Dimitri tengah berjalan ke arah lift."Hei, tunggu!!" Seru Gabby sambil mengulurkan tangannya mencegah pintu lift itu tertutup.Dimitri mengerlingkan matanya dan terpaksa membiarkan Gabby masuk. Bagaimana mau melarang nya, toh ini kan hotel milik emak bapak nya si Gabby, pikir Dimitri. Jadi percuma saja."Kau mau kemana? Apa kau akan kembali ke ballroom?" tanya Gabby basa basi pada Dimitri.Dimitri tidak menjawab pertanyaan Gabby yang menurut nya tidak penting.Gabby yang tadi nya berniat ingin mengantar Dimitri ke kamar Dimitri. Tapi karena Dimitri mengabaikannya, Gabby berpikir untuk kembali ke kamarnya saja.Saat Gabby akan menekan tombol lantai kamarnya, Dimitri sudah mendahului menekan nomor lantai yang akan Dimitri tuju yang kebetulan adalah lantai yang sama yang akan Gabby tuju.Gabby menarik tangan nya, tidak jadi menekan tombol itu. Dia hanya melirik ke arah tombol yang telah Dimitri tekan. Dalam pikiran nya, Gabby yakin kalau Dimitri pasti menuju Lounge hotel itu berdasarkan
Xavier, Jai dan Max hanya bisa saling tatap dan memperhatikan dari jauh. Melihat sejauh mana Bara akan bertindak.Semalam Elena kehilangan jari kelingking nya karena berani menyerang Gabby dari belakang, apakah Bara akan memotong jari Johan seperti yang Bara lakukan pada Dimitri karena Johan sudah menyerang Kara? "Aku sungguh minta maaf tuan Bara!! aku berjanji, aku berjanji tidak akan menganggu Kara lagi! bahkan kalau perlu aku akan pergi jauh jauh sekali." ujar Johan dengan suara gemetaran."Hei hei hei ... tenang lah! Kalau kau tidak tenang begitu, jari-jari yang telah aku beri celah tadi jadi merapat kembali!" ujar Bara dengan sorot mata psikopat nya. "Kau tidak ingin aku memotong semua jari itu agar tidak bergerak sama sekali kan?" ancam Bara dengan suara pelan tapi penuh dengan aura membunuh nya. Johan menelan saliva nya dan langsung mengembangkan telapak tangan kirinya."Nah, anak pintar!" Seru Bara sambil tersenyum.Kini Bara bermain dengan tangan kanan Johan. Bara menjarakk
"Kau benar-benar tidak ada rasa kasihan kak!" seru Xavier dengan wajah anteng nya."Kemarin kau memotong kelingking seorang wanita, karena menyerang Gabby." Lanjut Xavier, "Sekarang kau memotong kelingking Johan kiri dan kanan." Xavier melirik ke arah Bara menunggu jawaban dari Bara. "Wanita itu beranu menyakiti adik ku, jadi pantas dia kehilangan satu kelingking nya. Sedangkan Johan dia hampir saja membahayakan nyawa istri dan anak ku, hanya memotong dua kelingking nya itu sudah merupakan hukuman teringan yang aku berikan pada nya mengingat jasa-jasa pada perusahaan kita. Tapi kau harus ingat Xavier, tidak ada yang boleh bermain-main dengan nyawa istri dan anakku." Kecam Bara sambil terus berjalan di samping Xavier."Anak? Maksud mu kak Kara sedang hamil?" Teriak Xavier sangat bahagia sambil menahan Bara agar tidak berjalan lagi."Ya.. Kara sedang hamil anak ku saat ini, Xavier!!" Ucap Bara dengan mata berbinar-binar."Selamat kak! Ya Tuhan! Aku akan jadi uncle dalam waktu sembilan
Gabby membuka matanya dan alangkah terkejutnya Gabby saat melihat tubuh nya dan tubuh Dimitri yang tidak di tutupi apapun di bagian atas. Gabby berdiri hendak mengambil air minum sebab tenggorokan nya merasa haus dan mata Gabby terbelalak saking terkejutnya saat melihat di dada dan lehernya penuh totol totol merah.Gabby mengernyitkan dahi nya melihat totol totolan tak berpola di tubuh nya. "Apa ini semua ulah nya!!" gumam Gabby sambil memijat mijat pelipis nya.Gabby kembali teringat peristiwa semalam.#FLASH BACK ON"Apa kali ini kau akan mengatakan kalau kamar mu juga berada di lantai ini?" Sela Dimitri cepat lalu mengerlingkan matanya, Dimitri tidak akan bisa percaya kalau hal seperti itu dapat terjadi dua kali. Apa tuhan sangat suka mengerjainya? pikir Dimitri dalam."Heemm.. tapi kamar ku memang ada di lantai ini!! "jawab Gabby dengan wajah polos nya sambil menunjuk ke arah sebelah kiri."Bagus!! jadi pasti nya kau tidak akan ke sana kan?" Tanya Dimitri memastikan."Tentu saja
Di pagi hari yang cerah ini, Kara tampak tengah mengupas apel, sedangkan Bara yang baru saja sampai di meja makan itu langsung mengambil sepotong apel yNg sudah dipotong Kara tadi lalu memakannya.Namun anehnya Bara justru memuntahkan kembali apel dengan wajah jijiknya, seolah itu adalah makanan paling menjijikkan yang pernah ia makan."Sayang, kau itu kenapa?" tanya Kara panik sambil memberikan tisu pada suaminya."Sayang apakah apel ini kau taburi garam? Kenapa rasa nya asin sekali?" Ucap Bara sambil mengelap bibir kemudian mengelap lidahnya."Garam? Memang nya ada orang makan apel pakai garam? Kau ini ada-ada saja." Kara pun mengambil sepotong apel yang sama yang di makan Bara tadi. "Heeem... ini manis kok! Tidak terasa asin sama sekali." Tukas Kara sambil mengambil satu potong lagi dan memberikan nya pada Bara."No! "Bara langsung menolak apel tersebut.Kara pun akhirnya memakan apel yang di tolak Bara tadi."Ya sudah kalau gitu aku minta di buat kan jus mangga aja gimana?" tawar
Bara menarik pinggang Kara dan memeluk Kara sesaat untuk merasakan ketenangan dalam pelukan itu."Yakin tetap mau ngantor?" tanya Kara sekali lagi sambil mengelus kepala suaminya."Heem...kalau gitu sarapan itu di makan dulu ya?" tunjuk Kara pada roti bakar dan segelas susu yang dibawakan oleh pelayan ke kamar."Apakah roti dan susu itu sudah di tambahkan garam?" Tanya Bara. Sejak sadar lidah nya eror, Bara selalu mengecek makanannya sebelum dia makan.Karena keanehan lidahnya Bara minta di taburi garam dulu untuk makanan yang biasanya di taburi gula or yang biasanya terasa manis. Sedang kan untuk makanan yang biasanya gurih Bara minta di taburi gula."Bara.. itu roti bakar dan susu normal. No garam. Ibu sudah mengatakan kalau kau tidak boleh terlalu banyak mengonsumsi garam Bara. Tidak baik untuk kesehatan mu."Tegah Kara."Sayang kau tahu sendiri kan keadaan ku saat ini. Jujur saja sebenarnya aku sangat lapar." Rengek Bara."Heemm ... Kalau begitu bagaimana kalau aku saja yang suap
Kejadian itu cukup viral dan masuk ke beberapa media, jadi wajah kalau Johan perlu waktu lama untuk self healing nya. Saat Kara dan Moon tekun dengan kerjaannya, Angela terus mengobrol bersama Britany. Sesekali mereka melihat ke arah Kara dari ujung mata mereka.Kara bukannya tidak menyadari hal itu, hanya saja Kara malas untuk ambil pusing. Prinsip Kara masih sama, Anjing menggonggong, Kara tetap berlalu.Jadi apapun yang mereka sedang bicarakan dan yang akan mereka bicarakan, Kara sih tetap akan tidak peduli sama sekali.Volume suara Angela dan Britany pun mulai bertambah."Benarkah seperti itu El?"Angela memanggil nama kecil Britany yang biasa nya hanya Bara yang memanggil Britany dengan panggilan itu. "Angela, please.. Jangan panggil aku dengan nama itu lagi. Aku sudah tidak ingin di panggil dengan nama itu. Kau membuat ku jadi teringat EMPAT TAHUN KU BERSAMA Bara. MEMBUAT KU TERINGAT BAGAIMANA KAMI MERAJUT CINTA SEWAKTU KAMI KULIAH DULU." Ucap Britany yang terdengar sangat nyar
Bara sangat mengenal istrinya itu. Kadang Kara bisa begitu lembut, tapi kadang dia pun bisa jadi sangat bar bar. "Tolong sate dan minuman ini di antar ke ruang pak Bara ya." pinta Kara pada staff kantin usai meletakkan kertas bertuliskan sesuatu di atasnya penutup sate."Dan minuman ini untuk dua wanita yang ada di dalam ruangan itu." tunjuk Kara pada dua gelas jus jeruk."Baik buk." jawab Staff kantin yang sudah mengenali Kara sebagai istri pemilik perusahaan.Sejak kejadian di hotel yang disaksikan oleh semua tamu dan staff hotel serta video-video kejadian yang tersebar luas di media, tidak ada yang tidak mengenali Kara sebagai istri dari Elbara."Sekarang aku tinggal menunggu telpon dari nya." Ujar Kara sambil berjalan ke arah ruangan Bara.Kara yakin, begitu sate ayam itu tiba maka Bara pasti akan menelpon nya.Keadaan di ruangan Bara saat ini sudah sangat di luar kendali Bara. Britany yang tadinya masih bersikap elegan kini malah mulai hilang kendali nya. Britany mulai membalas