Pengalaman bercinta yang kesekian kali, juga tidak akan membuatmu paham akan cinta. Orang yang pernah terluka mungkin akan berkata, “Cukup! Tidak lagi kubiarkan diriku jatuh cinta.” Tapi apa yang terjadi? Tak lama kemudian mereka menemukan cinta yang baru. Lalu ketika mereka terluka lagi, mereka akan mengatakan hal yang sama, untuk kemudian melupakan kata-kata itu jika telah menemukan cinta yang baru lagi.Tak ada orang yang mengerti cinta.Ketika ia berjanji untuk setia selamanya kepada kekasih. Ketika ia berjanji untuk menemaninya sampai tua, dan menggenggam tangannya ketika mereka telah rapuh. Ketika ia berjanji untuk menemani kekasih sampai maut memisahkan. Betapa lucu janji itu teringat kembali, ketika ternyata ia menemukan orang yang lebih menarik hatinya.Maka semua kata-kata terlupakan, dan janji terbatalkan.Lalu ketika luka menganga bagi mereka yang ditinggalkan dan dikhianati, betapa cepat sekali sembuhnya pabila ada cinta baru yang menghampiri.Cio San menjadi saksi dari s
Di jaman ini, kata-kata yang keras dan membuka aib seperti ini hampir tidak mungkin diucapkan orang di muka umum. Jika sampai si ‘kura-kura’ berani bicara seperti ini, berarti dia terlalu banyak minum arak. Atau bapaknya adalah seekor singa.Maka bisa dibayangkan, bagaimana perasaan si gadis itu ketika mendengar ucapan demikian. Tangisannya tambah hebat, ia meraung-raung di lantai. Ucapannya yang keluar dari mulutnya sudah tidak jelas lagi, karena bercampur teriakan, tangisan, dan makian.Ia malah bergerak menyerang sepasang kekasih itu.Si ‘merah jambu’ juga tidak merintanginya. Nampaknya memang setuju dengan tindakan si gadis. Tapi begitu si gadis menghampiri si ‘kura-kura’ untuk menamparnya, justru tubuhnya sendiri yang terlempar kena tendang wanita pasangan si ‘kura-kura’.Tak sedikitpun Cio San, si ‘merah jambu’, dan orang-orang disitu yang menyangka bahwa wanitanya ‘kura-kura’ itu bisa ilmu silat. Ia terlihat lemah gemulai dan sedikit mabuk. Tidak ada yang menyangka bahwa ilmuny
Segera dengan sangat cepat, ia berlari masuk ke kamarnya, mencopot topengnya, dan mengganti bajunya. Beberapa hari yang lalu, ia memang membeli beberapa baju yang bagus. Ia memilih sebuah baju yang polos dengan warna yang tidak mencolok.Semua di lakukannya dalam waktu beberapa detik saja. Kini Cio San berganti rupa menjadi seorang pemuda tampan, dengan baju putih polos yang ringkas, serta rambut menjuntai tidak di ikat. Gagah sekali.Secepatnya ia terbang keluar dari kamarnya.Menuju pertarungan hidup-mati dua orang wanita sakti.Dalam sekejap mata, Cio San telah berada di tengah pusaran pedang dan cambuk. Tidak ada seorang ahli silat pun yang berani melakukan hal gila semacam itu. Tapi Cio San melakukannya. Dengan menggunakan ilmu yang dipelajarinya dari gerakan ular sakti di dalam goa, tubuh Cio San kini meliuk dengan indah. Bayangan pedang seperti ada ratusan. Bayangan cambuk seperti ombak yang menghempas. Tapi tidak ada satu pun yang mampu menyentuh tubuhnya.Dengan tangan kiri ya
Kenapa Cio San menjawab seperti ini, tidaklah mengherankan. Ayahnya, adalah seorang lelaki yang tampan sekali. Dan juga seorang yang romantis. Sang ayah suka membuatkan syair dan lagu-lagu cinta kepada ibunya. Cara bersikap ayahnya yang mesra dan suka merayu ibunya itu, sangat membekas dalam diri Cio San. Walaupun kadang-kadang ibunya suka mendidiknya dengan sangat keras dalam hal adat istiadat dan kesopanan, tak urung sikap ayahnya yang romantis ini juga menurun kepadanya. Maka, kalimat-kalimat ayahnya yang menggoda ibunya, yang merayu, yang menenangkan hati, pasti membekas dalam diri Cio San. Mengalir dengan alami dan tidak dibuat-buat.Cio San tidak tahu, bahwa semakin lelaki bisa membuat seorang wanita penasaran, maka semakin menariklah lelaki itu di mata perempuan. Semakin misterius seorang lelaki, maka daya tariknya pun semakin meningkat.Maka bisa dibayangkan, betapa daya tarik Cio San yang tampan dan misterius ini membuat perempuan cabul semacam wanita cambuk emas tergoda hati
Sambil berkata begitu ia langsung menyerang. Ia telah melolos sebuah pedang lemas dari pinggangnya.Begitu cepat, begitu lihay. Si istri pun ikut menyerang. Mereka ini golongan hitam yang tidak suka tata aturan bertarung. Tentu saja mencari jalan agar cepat menang dan cepat selesai.Menghadapi ini, Cio San tak gentar. Ia sudah paham gerakan silat si istri, alias wanita cambuk emas. Namun saat keduanya menyerang bersama-sama, baru terasa benar dahsyatnya ilmu mereka.Tubuh Cio San bergerak sangat lincah. Tubuhnya meliuk-liuk. Ilmu gabungan antara gerak langkah sakti Bu Tong-pay, digabung dengan kelincahan tubuh ular sakti. Menjadi sebuah ilmu baru yang licin, gesit, namun lembut dan bertenaga.Semua penonton yang paham ilmu silat matanya melongo melihat gerakan Cio San. Belum pernah dari mereka ada yang melihat atau mendengar tentang ilmu ini. Cio San bergerak dengan bebas dan lincah mengikuti aliran serangan cambuk emas dan sebuah pedang lemas milik si suami.Gerak serangan ‘Pengantin
Cio San tidak menghilang.Dengan satu kali loncatan, ia telah tiba di atas atap Lai Lai. Kemudian turun ke bagian belakang kedai itu. Lalu masuk ke kamarnya, berganti pakaian, dan memasang topengnya kembali. Semua orang sedang sibuk di bagian depan, sehingga tak seorang pun yang tahu jika ia telah masuk ke kamarnya.Tubuhnya kini tidak lagi tegap seperti tadi, melainkan sedikit bungkuk. Rambutnya sudah diikat pula. Kini ia duduk saja di samping mayat gadis yang tadi meninggal di atas tempat tidurnya, menunggu Mey Lan datang. Dan tak berapa lama, Mey Lan memang sudah datang. Tidak datang sendirian, melainkan bersama beberapa orang, mungkin keluarganya.Cio San mempersilahkan mereka masuk. Tak berapa lama, terdengarlah tangisan. Nampaknya memang benar gadis itu bagian keluarga mereka. Cio San tak tega berada di situ, ia segera ke halaman belakang. Dalam kepalanya berkecamuk berbagai macam pikiran.Apakah yang dilakukannya ini sudah benar?Mengapa ia tadi tidak sigap menolong gadis itu?
“Hujin berpesan bahwa semua kerugian yang ada di kedai anda akan kami ganti. Mulai besok, kami akan mengirimkan beberapa pekerja dan bahan-bahan bangunan. Hujin juga mengucapkan permintaan maaf sebesar-besarnya, karena perbuatan cucunya yang berbuat onar di sini, Kwee Loya.”“Ah, pertengkaran kecil begini saja, Khu-hujin sampai turun tangan langsung? Aku si tua begini terlalu diberi muka oleh Khu-hujin. Sudah, tidak perlu diganti. Jangan sampai membuat repot Khu-hujin.”“Tidak apa-apa, Loya. Khu-hujin memaksa. Loya harus menerima permintaan maafnya. Jika ada waktu, Hujin sendiri yang akan datang berkunjung.”“Waah, sebuah kehormatan besar jika beliau berkunjung. Harap beri kabar sebelum beliau datang, agar kami bisa menyiapkan masakan terbaik bagi beliau,” kata Kwee Lai.“Iya, kebetulan beliau memang ada rencana ke kota ini. Ada urusan dagang yang harus beliau selesaikan sendiri. Sekarang beliau masih di kediamannya di kota Tho Hoa.”“Tuan Huan silahkan istirahat sebentar dulu. Kami s
Cio San menduga, banyak orang yang akan datang menanyakan permasalahan kemarin. Mereka tentu saja tidak tertarik dengan pertempuran kemarin. Nama Cio San lah yang menarik perhatian mereka. Dan betul saja, berturut-turut, orang-orang dari berbagai macam perkumpulan dan semua partai datang. Dengan alasan memesan makan dan minum. Mereka mulai bertanya hal-hal yang sama. Tentu saja dijawab yang sama pula oleh Cio San dan penghuni Lai Lai.Rupanya orang Kang Ouw sudah mulai mendengar kabar kemunculan pemuda sakti bernama Cio San. Dari umurnya, ciri-cirinya, dan kesaktiannya, bisa jadi inilah Cio San murid pelarian Bu Tong-pay yang buron sambil membawa lari kitab sakti.Di dunia ini, tidak ada yang menarik perhatian kalangan Bu Lim (persilatan) selain kitab sakti. Selain harta karun dan senjata pusaka tentunya.Sejak awal, Cio San memang telah memikirkan segala keputusan yang diambilnya. Ia telah memilih menggunakan nama aslinya saat pertempuran kemarin. Pikiran yang timbul sekejap saja, na