Share

Bab 7 : Penyerangan Preman

Penulis: AskaraPati211
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-21 22:24:05

Beberapa minggu telah berlalu sejak terjadinya penculikan Larasati, namun rasa trauma masih menghantui dirinya. Untungnya, adik angkatnya, yaitu Askara, selalu memberikan semangat kepadanya agar tidak terjebak dalam ketakutan dan kekalutan. Sehingga, perempuan tersebut kembali mendapatkan semangat dan bersedia untuk melanjutkan kegiatan kuliahnya dan menjalani aktivitas sehari - hari seperti biasa.

Kemudian, guna mencegah terulangnya kejadian serupa, Askara mulai meningkatkan pengawasannya terhadap Larasati dengan memberikan perintah kepada hewan mistisnya, yaitu Pragalba yang merupakan harimau putih, untuk menjaga Larasati setiap saat.

…… ….. …..

"Bagaimana keseharian Kakak hari ini? Apakah merasa seru, bahagia, biasa saja, atau mengalami hari yang buruk?" tanya Askara kepada Kakaknya. Mereka baru saja pulang dari pusat perbelanjaan untuk membeli barang - barang dan kebutuhan makanan sehari - hari mereka.

“Seru kok Askara, tadi aku belajar dance sama teman - teman untuk pentas di balai kota bulan depan” jawab Larasati dengan nada yang senang dan bahagia.

“Terimakasih ya, kamu selalu menanyakan keseharian dan keadaan aku” ucap Larasati, kemudian dia melatakan kepalanya di bahu Askara yang tegap.

“Ya, Kak sama - sama kan sebagai seorang adik laki - laki aku harus selalu menanyakan kabar, keadaan, dan selalu menjaga Kakak” balasnya, kemudian pemuda itu mengelus kepala Larasati dengan lembut, membuat perempuan itu merasa nyaman.

“Saudara ya” gumam perempuan itu, lalu memandang kosong kearah tv yang menyala.

“Askara aku ingin bertanya, kamu kok bisa sekaya ini? Memang kamu mendapat semua kekayaan ini dari siapa?” tanya Larasati dengan nada yang penasaran sekali. 

Ya, memang pemuda itu sangat kaya untuk remaja seusianya dan lagi Larasati selama ini tidak pernah bertanya kepada Askara tentang kekayaan yang dimiliki oleh pemuda itu berasal darimana.

“Aku mendapat kekayaan ini semua dari Kakekku, dia adalah seorang guru yang hebat. Mengajarkan aku tentang ilmu kanuragan dan juga seorang pengusaha yang memiliki ratusan hektar sawah, perkebunan kelapa sawit, dan juga memiliki pertambangan di Papua dan Kalimantan” jawabnya panjang lebar.

Kakeknya Askara, yaitu Atmajaya Suryapati, adalah seorang pendekar yang luar biasa. Selain itu, beliau juga memiliki kekayaan yang melimpah. Segala kekayaan tersebut diperolehnya melalui usaha yang bertahap selama beratus - ratus tahun, sehingga beliau mencapai taraf kekayaan yang sekarang.

“Wah, kaya banget ya Kakek kamu itu. Memang sekarang dia berada dimana?” tanya perempuan itu.

“Sekarang dia sudah meninggal. Aku selalu berdo’a, semoga Kakekku di tempatkan oleh tuhan di tempat terbaiknya” jawab pemuda itu dengan nada yang sedih, kemudian Larasati memeluk Askara dengan erat agar pemuda itu menjadi lebih baik.

“Jangan sedih Askara, aku akan selalu berada disisi kamu baik senang ataupun susah” ucap Larasati, dia memeluk pemuda itu dengan erat.

“Terimakasih Kak” bisik pemuda itu di telinga Larasati, membuat perempuan itu merinding dan bersemu merah.

“Ouh, iya Kak. Nanti aku dan Lisa mau bertemu malam ini” ucapnya.

“Yah, nanti aku sendirian dong” balas Larasati dengan wajahnya yang cemberut.

“Tenang saja Kak, situasi sudah aman sekarang. dan lagi…” perkataan pemuda itu terputus, kemudian melirik tajam kearah samping kanan perempuan itu.

Dia melihat harimau putih yang menyeramkan,  kemudian Askara tersenyum tipis.

“Apa Askara?” tanya Larasati yang ingin mendengar kelanjutan perkataan Askara yang terhenti.

“Tidak, Kak. Aku percaya tuhan akan menjaga Kakak dengan baik dan lagi di gedung ini ada banyak penjagaan yang ketat, tidak mungkin Kakak akan diculik lagi di tempat yang seaman inikan” balasnya.

“Iya, kamu benar. Tapi jangan lama - lama ya kamu mainnya” ucap Larasati dan dibalas anggukan oleh pemuda itu.

“Ya, Kak. Aku mau siap - siapa dulu Kak” balas Askara, kemudian dia pergi ke kamarnya, meninggalkan Larasati yang termangu di ruang keluarga.

Setelah mandi dan mengganti pakaian dengan penampilan yang rapi, ia pergi ke lokasi pertemuan dengan Lisa, yaitu di salah satu kafe terkenal di Jakarta Selatan.

…. …. ….

Askara turun dari mobil Mercynya, kemudian dia menatap lekat kearah seorang gadis cantik dan seksi, berpakaian modis. Gadis itu melambaikan tangannya, membuat Askara berjalan menghampiri gadis tersebut.

“Sudah lama menunggukah Lisa?” tanya Askara.

"Tidak kok, sebenarnya aku baru saja tiba. Aku naik taksi online tadi," jawabnya.

“Yaudah, ayo masuk ke dalam” ucap Askara, kemudian merangkul Lisa dengan erat, membuat gadis itu bersemu merah bahagia.

Di Tempat Lain

“Andika, bagaimana? Askara merangkul Lisa dengan mesra banget?” ucap Jaka kepada sahabatnya.

“Ya, kesel banget aku. Lagian katanya mereka tidak pacaran, tetapi kok sering jalan berdua bareng dan lagi kenapa aku ketemu mereka mulu si saat mereka lagi kencan kaya gini” balas Andika.

“Terus bagaimana dukun yang kamu sewa buat hancurin wajah Askara biar jadi jelek?” tanya Jaka.

“Belum aku sewa, soalnya aku masih mempertimbangkan untuk sewa dukun itu atau dukun yang lain, soalnya biaya sewa dukun itu mahal banget Jaka” jawabnya

“Gimana kalau kita sewa preman saja” balas Jaka memberi saran kepada pemuda itu.

“Preman?” gumam Andika.

“Ya, preman. Kalau urusan preman biar aku saja yang bayar” ucap Jakar dengan seringai terpatri apik dibibirnya.

“Memang kamu punya link untuk dapat sewa preman yang bagus?”tanya pemuda itu.

“Tenang saja, Ayah aku itu sering sewa preman untuk urusan bisnisnya dan aku dapat nomor kontak bos preman yang kuat di Jakarta” jawab Jaka.

Jaka mengeluarkan handphonenya, lalu menelpon seseorang.

“Halo Badrul, ya ini aku Jaka. Aku ingin kamu mencelakai seseorang malam ini, nanti aku akan kirim wajahnya dan tempatnya sekarang, tetapi kamu mencelakai orang itu jangan ditempat keramaian di tempat sepi saja. Kita harus main cantik”.

“Baik, kalau begitu, saya tunggu hasilnya malam ini Badrul” ucap pemuda itu, kemudian dia akhiri perbincangannya dengan bos preman tersebut melalui handphone.

“Jadi bagaimana?” tanya Andika.

“Kita lihat hasilnya malam ini kawan” jawab Jaka dengan seringainya.

“Celakalah kau malam ini Askara” umpatnya seraya dia menatap tajam kearah jendela transparan, dia menatap lekat Askara dan Lisa yang tengah asyik berbincang di dalam kafe itu.

“Terus kita jadi tidak buat makan disini?” tanya Jaka.

“Tidak, aku malas ketemu mereka, kita cari kafe lain saja jangan disini” ucap Andika, kemudian mereka pergi dari kafe tersebut.

….. ….. …..

“Makasih ya Askara, karena kamu mengajak aku ketempat kafe yang sangat mewah ini” ucap gadis tersebut, dia bergelayut manja di lengan pemuda itu.

"Ya, tidak apa - apa. Ini sebenarnya sebagai tanda maafku karena aku melanggar janji denganmu beberapa minggu lalu. Yaitu janji aku akan mengajakmu keluar pada malam minggu. Akan tetapi, aku tidak bisa memenuhinya karena aku harus menjaga Kakakku," balasnya. Kemudian, dia memasukkan gigi mobil Mercynya dan melaju pergi dari kafe tersebut.

“Jadi, bagaimana tadi enak tidak makanannya?” tanya pemuda itu di sela - sela dia sedang menyetir mobilnya.

"Sangat enak, bahkan sangat - sangat enak. Oleh karena itu, sepanjang perjalanan ini, aku selalu mengucapkan terima kasih kepadamu," jawabnya. Kemudian, gadis itu meletakkan kepalanya dengan nyaman di bahu tegap Askara.

Mobil mewah itu berhenti tepat di depan rumah Lisa, kemudian gadis itu turun dari mobil keluaran pabrik eropa itu.

"Terima kasih, Askara. Mohon berhati - hati saat mengemudi, ingatlah untuk tidak melaju terlalu cepat," ucap Lisa, memberikan nasihat kepada Askara. Pemuda tersebut seringkali mengendarai mobil dengan kecepatan yang tinggi, sehingga gadis itu selalu memberikan nasihat kepadanya.

“Ya, Lisa. Yaudah, kamu masuk kedalam rumah, aku akan menunggu kamu sampai kamu masuk kedalam rumah kamu dengan aman” balas Askara, membuat gadis tersebut bahagia ketika pemuda itu berkata seperti itu kepadanya.

“Ok, kalau begitu aku masuk dulu ya Askara, sampai bertemu besok di sekolah” ucap Lisa. Kemudian, ia melangkah masuk ke dalam rumah dan sebelum menutup pintu, gadis itu melambaikan tangannya.

Setelah itu, Askara melajukan mobilnya untuk pulang ke penthousenya.

….. ….. …..

Pemuda itu memandang dengan tajam ke arah spion mobilnya dan melihat sekelompok motor yang telah mengikutinya sejak ia mengantar Lisa pulang ke rumahnya.

“Sepertinya mereka ingin mencelakai Anda Tuanku Askara” ucap Naga emas yang berada di dalam tubuhnya.

“Sepertinya seperti itu Anggada Bora” jawabnya.

Mobil Mercedes itu berhenti di tepi jalan, kemudian pemuda tersebut keluar dari mobilnya. Matanya menatap tajam ke arah sekelompok pengendara motor yang juga berhenti saat mobil yang mereka targetkan berhenti di tepi jalan.

“Jadi, kau yang bernama Askara Diwapati Vajra?” ucap laki - laki yang turun dari motornya, kemudian berjalan santai mendekati Askara.

“Ya, memang kenapa dan kenapa kalian mengikuti aku terus?” balas pemuda itu dan berbalik bertanya kepada laki - laki berpakaian preman tersebut.

“Karena, kami ingin menghancurkamu kamu bodoh!” balas laki - laki itu, kemudian mengeluarkan pisau lipat lalu menyerang pemuda itu dengan brutal.

Askara menghindari setiap serangan yang dilancarkan oleh laki - laki itu kepadanya, membuat laki - laki itu menggeram kesal, karena serangannya selalu dapat dihindari oleh pemuda berwajah tampan tersebut.

Askara menggenggam erat tangan laki - laki itu, lalu mengambil pisaunya, kemudian menusuk laki - laki itu hingga lima kali tusukan. Membuat laki - laki itu mengeluarkan darah yang sangat banyak dari tubuhnya.

“Bang Badrul!” ucap mereka semua serempak yang kaget ketika ketua kelompok preman itu di kalahakan oleh pemuda tersebut.

  

“Bedebah kau!” teriak salah satu anggota kelompok tersebut, kemudian mereka berlari dengan cepat membawa senjata yang mereka miliki.

Serangan dari berbagai arah meluncur dengan cepat menuju pemuda tersebut, namun ia dengan mudah menghindarinya. Hal ini disebabkan oleh kemampuan mata yang diperolehnya setelah berhasil menyelesaikan proses pertapaan untuk memperoleh ilmu pamungkas, yaitu ilmu membelah lautan dan langit.

Kemampuan mata tersebut memungkinkan pemuda tersebut melihat dengan jelas dalam kegelapan, jarak yang jauh, serta dapat melihat gerakan dengan kecepatan tinggi. Dalam kemampuan matanya, gerakan yang cepat dapat di perlambat selama lima detik, dengan kata lain, ia mampu melihat kejadian di masa depan dalam rentang waktu lima detik.

“Dia berhasil menghindari serangan kita semua, orang ini bukan manusia!” ucap salah satu dari mereka dengan lantang, sehingga mereka yang berada di tampat itu bisa mendengar ucapan laki - laki tersebut.

Salah satu dari mereka menghampiri laki - laki yang memegang pedang panjang mengkilap, dia berbisik kepada laki - laki tersebut.

“Bang Samsul, lebih baik kita tolong Bang Badrul terlebih dahulu, karena sepertinya jika terlalu lama Bang Badrul bisa mati” bisik laki - laki itu memberi saran.

“Baik Keling, sebagian dari kalian cepat tolong Bang Badrul dan segera pergi ke rumah sakit yang lain habisi pemuda itu sampai mampus! Karena dia sudah berani membantai Bang Badrul habis - habisan” ucap Samsul.

“Baik Bang” balas Keling, kemudian dia dan beberapa orang lainnya pergi dari tempat tersebut untuk menolong Bang Badrul ke rumah sakit.

“Dia memang bukan pemuda biasa” ucap Samsul, ketika dia melihat pemuda itu mengalahkan sebagian anak buahnya dengan mudah.

“Aku harus membunuh pemuda itu hari ini, harus!” lanjutnya, kemudian dia mengeluarkan pistol dari jaketnya, kemudian mengarahkannya ke pemuda tersebut.

Dor

Terdengarlah bunyi tembakan, kemudian peluru yang keluar dari pistol itu melesat cepat kearah Askara.

“Mereka sama sekali tidak belajar dengan apa yang mereka lihat” ucap Askara, lalu dia menghindari peluru tersebut dengan mudah.

“Bagaimana mungkin” ucap Samsul yang kaget, ketika pemuda itu dapat menghindari tembakannya dengan begitu mudahnya.

“Aku harus melakukannya lagi” lanjutnya, kemudian menembak pemuda itu berkali - kali hingga peluru di dalam pistol habis, tetapi tidak ada satupun peluru yang mengenai tubuh Askara.

Kejadian itu membuat mereka takut untuk menghadapi pemuda tersebut, mereka semakin yakin bahwa pemuda itu bukanlah orang biasa.

“Dia dapat menghindari tembakan Bang Samsul berkali - kali! Dia benar - benar bukan orang sembarangan” ucap salah satu dari kelompok itu.

“Semuanya, kita pergi dari sini!” teriak Samsul, karena dia yakin. Jika pertempuran masih dilanjutkan, pemuda itu akan menghabisi seluruh anggotanya.

Mereka semua pergi dari tempat tersebut, kecuali Samsul yang masih menatap lekat kearah pemuda itu. Dia sangat penasaran dengan diri Askara, pikirannya bertanya - tanya sebenarnya siapa pemuda ini.

“Kenapa kamu tidak pergi seperti anggotamu yang lain itu?” tanya Askara, seraya mendekati mobil Mercedesnya.

“Siapa kamu sebenarnya?” tanya Samsul dengan nada penasaran.

“Aku hanyalah murid SMA biasa yang kaya raya” balas Askara di akhiri dengan seringainya, kemudian pergi dari tempat tersebut dengan mobilnya itu.

“Murid SMA biasa, lucu sekali jawaban pemuda itu” ucap Samsul, kemudian tertawa terbahak - bahak, lalu pergi mengendarai motor Harley Davidsonnya.

….. ….. …..

“Kakek Guru, persiapan ritualnya sudah siap semua” ucap laki - laki itu kepada kepada seorang pria tua yang sedang bertapa di dekat batu yang tinggi menjulang.

“Baik, selepas ini aku akan ke tempat ritual” jawab Kakek itu, kemudian memandang langit malam dengan tajam.

“Aku akan membalas kematian kalian semua murid - muridku” gumamnya, kemudian dia berjalan dengan gagahnya ke tempat ritual.

“Askara, kau akan mati malam ini!” lanjutnya.

 

Bab terkait

  • Kisah Seorang Pendekar Kanuragan Pilihan   Bab 8 : Santet Anala Angkara

    Pria tua itu berjalan dengan angkuh menyusuri gua yang gelap gulita. Keheningan malam mulai menyeruap, menambah kelembapan dan kesan menyeramkan di dalam gua tersebut. Mata tua itu mendelik, ketika seorang laki - laki menghampirinya dari kejauhan. “Apakah mereka semua sudah berkumpul di altar?” tanya pria tua itu. “Mereka semua sudah berkumpul Kakek Guru dan mereka sudah menunggu Kakek Guru sedari tadi” jawab laki - laki itu dengan nada sopan. “Begitu rupanya, kalau begitu aku harus bergegas cepat menuju kesana” balasnya, kemudian dia berjalan dengan cepat ke tempat yang ingin dia tuju. Tap Pria tua itu menatap tajam ke arah sekumpulan orang yang mengenakan pakaian serba hitam. Pandangannya meluncur ke arah altar, yang terukir dengan indah dan terdapat berbagai macam ukiran yang menawan. Di atasnya terdapat persembahan berupa buah - buahan, sayur - sayuran, daging mentah, dan juga dupa. Terlihat sebuah patung naga besar yang kokoh berdiri di belakang altar tersebut. Patung terseb

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-24
  • Kisah Seorang Pendekar Kanuragan Pilihan   Bab 9 : Analashura dan Anggada Bora

    Syuut Mata iblis itu menatap tajam kearah salah satu gedung apartemen di Jakarta Selatan, seringai terpatri apik ketika dia melihat dengan jelas bahwa dia telah melihat target yang harus dia bunuh. “Jadi, itu adalah tempat tinggal Askara” ucapnya, kemudian sepasang sayap apinya terbuka lebar lalu mengeluarkan puluhan bola api berskala besar kearah gedung apartemen tersebut. Syuuut Dhuaarr Ledakan beruntun terjadi, membuat orang - orang yang berada di dalam gedung terbangun dari tidurnya, kemudian mereka semua berlarian untuk menyelamat diri mereka dari kobaran api yang membakar sebagian gedung apartemen tersebut. “Ajian : Bagaspati” ucap iblis api itu, kemudian mengeluarkan kanuragan tingkat tinggi, lalu membuat api dari ketiadaan. Api tersebut semakin membesar, kemudian Analashura memadatkannya dengan kekuatannya, sehingga api tersebut berubah menjadi bulatan yang sempurna, menyerupai matahari. “Apa itu?” gumam Analashura bertanya entah kepada siapa, tetapi yang membuat dia m

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-24
  • Kisah Seorang Pendekar Kanuragan Pilihan   Bab 10 : Ajian Anunga Agni

    Askara menatap lekat ajian yang dikeluarkan oleh Analashura, “Itu ajian yang kuat, Anggada Bora” ucap pemuda itu. “Tenang saja Tuanku Askara, hambamu ini adalah makhluk yang kuat, jadi ajian ini menurut hamba hanyalah permainan kembang api biasa” ucap pemuda itu dengan nada meremehkan. Langit kembali bersinar terang seiring dengan proses pembacaan mantra yang hampir selesai oleh iblis api. Partikel - partikel api yang tersebar berkumpul dan menyatu membentuk bola api kecil, namun intensitas panasnya melampaui ajian Bagaspati yang pernah dikeluarkan oleh Analashura sebelumnya. “Kau memang layak menyandang Iblis Tua dari Timur” ucap Anggada Bora, ketika merasakan intesitas panas api dari bola api kecil yang melayang di atas ujung jari telunjuk Analashura. “Ya, kekuatan ajian itu cukup mengerikan. Aku merasakan panas api dari ajian itu, padahal jarak kita cukup jauh dari iblis api itu” balas Askara, kemudian menatap lekat kearah Analashura. "Namun, sebelum dia mengarahkan ajian itu k

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-24
  • Kisah Seorang Pendekar Kanuragan Pilihan   Bab 11 : Ajian Dastha Madyantara

    “Ya, Anggada. Aku akan mengeluarkan ajian membelah lautan dan langit, karena aku ingin membinasakan iblis itu dan orang yang menyuruh dia untuk membunuhku hanya untuk mendapatkan keris Krastala ini” jawabnya dengan lantang, kemudian dia merapal mantra. Guntur menggelegar dan badai melanda tiba - tiba saat Askara melantunkan mantra ajian pamungkasnya. Langit malam yang gelap semakin menjadi gelap gulita, dan suasana sunyi yang menyelimuti malam itu semakin menambah aura menakutkan dalam pertempuran di lokasi tersebut. “Intesitas kanuragan yang keluar dari tubuh pemuda itu sangat kuat dan besar, sebenarnya dia ingin mengeluarkan ajian apa?” tanya iblis itu di dalam batinnya, lalu menatap lekat kepada Askara. Deg “Perasaan ini dan…Ini! Bukankah ajian yang sangat mengerikan itu, dia menggunakan ajian terkutuk itu!” ucap iblis itu dengan nada yang sangat ketakutan, kemudian dia melesat cepat ingin menyerang pemuda itu, tetapi sebelum tujuannya itu tercapai dia sudah terlebih dahulu bin

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-24
  • Kisah Seorang Pendekar Kanuragan Pilihan   Bab 12 : Keris Baha Litheng

    Beberapa hari setelah pertempuran yang mematikan itu, situasi kembali pulih seperti semula. Tentu saja, ada beberapa perbaikan yang dilakukan di area gedung apartemen Askara dan sekitarnya. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi dengan segera. Saat ini, Askara dan Larasati sedang menikmati malam yang indah. Mereka bersantai sambil menikmati pemandangan city light yang memukau dari beberapa gedung pencakar langit di Jakarta Selatan. Sebelumnya, mereka telah makan malam di restoran bintang lima yang terletak di sekitar wilayah tersebut. Setelah itu, mereka memutuskan untuk menjelajahi kawasan Jakarta Selatan dan menikmati keindahan pemandangan city light yang memukau. “Bagaimana Kak?” tanya Askara, sembari dia menyetir mobil Mercynya. “Bagaimana apanya Askara?” balas Larasati, bingung dengan pertanyaan tersebut. Dia tidak yakin apakah Askara bertanya mengenai pemandangan city light atau tentang kesehariannya hari ini. “Kakak suka tidak aku ajak jalan - jalan di

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-26
  • Kisah Seorang Pendekar Kanuragan Pilihan   Bab 13 : Penculikan Lisa

    Setelah itu, Samsul segera merencanakan strategi dengan dibantu oleh anak buahnya untuk memastikan kelancaran misi balas dendam terhadap remaja bernama Askara. Mereka mengawasi pemuda tersebut selama dua minggu penuh dan menemukan kelemahan kecil pemuda itu, yaitu terkait kedekatannya dengan dua perempuan. “Jadi, kita akan menculik anak sekolah itu?” tanya salah seorang laki - laki. “Benar, tetapi bukankah gadis itu di sukai oleh teman anaknya Pak Beno? Apa tidak akan terjadi masalah, jika kita menculik anak itu?” tanya salah seorang laki - laki yang lain secara beruntun. “Tentu saja tidak, Adi. Sebab, jika kita melakukannya secara rahasia dan menutupinya, maka tidak akan ada masalah antara hubungan Kelompok Preman Tanduk Iblis dengan Pak Beno dan juga anaknya beserta temannya itu” jawab Samsul, kemudian dia memantikkan korek gasnya dan menyalakan puntung rokok yang di pegangnya sedari tadi. "Hari ini kita akan menculik gadis tersebut dan menggunakan dia sebagai alat untuk menganc

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-26
  • Kisah Seorang Pendekar Kanuragan Pilihan   Bab 14 : Kematian Samsul

    Pemuda yang mendobrak pintu tersebut adalah Askara Diwapati Vajra. Dia mengetahui bahwa Lisa telah diculik karena orangtua Lisa menghubunginya melalui telepon. Orangtua Lisa menghubungi Askara untuk menanyakan kabar anak mereka yang tidak pulang ke rumah. Meskipun sudah malam dan telepon tidak dijawab, mereka telah mencoba menanyakan keberadaan anak mereka kepada teman - teman dekatnya, namun tidak ada yang mengetahui keberadaannya. Akhirnya, kedua orangtua Lisa meminta bantuan kepada Askara untuk mencari keberadaan anak mereka.Askara akhirnya memanfaatkan kemampuan matanya dan juga ilmu penerawangannya untuk menemukan keberadaan Lisa. Kini, kemarahannya begitu besar terhadap laki - laki yang berdiri di hadapannya.“Kau adalah manusia paling tercela yang pernah aku temui” ucap Askara dengan nada dingin. Pemuda itu kemudian menutupi tubuh Lisa dengan menggunakan baju yang ia kenakan."Kamu telah melampaui batas," lanjutnya, dia menutup mata Lisa, lalu berbisik, "Istirahatlah, Lisa." S

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-26
  • Kisah Seorang Pendekar Kanuragan Pilihan   Bab 15 : Dua Pendekar Dari Perguruan Akasa

    TapAskara menyeka darah yang memercik di wajahnya, lalu ia melangkah dengan tenang. Meskipun genangan darah membentang luas di sepanjang lantai rumah tersebut, ia tetap berjalan dengan santai."Lisa, maafkan aku, karena aku yang menyebabkanmu mengalami penderitaan ini," ucap Askara dengan suara lirih. Kemudian, dengan hati - hati, ia memakaikan pakaian pada gadis itu, dan membopong gadis itu untuk membawanya keluar dari tempat tersebut.Pemuda itu menyalakan mobil Mercedes yang terparkir di depan rumah, dan dengan cepat mengemudikannya meninggalkan rumah bergaya klasik Eropa tersebut. Matanya terfokus pada spion mobil, ketika tiba - tiba ia melihat sebuah tombak meluncur menuju mobil keluaran Eropa tersebut.Askara menghindari lesatan tombak tersebut dengan cepat, lalu terjadilah ledakan yang dahsyat terjadi di tempat tersebut. Mobil Mercedesnya dia berhentikan, kemudian pemuda itu keluar dari mobil tersebut, lalu menatap tajam kearah laki - laki yang berjalan dengan santainya mengha

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-26

Bab terbaru

  • Kisah Seorang Pendekar Kanuragan Pilihan   Bab 53 : Naga Taksaka

    Sorot mata Askara terpaku dengan sinisme dan ketajaman yang menusuk, memancarkan aura kepuasan yang sulit disembunyikan. Senyuman mencolok terukir dengan apik di bibir pemuda itu, memberikan kesan bahwa dia menikmati melihat musuhnya terbakar amarah karena tingkah lakunya. Dalam pandangan sinisnya yang tajam, mata Askara menembus ke dalam jiwa musuhnya, mencerminkan kepuasan tak terduga yang tersirat di dalamnya. Serentak, senyumnya yang menggoda memperkuat kesan bahwa ia benar - benar menikmati momen ketegangan dan kesal yang melanda musuhnya akibat ulahnya sendiri. Mata yang tajam dan sinis itu seperti memancarkan pesona tersendiri, mengejek dan menantang musuhnya dengan sikap yang begitu jelas. Setiap gerak wajahnya, dari sorot mata tajam hingga senyuman yang menantang, memberi kesan bahwa dia menikmati setiap detik dari situasi yang telah dia ciptakan. “Menghancurkan empat senjata pusaka yang berada di langit malam” ucap Askara, lalu ia mulai melafalkan mantra dengan cepat. Tib

  • Kisah Seorang Pendekar Kanuragan Pilihan   Bab 52 : Pertempuran Para Pendekar Seperguruan

    Awan hitam melingkupi langit dengan kuasa yang mencekam, menciptakan suasana yang gelap dan misterius. Gemuruh guntur menggelegar di langit, saling bersahutan dengan kekuatan yang menggetarkan bumi. Di tengah keheningan menakutkan, tiga senjata pusaka yang dimiliki oleh perguruan Ratri bergetar dengan intensitas yang meningkat, seakan - akan merasakan beban berat yang mereka tanggung. Mereka bergetar karena menahan serangan penghancur yang tak terkira kuatnya dari keris Krastala, senjata yang telah menjadi legenda dan paling terkenal di antara semua senjata pusaka yang pernah ada. Ketika serangan penghancur itu mendekat, aura kekuatan yang menakutkan memancar dari keris Krastala. Gelombang energi yang menggetarkan ruang dan waktu terlepas dari bilahnya yang perkasa. Cahaya kebiruan yang melingkupi senjata itu memancarkan kekuatan yang tak tergoyahkan, seakan-akan menjadi penanda akan kehancuran yang akan datang. Namun, di hadapan serangan dahsyat ini, tiga senjata pusaka milik pergu

  • Kisah Seorang Pendekar Kanuragan Pilihan   Bab 51 : Pertempuran Pemegang Senjata Pusaka

    Dalam keheningan yang tegang, Jaya Danu melantunkan mantra dengan suara yang penuh kekuatan, menggugah energi magis yang tersembunyi di dalam dirinya. Dari pergelangan tangannya, sebuah cahaya berkilauan mulai memancar, tumbuh semakin besar hingga menyinari seluruh ruang lingkupnya. Cahaya itu kemudian meredup dengan perlahan, mengekspos sebuah senjata pusaka yang luar biasa sebuah tombak yang memancarkan cahaya kuning kemerahan yang begitu menggoda mata. Tombak itu menyimpan kekuatan yang tak tergoyahkan, bergetar dalam aura keperkasaannya yang menghebohkan. Kilauan cemerlang yang memancar dari senjata pusaka itu menembus kegelapan, mencerminkan keberanian dan kekuatan yang melebihi batas. Mata Jaya Danu menajam, melintasi sekelilingnya yang dipenuhi oleh puluhan pendekar berilmu tinggi, yang secara berhati - hati mengelilingi mereka. Dalam tatapan tajamnya, terpancar keberanian yang tersembunyi dan tekad yang tak tergoyahkan. Cahaya tombaknya melintas di sekitar tempatnya berpijak

  • Kisah Seorang Pendekar Kanuragan Pilihan   Bab 50 : Senjata Pusaka

    Askara menghentikan mobil mewah buatan Eropa tepat di depan pintu rumah Lisa. Gadis jelita itu dengan anggun turun dari kendaraan, memancarkan pesona yang memukau. Mata lentiknya memandang wajah tampan Askara dengan tatapan hangat, seakan menyirami hati pemuda itu dengan kasih sayang yang tulus. Sorotan mata Lisa, yang mengalir dengan kelembutan dan keceriaan, mencerminkan kehangatan yang mengalir dalam setiap sudut hatinya. Tatapannya seperti sinar matahari yang menerangi ruangan, menghadirkan kilauan kebahagiaan di wajah Askara. Dalam pandangan mereka, terpancar keakraban dan kedekatan yang dalam, seolah mengikat dua jiwa yang telah saling memahami. Saat mereka bertatap muka, suasana terisi dengan sentuhan kehangatan. Lisa memancarkan aura yang mempesona, dengan setiap gerakan anggunnya yang menarik perhatian. Mata mereka terhubung dalam satu ikatan yang tak terucapkan, mengalirkan energi positif yang memancar dari hati mereka. “Jadi, apa kalian tidak mau mampir Askara dan Ayu, l

  • Kisah Seorang Pendekar Kanuragan Pilihan   Bab 49 : Persiapan Melawan Pemegang Keris Krastala

    Dengan tatapan tajam yang menusuk kegelapan malam, laki - laki itu mengangkat tangan dan secara magis menggepakkan sepasang sayap anginnya. Seperti kilatan cahaya yang meluncur di antara bintang-bintang, ia melintasi langit malam yang terhampar dengan keindahan tak terkira. Setiap gerakan sayapnya menghasilkan suara angin yang berirama, seakan menyapa ribuan bintang yang bersinar dengan gemerlap di langit. Ia meluncur dengan kecepatan yang tak terbayangkan, menyusuri lapisan atmosfer yang melayang di antara cahaya bintang-bintang yang memancar. Tanah pun seolah berguncang dengan kekuatan energi yang dikeluarkan oleh sayap anginnya. Dalam sekejap, laki - laki itu mendarat dengan kelembutan yang sempurna di sebuah tempat yang menakjubkan. Di hadapannya, terdapat sebuah bangunan megah yang menjulang tinggi di tengah malam yang sunyi. Bangunan tersebut menawarkan kombinasi sempurna antara kemegahan dan keaslian tradisional. Dinding-dindingnya yang kokoh menggambarkan kejayaan masa lalu

  • Kisah Seorang Pendekar Kanuragan Pilihan   Bab 48 : Dua Ajian Kuno

    Pemuda itu menatap dengan tajam ke arah bilah keris pusakanya, lalu dengan sangat lembut ia mengelusnya sambil membaca mantra dengan cepat. Bilah keris itu berpendar dengan intensitas merah menyala, dan dari sana mengalir keluar asap tipis yang mengambang di sekelilingnya. "Askara, kau akan mati di tempat ini!" ucap Arya dengan tegas, lalu dengan penuh ketegasan ia mengarahkan Naga tersebut untuk menyerang Askara. Dengan kecepatan yang luar biasa, Naga angin meluncur menuju pemuda itu. Moncongnya terbuka lebar, memperlihatkan putaran angin yang berputar dengan cepat di dalamnya. Jika ada makhluk hidup yang terjebak di dalamnya, tubuhnya akan terbelah menjadi beberapa bagian dengan kejam. “Kangsanaga Waskita: Genggahan Pambelah Wadra (Senjata pusaka: Tebasan yang membelah udara)” ucap Askara dengan penuh kekuatan, saat ia mengayunkan dengan lincah keris Krastala ke arah Naga angin tersebut, menciptakan tebasan yang membelah udara. Dalam langit senja yang mempesona, dua ajian yang

  • Kisah Seorang Pendekar Kanuragan Pilihan   Bab 47 : Nagakarsa Bayu Kahyangan

    Dengan lincah, Arya melantunkan mantra dengan kecepatan tinggi, memperhatikan Askara yang dengan santainya mendekat ke arahnya, memegang teguh keris kramat bernama Krasrala. “Ajian : Paritang Kshatriya Bayu Salamet (Sayatan pedang sang panglima angin)” ucapnya, dan seketika ratusan pedang muncul terbentuk dari hembusan angin yang kuat. Berkelebatan ratusan pedang meluncur dengan kecepatan memukau menghampiri Askara, sementara tangan laki - laki itu menunjuk tegas ke arah pemuda yang berjalan dengan sikap angkuh di hadapannya. Syuttt “Sepertinya laki - laki itu kuat juga, Tuanku Askara” ucap Naga emas di dalam batin pemuda itu. "Benar, dia memang memiliki kekuatan yang luar biasa," jawab Askara sambil dengan gesit menebas dan menghindari serangan - serangan pedang angin yang berhamburan dari segala penjuru mata angin. Dengan keahlian dan sikap angkuh yang menghiasi dirinya, Askara menyerang dengan lincah, menghindari setiap serangan dari ratusan pedang angin yang meluncur dengan

  • Kisah Seorang Pendekar Kanuragan Pilihan   Bab 46 : Gagangnir Perihana Resi Subaha

    "Dia memiliki kekuatan untuk menghancurkan seluruh pasukan hewan kegelapanku!" seru Arya Widipangga, dia terkejut luar biasa. Betapa menakjubkannya, dengan hanya satu kali Askara melontarkan ajiannya, semua pasukan hewan itu lenyap dalam sekejap. "Benar - benar sebuah monster yang menakutkan, sangatlah mengerikan jika aku harus menghadapinya tanpa merencanakan dengan matang," lanjutnya, seraya ia mengetukkan tombaknya beberapa kali ke tanah. Suara yang dihasilkan oleh tombak itu menciptakan keheningan yang terpecah di tengah sore yang sunyi itu. "Jadi, dia memiliki kemampuan mata yang luar biasa, mampu meramalkan masa depan saat lawannya melancarkan serangan dengan gerakan yang sangat cepat. Selain itu, dia mampu menembus batas penghalang yang dibuat oleh manusia dan bahkan alam sendiri. Tidak hanya itu, dia juga memiliki pengetahuan ajian kuno. Saya curiga bahwa ajian kuno tersebut dia pelajari dari Kitab Danuraja, dan yang terakhir, dia juga memiliki senjata legendaris, Keris Kras

  • Kisah Seorang Pendekar Kanuragan Pilihan   Bab 45 : Kabut Hitam

    “Ajian : Awabaya Madhuseng Satru (Kabut hitam yang merupakan musuh)” ucapnya dengan penuh kesungguhan. Tanpa ragu, muncullah kabut hitam pekat yang menjalar dan menyelimuti seluruh tembok dengan anggunnya. "Jadi, berikanlah jawaban yang kuinginkan, Askara," gumam Arya dengan tekad bulat. Tanpa ampun, muncul puluhan lingkaran cahaya yang meluncur cepat memasuki labirin tersebut. ….. ….. …… Dengan penuh konsentrasi, pemuda itu menembus pandangannya melalui kabut hitam yang mengelilingi labirin tersebut. Seperti seorang perenang yang berani menyelam ke dalam samudra malam yang gelap, dia menghadapi tantangan yang ada di hadapannya dengan tekad yang tidak tergoyahkan. Di dalam labirin yang dipenuhi dengan kesunyian yang menakutkan, langkah - langkahnya terdengar seperti desiran rahasia yang hanya diikuti oleh dinding - dinding tinggi yang penuh misteri. Kabut hitam itu menyelimuti segala sudut dan celah, seakan ingin menyelimuti keberanian dan tekadnya. Namun, pemuda itu tak membiarka

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status