KITA BELI KESOMBONGAN MERTUAMU, NDUK! Part 10 Season 2 Air mata Abimanyu jatuh di sudut bibirnya. Cepat-cepat diusapnya air mata tersebut menggunakan baju di pundaknya, jangan sampai Kania mengetahui. Entah apa yang akan ia jawab, kalau sampai Kania bertanya. “Mas, kapan kita bulan madu?” Kania berbalik menghadap Abimanyu. Matanya mengerling manja. “Bapak bilang, mereka siap menjaga Indah, selama kita berbulan madu.” Ide Kania sangat bagus. Mungkin dengan pergi berbulan madu, Abimanyu bisa merehatkan sejenak pikiran dari urusan Liana. Wanita itu sangat membuatnya merasa penat dan lelah. “Boleh juga. Memangnya kamu ke mana, hum?” Abimanyu mencolek gemas dagu runcing Kania. “Di Indonesia sajalah, Mas. Di Indonesia juga banyak tempat yang indah dan bagus. Uuum … bagaimana dengan Bali, setelah itu kita ke Lombok. Boleh, Mas?” Kania melingkarkan kedua tangannya di leher Abimanyu. “Boleh banget, Sayang. Apapun itu, asal bisa buat kamu bahagia, akan aku berikan.” Abimanyu membalasan de
KITA BELI KESOMBONGAN MERTUAMU, NDUK. Part 11 Season 2 Liana menepuk pundak driver ojek online itu berkali-kali, gemas karena ia merasa driver tersebut lambat sekali mengemudikan motornya. Sebab, mobil Abimanyu sudah terlihat semakin menjauh. “Ayo, cepat dong, Mas!” pekik Liana semakin panik. “Lelet banget kayak keong.” “Sabar, Mbak. Kita ini cuma naik motor, bukan pesawat jet,” balas driver tersebut tak kalah ketus. Mendengar ucapan ketus driver tersebut, Liana terdiam. Namun pandangan tetap fokus ke arah mobil range rover Abimanyu. Liana takut, mobil itu hilang dari pandangan. Bisa-bisa ketinggalan jauh, Abimanyu dan Kania keburu berangkat. Liana tidak sudi jika mereka sampai bulan madu. Bulan madu mereka harus digagalkan. “Lho, kok berhenti, Mas?” Liana terkejut, saat motor matic tersebut tiba-tiba berhenti. “Mbak gak lihat itu lampu merahnya menyala?” tunjuk lelaki muda berkumis itu ke arah lampu lalu lintas yang melintang di atas. “Tembus saja, Mas! Lagian dari yang sebel
KITA BELI KESOMBONGAN MERTUAMU, NDUK! Part 11 Season 2 “Gak, Sayang. Aku gak kenal dia. Nama Abimanyu ‘kan banyak. Bukan berarti dia memanggil aku.” Sebenarnya dia menyesal karena lagi-lagi harus mendustai wanita yang sangat dicintainya itu. Namun, mereka di bandara ini karena akan melakukan perjalanan bulan madu. Abimanyu tidak mau merusakan momen kebahagiaan mereka. “Maaf, Mas, kenapa aku, ‘kok, merasa seperti ada yang aneh. Aku merasa kamu sedang berbohong. Semoga firasatku salah, ya.” Peluh mulai membasahi. Abimanyu sudah bertekad bulat akan membuka kehadiran Liana, di tengah pernikahan mereka yang masih baru kemarin sore. Tapi, tentu saja tidak sekarang. Karena mereka akan bersenang-senang, menikmati bulan madu mereka. Kalau soal Liana dibuka sekarang, pasti akan merusak momen kebahagiaan mereka, lalu berujung batal bulan madu. “Kamu ini berpikiran yang aneh-aneh, Sayang. Kita ini mau bulan madu, lho. Masa kamu merusak acara kita dengan kecurigaan seperti itu.” Kania menoleh
KITA BELI KESOMBONGAN MERTUAMU, NDUK!Part 12 Season 2Liana berkali-kali menatap maps di layar ponselnya. Sudah sepuluh menit berlalu, masih juga belum terlihat wujud ojek online yang sudah dipesannya. Hatinya sudah merasa tidak tenang. Karena kata Mbak Yuni tadi, Indra mencari keberadaanya. Sedangkan ia tidak pamit pada Indra. Karena kalau pamit, suaminya itu tidak mungkin mengizinkan.Kemudian selang beberapa waktu, sebuah motor berhenti di depannya. Nomor polisinya sama dengan yang di aplikasi.“Saya Liana. Saya yang pesan ojek,” ujar Liana cepat, tanpa basa-basi dan langsung naik ke boncengan motor. “Buruan, Mas, kebut!”Saat ini ia hanya ingin segera tiba di rumah, sebelum lelaki temperamental itu marah besar lagi. Selama menikah, Liana sudah kenyang dengan pukulan yang diberikan. Terkadang dengan tangan, bahkan tak jarang dengan barang apa saja yang kebetulan dipegangnya.Dulu, Indra tidak pernah seperti itu ketika mereka menjalani hubungan terlarang. Lelaki yang juga asisten p
KITA BELI KESOMBONGAN MERTUAMU, NDUK!Part 13"Lu ngeliatin sosmednya siapa sih?""Mantan bini gue, Bang. Kelihatannya dia udah bahagia dengan suami barunya."Lelaki bertato itu tertawa. "Gila, ternyata, lu belum move on dari mantan bini lu.""Bukan gak move on, sih, Bang. Cuma, gue nggak rela ngelihat dia bahagia dengan suami barunya. Sementara, gue harus meringkuk di sini," ujar Arman sinis."Terus rencana lu apa?" "Sekarang gue memang gak bisa apa-apa, Bang. Tapi, nanti setelah gue keluar dari sini, gue akan membalas dendam ke mantan bini gue itu. Sekalian ke suami barunya itu juga." Tangan Arman sampai mengepal keras, karena menahankan gejolak dendam yang teramat dalam pada Kania dan juga Abimanyu."Emangnya lu divonis berapa lama, Man?""Cuma setahun doang kok, Bang. Gue mau berlaku baik di sini, supaya gue dapat remisi." Lelaki bertato itu namanya Agus. Ia kembali tertawa mendengar ucapan Arman. Agus juga memiliki dendam yang sama dengan Arman. Sungguh semesta itu adil. Kebetu
Satu pekan berlalu. Abimanyu dan Kania masih larut dalam kebahagiaan bulan madu mereka. Setelah ke Bali, Abimanyu mengajak Kania untuk menghabiskan waktu berdua ke Lombok. Menikmati keindahan laut di sana.Sedangkan di sini, ada sang mantan yang gelisah menanti. Ponsel Abimanyu tidak aktif. Ratusan pesan spam yang dikirim Liana, tak satu pun yang terkirim. Hanya centang satu saja. Ke mana mereka? Masa menjalankan bulan madu saja, sampai begini lama. Dulu, Abimanyu tidak pernah memperlakukan dirinya sampai seistimewa ini.Dengan menumpang ojek online, Liana berniat mendatangi kantor Abimanyu. Mumpung Indra sedang ada pekerjaan di luar kota, ia bebas untuk mencari tahu keberadaan mantan suaminya. Hasratnya sangat besar untuk kembali lagi pada Abimanyu. Tidak ada yang boleh memiliki Abimanyu selain dirinya.Motor yang ditumpangi Liana berhenti tepat di depan sebuah gedung, yang merupakan kantor milik Abimanyu. Dulu, dia sangat sering datang untuk mengantarkan makan siang Abimanyu, yang k
KITA BELI KESOMBONGAN MERTUAMU, NDUK!Part 16 Season 2Kania beranjak dari ranjang yang dibalut seprei berwarna putih itu. Kondisinya sudah sangat acak-acakan. Bantal dan guling, tergolek ke lantai. Hanya selimut yang masih berada di atas, menutupi tubuhnya dan juga Abimanyu yang masih terlelap. Kelihatannya, lelaki itu lelah sekali. Ia menyempatkan tersenyum dulu, baru kemudian melangkah menuju kamar mandi. Kebahagiaan yang tiada henti, terus menghampirinya, semenjak menikah dengan Abimanyu. Semoga saja, kebahagiaan ini tidak akan pernah meninggalkan dirinya lagi, bahkan sampai selamanya.Kania menghabiskan waktu sekitar lima belas menit, membersihkan tubuh dan rambut panjangnya. Perut yang lapar, semakin membuat Kania untuk bergegas menyelesaikan mandinya. Dengan menggunakan daster berbahan kaus dengan panjang selutut, Kania duduk di tepi ranjang dan handuk masih membungkus kepala. Sebaiknya memesan makanan saja untuk dibawakan ke kamar. Tidak enak kalau harus sarapan di restoran
Part 17 Season 2 Abimanyu melirik ke arah Kania yang duduk di sebelahnya. Ia khawatir, istrinya itu mendengar ucapan ibunya yang cukup kuat. "Siapa, Mas?" tanya Kania heran, melihat ekspresi sang suami yang tiba-tiba berubah tegang. "Ibu." Abimanyu menjawab hanya dengan gerak bibir, tanpa suara. Kemudian ia bergegas menjauh, melangkah ke arah balkon. Kania membulatkan bibirnya seraya mengangguk. Terbesit tanya sebenarnya, kenapa sang ibu mertua tidak hadir di acara pernikahannya. Sementara, Abimanyu itu anak semata wayang, sama seperti dirinya. Ketika ditanya, Abimanyu hanya menjawab bahwa ibunya sedang sibuk dengan urusannya. Selebihnya, lelaki itu terus menghindar dan mengalihkan topik pembicaraan. Hingga akhirnya Kania sendiri jadi lupa. Lalu, apa yang membuat Abimanyu menjadi setegang itu, ketika mendapatkan telepon dari ibunya? Kania terus bertanya-tanya. "Ibu sudah bilang berapa kali, ibu gak setuju kalau kamu menikah dengan anak si Danu itu. Tapi, kenapa kamu gak dengerin
“Terima kasih atas semuanya, Nia,” ucap Arman setelah pemakaman selesai. Dia harus kembali ke tahanan, kembali menghabiskan hari-harinya di sana untuk sisa enam bulan ke depan.“Ya,” jawab Kania singkat tanpa sedikitpun menoleh.Arman hanya bisa menelan ludahnya yang terasa pahit. Sebenci itu Kania padanya. Bahkan melirik saja pun tidak.“Sampai jumpa lagi nanti, Nia. Semoga saja sang pemilik semesta masih memberiku kesempatan untuk hidup dan kita bertemu lagi.”Kania berdecak sinis. “Aku malah berdoa, agar Allah mencampakkanmu sejauh-jauhnya dari hidupku dan Indah. Sumpah, aku gak sudi melihatmu, apalagi bertemu.” Puas sekali Kania meluapkan perasaannya di depan laki-laki yang sudah menyakitinya selama lima tahun lebih pernikahan mereka.Arman hanya mend*sah pilu. Memang sudah merupakan kesalahannya, sehingga benar-benar benih kebencian tersemai di hati Kania.“Sudah, Arman. Kita harus balik ke rutan,” ujar salah seorang pria berseragam lengkap.Arman menurut dan melangkahkan kakinya
Entah berapa lama mereka di sana. Kania tak tahu. Dia memilih untuk tidak peduli dan tak mau tahu. Kalau bukan karena suaminya yang seakan sok berhati malaikat, dia pun tak sudi mengurusi jenazah Bu Rahma. Wanita itu sendiri yang sudah menyemai benih kebencian dan meninggalkan bekas luka yang mendalam. Tak hanya pada dirinya, tetapi juga pada Indah, cucunya sendiri.“Sudah selesai, Sayang.” Abimanyu menghampiri Kania yang memilih menunggu di luar bersama Indah dan Keisha, sambil memandangi kolam ikan kecil yang berada di samping dapur tempat para tahanan wanita.“Baguslah, Mas. Aku sudah bosan berada di sini.” Kania tidak bisa menyembunyikan rasa ketidaksukaannya.“Kania.” Abimanyu menarik tangan Kania pelan.Kania menghentikan langkahnya. Tapi, ia tetap tidak menoleh.“Mas tahu apa yang kamu rasakan saat ini. Mas juga tahu, memaafkan sesuatu yang pernah sangat menyakiti kita juga gak mudah. Mas gak akan memaksa kamu, kok.” Abimanyu sangat lembut dan hati-hati sekali dalam berbicara.
Demikian pula dengan Kania. Pesona sang suami semakin terpancar. Tak henti-hentinya batinnya mengucap syukur, telah diberikan suami seperti lelaki yang tengah memegang lingkar kemudi di sebelahnya. Sang pemilik semesta benar-benar memberikan ganti yang tepat, untuk menjadi imam dunia akhirat bagi Kania dan Indah. "Ya sudah kalau begitu. Bapak titip anak bapak dan calon cucu bapak ke kamu, ya, Nak Abi.""Njih, Pak. Insya Allah, Kania dan Indah akan aku jaga dengan sangat baik." "Bapak percaya kamu, njih. Bapak tutup dulu teleponnya, ya. Bapak mau nyusul ibumu ke sawah. Assalamu'alaikum, salam untuk Kania, ya.""Wa'alaikumussalam. Njih, Pak."Setelah obrolan melalui sambungan whatsapp berakhir, Abimanyu meletakkan kembali ponselnya ke tempat semula. Dilayangkannya pandangan ke wanita berdagu terbelah yang menatapnya lekat. "Kenapa ngeliatin mas seperti itu?" tanya Abimanyu, lantas sesekali kembali memfokuskan pandangan ke jalan. "Tidak apa-apa, Mas. Aku semakin merasa beruntung puny
Season 2 Part 30 Kania mengangkat bahu. "Entahlah, aku juga tidak tahu pasti, Mas. Karena Mas Arman belum menjelaskan tentang itu. Mas Arman cuma meminta bantuan kita. Kakak dan adiknya sudah tidak bisa dihubungi sama sekali lagi. Jadi, Mas Arman butuh bantuan kita untuk mengurus jenazah ibunya."Arman terdiam. Lelaki itu tampak tengah berpikir. "Bagaimana, Mas? Apakah kamu mau membantu Arman?" tanya Kania lagi dengan sangat berhati-hati. Ia takut, suaminya tersinggung. "Ya, sudah. Kita bantu dia. Mengurus jenazah itu termasuk fardu kifayah. Apalagi, tidak ada yang mau menguruskan jenazah itu. Termasuk tanggung jawab kita sebagai sesama muslim. Apalagi almarhum itu neneknya Indah."Kania mengembuskan napas lega, sekaligus ia kagum pada sosok pria yang sudah menjadi suaminya tersebut. Terbuat dari apa hati laki-laki di hadapannya ini. Rasanya sangat jarang sekali, ada laki-laki yang mau membantu menguruskan jenazah dari mantan mertua istrinya. Kania masih menatap terkagum-kagum ke
Season 2 Part 48"Minggir, minggir!" ucap salah satu sipir wanita yang berusaha membubarkan kerumunan, agar mayat yang digotong bisa lewat. "ASTAGAAA ... MBAAAAK!"Bruuukkk. Ningsih pingsan, begitu melihat mayat yang digotong melewatinya. Kondisinya sangat memprihatinkan. Sebelum pingsan, Ningsih masih sempat melihat keadaan mayat yang katanya mati bunuh diri itu. Lidahnya terjulur, matanya melotot ngeri. "Bawa dia ke ruang kesehatan," titah salah satu sipir wanita. Segera tiga orang napi wanita mengangkat tubuh ramping Ningsih dan membawanya ke ruang kesehatan yang terletak di pojok. "Nyusahin aja nih perempuan!" Salah satu napi wanita mengumpat kesal. Sebatang kecil rokok filter terselip di antara bibir berwarna kehitaman tersebut. "Emang! Nih perempuan sama aja dengan yang mati bunuh diri itu. Suka nyusahin!" celetuk yang lainnya. "Lapas ini makin serem, dong. Udah berapa banyak napi yang mati bunuh diri di sini. Hiii ...." Napi lain yang sebagian tubuhnya dipenuhi dengan ukir
"Mama gak mau nolong aku. Semua jahat sama aku," lanjutnya lagi. "Kei ...," panggil Kania pelan. "Siapa yang jahat, Sayang?"Keisha sedikit terkejut, sambil menoleh. "Mama, Tante. Om juga. Mama dan Om yang jahat sama aku. ""Kalau tante boleh tahu, jahat gimana, sih, mereka?" Kania mencoba kembali mengajak Keisha mengobrol. "Aku sering dipukul, Tante. Tiap hari malah. Terus, Om juga sering nyuruh aku buka celana dan baju kalau mama gak ada.""Astaghfirullah. Biar apa dia nyuruh Keisha buka baju, Nak?"Keisha mengangkat bahu. "Aku gak tau. Kata om, aku sakit dan harus diperiksa dada dan sininya aku." Gadis berambut panjang lewat bahu itu menunjuk ke arah kem*luannya.Refleks, Kania menutup mulutnya. Dia menepis bayangan kemungkinan yang melintas. Cepat-cepat ditepisnya bayangan itu dengan menggeleng kuat. "Om suka memasukkan jarinya ke sini. Sakit, Tante. Aku pengen teriak, tapi langsung dibentak. Katanya, kalau aku berani teriak apalagi ngadu ke mama, aku dan mama akan dibunuh paka
Season 2 PART : 47Kania yang menyadari kegelisahan sang suami, menggenggam erat tangan yang sudah basah dan terasa dingin seperti es. Wanita itu paham, bagaimana perasaan Abimanyu saat ini. "Hasil visum atas nama korban Keisha Anastasia ada di tangan saya," ujar polisi yang bertugas sebagai penyidik. Terasa bergetar hebat tangan kokoh itu di genggaman Kania. Ayah mana, yang tak merasakan hal yang sama, jika menghadapi situasi seperti ini. Putri kesayangan, satu-satunya pula, diduga mendapatkan kekerasan secara s3k5u4l oleh ayah tirinya. Polisi bertubuh gemuk itu, merobek ujung amplop. Kania dan Abimanyu semakin tegang. Dalam hati, Abimanyu tak henti berkomat-kamit berdoa. Berharap ada keajaiban yang Tuhan berikan atas putri kecilnya tersebut. "Di sini .... " Polisi paruh baya itu menggantung ucapannya. Perasaan Kania dan Abimanyu semakin tak karuan. "Gi-gimana, Pak?" Abimanyu sedikit mendesak. Wajahnya tak menunjukkan reaksi apapun, padahal, yakin, dia sudah membaca hingga akh
Kania menggeleng sambil tersenyum. "Aku menangis terharu, Mas. Aku baik-baik saja, kok.""Terharu kenapa?""Aku terharu memiliki suami seperti kamu, Mas. Hal yang paling patut aku syukuri. Dari sekian tahun aku merasakan pahitnya pernikahan, sampai akhirnya aku bertemu dengan kamu," ujar Kania seraya mengusap matanya yang mengembun. "Jangan berubah, ya, Mas. Selamanya seperti ini."Abimanyu membawa Kania ke dalam pelukannya. Bukan hanya Kania, dirinya pun merasakan pahitnya pernikahan dengan Liana yang berselingkuh dan ia sendiri memergoki dengan kedua belah matanya. Belum lagi putrinya yang selalu mendapatkan kekerasan dari ibu kandungnya sendiri. Belum lagi Keisha yang dic4bul1 ayah tirinya. Itu yang paling membuat dunia Abimanyu sangat hancur. Anak sekecil itu harus mendapatkan hal yang tidak sepantasnya ia dapatkan. "Insya Allah, kita sama-sama membangun rumah tangga kita, ya, Sayang. Senyum kamu dan janin di kandungan kamu ini merupakan obat mujarab buatku."Tok tok tok. Obrola
Season 2 Part 45"Gak, Bang. Jangan tinggalkan aku. Aku sudah gak punya siapa-siapa. Arman di penjara. Ima dan Ella juga aku gak tahu di mana keberadaan mereka. Aku sendirian, Bang."Wahyu hanya mengangkat bahu. "Entahlah, Rahma. Itu bukan urusanku. Nikmati saja hasil yang sudah kamu tabur selama ini. Itu pula yang akhirnya kamu tuai.""Mas .... " Rahma mencekal pergelangan Wahyu. Matanya menatap nanar, ketika lelaki itu menoleh. Besar harapannya lelaki itu trenyuh dan mengurungkan niatnya untuk bercerai. Bukankah Wahyu selalu seperti itu sejak dulu? Ia paling tidak bisa membantah perintah Rahma. Tak jarang Wahyu langsung menuruti pinta Rahma, jika wanita paruh baya itu merajuk. Wahyu melepaskan tangannya dengan menghempaskan tangan sang istri. Cukup kasar perlakuan Wahyu. Sungguh di luar dugaan Rahma. "Mas ... Apa maksudnya?""Pakai nanya lagi kamu. Perasaan ini sudah habis. Sudah gak ada lagi untukmu, Rahma. Jadi, jangan mimpi aku akan membatalkan perceraian kita. Aku sudah capek,