“Loh, kok lari-larian? Motornya mana?” tanya Azmya saat anak dan suaminya tiba di rumah.
“Aku titip di Pak Narto yang di ujung jalan itu. Aku ambil motor dulu ya,” ucap Arsyil pria itu berusaha untuk tersenyum. Padahal hatinya masih merasakan sakit atas perbuatan beberapa anak terhadap Arkana.“Mogok?’Arsyil menggelengkan kepalanya, “Nanti aku ceritakan ya. Aku ambil motor dulu, gak enak nitip lama-lama.”Arsyil mengambil langkah seribu. Rasanya dia belum mampu untuk menceritakan kejadian itu pada sang istri. Dia harus mengatakan apa pada Azmya, nanti? Dia saja merasa sangat sakit saat mendengar cemoohan itu, apalagi Azmya yang sudah mengandung, menyusui dan mengurusi Arkana hingga tumbuh dengan sangat baik seperti ini.Arkana yang histeris setiap ke sekolah saja, sudah membuat wanita itu bersedih. Bagaimana jika dia mendengar anaknya dipanggil orang gila oleh anak lainnya?Azmya pasti hancur.***“Nak Arsyil, saya mohon maaf ya atas perb“Kamu tuh didik anakmu dengan benar! Anak jangan dikurung di rumah terus, jadi gila kan! Kang Arsyil pasti menyesal sekali punya istri seperti kamu. Mengurusi anak saja tak bisa sampai anak gila begitu!” cebik Melisa. Rupanya salah satu anak yang merundung Arkana adalah anak dari janda genit itu.“Mi, ayo pulang,” lirih Arsyil. Banyak orang yang kini mengerumuni mereka.“Pantas saja anaknya tidak punya akhlak, gak beda jauh sama ibunya!” pekik Azmya tak mau kalah.“Sudahlah Sayang. Berdebat dengan orang yang tidak punya adab tidak akan ada habisnya. Kita pulang ya, kasihan Arka,” lirih Arsyil yang sedari tadi berusaha mendekap Arkana yang terus histeris sembari memukuli kepalanya sendiri.“Anak aku gak gila, Ars,” lirih Azmya. Arsyil tersenyum lembut. Pria itu menganggukkan kepalanya. Arsyil mengerti betapa hancur hati sang istri saat mendengar anaknya dilabeli sebagai orang gila.“Ayo kita pulang. Kasihan Arka kalau terus mendengar ucapan-ucapan seperti itu.”Kali ini Azmya menganggu
Walau merasa tersinggung pada awalnya, Azmya dan Arsyil akhirnya membawa sang anak ke dokter anak terlebih dahulu. Azmya dan Arsyil menyeritakan tentang gejala, tumbuh kembang, serta interaksi sosial Arkana terhadap lingkungan di sekitarnya. Dokter spesialis anak yang bernama Arifianto itu mendengarkan penjelasan Azmya dan Arsyil dengan seksama.Dokter pun melakukan berbagai pemeriksaan pada Arkana. Bahkan Arkana melakukan pemeriksaan itu selama tiga hari berturut-turut. Mulai dari fisik, saraf, dan psikologis termasuk pemeriksaan bahasa, kecerdasan, kemampuan gerak, dan respons saraf. Setelah melakukan serangkaian pemeriksaan, Dr. Arif memberikan diagnosis jika Arkana menderita sindrom asperger.“Syndrome Asperger, Dok? Itu penyakit apa? Bukan penyakit kejiwaan kan Dok?” tanya Azmya. Wanita itu benar-benar tidak mengerti dengan penyakit yang dimaksudkan. Dr. Arif tersenyum. “Sindrom Asperger adalah gangguan perkembangan mental dan saraf yang tergolong dalam ganggu
Azmya terus mengeluh. Wanita itu terus menyalahkan takdirnya. Mengapa semua ini harus terjadi di hidupnya? Mengapa Tuhan tak adil padanya? Mengapa dia tidak memiliki anak yang normal seperti anak lainnya? Padahal selama hidupnya, dia selalu berbuat baik pada siapapun, tapi mengapa dia harus mengalami hal seperti ini? Anaknya dihina semua orang, dirinya pun lelah harus bolak-balik ke rumah sakit untuk menemani Arkana terapi.Arsyil yang bosan mendengar keluhan demi keluhan yang meluncur dari bibir Azmya, akhirnya menegur pujaan hatinya itu.“Apa itu artinya kamu menyesal menikah denganku, Mi?” tanya Arsyil, saat Azmya kembali mengeluh karena anak mereka masih belum ada perkembangan, setelah melakukan terapi selama tiga bulan.“Menyesal? Siapa yang menyesal?! Aku tidak pernah mengatakan hal itu,” jawab Azmya.“Arkana Yudistira lahir ke dunia ini karena kita saling mencintai, Mi. Siang malam kita memadu kasih dan juga memohon agar memiliki seora
Tanpa terasa, sudah enam bulan Arkana melakukan sesi terapi. Bermacam terapi dijalankannya. Perubahan yang dialami anak Azmya dan Arsyil itu cukup pesat. Sepertinya, energi positif dari sang ibu membawa hal positif juga untuk perkembangan Arkana.“Sepertinya Arka sudah bisa diajak terlibat pekerjaan rumah, Pak, Bu. Atau, Arka bisa coba diajak ke tempat Bapak bekerja.”“Saya kerjanya di kebun, Dok. Apa tidak masalah?” tanya Arsyil.“Justru itu bagus sekali, Pak. Arka bisa mengeksplorasi tanaman di sana. Kalau bisa, sebelum ke kebun, Bapak perkenalkan dulu tentang tumbuhan-tumbuhan yang ada di sana. Jadi, saat Arka ke kebun, dia antusias melihat semua hal yang tadinya dia lihat di buku atau televisi, bisa disaksikannya secara langsung.”Arsyil dan Azmya pun mengikuti saran dari dokter. Jika tidak melakukan terapi, Arkana selalu mengikuti Arsyil ke kebun. Tentu saja Azmya tak membiarkan kedua pria tampan itu hanya berduaan saja. Wanita itu juga turut serta.Ars
Sejak hari itu, perlahan Arkana mulai diperkenalkan dengan lingkungan yang lebih luas lagi. Hampir setiap Minggu, Arsyil dan Azmya mengajak Arkana ke taman bermain. Tempat yang biasanya sangat disukai oleh anak kecil. Tapi, tidak bagi Arkana. Taman bermain adalah tempat yang sangat ditakuti oleh anak petani tampan itu. Suara anak-anak yang riuh, langkah kaki yang berkejaran, membuat Arkana terkena serangan panik.Namun, berkat terapi yang terus dijalankan, Arkana perlahan membaik. Walau masih sedikit panik saat berada di area taman bermain, tapi Arkana sudah mulai mau bermain di sana. Tentu saja Arkana selalu memisahkan diri dari anak-anak lain, dan sibuk bermain seorang diri.Satu tahun penuh Arkana menjalani serangkaian terapi. Dokter pun menyarankan Arkana untuk segera bersekolah.“Jangan di sekolah formal, Bu. Mungkin bisa coba di sekolah alam.”“Bagaimana kalau Arka mengamuk, Dok?”“Untuk permulaan, pakai guru bayangan. Jadi, ada seseorang yang akan terus mendampingi Arkana sela
Bersama seorang pendamping yang baru dikenalnya selama beberapa hari, Arkana bersekolah. Walau Arkana selalu diam, tapi pria kecil itu terlihat begitu menikmatinya. Ruang kelas yang lebih cocok disebut dengan pendopo, yang berada di antara pepohonan, membuat Arkana merasa seperti di rumah. Anak petani tampan itu merasa nyaman di sana.Arkana yang terlihat nyaman, sudah membuat Arsyil dan Azmya bahagia. Namun, Arkana sama sekali tak membuka mulutnya. Walau selalu memerhatikan setiap guru menjelaskan, tapi Arkana hanya diam, setiap gurunya memberikan pertanyaan. Gadis yang berperan menjadi guru bayangan bagi Arkana pun melaporkan hal itu pada Azmya dan Arsyil.“Tidak masalah, Nggi. Biar saja jika Arka tak mau melakukan apapun di sekolah. Asal dia merasa nyaman dan tak terlalu panik saat berkumpul bersama teman-temannya, itu saja sudah cukup untuk permulaan,” jawab Azmya.“Tapi, di akhir tahun pelajaran, akan ada tes kemampuan, Bu, Pak. Nanti akan dinilai, ap
“Aku sudah tidak bisa menahannya lagi,” lirih Arsyil. Pria itu pun menggesekkan bagian tubuhnya yang sudah mengeras ke bokong Azmya.“Kamu bisa merasakannya, kan? Mau pindah ruangan ,atau aku telanjangi kamu sekarang juga?”Malam itu, di tengah kecemburuan Azmya, wanita itu harus melayani sang suami. Walau awalnya merasa malas untuk memenuhi hasrat sang suami, namun, saat pria itu menenggelamkan wajah pada pangkal pahanya, Azmya langsung mengeram.Rasa nikmat yang melanda tubuhnya, membuat Azmya tak bisa menahan erangannya. Berkali-kali tubuhnya menghianatinya.Padahal Azmya tak mau memenuhi hasrat sang suami, saat ini. Tapi, yang terjadi justru tak sesuai dengan apa yang dia mau.Bagian bawah tubuhnya meledak berkali-kali, padahal Arsyil belum memasuki tubuhnya, tapi Azmya sudah berulangkali mencapai puncaknya. Arsyil memang begitu pintar membuatnya melayang. Hampir sebelas tahun mereka menikah, tak pernah sekalipun Arsyil gagal memuaskannya.
Arsyil dan Azmya menerima undangan dari kepala sekolah untuk berbincang. Pagi itu, Arkana dan Anggita tidak diantar oleh seorang supir seperti biasanya. Arsyil lah yang menyetir. Kepala sekolah menghubungi Azmya secara pribadi dan mengajak sepasang suami istri itu berbincang saat Arkana sibuk di kelasnya.“Sejak kapan Arkana sudah bisa membaca, Bu?”Arsyil dan Azmya saling pandang. Membaca? Sejak kapan anak mereka bisa membaca?“Memangnya Arka bisa membaca, Bu?” tanya Arsyil.“Sudah sangat lancar, Bu.”Kembali Azmya dan Arsyil saling pandang. Mereka sama sekali tak tau jika Arkana sudah bisa membaca. Arkana tak pernah menunjukkan jika dia bisa membaca.Namun, tiba-tiba Azmya teringat satu hal. Arkana memang sering memegang sebuah buku, kemudian bercerita seakan dirinya tengah membaca. Azmya dan Arsyil berpikir, jika yang dilakukan oleh Arkana bukanlah membaca, tetapi mengulang kembali apa yang sudah mereka bacakan.“Apa buku ini juga Bapak dan Ibu ba
Anggita begitu terkejut saat tiba-tiba kedua orang tuanya masuk ke dalam bilik ya dan mengatakan jika mereka baru saja menemui Arsyil. Bertanya-tanya dalam hati, apa yang diperbuat orang tuanya di kediaman pria yang dicintainya itu? Apa orang tuanya sudah mengetahui alasan yang sebenarnya, mengapa dia dipecat? Apa ayah dan ibunya akan memarahinya karena mencintai suami orang? Apa ayah dan ibunya akan murka karena dia sering menonton aksi Arsyil dan Azmya?Anggita pun menegakkan tubuhnya. Gadis itu bersiap akan cecaran orang tuanya. Tapi, kalimat pertama yang ditanyakan oleh ibunya, membuat Anggita terkejut.“Apa benar Pak Arsyil sering menggoda kamu?” tanya Mila. Dahi Anggita berkerut mendengar pertanyaan sang ibunda.Menggoda? Pria beristri itu tak pernah sekalipun menggodanya. Jangankan menggoda, pria itu bahkan tidak bisa untuk digoda. Kenapa kedua orang tuanya bisa mempunyai pikiran seperti itu?“Bapak dan ibu tadi bertemu dengan tetangganya. Katanya Pak Arsyil itu sering menggo
“Kenalkan, nama saya Indri. Saya istri dari ketua RT, tempat di mana Arsyil dan Azmya tinggal. Kebetulan rumah saya tepat di depan rumah mereka,” ucap Indri.“Ada apa dengan mereka?” tanya wanita itu. Mila pun tanpa ragu menyeritakan apa yang terjadi pada anaknya.“Mia memang seperti itu. Cemburuan gak jelas. Anak saya juga mengalami nasib yang tidak jauh beda. Padahal Arsyil itu naksir berat dengan anak saya tadinya. Tau-tau digoda oleh si Mia itu! Eh ... sekarang malah menuduh anak Ibu dan Bapak yang menggoda suaminya. Padahal saya yakin, pasti Arsyil yang lebih dulu menggoda anak Bapak dan Ibu. Arsyil itu sebenarnya jenuh sama istrinya yang tidak bisa apa-apa itu!”“Berarti Pak Arsyil itu mata keranjang ya?” tanya Mila. Wanita paruh baya itu menatap tak percaya.“Bukan Arsyil yang mata keranjang. Tapi, istrinya itu yang tidak becus dalam mengurusi suami. Mia itu kan tidak bisa memasak, tidak bisa mengurus rumah. Bahkan sudah tidak perawan saat menikah!”Mata Mila dan Jajang melebar
Mila dan sang suami memutuskan untuk berhenti di sebuah warung makan yang tak jauh dari kediaman Arsyil dan Azmya. Pasangan suami istri paruh baya itu masih begitu emosional. Ucapan Arsyil dan Azmya yang menuduh anaknya hendak menjadi orang ketiga bagi rumah tangga keluarga petani itu, membuat Mila dan sang suami meradang.Mereka tau betul sikap Anggita. Putri sulung mereka itu adalah seorang anak yang lemah lembut. Lakunya juga sangat baik. Anggita bahkan tak pernah terlihat berhubungan dekat dengan seorang pria. Bagaimana mungkin anak yang begitu lugu bisa menggoda seorang pria yang notabenenya adalah majikannya? Bahkan pria itu berusia jauh lebih tua dari anak mereka.“Saya yakin Pak. Pasti Bu Mia itu mengada-ada. Masa anak kita dituduh menggoda suaminya. Pasti dianya saja yang cemburuan. Atau ... jangan-jangan Pak Arsyil yang menggoda anak kita, tapi menuduh Anggi yang menggodanya, saat ketahuan oleh istrinya itu!” umpat Mila.“Menurut Bapak juga
Ibu kandung Anggita menghampiri rumah Arsyil yang berada di desa yang bersebelahan dengan desa tempatnya tinggal. Mila berangkat ke sana bersama sang suami. Sebenarnya pria itu tak mau menemani sang istri untuk mengemis sebuah pekerjaan untuk anaknya. Menurut pria itu, Anggita terlalu berlebihan. Harusnya, dengan pengalaman kerjanya selama mendampingi Arkana, anak gadisnya itu mampu mencari pekerjaan dengan lebih mudah.Namun, saat Anggita sama sekali tak menyentuh makanannya. Saat anaknya itu harus dipasangi selang infus karena tak mendapatkan asupan makanan dan cairan yang cukup, mau tak mau, pria itu mengikuti sang istri ke kediaman Arsyil dan Azmya.Sesampainya di sana, kedua orang tua Anggita memohon agar sang anak diperbolehkan untuk kembali bekerja di sana.“Kasihan Anggi sampai tidak mau makan dan minum, Pak, Bu,” ucap Mila. Wanita paruh baya itu, tanpa tau persolan yang menimpa anaknya, terus memohon pada Arsyil dan Azmya.“Mohon maaf, Pak. Saya tidak bisa menerima Anggi untu
Sementara itu, saat Azmya begitu menikmati permainan sang suami. Ada seorang gadis cantik yang terus menangis karena baru saja diberhentikan dari pekerjaannya. Gadis itu menangis bukan karena kehilangan pekerjaan. Dia menangis karena tak lagi bisa menatap pria pujaan hatinya lagi.Biasanya, setiap pagi gadis itu bersemangat karena akan kembali melihat seorang pria dewasa yang begitu perkasa. Menyapa pria itu, mendengar suara pria itu, bahkan menyaksikan tubuh atletis pria itu, sudah menjadi santapan sehari-hari Anggita. Arsyil Yudistira memang begitu memesona. Walau pria itu berusia tiga puluhan, tapi wajah tampan dan tubuh atletisnya, membuat Arsyil terlihat sangat menggairahkan bagi gadis-gadis seumuran Anggita.Gadis itu tak pernah menyangka jika dirinya akan jatuh cinta pada seorang pria yang berusia sepuluh tahun lebih tua darinya. Anggita merasakan getaran-getaran itu di hatinya, saat Arsyil mulai suka memujinya. Sejak saat itu, senyuman yang selalu ditampilkan oleh petani tamp
“Sepertinya beberapa hari belakangan, kamu cukup sehat,” ucap Arsyil saat dirinya bersama sang istri baru saja masuk ke kamar.“Iya. Rasanya tubuhku sudah mulai segar kembali. Apalagi tadi pagi sudah diurut dengan Ceu Edah. Tubuh ini jadi terasa tambah segar,” ungkap Azmya. Senyuman lebar terkembang di wajah Arsyil. Pria itu seketika menyergap Azmya. Memeluk erat sang istri dari belakang. Kini Arsyil sudah membenamkan wajahnya pada lekuk leher Azmya.“Sudah bisa melayaniku dong, kalau begitu.”Arsyil tak membutuhkan jawaban dari Azmya. Melihat kondisi tubuh sang istri begitu bugar, Arsyil pun tau jika Azmya sudah siap untuk melayaninya.Jemari pria itu kini telah menangkup salah satu benda kenyal milik Azmya. Arsyil memberikan pijatan-pijatan lembut di sana seraya memberikan jejak-jejak kepemilikan di leher sang istri.Azmya tentu saja mulai menikmatinya. Terlebih saat pria itu mulai menggesek-gesekkan bagian tubuhnya yang
Arkana sebenarnya tak lagi membutuhkan shadow teacher untuk mendampinginya belajar. Anak petani tampan itu sudah tak mengenyam pendidikan formal sejak tahun lalu. Begitu lulus dari sekolah taman kanak-kanak, Arsyil dan Azmya memutuskan jika sang anak melanjutkan pendidikan homeschooling.Azmya dan Arsyil langsung yang menjadi mentor bagi Arkana. Mereka memberikan banyak buku tentang pertanian dan robotik untuk Arkana. Arsyil bahkan mengajarkan Arkana yang baru berusia tujuh tahun itu untuk berselancar di internet, Deni memuaskan hasrat sang anak akan ilmu pengetahuan.Selama satu tahun setelah Arkana lulus dari taman kanak-kanak, Anggita hadir di sana, hanya untuk menemani Arkana jika Arsyil dan Azmya sedang sibuk dengan pekerjaan mereka.Dan kini, tanpa kehadiran Anggita, Arsyil harus benar-benar bisa membagi waktu antara mengurusi bisnis perkebunannya, mengurusi usaha yang dirintis oleh Azmya, serta menemani Arkana belajar.Sementara Azmya yang tengah hamil muda, hanya mampu terkula
“Kamu mengatakan ini agar aku melayanimu, kan, Ars?! Kamu kenapa sih, Ars? Sejak dulu, kalau menyangkut hal yang begituan, kamu selalu seperti anak kecil. Aku sedang tidak enak badan, Ars! Kalau aku dalam keadaan fit, aku juga tidak pernah menolak keinginan kamu!”“Mi ... Jangan teriak-teriak. Nanti, Arka dengar.”“Biar saja dia dengar. Biar dia tau kalau papanya begitu kekanakan! Hanya memikirkan dirinya sendiri!”“Anggi menawarkan diri untuk jadi istri keduaku!” ucap Arsyil.“APA?!”Azmya benar-benar terkejut dengan pernyataan yang baru saja terlontar dari bibir sang suami. Anggita menawarkan diri untuk menjadi istri kedua sang suami? Gadis itu secara terang-terangan mengatakan jika dia tertarik pada Arsyil. Yang benar saja!“Dia bilang, dia akan melayaniku dengan baik. Dia bahkan rela hanya dinikahi secara siri.”Lagi, Azmya terperangah. Bagaimana mungkin gadis yang begitu muda dan cantik, rela menyerahkan dirinya begitu saja pada seorang pria beristri? “Apa kamu pernah menjanjika
“Sayang ... Apa Arka masih membutuhkan seorang guru bayangan? Arka kan sudah tidak sekolah formal lagi?” tanya Arsyil saat pria itu baru saja mengantarkan Anggita ke depan pintu gerbang.“Ars ... Bisa tidak sih, kalau kamu tidak menganggu aku. Sebentar saja, Ars. Aku sedang merasa sangat lelah, pusing, mual, seluruh badanku rasanya tidak enak,” keluh Azmya.Baru saja dirinya terlelap. Sang suami sudah kembali mengganggunya. Padahal beberapa menit yang lalu, dirinya baru saja berpesan jika dia tak ingin diganggu.“Aku baru saja memecat Anggi.”Dahi Azmya berkerut. Wanita itu seketika menegakkan tubuhnya. Azmya tentu saja bingung karena sang suami tiba-tiba memecat seseorang yang sudah banyak membantu mereka. Sudah hampir dua tahun gadis itu menemani Arka. Arsyil bahkan bersikap begitu baik pada Anggita. Hingga Azmya kerap mendapati percikan cemburu di hatinya.“Memecat? Kok bisa? Dia berbuat apa? Ketahuan mencuri? Dia mencuri, iya? mencuri apa? Perabotan rumah? Uang? atau apa?”Arsyil