Tepat saat Adi sampai kerumahnya, dia beranjak ke kamarnya. Sekedar melepas penat yang dari tadi mengganggunya. Dia tak habis pikir dengan apa yang sedang dialaminya. Huffffttt!! Intinya perasaan yang dirasakan Adi bukan lagi kecewa tetapi marah. Dia ingin sekali menenggak minuman keras sampai tak sadarkan diri. Haatttccchhiinngg...
Tokk...tokkk...tookkkk!!
Ketukan pintu membuyarkan lamunan Adi seketika. Dia bergegas membukakan pintu.
" Selamat..ulang....tahun!! Selamat ulang tahun?!" Suara kompak dari beberapa orang didepan pintu lalu memaksa melangkah masuk. Vita tepat memimpin didepan membawa kue ulang tahun lengkap dengan lilin yang menyala. Desta juga terlihat meskipun ia tak berada di bagian depan. Mungkin dia merasa bersalah karena telah berkompromi dengan Vita saat itu.
"Ohh!!aahh! Ap..apa ini??" Seketika kerutan kening yang dari tadi nampak jelas berangsur-angsur menjadi senyum yang merekah.
Vita yang saat itu memegang kue ulang tah
'Sepertinya aku mengenalnya?!' gumam gadis pelayan hotel itu.'Ohh! Aku ingat! Bukankah dia pacarnya Adi? Tapi siapa pria itu?' Gadis pelayan hotel akhirnya mengingatnya.Fanya, gadis yang bekerja di sebuah hotel di daerah Anjungan. Tempat yang terkenal dengan keindahan alamnya karena berada di sekitar area pegunungan. Dia merupakan teman Adi sewaktu kecil. Fanya pernah bertemu sekali dengan gadis itu di sebuah Cafe. Waktu itu dia memang berencana berkunjung ke rumah orang tuanya di daerah kota, karena sudah lama sekali tidak bertemu dengan sahabat masa kecilnya, dia menghubungi Adi. Dan pada saat yang sama, Adi sedang berada di Cafe itu bersama pacarnya, tidak lain adalah Vita.Nah! Jelas sekali kalau itu memang beneran Vita. " Aku harus menghubungi Adi untuk memastikan?!" Fanya berbicara pada dirinya sendiri lalu menghubungi Adi saat itu juga.Sementara di kediaman Adi, kawan-kawan Adi sudah hampir semua tak sadarkan diri karena pengaruh minuman keras. Dan
"Apa jangan-jangan ini dari Desta!!!" Mereka berdua sama terkejutnya." Ahhhh!! Siall! Coba buka apa isinya?" Johan sangat geram jika memang fakta itu benar. Untuk lebih memastikan lagi dia ingin tahu apa isi dibalik kertas itu." Baik!!" Adi sama geramnya lalu segera membuka kertas itu.Sedikit informasi, Bagaimana mungkin mereka berdua tidak geram? Pada masa itu, ponsel masih belum secanggih ponsel seperti sekarang ini. Dengan gampangnya mengungkapkan perasaan hanya melalui video call atau sticker-sticker cinta dari ponsel canggih saat ini. Zaman dulu, ekspresi dari perasaan yang sesungguhnya hanya bisa dilukiskan melalui tulisan.Semakin indah kata di setiap bait kalimat, semakin yakinlah para gadis akan kesungguhan perasaan yang tercurah.Hummmpphh!! Meski tak sedikit juga para pria yang memanfaatkan syair-syair indah buatan hanya untuk memikat para gadis. Lalu, setelah didapat apa yang mereka cari, seketika dihempaskan begitu juga. Hufft!! Tapi jan
" Apa??" Mulut mereka berdua menganga lebar mendengar kata dari Fanya." Iya, Adi. Itu benar. Disini tertulis pesanan 1 kamar atas nama 'Desta'. Apa diantara kalian mengenalnya??" Ujar Fanya menjelaskan.Mereka sontak kaget mendengarnya, bergegas Johan dengan marahnya mengambil motor yang terparkir di samping rumah." Adi, ayo kita pastikan kebenarannya. Ikut aku, dan kita habisi bocah itu!!" Tatapan dingin Johan ketika hendak menyalakan motornya, dengan arahan tangannya yang meminta Adi untuk segera ikut naik." Okay, Fanya. Aku dan Johan akan kesana. Segera beritahu aku jika ada informasi terbaru tentang mereka." Menutup sambungan teleponnya dan berlalu pergi menuju hotel tempat Fanya bekerja.Selang beberapa jam, mereka telah sampai di gerbang pintu masuk hotel. Dari aba-aba Adi yang tak ingin membuat keributan di dalam hotel, Adi memutuskan mengajak Johan untuk menunggu di halaman sebuah minimarket di depan hotel.Dari pesan yang dikirim oleh
Sangat jelas terlihat di mata mereka berdua bahwa itu adalah Desta dan Vita. Apalagi mendapati pakaian yang mereka kenakan. Kemarin malam mereka berdua memakai setelan itu." Ayo, kejar!!" Johan menggapai motornya dan meraih lengan Adi yang seketika terbengong." Jangan diam saja! Ayo!? Jangan biarkan mereka semakin jauh." Pekikan Johan menyadarkan Adi yang masih menatap mereka berdua berlalu dengan cepat.". I..Iya, Ayo." Jawaban putus asa seorang Adi sembari menaiki motor Johan.Disitu Johan merasa akan benar-benar memukul Desta nanti. Dia sudah membuat sahabat karibnya sampai seperti ini. Ratapan kecewa tergambar jelas pada diri Adi saat itu.Johan dengan gesit melajukan motornya dengan cepat untuk mengejar mereka. Akan terasa buang-buang waktu jika mereka masih berdiam diri di tempat itu.Di sisi lain, Desta dan Vita begitu semangat menyambut pagi di hari itu. Meskipun mungkin mereka lelah karena sudah menghabiskan malam yang indah bersa
Sebelumnya, Adi dan Johan sebenarnya sudah sempat menyusul mereka. Namun faktanya justru Adi yang meminta Johan untuk tidak gegabah dan menyuruh Johan untuk membuntuti mereka dibelakang.Nyatanya, tak seorang pun diantara Desta dan Vita yang menyadari bahwa mereka akan tertangkap basah di tempat itu. Hanya berekspresi penuh kecemasan menunggu Adi mendekat menghampiri mereka.Ahhk! Setelah mengetahui asal suara, Desta menelan ludah sekali lagi karena bukan hanya Adi yang menangkap basah dirinya saat ini. Di belakang Adi yang tengah berjalan menghampirinya, Johan berdiri dengan tatapan tajam kearahnya. Menyilangkan tangan di dadanya, meskipun jarak mereka berdua agak jauh. Namun tatapannya begitu dingin seperti aura ingin membunuh seseorang.'ahhh! Johan?? Aku pasti akan mati.' gumam Desta dalam hatinya. Perasaan takut mulai menjalar di sekujur tubuhnya. Johan memang dikenal sebagai orang yang tak pernah takut akan hal apapun. Desta juga ingat, Johan pernah hampir me
Johan bukan sedang mengatai Adi dengan kata-kata 'bodoh'. Namun secara logika, apakah ada seorang pria yang dengan sangat jelas menyaksikan gadisnya keluar dari hotel bersama pria lain, namun masih bisa bersikap seolah tidak terjadi apa-apa??Bahkan jika tanpa disuruhpun, Johan akan menampar si gadis dan mematahkan kaki si pria jika hal itu terjadi pada hidupnya.Namun pria 'bodoh' ini sepertinya memiliki alasan yang kuat tidak melakukan hal yang ada di pikiran Johan?! Hummmmpp." Aku harus tau alasan dibalik sikapmu ini, teman?!" Johan bertanya sengaja membuang mukanya pada Adi.Setelah mereka meninggalkan mereka berdua di tepi jurang itu, Johan menghentikan laju motornya dan memarkirkan kendaraannya. Mereka berada di sebuah warung kecil pinggir jalan. Johan ingin segera mengetahui alasannya." Apa kau pikir aku tidak geram, bro??" Mengernyitkan mukanya menatap Johan, Adi mengambil rokok di sakunya kemudian menyalakannya." Bahkan sekarang ini Ak
Saat itu jantung Adi berdegup kencang, ada sedikit rasa cemas menghinggapinya. Waktu itu rumah Adi sedang tidak ada orang sama sekali. Mau tidak mau dia yang harus membukakan pintu.Saat akan di bukanya, jantungnya semakin berdetak kencang. Kecemasan itu nyata dan itu sedang ada di hadapannya.Vita datang kerumah Adi, dia sendirian tanpa Desta. Yang terlihat hanya sembab di matanya, dan bekas tamparan di pipinya. Meski saat itu dia menunduk malu, tapi sangat jelas apa yang sekilas Adi lihat." Mau apa kamu kesini?" Tanya Adi acuh." Boleh aku masuk mas? Akan aku jelaskan di dalam, banyak orang lalu lalang kalau disini." Berusaha melangkah masuk menerobos Adi yang masih berdiri memegang daun pintu." Eh?? Masih punya malu, toh?!" Gerutu Adi jelas begitu kasar, tapi dia tak peduli. Dia sudah tak mau bersikap manis pada gadis itu." Maafin aku mas?!" Menggandeng lengan Adi dan memaksanya untuk duduk." Maaf?? Aku sudah memaafkanmu. Bahkan tak p
" Tunggu!?" Panggil Kang Ujang kepada Johan yang sudah menaiki motornya, setelah mendengar kalau Johan akan menjemput Adi." Iya. . Ada apa Kang?" Johan segera melepaskan helm yang dipakainya dan bermaksud mendengarkan Kang Ujang bicara.Kang Ujang sebagai Ketua kelompok juga bukan orang yang lugu dan bodoh. Yang akan dengan mudah percaya perkataan Johan begitu saja. Dia juga tahu tentang peristiwa itu, meskipun bukan dari mulut Adi ataupun Johan." Sadarkan Adi, untuk rela melepaskan gadis itu. Aku tahu semua tentang kejadian itu, jadi tolong jelaskan perihal ini padanya. Desta dan kelompoknya bukan orang sembarangan. Mereka akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Kau tahu? Siapa yang membekingi mereka? Jadi aku harap Adi bisa mengerti situasinya." Kang Ujang berbicara sambil menepuk bahu Johan setelah itu mempersilahkan Johan untuk menemui Adi.Sebelum Johan meninggalkan kelompok itu, Kang Ujang memberi pesan lagi, " Dann,,
Vita juga tak tahu harus bagaimana setelah mendapati dirinya tak kunjung datang bulan, yang dia lakukan hingga saat ini hanya menunggu untuk datangnya rutinan bulanannya itu keluar. Dia bahkan tak berani membeli testpack untuk mengetahui kebenarannya." Ini masih belum pasti, Lin. Dan akupun tak berani bilang pada Mas Adi. " Vita mengatakan itu sambil memegangi perutnya." Ahhh, sudahlah kalau begitu. Terserah kamu saja. Yang pasti aku tak mau terlibat apapun mengenai itu. Dan....." Belum sempat Linda melanjutkan kata-katanya, Dia terperanjat kaget ketika tahu bahwa ada seseorang dibelakang Vita.Saat Linda ingin mengetahui siapa orang itu, suara seorang pria terdengar dengan jelas. " Ohhh, jadi kejutan ini berlanjut??!"Suara itu tidak lain dan tidak bukan adalah Adi. Dia memegang kotak cincin perak ditangannya bermaksud untuk memberikannya pada Vita. Namun saat ia kembali, dia mendapati Vita dan Linda sedang berbincang serius. Dan sekarang dia tahu apa
Setidaknya penjelasan yang benar-benar akurat adalah hal yang diinginkan Adi saat ini. Karena bagaimanapun, Desta adalah orang yang membunuh Johan dan Fanya. Ditambah lagi dengan nasib Kang Ujang yang saat ini masih dalam penjara. Ohhhh!! Sungguh, di negeri ini sudah hilang yang namanya keadilan. " Aku tanya sekali lagi, apakah kau benar-benar ingin berubah??" Adi menatap tajam ke arah Desta yang sejak tadi ingin berjabat tangan dengan Adi namun tak direspon sama sekali. " I..iya. Aku minta maaf. Sungguh minta maaf. Jika memang kata maafku tak bisa membuatmu memaafkanku, kau bisa melakukan apapun sesukamu padaku. Aku tak akan membalas. Bahkan jika kau menginginkan aku lenyap dari pandanganmu, aku bisa melakukannya sekarang di hadapanmu." Desta berbicara lalu mencari sesuatu di sekitar. Di menemukan bekas pecahan botol di bawah tempat mereka duduk, lalu seketika mengambilnya. Dengan perasaan bersalahnya, dia lalu menggoreskan di urat nadi lengannya. Tak
Sangat jelas sekali bahwa di dalam foto itu adalah Desta dan Vita yang bergandengan tangan." Terima kasih, Linda. Kau melakukan hal yang tepat. Akan aku beri kejutan untuknya atas kedatanganku kali ini. " Adi sedikit menyunggingkan senyum berkata pada Linda yang hanya terbengong melihat ekspresi Adi.Reaksi Adi sungguh berbeda kali ini. Meskipun terlihat gusar, namun ketenangannya dalam menangani masalahnya bersama Vita sedikit berbeda dari pada sebelumnya. Mungkin terlalu seringnya gadis itu berperilaku seperti ini kepada Adi. Jadi, Adi hanya mengekspresikannya dengan senyum pahit.Keinginannya memberikan sebuah kejutan, justru lebih dikejutkan lagi dengan apa yang dilihatnya dalam foto itu. Apalagi Vita bersama dengan seseorang yang seharusnya mendekam dalam penjara. Apa-apaan ini??Adi berusaha menelepon Vita, namun lagi-lagi ponselnya tidak aktif. Sesuatu yang sama berulang kali ketika dia akan memergoki gadis itu dengan pria lain.Karen
Terlihat banyak kerutan di dahi Adi saat mendengar pernyataan dari Tika. Itu karena keterkejutannya mendengar hal yang begitu tampak serius di mata Tika. " Ap...apa??" " Iya, aku akan berusaha sepenuhnya menjadi istri yang baik untukmu. Dan akan selalu menutupi segala kekuranganmu. Percayalah padaku! " Tika berkata dengan sesekali membelai lembut pipi Adi. Adi membalas dengan senyum lalu berkata, " Baiklah, tapi aku belum bisa memastikannya. Akan aku pertimbangkan, aku juga masih memiliki Vita, kau tahu?? Dia cinta pertama di hidupku. Meski tak bisa dipungkiri bahwa kau memang lebih darinya. " Meski Adi berkata demikian, dalam hatinya sebenarnya ragu. Dia sengaja berbohong untuk memastikan bahwa dia tak melukai hati Tika yang penuh harap. Setelah beberapa waktu, Tika pamit pulang. Dan sesaat setelah Adi kembali ke kamar, panggilan telepon dari Vita sudah puluhan kali terlewat. Adi kemudian beralasan bahwa ponselnya dicas dan dia tertidur
Tokk..tokk..tookkk.. Setelah terdengar suara motor yang berhenti di depan rumahnya, suara ketukan pintu menggerakkan Adi membuka jalan untuk gadis itu memasuki rumahnya. " Silahkan, masuk nyonya!" Canda Adi dengan badan sedikit membungkuk dan gestur seperti seorang bodyguard. " Dasar, pria polos!" Tika hanya tersenyum manja menatap Adi dan melangkah masuk. Hari itu ada sedikit perbedaan dari tampilan Tika. Biasanya rok mini selalu jadi andalannya saat bepergian kemana-mana. Tapi sekarang dia memakai rok panjang dengan corak dan pernak pernik khas cewek pada masa itu. Baju yang di kenakan juga lebih sopan dari saat terakhir kali bertemu. Sekitar 2 bulan yang lalu, Adi mengantarkan Tika ke Terminal. Karena dia akan menyelesaikan urusannya untuk resign dari pekerjaannya. Entah apa yang mendasari keputusannya untuk tidak lagi bekerja di sana. Yang pasti, Tika ingin mencari pekerjaan di sini dan memulai hal baru lagi mulai sekarang. " Udah
Mereka berdua sudah memesan makanan dan minuman pada saat Adi melihatnya dari kejauhan. Di dalam hatinya berkecamuk banyak hal. Perasaan yang tak mudah dideskripsikan dengan tulisan.Saat mereka berdua akan menempati salah satu meja yang memang di sekat sedemikian rupa, Adi memotretnya dan mengirim foto itu kepada Vita. Pada saat itu, ponsel berkamera sudah beriringan memasuki gerai handpone. Dan ponsel baru dengan fitur kamera lebih jernih di launching tiap minggunya. Itulah kenapa Adi bergegas melakukan itu, agar buktinya semakin jelas. Sungguh tekhnologi yang bermanfaat. Hahahahaha.Sangat disayangkan, ponsel Vita dimatikan. Dia lalu menuju kasir dan mencoba memesan beberapa minuman. Pesanan itupun merupakan kesukaan Vita." Mbak, bisa minta tolong?" Adi menyapa gadis pelayan di kasir itu." Iya, mas. Silahkan. Ada perlu apa?" Senyum ramah pelayan itu sangat profesional." Pesan satu Alpukat susu dan kentang goreng satu. Lalu tolong kirimk
Rumah Desta seketika ramai mendengar suara pintu yang di dobrak paksa oleh petugas. Desta yang saat itu tengah di kamar, dengan wajah takutnya menuruti apa yang diperintahkan oleh petugas." Ampuunn, pak! Ampuuunnnn!!" Desta merengek dan menangis ketika itu. Dia juga sebenarnya tak berniat membunuh. Namun semua sudah terlambat. Alasan apapun tak kan bisa mengubah fakta bahwa Desta telah menghilangkan nyawa Johan dan Fanya.Ratno, yang mendengar berita itu juga tak bisa berbuat apa-apa. Dia menatap sayu Desta yang digiring petugas menuju mobil Polisi. Adiknya benar-benar sudah kelewat batas wajar.Hal yang sama juga terjadi di rumah Barjo. Meskipun Dia hanya menemani Desta waktu itu, namun Dia tak menduga bahwa hal itu dapat menyebabkan dua orang kehilangan nyawa karena ulah mereka.*Setahun kemudian. Di suatu Aula, sebuah acara digelar untuk Wisuda SMA tempat Vita menimba ilmu. Vita telah menyelesaikan studinya selama 3 tahun penuh. Dia termasuk
Tepat setelah mereka berpisah, Johan bermaksud mengantarkan Fanya kembali ke tempatnya bekerja di daerah Anjungan. Adi dan Vita juga memutuskan untuk pulang.Sesaat sebelumnya, saat mereka berempat asyik mengobrol, tanpa mereka sadari ada dua orang yang dengan sengaja mendekat pada motor Johan. Entah apa yang mereka lakukan, yang pasti terlihat mencurigakan.Singkat cerita, pada saat Johan mengantarkan Fanya ke arah Anjungan, ada suatu hal berbeda yang dirasakan Johan pada motornya. Namun karena mepetnya waktu dan saat yang sama Fanya harus segera bekerja, Johan tak menghiraukan hal itu.Daerah Anjungan terkenal dengan kelokan dan turunan yang curam, kondisi motor harus benar-benar fit jika melewati daerah itu. Dan hal itu yang memungkinkah dua orang tadi sengaja mengotak-atik motor Johan.Petaka terjadi tepat pada jalan turunan yang berkelok, motor Johan tak bisa di kendalikan karena remnya blong. Dia mencoba menghentikan laju motornya dengan cara menabrakka
Suara itu berasal dari tendangan Kang Ujang dan teriakan erangan dari Desta. Ingin sekali rasanya Kang Ujang membinasakan bocah yang tanpa rasa penyesalan itu. Namun dia berpikir ulang. Karena bilamana itu terjadi, dia pun juga tak akan bisa lari dari hukuman yang sangat berat nanti.Tak lama berselang sirine polisi terdengar semakit mendekat. Dua mobil polisi mendekati lokasi dan berhenti tepat di sebelah Kang Ujang. Dengan menodongkan pistolnya ke arah Kang Ujang " Jangan bergerak! Tiarap! Tiarap!" Bentak salah satu dari mereka.Kang Ujang mengangkat tangannya. Salah seorang dari mereka segera menarik tangan Kang Ujang lalu memborgolnya.Desta yang saat itu tersungkur segera di larikan ke Rumah sakit karena luka-lukanya yang sangat parah. Sebelum Kang Ujang menaiki mobil polisi, seseorang berteriak memanggilnya lantang." Tunggu!" Itu suara Ratno. Disini memang bukan wilayahnya, namun dia tak bisa diam saja mengetahui adiknya yang terluka parah." Apa