Share

Bab 4

Author: Hanya lasida
last update Last Updated: 2021-09-16 11:23:49

Gue usil, gue nakal. Itu semua karna di mata gue lo itu beda.

- Jai -

***

Jinny tengah asik memakan bekalnya di kelas, nasi goreng spesial buatan Mamanya yang tersayang. Sendok demi sendok ia suapkan ke mulutnya, ia tak ingin buru-buru. menurutnya, salah satu kasih sayang seorang Ibu dapat ia rasakan melalui masakan yang dibuat oleh Mamanya.

"Wih enak tuh, bagi dong," Jai mengambil tempat duduk di samping Jinny dan segera merampas bekal Jinny lalu melahapnya hingga habis.

Jinny yang dari tadi diam pun akhirnya tersadar, ia merampas kemabali kotak bekalnya lalu melihat isinya. Kosong, dengan hati yang panas Jinny menatap Jai.

"Lo apa-apaan sih!" ucap Jinny jengkel.

"Gue laper," balas Jai, santai kayak di pantai.

"Trus, harus gitu lo ambil bekal gue?" tanya Jinny ketus. Jelas, baru saja setengah dari bekal itu yang Jinny makan, tapi si monyet kampret di sampingnya ini merebut dengan seenaknya, memang dasar manusia tidak punya perasaan.

"Masakan mama lo enak, gue suka,"

jawab Jai, setelah itu ia melenggang menuju tempat duduknya tanpa merasa berasalah sedikitpun.

Jinny mengepalkan tangannya.

Jai sialan. Umpatnya dalam hati.

Dari arah lain, Sasya memasuki kelasnya dengan terburu-buru, ia mendekati Jinny lalu mulai mengatur napasnya, setelah merasa lebih baik ia membuka suaranya.

"Lo dipanggil sama Pak Teo," ucap Sasya.

"Kenapa?" tanya Jinny.

Sasya mengangkat bahunya. "Mana gue tau, buruan sana," ucap Sasya. Lalu setelah itu ia mulai menduduki bangkunya.

Jinny mengangguk mengerti dan segera pergi menemui guru pembinanya itu.

Sasya menepuk jidatnya pelan, ia melupakan satu hal lagi.

"Woy, Jailangkung !" panggilnya namun yang di panggil tak menoleh sama sekali.

"Woy, Hijai budeg!" lanjut Sasya, ia merasa sangat kesal karna Jai yang seolah bersikap tak acuh.

Jai menoleh, ia mengangkat satu alisnya.

"Lo juga dipanggil tu sama Pak Teo, buruan!" ucap Sasya.

Jai hanya membalasnya dengan anggukan lalu ia berjalan menyusul Jinny.

Dari tempatnya berjalan, Jai dapat melihat Jinny yang tak jauh di depannya, sebuah ide jahil terlintas di otaknya. Jai menambah kecepatan jalannya, lalu dengan sengaja menjegal kaki Jinny. Saat Jinny akan terjartuh, dengan sigap Jai menangkap tangannya.

"Kalo jalan pake mata dong," ucap Jai.

Jinny mendengus kesal lalu menghempaskan tangan Jai.

"Bilang aja kalo Lo mau modus sama gue!" ucap Jinny seraya tersenyum sinis.

"Najis! ngapain gue modus-modusan sama cewek yang modelnya kayak lo? Mustahil!" ucap Jai seraya berjalan mendahului Jinny.

Jinny menghentakkan kakinya di latai, ia sangat kesal demgan Jai. Dengan cepat Jinny menyusul langkah Jai lalu balas menjegal kakinya, namun kali ini ia tak menangkap tangan Jai, sehingga Jai pun tersungkur di lantai.

"Mamam tu lantai," ejek Jinny, setelah itu ia berlari ke ruangan Pak Teo sambil tertawa.

Jai yang masih berada dilantai pun tertawa hambar.

cewek sialan! Umpatnya dalam hati.

Jinny dan Jai kini tengah duduk berhadapan dengan Pak Teo selaku pembina mereka dalam olahraga basket.

"Kalian tau kenapa saya panggil kalian kesini?" tanya Pak Teo.

"Ya kali pak, bapak aja belum bilang gimana kita bisa tau," balas Jai. Ia sungguh tak mengerti dengan jalan pikiran guru di depannya ini.

Pak Teo terkekeh pelan.

"Jadi gini, sebulan lagi akan ada turnamen basket se-Jakarta. Intinya, saya ingin kalian berdua mempersiapkan tim dengan baik, usahakan kita meraih kemenangan di turnamen ini, apa kalian siap?" tanya Pak Teo.

Jinny dan Jai mengangguk setuju.

"Kalalu begitu saya tunggu kalian nanti sore, cukup kalian berdua dulu, ada suatu hal yang ingin saya sampaikan secara pribadi, soal tempatnya nanti saya informasikan kembali," lanjut Pak Teo.

Jinny dan Jai kembali mengangguk.

"Kalau begitu kalian boleh kembali ke kelas." J

ai dan Jinny lagi-lagi mengangguk lalu keluar dari ruangan Pak Teo.

Ide jahil kembali terlintas di otak Jai, ia dengan sengaja menarik rambut Jinny yang diikat ekor kuda itu, sehingga Jinny pun terdorong ke belakang, untung saja tak jatuh.

"Lepasin woy, sakit nih!" jerit Jinny.

"Gak!" jawab Jai, ia berjalan sambil terus menarik-narik rambut Jinny.

"Bisa rontok nanti rambut gue!"

"Bukan urusan gue,"

"Lo gak punya perasaan mah, sakit tau gak!"

"Bodo amat!"

"Dasar monyet brengsek!"

"Yang penting ganteng,"

"Idih, ganteng? Noh kalo di liat dari lobang sedotan dari atas monas,"

"Makasih udah ngakuin gue ganteng,"

"Dasar pea', sapa juga yang ngakuin lo ganteng, amit-amit dah!"

"Itu lo tadi yan bi-"

"Kak Jai!"

Ucapan dan langkah Jai terhenti karna seseorang yang memanggilnya. Jai mendongak, dan seketika Jai memutar bola matanya jengah. Itu mawar, adik kelas yang suka padanya.

Jai terdiam sebentar, ia malas jika harus berhadapan dengan Mawar lagi. Perlahan tangannnya turun dan menggenggam tangan Jinny.

"Dalam hitungan ketiga, lo harus lari," ucap Jai.

Jinny hanya diam di tempatnya, dunianya seolah tuli, bahkan ia tak mendengar, apa yang dikatakan Jai barusan. Mata, jantung dan pikiranya kini hanya terfokus pada tangannya saja.

"Tiga!" dengan segera Jai berlari menjauhi Mawar. Jinny yang tak tau apa-apa terseret dan ikut berlari bersama Jai.

Deg.. Deg.. Deg..

Jinny merasa aneh dengan dirinya, kenapa Jantungnya berpacu dengan cepat seperti ini, hanya sebuah genggaman dan itu adalah genggaman dari orang yang dibencinya kenapa ia merasa deg-degan.

Gue udah gila! Umpat Jinny dalam hati.

Jai dan Jinny kini sudah sampai di tembok pagar yang tinggi. Jai berpikir sejenak lalu mulai membuka suaranya.

"Naik!" ucapnya pada Jinny.

Jinny diam, karna ia tak mengerti dengan maksud Jai.

Jai menunjuk pagar dihadapan mereka

"Naik!" ucapnya lagi.

"Lo gila ya!" teriak Jinny, kali ini ia otaknya sudah berfungsi dengan normal untuk memcerna maksud Jai.

"Lo mau ngajak gue bolos, huh?" tanya Jinny.

Jai hanya mengangguk. "Gue bosen di kelas, lagian guru-guru pada rapat lagi kan?" ucap Jai santai.

"Ogah! Ngapain juga gue harus ikut bolos sama lo?!" tolak Jinny kasar.

"Lo mau naik dengan suka rela apa gue gendong lewat pintu gerbang?!" ancam Jai.

Jinny mendengus, jika dilihat dari ancamannya memang seperti main-main, mana berani Jai ikut pintu gerbang, kan berabe jika di ketahui oleh guru piket yang super galak. Tapi, ketika Jinny melihat wajah Jai, kali ini ia memang tak main-main dengan kata-katanya. Dengan pasrah, Jinny menatao tembok tinggi di depannya ini.

"Ini gimana naiknya?" tanya Jinny, jujur ia bulum pernah bolos sekalipun dan tembok di depannya ini cukup- ralat, sangat tinggi.

"Tunggu disini, gue ngambil tangga dulu, jangan coba-coba untuk kabur!" ucap Jai.

Jinny hanya mengedikkan bahunya. Setelah kepergian Jai, Jinny hanya diam mematung, ia bingung kenapa ia menurut saja dan menunggu Jai disini, padahal ia bisa saja lari dari sini.

Setelah beberapa menit menunggu, Jai datang membawa sebuah tangga kecil lalu meletakkannya di tembok agar Jinny bisa menaikinya. Jai naik duluan ke atas lalu setelahnya ia menyuruh Jinny untuk naik. Jinny tampak ragu, namun paksaan sekaligus ancaman dari Jai memaksa Jinny untuk tetap menaikinya.

"Turun!" perintah Jai, saat ini dirinya sudah berada di bawah, sementara Jinny masih di atas.

"Ini gimana turunnya?" tanya Jinny, ia mulai panik karna tak tau harus bagaimana lagi.

"Tinggal lompat aja elah," jawab Jai, santai.

"Lo kata gampang apa?!" gerutu Jinny, ia sangat kesal pada Jai karna tak menngerti dengan posisinya.

"Lo tinggal lompat aja nanti gue tangkap," ucap Jai sambil memasang kuda-kudanya.

"Beneran ya lo bakal tangkap gue?" tanya Jinny, memastikan saja jika itu bukan sebuah candaan. Ia masih ragu seorang Jai akan menangkapnya, bukankah itu terlalu mustahil.

"Iya beneran nanti gue tangkep!" ucap Jai, meyakinkan Jinny.

Jinny menutup matanya, ia mulai meyakinkan dirinya.

"Bismillahirrohmanirrohim," setelah mengucapkan basmalah Jinny melompat, Jinny sangat takut jika nanti terluka, kali ini ia pasrah saja. Namun, sudah beberapa menit ia menunggu, tapi tidak merasakan apapun, perlahan Jinny membuka matanya. Betapa terkejutnya Jinny saat waja Jai berada sangat dekat dengan wajahnya. Jinny mengedipkan matanya berkali-kali, setelah itu ia mendorong tubuh Jai untuk menjauh.

"Ayo," ajak Jai. Jinny mengangguk lalu mulai mengikuti langkah Jai yang entah mau pergi kemana.

Diperjalanan, Jai terus memikirkan kejadian tadi. Dari arah sedekat itu, mengapa wajah Jinny terlihat sangatlah cantik? Pertanyaan itu terus berputar-putar di otaknya. Namun setelah itu ia menggeleng.

Mungkin itu hanya perasaanku saja. Batin Jai.

***

Related chapters

  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 5

    Dimata gue, perempuan itu sangat berharga. Gue gak suka sama mereka yang membuang harga dirinya hanya karna Cinta.- Jai -***Jinny duduk diam disebuah bangku taman, ia masih menunggu Jai yang entah pergi kemana, ia merasa kesal, sudah diajak bolos bareng, kini ia ditinggal sendiri.Karena bosan, Jinny membuka ponselnya, ada beberapa notifikasi dari instagram dan Line. Jinny membuka aplikasi Line-nya, ada chat dari sahabatnya, Sasya.Salsyabilla : Jinn, lo dimana ? Tadi Bu Sita nyariin lo, lo bareng Jai gak?Jinny mendengus sebal."Kata siapa guru-guru rapatnya sampai siang, buktinya Bu Sita masuk tuh di kelas, Jai sialan!" gerutu Jinny.Setelah itu ia mengetikkan sesuatu untuk Sasya.

    Last Updated : 2021-09-16
  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 6

    Lo yang ceria dan ngeselin pun bisa jatuh.- Jai -****Jinny sedang duduk santai di kafe milik mamanya, ia menyesap sebuah coklat panas dengan santai. Dilihatnya langit yang semakin mendung, sepertinya ia akan lama berada di sini. Ia juga mendapat pesan dari Pak Teo bahwa latihannya untuk sore ini diundur minggu depan.Tanpa sengaja mata Jinny menangkap seseorang yang tak asing, tak jauh dari tempatnya duduk. Dia sedang asik bermesraan dengan seseorang, Jinny melotot kala mendapati orang itu sedang berpelukan.Jinny berdiri."Mbak, minta air putih segelas ya," pinta Jinny pada seorang pelayan. Pelayan itu mengangguk lalu secepatnya memberikan air putih itu pada Jinny.Wajah Jinny mulai memerah menahan marah, ia melangkah mendekati mereka. Diangkatnya se

    Last Updated : 2021-10-13
  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 7

    Kalo hadiah dari kesialan gue adalah senyum lo, maka gue rela kena sial tiap hari.- Jai -***Jai tengah asik berjalan di koridor, namun matanya tak sengaja menangkap sosok Jinny yang ditarik paksa oleh seniornya, setau Jai itu adalah Aldi-mantan ketua osis.Jai memicingkan matanya, entah mengapa ia merasa tak suka. Kemudia ia berjalan mengikuti mereka, sesekali ia bersembunyi ala-ala seorang Spy agar tak ketahuan.Aldi dan Jinny berhenti di taman belakang sekolah. Jai pun ikut berhenti, namun dari tempatnya ia tak dapat mendengar apapun, untuk itu ia memutuskan melangkah lebih dekat."Lo harus dengerin penjelasan gue dulu Jinn," ucap Aldi seraya menggengam tangan Jinny.Melihat adegan ini, entah mengapa hati Jai merasa sedikit panas.

    Last Updated : 2021-10-26
  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 8

    Kadang gue suka mikir, lo itu benci apa cinta ?- Jinjai -***Jai memasuki kelas dengan santai, teman kelasnya tengah sibuk dan ribut membahas tentang ulangan kimia nanti. Ia membuang tasnya di meja lalu mendudukkan pantatnya di bangku. Namun seketika matanya melotot dan mulutnya menganga."Anjirrr! Lo nulis apaan woy?" teriak Jai heboh, kala mendapati beberapa kalimat yang tertulis dipapan tulis. Teman kelasnya pun menengok ke arah yang Jai tunjuk, mereka bertanya-tanya, apa gerangan yang membuat Jai heboh seperti itu. Namun setelah melihat apa yang tertera dipapan tulis, seketika mereka tertawa terbahak-bahak.DAN JANGANLAH KAMU BERPURA PURA TULI SAAT SESAMAMU SEDANG MEMINTA TOLONGSekiranya, begitulah

    Last Updated : 2021-10-26
  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 9

    Gue benci sama orang yang gak mau denger penjelasan orang lain dulu dan langsung main fisik.- Jinny -***Jinny menggerakkan kelopak matanya perlahan, kepalanya masih agak sedikit pusing."Udah gue bilang kan tadi,"Jinny memutar bola matanya jengah, karna Jai langsung menyambutnya dengan omelan-omelan yang tambah membuat Jinny pusing.Jai melangkah mendekat seraya memberikan semangkok bubur pada Jinny."Nih, makan dulu," lanjut Jai."Gak usah," tolak Jinny, ia masih saja berpegang teguh pada gensinya, walaupun kini perutnya berterik minta diisi."Gak usah sok nolak deh, lo kira gue gak capek apa nungguin lo bangun dari tadi," Jai semakin merasa jengah dengan kelakuan Ji

    Last Updated : 2021-10-26
  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 10

    Gue capek berantem terus sama lo, apakah salah kalo gue berubah ?- Jai -***Jai kini tengah memarkirkan motornya di bawah pohon rindang yang menjadi tempat favoritnya. Teriakan dari para fans-nya sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Jai, si tampan yang mempesona.Jai mulai melangkah, dan tak sengaja matanya menatap Jinny yang sedang berjalan santai di koridor kelas 10. Jai tersenyum kecil lalu berlari menyusul Jinny."Hai Jinny," sapanya.Jinny menoleh.

    Last Updated : 2021-10-26
  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 11

    Gue suka, tapi gak tau cara ngungkapinnya gimana. -Jai-***Jinny tengah asik memakan es krimnya di taman, entah mengapa hari ini ia merasa ingin saja duduk di taman favourite-nya ini. Pandangannya tertuju pada dua anak kecil yang asyik bermain, Jinny perlahan tersenyum karna dua anak kecil itu sedang tertawa terbahak-bahak."Jinny.." Jinny menoleh dan mendapati Jai yang kini tengah duduk di samping kanannya."Ngapain lo?" tanya Jinny ketus.

    Last Updated : 2021-10-26
  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 12

    Perlahan namun pasti.-JinJai-***Jai menyusuri koridor kelas X dengan perasaan gembira, sesekali ia bersenandung ria. Suaranya itu cukup bagus, untuk ukuran seorang Jinny, namun untuk para siswi lain, suara Jai itu memukau, menusuk hingga kerelung hati terdalam, sungguh sangat lebay."Pagi kak," sapa salah satu siswi yang berpapasan dengan Jai di koridor."Pagi juga.." balas Jai seraya tersenyum manis."Ya ampun, sapaan gue dibales,""Lo liat kan ta

    Last Updated : 2021-10-26

Latest chapter

  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 37

    Butuh kesabaran ekstra buat dapetin lo, dan kini gue harap lo mau nerima cinta gue.***Jai berdiri di sana, di atas panggung, lengkap dengan gitarnya. Ia melihat Jinny dari sana sambil tersenyum, sementara yang ditatap hanya diam melotot di tempatnya. "Gue berdiri di sini, buat ngungkapin perasaan gue sama seseorang." Jai masih menatap Jinny, sementara para penonton, khususnya wanita berteriak heboh."Terimakasih untuk dia yang sudah memakai gaun biru, warna kesukaan gue." Penonton kembali berteriak heboh, apalagi mereka yang juga memakai gaun biru. Berharap saja jika yang di maksud oleh Jai adalah me

  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 36

    Untuk hari yang spesial, tentunya harus tampil memukau.***"BANG TARA!!"Tok. Tok.. Tok.Jinny tak ada hentinya mengetuk pintu kamar Tara, sudah sedari tadi ia teriak sampai habis suara namun sama sekali tak di dengar oleh Tara. Jinny semakin kesal dibuatnya, ia menatap pintu kamar itu lekat.Brakk.."JINNY! SUARA APA ITU?""ANJING TETANGGA NABRAK PAGAR MA." Jinny mendengus sebal sambil

  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 35

    Kekhawatiranmu, membuatku tersadar, apa mungkin kau juga punya rasa?***"Harusnya lo itu langsung lari aja!"Jai memarahi Jinny habis-habisan, ia merasa sangat panas saat melihat Luis memegang tangan Jinny begitu. Sedangkan Jinny hanya diam di tempatnya sambil menundukkan kepalanya."Maaf," Jai tertegun, ia menatap perempuan yang ada di hadapannya itu lekat. Jai menjulurkan tangannya dan menghapus air mata yang telah menetes di pipi Jinny. Ia benar-benar bodoh, mengapa ia bisa kelepasan seperti ini. Apalagi sampai membuat Jinny menangis begini, kalau sudah begini, apa bedanya ia dengan laki-laki brengs

  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 34

    Bukan gak mau, hanya mencari waktu yang tepat saja.***"Jai kampret!" Jai menutup telinganya rapat-rapat. Sudah sejak tadi Sasya terus mengomelinya, beginilah, begitulah, ia bosan, bosan dan bosan. Ia mengerti maksud dari Sasya itu baik, hanya saja dia butuh waktu yang tepat. Untuk saat ini mentalnya belum terlalu kuat."Jai, lo ngerti gak sih? Gue gemes deh sama kalian, sama-sama gengsi, udah sama-sama cinta aja masih ditutup-tutupin." Sasya mulai mendesah frustasi. Angga yang berada di sampingnya hanya terkekeh geli melihat kelakuan pacarnya itu."Iya Sya, gue ngerti." Jawab Jai.

  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 33

    Mungkin ini jawaban, dari lelahnya menunggu.***Jai memegang erat buku di tangannya. Dalam hati ia tak henti bersyukur, akhir dari perjuangan ini sangat memuaskan, setidaknya cinta pertamanya tak berakhir dengan kisah yang tak terbalaskan."Sasya, cepetan."Jai melotot, sesegera mungkin ia berlari ke bangkunya lalu menyembunyikan buku di tangannya ke dalam laci meja. Ia merogoh sakunya, mengambil sebuah ponsel dari sana dan pura-pura memainkannya."Sya, cepetan elah." Teriak Jinny, kini ia sudah berada di dalam kelas, dan sedikit terkejut karna melihat Jai juga ada di sana. 

  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 32

    Kalau memang cinta, katakan saja, kenapa harus takut? kenapa harus malu?***Sudah dua minggu sejak Jinny terbaring lemah di rumah sakit, dan kini ia bisa bersekolah seperti biasanya. Jinny menatap gerbang sekolahnya lekat, ia merindukam sekolahnya ini.Jinny melangkah memasuki sekolahnya, ia menoleh pada Pak Ujang yang sedang asyik meminum kopinya."Pagi, pak Ujang." Sapanya.Pak Ujang menoleh lalu ia tersenyum hangat pada Jinny."Eh, ada neng geulis, udah sembuh neng?"Jinny mengangguk menanggapi pertanyaan pak Ujang, setelah itu ia pamit menuju kelasnya."JINNNNNNYYY!!!" teriak Sasya, heboh, ia segera berlari dan berhambur ke pelukan sahabatnya itu."Gue kangen sama lo."Jinny berdecih. "Alay

  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 31

    Gak nyangka aja, lo bisa berbuat sekeji itu.***"Gue bisa bantu kalian nyari siapa pelaku sebenarnya."Jai terdiam di tempatnya, begitu pula dengan beberapa orang yang berada di sana. Tara maju mendekat ke arah Sindi."Gue harap lo serius sama kata-kata lo." Setelah mengucapkannya, Tara membuka ikatan Sindi dan membiarkannya mencari bukti siapa pelaku sebenarnya.Sementara Mawar, masih dibiarkan terikat karna ada sesuatu yang harus mereka tanyakan. Zidan menatap wajah sepupunya itu, dalam hati juga ia kasian, tapi kalo dia bersalah, Zidan tak akan segan-segan untuk menghabisinya.

  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 30

    Siapapun itu, gak bakal dapat maaf dari gue. Kalo dia udah nyakitin seseorang yang gue sayang.- Jai -***Jai masih duduk di bangku kantin dengan wajah lesu, ia sangat lelah, juga sangat frustasi. Sudah dua malam ia tak tidur karna terus menunggu Jinny yang berada di rumah sakit. Kata Dokter, tulang belakang Jinny mengalami keretakan akibat pukulan benda keras. Jai kembali memeras otaknya, memikirkan siapa pelaku sebenarnya.Apakah Mawar dan Sindi? Ataukah orang lain? Batin Jai terus berdebat.Sampai sebuah pukulan mendarat indah di tengkuknya. Jai mendongak dan mendapati para sahabatnya yang sudah duduk manis di tempat masing-masing."

  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 29

    Satu waktu, di satu tempat yang terasa hitam dan gelap, aku melihatmu sebagai cahaya yang terang.- Jinny -***Jinny mengemasi buku-bukunya dan memasukkan kedalam tas berwarna pink miliknya- hadiah dari papanya saat ia berulang tahun yang ke-16. Sesekali ia tersenyum dan tertawa menanggapi lelucon yang di lontarkan oleh Sasya."Jinn.."Jinny menoleh dan mengerutkan keningnya, menatap Sasya bingung."Pangeran lo nungguin tuh," ucap Sasya seraya menunjuk orang yang tengah bersandar di pintu kelas, menunggu Jinny."Pangeran, pala lo peang." Dengus Jinny seraya menatap orang itu jengah, namun tak sengaja matanya menatap orang yang masih dudu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status