya mengepal kuat."Roy....?" Alina mengambil alih hpnya, sembari memperhatikan ekspresi wajah laki-laki itu yang tidak bisa di tebak, "Kamu nggak apa-apa, 'kan?" tanya Alina lagi."Aku baik-baik saja.""Kamu kenal siapa pria itu? Dia kelihatan akrab sekali dengan istrimu."Roy tidak menggubris, dia masih fokus pada foto-foto yang tengah ia pegang, lalu tangannya meraih handphone di atas meja."Kau bereskan. Satu jam dari sekarang!" pintanya pada seseorang di seberang sana.Roy menutup panggilan dan meletakkan handphone kembali di atas meja kerjanya, namun tak lama benda pipih itu berdering.

  • Kita Hanya Menikah   Merayu

    Aditya duduk melamun di sebuah kontrakan kecil, hanya ada sedikit barang dan beberapa lembar baju yang tergantung di lemari. Kini hidup Aditya kembali dari nol lagi. Rumah mewah, kendaraan bagus, serta istri cantiknya semua telah menghilang dan sekarang ia hanya bisa membayar kontrakan sepetak untuk tempat tinggalnya. Aditya malu jika harus tinggal bersama Ibu, apa kata tetangga nanti? Jika tiba-tiba ia tinggal disana dan menetap. Pasti akan menyebabkan masalah untuk ibunya karena statusnya sekarang.Meskipun sang ibu tidak keberatan, jika dirinya harus mendapatkan cemoohan dari orang-orang karena menerima mantan narapidana. Nyatanya Aditya tetap putranya yang selalu ia banggakan."Ternyata kamu benar-benar mengurus perceraian kita, Lin?" Adit berbisik pelan sembari menatap lembar putih di tangan.Tadi pagi Alina menghubunginya untuk bertemu. Aditya kira perempuan itu telah memaafkan dan mau menerimanya kembali. Dengan penampilan rapi dan langkah mantap, Aditya

  • Kita Hanya Menikah   Kue Ulang Tahun

    Rindu yang kian menyerang, membuat Elisa begitu gelisah. Biasanya waktu seperti ini ia tengah menemani Rey bermain. Walau sebenarnya bocah kecil itu lebih banyak menghabiskan waktunya dengan Mbok Nah, perempuan paruh baya yang sudah lama mengabdi pada Keluarga Andreas.Tapi sekarang Rey jauh, Elisa hanya bisa menghubunginya lewat sambungan telepon. Apalagi yang bisa ia lakukan, orang tuanya sendiri melarang menyusul putranya untuk sementara waktu, dengan alasan Rey butuh hiburan dan juga mereka berharap Elisa bisa memperbaiki hubungannya dengan Roy yang belakangan ini terlihat renggang."Kamu tidak tau, kalau hari ini Roy ulang tahun?"Entah siapa yang mengirim pesan itu, yang pasti Elisa membelalak saat membacanya.Ulang tahun? Kenapa aku tidak tau.Elisa bergegas bersiap. Berhubung tadi sudah mandi, Elisa hanya mengganti baju dan memoles sedikit wajahnya. Wanita itu turun dengan tergesa menghampiri Pak Kasim yang sedang duduk di depan."Pa

  • Kita Hanya Menikah   Hampir Tertabrak

    "Apa maksudmu? Ini kantor suamiku, kamu tidak sadar?" Elisa membalas tajam tatapan perempuan itu."Hahaha suami...? Suami ya?" nadanya seperti mengejek, memang suami 'kan? Apa salah?.Elisa bergeming, apa maksudnya?"Jadi Anda belum sadar juga?" Alina mendekat, lalu melirik ke arah kue ulang tahun yang Elisa bawa."Bahkan Anda tidak tau ya, kalau Roy tidak menyukai coklat. Ck, ck istri macam apa Anda ini?" Alina semakin mengejek saat melihat kue yang Elisa bawa justru coklat, rasa yang paling tidak Roy sukai. Jelas saja ia tau karena Alina lebih dulu mengenal Roy cukup lama."Kak Roy tidak suka coklat?" Elisa menatap ke arah kue di tangannya, kenapa aku tidak tau....Wajahnya sudah memerah, antara kesal dan malu bercampur jadi satu."Kenapa? Kaget...?" Alina menggeleng tak percaya, merasa menang satu langkah dari wanita itu."Jangan bohong kamu...?" tentu saja Elisa tak percaya, ia yakin perempuan di depannya ini pasti hanya in

  • Kita Hanya Menikah   Kamu Lagi

    "Kau...?"Astaga, kenapa dunia ini sempit sekali..."Kau mau mati ya!" Wajahnya berubah garang, saat mengetahui siapa korban yang akan ia tabrak tadi."Kamu...?" Elisa tak kalah terkejut, mengetahui bahwa Alex lah pemilik mobil itu. Laki-laki yang selalu berwajah masam dan berucap ketus setiap kali bertemu dengannya.Mungkin menyesal, harusnya tadi dia langsung pergi. Toh, tidak terjadi apa-apa."Maaf Tuan, Anda mau bawa Nona Elisa kemana?" Pak Kasim panik saat melihat majikannya di seret oleh laki-laki asing itu, padahal Alex hanya ingin memberinya pelajaran sedikit agar wanita itu lebih hati-hati."Bapak pulang saja, biar nanti saya yang mengantar Elisa," ucap Alex sembari terus menarik tangan Elisa untuk mengikutinya."Tapi, Tuan..?" Merasa tidak yakin karena memang belum mengenal siapa laki-laki itu. Bagaimana kalau dia orang jahat? Pikirnya."Pak Kasim pulang aja. El nggak apa-apa," ucap Elisa sembari mengikuti langkah kak

  • Kita Hanya Menikah   Ke Pesta Atau Ke Kamar?

    "Perempuan? Siapa...?""Apa kau benar-benar tidak tau?"Elisa langsung bungkam, menerka siapa kira-kira pelakunya. Yang ia tau hanya satu perempuan yang belakangan selalu menjadi saingannya.Tapi, apa mungkin dia akan seberani itu?"Maksudmu, Alina? Tapi, dia...?""Terserah! Percaya atau tidak, itu urusanmu." Potong Alex cepat, lelaki berwajah serius itu lalu melajukan mobilnya, meninggalkan area taman yang semakin ramai pengunjung.*****Sedangkan di kantor, Roy begitu heran saat keluar dari ruangannya sendiri. Pas di depan pintu, banyak sekali bekas ceceran kue yang sedang di bersihkam oleh salah satu pegawai kebersihan. Alina terlihat berkacak pinggang sambil terus meneriakinya agar cepat selesai."Cepat! Membersihkan seperti ini saja kenapa lama sekali?" Perempuan itu sudah seperti penguasa, tak jarang jika banyak pegawai yang tidak suka semenjak kehadiran Alina di kantor.Sementara OB itu hanya m

  • Kita Hanya Menikah   Pesta

    Malam pesta telah tiba.Elisa sudah bersiap dengan penampilannya di depan cermin. Memeriksanya sekali lagi, lalu menarik sudut bibirnya saat melihat wajahnya yang cantik dan anggun.Airin puas dengan hasil karyanya kali ini. Meski ia sedikit bar-bar, tapi kemampuannya untuk merias tak kalah hebat dari Elisa yang setiap harinya selalu tampil feminim. Kedua wanita itu berjalan beriringan menuju mobil yang akan membawa mereka ke tempat pesta.Dalam perjalan Elisa terus menggerutu, pasalnya Roy tidak datang untuk menjemputnya di rumah, melainkan menyuruh Pak Kasim yang mengantarnya ke tempat pesta itu. Lelaki macam apa, yang tega membiarkan istrinya berangkat sendiri?Meski kesal, Elisa tetap memaksakan diri untuk datang. Dia tidak ingin memberikan kesempatan pada perempuan itu untuk lebih dekat dengan suaminya, apalagi kemarin Alina sudah terang-terangan mengatakan kalau dirinya akan membuat rumah tangganya hancur.Ballroom hotel tempat

  • Kita Hanya Menikah   Hampir Ketahuan

    Prangg!Prangg!Prangg!Alina melempar apapun yang ada di kamarnya hingga hancur berantakan. Sekali lagi, ia meraih high hells yang ia pakai lalu melemparkannya ke arah cermin.Pranggg!Seketika cermin itu hancur berkeping-keping."Keterlaluan kamu, Roy! Keterlaluan!" Ia kembali menghancurkan semua benda yang berada di atas meja rias, hingga tak tersisa satupun."Wanita sialan! Breng***!"Alina terus memaki, meluapkan emosinya yang sudah meledak. Hingga tanpa sadar, make up yang ia kenakan juga berantakan."Aku membencimu!" teriakannya memenuhi langit-langit kamar."Huhhh..huhhh." Napasnya kian memburu diiringi isak tangis yang selanjutnya terdengar.Sekarang ia tengah hancur, sangat hancur. Merasa kalah dari Elisa. Padahal ia sudah menyusun rencana ini sangat matang.Tapi, ia gagal. Bahkan Roy kini kembali dekat dengan istrinya.Apanya yang salah? Dasar aneh..."Aku akan menghancurkanmu!" maki

Bab terbaru

  • Kita Hanya Menikah   Kejutan(TAMAT)

    "jadi, maksud Anda istri saya sedang hamil?" Roy mengulangi pertanyaan untuk yang ke sekian kalinya. Menatap tak percaya pada Elisa yang ada di sebelahnya dengan pandangan sama-sama bingung."Iya, Tuan, istri Anda sedang hamil, dan usia kandungannya baru berumur empat minggu.""Apa, Dok? Saya hamil?" Elisa terlambat merespon, di raihnya hasil USG yang ia sendiri tidak paham dengan apa yang tertulis di dalamnya, "Ini beneran kan, Dokter?""Benar, Nona." Dokter pun meyakinkan sekali lagi, bahwa hasil test itu memang benar adanya."Tapi, kenapa usia kandungannya berjalan empat minggu?" Roy kembali menyahut, seingatnya ia berdamai dengan Elisa dan baru melakukan hubungan badan sekitar tiga minggu yang lalu, tapi....?Roy menatap bingung dengan penjelasan Dokter tadi, sempat ada rasa curiga dari pancaran mata lelaki itu. Bagaimana bisa?"Tidak mungkin Dokter, kami melakukannya baru tiga minggu yang lalu, ini kenapa bisa? Atau jangan-jangan----...

  • Kita Hanya Menikah   Semakin Menyebalkan

    "Jangan lupa Kak, belikan aku somay." Isi pesan dari istrinya, membuat Roy mengernyit heran, sejak kapan Elisa suka dengan makanan itu? Bukankah yang ia tahu Elisa kurang suka dengan makanan apa saja yang berbahan ikan. Lelaki itu tidak membalasnya, tapi ia tetap membelikannya untuk Elisa.Roy memacu mobilnya kembali setelah mendapatkan apa yang di minta istrinya. Lelaki itu tiba di halaman depan dan bergegas mencari di mana keberadaan wanita itu."Bik, di mana Elisa?"Bibik yang sedang berada di dapur langsung berbalik, menatap heran sang majikan yang biasanya masih ada di kantor."Nona ada di taman belakang, Tuan.""Oh ya Bik, tolong pindahkan ini ke piring, lalu antarkan segera ke taman." Roy menyerahkan sebungkus somay yang ia bawa, lalu melangkah menuju taman belakang."Kak, kamu udah sampai?" Elisa terlihat berbinar, di letakkan ponsel yang ia pegang, lalu matanya menyipit ke arah kedua tangan suaminya. "Mana pesananku? Tidak ada kah?"

  • Kita Hanya Menikah   Tingkah Aneh Elisa

    Hari-hari selanjutnya di lalui Elisa dengan sangat manis. Mereka mencoba saling memperbaiki diri dan memulainya kembali dari awal. Pernikahan mereka yang semula hanya status kini benar-benar layaknya pernikahan normal seperti biasa. Keduanya sama-sama menerima apapun kelebihan atau kekurangan dari diri mereka masing-masing."Kak, kapan kita mau jemput Rey?" tanya Elisa suatu pagi. Ini kali ketiganya wanita itu menanyakan, setelah beberapa hari yang lalu selalu Roy abaikan."Iya nanti. Kamu sabar dulu ya? Aku masih ada kerjaan penting yang nggak bisa di tinggalin." Selalu saja jawaban itu yang suaminya berikan. Sabar, sabar. Sampai kapan?"Kalau Kakak memang nggak bisa ninggalin kerjaan, bagaimana kalau aku aja yang jemput Rey sendiri?" Elisa mencoba bernegosiasi. Jika ia harus menjemput putranya sendiri, sebenarnya tidak masalah. Tapi lelaki itu yang selalu menghalanginya."Tunggu aku, El? Nanti kita pergi sama-sama." Lelaki itu terlihat sudah rapi. Di pe

  • Kita Hanya Menikah   Aku mencintaimu

    "Ayo, Nak? Katanya mau ketemu Mama?" Aditya mengingatkan pada gadis kecil tentang tujuannya datang ke sini, lagi pula pria itu merasa tidak enak sendiri saat menyadari kalau ada wanita cantik di sebelah sana yang sejak tadi terabaikan keberadaannya."Tapi Alya masih pengen sama Ayah Roy," rengek bocah itu manja. Alya benar-benar terlihat enggan melepaskan lelaki itu yang sejak tadi menggendongnya."Sini sama Ayah Adit gantian, kasiah tuh Ayah Roy capek, kan sejak tadi udah gendong Alya."Gadis itu memandang wajah Roy sejenak, lalu segera bergerak turun dari gendongan lelaki itu. "Tapi Ayah janji kan, mau nengokin Mama lagi?"Roy hanya mengangguk setuju menjawab pertanyaan Alya. Sejujurnya ia kasihan dengan gadis kecil itu, tapi mau bagaimana lagi, Alina memang harus di rawat agar bisa segera sembuh.Aditya dan Alya kembali menyusuri lorong menuju kamar di mana tempat rawat untuk Alina. Keduanya sama-sama terlihat sedih melihat seorang yang sangat d

  • Kita Hanya Menikah   Dia Benar-Benar Gila

    Elisa melangkah mendekati keduanya, lalu melipat kedua tangannya santai. "Sudah, nostalgianya?" ucap wanita itu sinis. Pandangannya masih tidak bersahabat pada sosok lelaki yang baru saja kemarin menyatakan cinta padanya."Kenapa kalian tidak balikan saja? Kalian cocok kok, yang satu penggoda dan satunya lagi..... PENGHIANAT!""El...!""Apa!!" Emosi wanita itu sudah memuncak, hingga ia tanpa sadar berteriak dan mengundang perhatian para penghuni tempat itu."Apa Kak Roy sengaja, ngajak aku ke sini untuk melihat keromantisan kalian berdua?""El, ini tidak seperti apa yang kamu lihat. Percayalah." Roy mendekati Elisa, meraih tangan wanita itu, namun segera di tepisnya dengan kasar."Lihat apa? Aku bukan anak kecil, Kak? Jika kalian ingin berbalikan, kenapa mengajakku kemari?" Elisa juga terlihat menangis. Bagaimana ia tidak sakit hati mendengar ungkapan Alina tadi yang menunjukkan betapa dekatnya mereka berdua."El, kumohon, berhentilah

  • Kita Hanya Menikah   Kenapa Kita Ke Sini?

    Tiga hari berlalu, luka di tangan Rengganis sudah membaik dan hari ini dokter mengijinkannya untuk pulang. Perempuan itu bersiap-siap di bantu Arya yang sudah sejak pagi tadi datang menjemputnya untuk membereskan semua barang yang sudah di pakai selama berada di rumah sakit."Apa ada yang tertinggal?" tanya Arya saat keduanya hendak melangkah keluar. Di tatapnya wajah sang istri yang terlihat bahagia karena sebentar lagi akan bertemu dengan kedua anaknya yang selama tiga hari ini jarang ia temui."Ada."Langkah Arya terhenti, sejenak menatap ke belakang menyapu seisi ruangan yang sudah kosong. "Apa?" tanya lelaki itu bingung."Hatiku yang tertinggal. Di sini." Rengganis menyentuh dada bidang Arya, membuat sang pemilik tersenyum senang mendengarnya."Tiga hari di rumah sakit, kenapa kamu jadi pintar merayau?""Memangnya salah, merayu suami sendiri?" Perempuan itu mengerlingkan sebelah matanya, membuat sang suami gemas dan mendadak mende

  • Kita Hanya Menikah   Berdamainya Dua Wanita

    "Tan-te....?""Kamu...! Wanita tidak tau malu!" maki Mama Anggi seketika saat melihat siapa orang yang tiba-tiba saja masuk. Perempuan itu mengurungkan niatnya untuk keluar dan lebih tertarik untuk melampiaskan emosinya kepada wanita yang menjadi sumber semua masalah."Tan-te, maaf....?" ucap Elisa menunduk. Wanita itu meremas ujung kain yang membalut tubuhnya dan menyiapkan hati untuk menerima apapun yang akan perempuan itu ucapkan."Mau apa kamu datang kesini! Belum puas menyakiti menantuku?" Pandangannya menajam, seakan sebuah belati yang siap menguliti tubuh wanita itu."Ak-aku hanya ingin minta maaf, Tante.""Minta maaf? Cih, lalu nanti kamu akan mengulanginya lagi? Setelah semua yang kamu lakukan pada mereka, apa menurutmu masih pantas mendapatkan maaf?""Ma...? Tolong jangan berbicara seperti itu?" cegah Papa Pratama dari arah belakang, pria itu menghampiri istrinya dan menahan tubuh perempuan itu agar tidak semakin menyudutkan Elisa.

  • Kita Hanya Menikah   Mengingat Masa Lalu

    "Jelaskan semuanya ke aku, Kak?" Elisa masih saja menghujani Roy dengan berbagai pertanyaan,, terutama mengenai ucapan Alina yang sukses membuatnya malu di depan umum.Bagaimana tidak, setelah Alina mengatakannya, tatapan semua orang langsung mengarah padanya. Meski setengah berbisik, tapi Elisa sedikit bisa mendengar gunjingan dari orang-orang yang menyaksikan perdebatan tadi."Kak...!" Entah sudah keberapa kali wanita itu berteriak, namun Roy masih saja bungkam dan tidak sama sekali memberi jawaban. Seharusnya Elisa tau kalau semua juga berawal dari dirinya yang membuat jarak begitu jauh dengan suaminya sendiri. Bahkan ia tidak mau sedikitpun di sentuh oleh lelaki itu.Kini Elisa dan Roy tengah berada di sebuah ruang perawatan. setelah Dokter memeriksanya tadi, beruntung tidak ada sedikitpun luka yang di temukan di tubuh wanita itu, Dokter pun memutuskan untuk meninggalkan mereka berdua."Kak...!""Stttt....! Jangan berisik, El? Nanti mengganggu yang

  • Kita Hanya Menikah   Tak Waras

    Sementara di dalam toilet, antara Elisa dan Rengganis tengah terjadi ketengangan. Semua terjadi bukan berasal dua wanita cantik ini, tapi karena seorang perempuan yang tiba-tiba saja muncul dan hendak melukai Elisa."Lepas! Kau gila ya!" Elisa memaki, menahan garpu yang hampir saja melukai wajahnya."Ya, aku gila! Aku memang gila, kau mau apa, hahh!" Perempuan itu sudah seperti kerasukan iblis, ia menempelkan garpu runcing itu tepat di leher Elisa setelah tadi gagal melukai wajah wanita itu."Lepas!"Saat itu Rengganis juga tengah berada di salah satu bilik toilet, ia yang mendengar ke gaduhan langsung mengintip keluar, tubuhnya bergetar, detak jantungnya berpacu dengan cepat saat melihat pemandangan dari balik pintu."El-lisa...?"Rengganis kebingungan. Jika ditanya apa dia masih membenci wanita itu? Tentu saja masih, tapi melihat keadaannya sekarang sangatlah berbeda. Kini yang ada di depannya bukan perkara soal Elisa yang dulu hendak mere

DMCA.com Protection Status