Share

Bab 7

Author: Hanya lasida
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Kalo hadiah dari kesialan gue adalah senyum lo, maka gue rela kena sial tiap hari.

- Jai -

***

Jai tengah asik berjalan di koridor, namun matanya tak sengaja menangkap sosok Jinny yang ditarik paksa oleh seniornya, setau Jai itu adalah Aldi-mantan ketua osis.

Jai memicingkan matanya, entah mengapa ia merasa tak suka. Kemudia ia berjalan mengikuti mereka, sesekali ia bersembunyi ala-ala seorang Spy agar tak ketahuan.

Aldi dan Jinny berhenti di taman belakang sekolah. Jai pun ikut berhenti, namun dari tempatnya ia tak dapat mendengar apapun, untuk itu ia memutuskan melangkah lebih dekat.

"Lo harus dengerin penjelasan gue dulu Jinn," ucap Aldi seraya menggengam tangan Jinny.

Melihat adegan ini, entah mengapa hati Jai merasa sedikit panas.

Jinny mendengus lalu menarik tangannya kasar.

"Apalagi sih kak? Semuanya udah jelas," ucap Jinny seraya melangkah pergi, namun lagi-lagi tangannya dicekal.

"Gue gak ada hubungan apa-apa sama dia Jinn, gue suka sama lo, kemarin itu cuma kesalah pahaman," ucap Aldi.

Jinny tertawa mencibir.

"Trus, lo pikir gue bakal percaya gitu sama lo?!" tanya Jinny, ia tak lagi memakai sapaan 'Kak' pada Aldi. Rasa bencinya kini semakin menjadi-jadi.

"Dengerin dulu penjelasan dari gue Jinn, satu kali ini aja," paksa Aldi.

"Lepasin gue kak, Gue terlanjur kecewa sama lo!" ucap Jinny kasar, ia masih berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman Aldi.

"Gak. Gue gak akan lepasin lo, sebelum lo dengerin penjelasan gue," tegas Aldi, ia masih berusaha meyakinkan Jinny, walaupun rasanya cukup berat.

Jinny tertawa sinis.

"Lepasin tangan gue sekarang!" berontak Jinny.

Namun Aldi sama sekali tak memberikan Jinny kesempatan untuk kabur, kali ini Aldi harus menjelaskannya sampai tuntas, agar tak terjadi lagi kesalah pahaman antara mereka, agar ia bisa memiliki Jinny seutuhnya.

"Jinn, gue mohon sama lo, dengerin gue dulu,"  ucap Aldi.

Jinny tak menggubris kata-kata Aldi, ia masih berusaha melepaskan tangannya yang kini mulai terasa sakit. Cengkraman Aldi terlalu keras, sehingga mungkin akan membuat tangannya memerah.

Cukup sudah, Jai muak dengan adegan di depannya. Ia melangkah ke depan lalu menarik kuat kerah baju Aldi, setelah itu ia mendorong tubuh Aldi sehingga ia tersungkur di tanah.

Aldi melotot.

"Maksud lo apa, huh?!" teriak Aldi.

Jai tertawa sinis.

"Lo yang maksudnya apa?! Ceweknya gak mau, masih aja di paksa," jawab Jai.

Aldi berdiri dan menarik kerah baju Jai.

"Apa urusannya sama lo?!" tanya Aldi, ia kini mulai tersulut emosi karna Jai yang tiba-tiba saja datang dan menganggu rencananya.

Jai mendengus, ia melayangkan satu bogeman mentah di pipi Aldi.

Brukk.

Jinny melotot dan menutup mulutnya, ia sedikit mundur ke belakang, menghindari amukan seorang Jai.

"Lo tanya apa urusannya sama gue?" kepalan ditangan Jai masih mengeras.

"Gue paling gak suka liat cewek dipaksa. Lo tau gak ?! hanya cowok BANCI yang memaksakan perasaanya!" lanjut Jai dengan menekankan kata 'Banci' dikalimatnya.

Aldi geram, ia berdiri dan melayangkan pukulannya pada pipi Jai.

"Banci teriak banci! lo harusnya nyadar, cuma cowok LEMAH yang nolak cewek di depan umum!" balas Aldi. Ia mencibir Jai dan mengingatkan tentang peristiwa penolakan Mawar.

Tentu saja Aldi melihatnya, saat itu ia berada di sana, tepat saat Mawar menangis karna penolakan Jai, ia merasa sangat marah. Jelas saja, Mawar adalah satu-satunya teman sekaligus orang yang dicintainya sejak kecil. Bahkan Aldi sudah imhlas dan rela mengorbankan perasaanya deminkebahagiaan Mawar, karna Mawar menyukai orang lain, yaitu Jai. Namun apa yang ia dapat? Jai malah menolak Mawar di depan umum, akibatnya Mawar menangis seharian di kamarnya, bahkan ia tak mau keluar untuk makan. Orang tuanya saja sampai frustasi.

Dan sekarang, saat Aldi kembali membuka hati dengan mendekati Jinny, Jai lagi-lagi ikut campur, tentunya Aldi merasa sangat marah. Cukup sudah ia bersabar, kali ini ia akan menghajar Jai habis-habisan.

Jai berdiri, tangannya kembali terkepal. Jai menyeka sudut bibirnya yang mengeluarkan darah segar.

"Kalo lo gak tau alasannya, gak usah asal ngomong!" ucap Jai.

Aldi tertawa sinis.

"Gue gak butuh alasan dari lo!" ucap Aldi. Aldi melangkah maju lalu kembali memukul pipi Jai hingga ia terjatuh.

Jai yang tak terima, bangkit dan balas memukul Aldi, mereka saling memukul satu sama lain.

Jinny mulai panik, dengan segera ia berlari memcari bantuan ke kelas abangnya. Satu-satunya orang yang melintas di otak Jinny. Jinny buru-buru berlari, ia takut mereka berdua nanti kenapa-kenapa.

"Bang Taraaa!" teriak Jinny, suaranya terdengar bergetar.

Tara yang mendengar teriakan Jinny, langsung berlari mendekati adiknya di pintu kelas.

"Kenapa Jinn?" tanya Tara khawatir, ia melihat muka Jinny yang begitu pucat.

"Lo harus pisahin mereka bang, ayo bang, Cepetan ikut gue!" ucap Jinny seraya menarik-narik tangan abangnya.

Tara menoleh ke belakang memberi kode agar dua orang di belakang mengikutinya. Tara menduga ada sesuatu yang tidak beres, untuk itu ia mengajak kedua sahabatnya untuk ikut juga.

Deva dan Gio pun mengangguk lalu segera berlari mengejar Tara.

Setelah sampai di tempat yang Jinny maksud, mereka dibuat terkejut dengan  dua mahluk di depannya. Aldi kini sudah  berada diatas Jai dan tak henti-hentinya memukuli Jai yang sudah babak belur.

Dengan sigap, Gio dan Deva berlari menarik Aldi dan menahannya, sedangkan Tara mengangkat Jai agar ia berdiri.

Mata Jinny berkaca-kaca, ia melangkah mendekati abangnya.

"Bang.." panggil Jinny.

Tara mengangguk, ia mengerti dengan maksud adiknya itu. Lalu dengan segera ia membopong Jai menuju UKS.

Jinny berlari mencari kotak P3K, setelah menemukannya ia cepat-cepat mendekati Jai yang terbaring di masur dan mengobati lukanya.

Aldi? Persetan dengannya. Jinny bahkan tak tau, setelah pertengkaran itu Aldi pergi kemana, yang jelas ia tak lagi perduli.

"Ah perih," keluh Jai.

Jinny mendengus jengkel.

"Diem dulu napa!" sentaknya.

Jai pun terdiam dan membiarkan Jinny mengobati lukanya.

"Lagian, udah tau gak bisa berkelahi, sok-sokan jadi jagoan," ucap Jinny.

Jai berdecih pelan.

"Masih untung ditolongin, coba kalo gak ada gue, lo pikir dah sendiri apa yang bakal terjadi sama lo," ucap Jai, ia merasa jengkel pada Jinny, bukannya mengucapkan terimakasih, ia malah balik memarahinya.

Jinny menatap Jai lekat.

"Emang yang nyuru lo nolongin gue siapa?" tanya Jinny.

Jai terdiam. Iya, Jinny memang tak menyuruh Jai untuk menolongnya, tiba-tiba saja ia bergerak sendiri, entahlah ia merasa aneh.

Jinny mendengus lalu berdiri dan berjalan meninggalkan UKS. Saat sudah tiba di pintu, ia berbalik kembali dan menatap Jai seraya tersenyum. 

"Makasih udah nolongin gue," ucap Jinny, setelah itu ia menghilang di balik pintu.

Jai terpaku, itu tadi mungkin hanya mimpi. Untuk kali ini, ia seakan merasa bersyukur dipukuli oleh seseorang, hanya karna sebuah senyuman.

***

Jinny tengah asyik menonton tv di ruang tengah bersama abang dan papanya, namun panggilan mamanya memaksa Jinny untuk melangkah ke dapur.

"Kenapa ma?" tanya Jinny.

"Anterin kue ini ke tante Reni ya," jawab Bita seraya memberikan piring yang berisikan beberapa cupcake.

Jinny mengangguk, ia merima piring itu lalu berjalan menuju rumah tante Reni.

Jinny mengetuk pintu dan mengucapkan salam, beberapa menit kemudian pintu terbuka dan menampilkan sosok Jai. Rupanya dia sudah membaik, setidaknya Jai bisa berdiri dan berjalan, walaupun memar di wajahnya itu masih membekas.

Pasti pulang sekolah tadi Jai di cermahi habis-habisan oleh mamanya. Batin Jinny menertawai hal yang mungkin saja terjadi pada Jai.

"Mau ngapain lo?" tanya Jai, ketus.

Lamunan Jinny terhenti kala Jai mulai bersuara, sudah begitu nadanya seperti orang yang mengajak berkelahi, apa dia belum puas di hajar? Atau mau tambah lagi?

Jinny berdecih pelan.

"Gue gak ada urusan sama lo," jawab Jinny. lalu dengan segera ia menerobos masuk dan mencari keberadaan Mama Jai.

Jinny sudah merasa biasa di rumah ini, mama dan papanya Jai sudah menganggap Jinny sebagai anak kandungnya sendiri. Begitupun sebaliknya, Jinny juga sudah menganggap mereka sebagai orang tua keduanya, setelah orang tua kandungnya.

Jinny mendapati Reni dan Fino - papa Jai yang tengah asyik menonton tv. Jinny tersenyum, tanpa segan-segan ia langsung menhampiri meraka dan duduk memeluk Reni.

"Bunda," ucap Jinny.

Reni dan Fino hanya tersenyum menanggapi kelakuan Jinny. Bagi mereka, itu adalah hal yang sudah biasa dilakukan Jinny, dan mereka juga menyukainya.

"Jai berasa kayak anak pungut kalo ada dia di rumah ini," ucap Jai, ia mencibir kelakuan Jinny dan kedua orang tuanya yang seolah menyukai hal itu.

Reni melotot, ia melempar Jai dengan bantal sofa.

"Udah ya Jinn, gak usah dipikirin omongan Jai. jadi cowok kok mulutnya lemes banget,"

Jinny tertawa ringan seraya menjulurkan lidahnya pada Jai.

"Oh ya bunda, tadi mama nitip capcake ini buat bunda," ucap Jinny seraya meletakkan piring yang dibawanya tadi keatas meja di depannya.

Mata Jai mulai berbinar, dengan cepat ia melangkah dan mengambil capcake tersebut.

Lagi-lagi ia mendapatkan pelototan, kali ini bukan hanya dari Mamanya, tapi juga Papanya. Jai hanya nyengir kuda lalu berlari memasuki kamarnya.

"Kalo gitu, Jinny pulang dulu ya bunda," pamit Jinny.

"Lo kok cepat amat Jinn?" tanya Fino.

"Udah malem juga sih. Besok Jinny ada ulangan, jadi harus belajar," jawab Jinny.

Reni dan Fino mengangguk mengerti.

"Hati-hati dijalan ya," ucap Reni.

Jinny terkekeh pelan.

"Tenang bun, jalan menuju rumah Jinny tidak terjal berliku,"

Reni terkekeh menanggapi guyonan anak angkatnya itu.

"Ya, pokonya hati-hati aja lah," lanjutnya.

Jinny mengangguk lalu berjalan pulang ke rumahnya.

Setelah sampai di rumahnya, Jinny langsung memasuki kamar lalu mulai membuka buku kimianya. Besok ulangan, dan kali ini Jinny harus belajar sungguh-sungguh demi masa depannya.

Jinny tersenyum, ia mengepalkan tangannya lalu mengangkatnya ke udara.

"Fighting!" ucapnya, semangat.

***

Related chapters

  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 8

    Kadang gue suka mikir, lo itu benci apa cinta ?- Jinjai -***Jai memasuki kelas dengan santai, teman kelasnya tengah sibuk dan ribut membahas tentang ulangan kimia nanti. Ia membuang tasnya di meja lalu mendudukkan pantatnya di bangku. Namun seketika matanya melotot dan mulutnya menganga."Anjirrr! Lo nulis apaan woy?" teriak Jai heboh, kala mendapati beberapa kalimat yang tertulis dipapan tulis. Teman kelasnya pun menengok ke arah yang Jai tunjuk, mereka bertanya-tanya, apa gerangan yang membuat Jai heboh seperti itu. Namun setelah melihat apa yang tertera dipapan tulis, seketika mereka tertawa terbahak-bahak.DAN JANGANLAH KAMU BERPURA PURA TULI SAAT SESAMAMU SEDANG MEMINTA TOLONGSekiranya, begitulah

  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 9

    Gue benci sama orang yang gak mau denger penjelasan orang lain dulu dan langsung main fisik.- Jinny -***Jinny menggerakkan kelopak matanya perlahan, kepalanya masih agak sedikit pusing."Udah gue bilang kan tadi,"Jinny memutar bola matanya jengah, karna Jai langsung menyambutnya dengan omelan-omelan yang tambah membuat Jinny pusing.Jai melangkah mendekat seraya memberikan semangkok bubur pada Jinny."Nih, makan dulu," lanjut Jai."Gak usah," tolak Jinny, ia masih saja berpegang teguh pada gensinya, walaupun kini perutnya berterik minta diisi."Gak usah sok nolak deh, lo kira gue gak capek apa nungguin lo bangun dari tadi," Jai semakin merasa jengah dengan kelakuan Ji

  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 10

    Gue capek berantem terus sama lo, apakah salah kalo gue berubah ?- Jai -***Jai kini tengah memarkirkan motornya di bawah pohon rindang yang menjadi tempat favoritnya. Teriakan dari para fans-nya sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Jai, si tampan yang mempesona.Jai mulai melangkah, dan tak sengaja matanya menatap Jinny yang sedang berjalan santai di koridor kelas 10. Jai tersenyum kecil lalu berlari menyusul Jinny."Hai Jinny," sapanya.Jinny menoleh.

  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 11

    Gue suka, tapi gak tau cara ngungkapinnya gimana. -Jai-***Jinny tengah asik memakan es krimnya di taman, entah mengapa hari ini ia merasa ingin saja duduk di taman favourite-nya ini. Pandangannya tertuju pada dua anak kecil yang asyik bermain, Jinny perlahan tersenyum karna dua anak kecil itu sedang tertawa terbahak-bahak."Jinny.." Jinny menoleh dan mendapati Jai yang kini tengah duduk di samping kanannya."Ngapain lo?" tanya Jinny ketus.

  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 12

    Perlahan namun pasti.-JinJai-***Jai menyusuri koridor kelas X dengan perasaan gembira, sesekali ia bersenandung ria. Suaranya itu cukup bagus, untuk ukuran seorang Jinny, namun untuk para siswi lain, suara Jai itu memukau, menusuk hingga kerelung hati terdalam, sungguh sangat lebay."Pagi kak," sapa salah satu siswi yang berpapasan dengan Jai di koridor."Pagi juga.." balas Jai seraya tersenyum manis."Ya ampun, sapaan gue dibales,""Lo liat kan ta

  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 13

    Hujan kali ini membawa satu hadiah terbaik, senyummu yang khusus untukku.- Jai -***Jai tengah bersandar santai di motornya, menunggu Jinny yang belum lewat-lewat sedari tadi, padahal saat Jai masih di kelas, Jinny sudah duluan keluar, entah kemana.Perlahan ia menghembuskan napasnya, dilihatnya awan yang mulai mendung, tampaknya akan segera hujan.Dari arah lain Jinny berjalan mengendap - ngendap, ia sengaja melakukannya agar Jai tak melihat dan memaksa Jinny untuk pulang bareng dengannya. Perlahan ia berjalan dan menoleh ke sana-kemari, beraharap Jai tak akan menyadari kenberadaannya di keru

  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 14

    Kesannya emang kayak bercanda, tapi serius, itu jujur dari lubuk hati gue yang terdalam.- Jai -***Jinny berjalan gontai di koridor sekolah, ia tak lagi bersemangat seperti biasanya. Sudah satu minggu Jai belum masuk ke sekolah, dan entah mengapa Jinny merasakan rindu akan kejahilannya. di rumah pun ia tak berani untuk memjenguk Jai, gengsi mengalahkan segalanya.Jinny melangkah masuk ke kelasnya dengan ogah-ogahan, tapi seketika ia tersenyum lebar kala mendapati Jai yang sedang memunggunginya. Jai terlihat asyik bercanda dengan para sahabatnya.Jinny berdehem pelan, menetralkan wajahnya agar terlihat biasa saja. Ia melangkah menuju bangkunya dan duduk diam disana.Jai tersenyum tipis, kala mendapati Jinny yang sudah ma

  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 15

    Dapetin hati lo itu kayak menggapai bintang, terlihat mustahil. Namun, gue akan tetep berjuang karna hati gue selalu berbisik bahwa tidak ada yang sulit dalam cinta.- Jai -***Jinny kini tengah memberengut kesal di tempat duduknya, ia menatap orang di depannya dengan perasaan jengkel, marah, dan kawan - kawannya.Sementara yang dipandangi hanya terkekeh pelan."Gue bilang juga apa, gak ada yang bisa nolak pesona gue,"Jinny berdecih pelan seraya mencibir ke arah Jai. Iya, saat ini Jinny sedang jalan bersama dengan Jai, dan berada disala

Latest chapter

  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 37

    Butuh kesabaran ekstra buat dapetin lo, dan kini gue harap lo mau nerima cinta gue.***Jai berdiri di sana, di atas panggung, lengkap dengan gitarnya. Ia melihat Jinny dari sana sambil tersenyum, sementara yang ditatap hanya diam melotot di tempatnya. "Gue berdiri di sini, buat ngungkapin perasaan gue sama seseorang." Jai masih menatap Jinny, sementara para penonton, khususnya wanita berteriak heboh."Terimakasih untuk dia yang sudah memakai gaun biru, warna kesukaan gue." Penonton kembali berteriak heboh, apalagi mereka yang juga memakai gaun biru. Berharap saja jika yang di maksud oleh Jai adalah me

  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 36

    Untuk hari yang spesial, tentunya harus tampil memukau.***"BANG TARA!!"Tok. Tok.. Tok.Jinny tak ada hentinya mengetuk pintu kamar Tara, sudah sedari tadi ia teriak sampai habis suara namun sama sekali tak di dengar oleh Tara. Jinny semakin kesal dibuatnya, ia menatap pintu kamar itu lekat.Brakk.."JINNY! SUARA APA ITU?""ANJING TETANGGA NABRAK PAGAR MA." Jinny mendengus sebal sambil

  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 35

    Kekhawatiranmu, membuatku tersadar, apa mungkin kau juga punya rasa?***"Harusnya lo itu langsung lari aja!"Jai memarahi Jinny habis-habisan, ia merasa sangat panas saat melihat Luis memegang tangan Jinny begitu. Sedangkan Jinny hanya diam di tempatnya sambil menundukkan kepalanya."Maaf," Jai tertegun, ia menatap perempuan yang ada di hadapannya itu lekat. Jai menjulurkan tangannya dan menghapus air mata yang telah menetes di pipi Jinny. Ia benar-benar bodoh, mengapa ia bisa kelepasan seperti ini. Apalagi sampai membuat Jinny menangis begini, kalau sudah begini, apa bedanya ia dengan laki-laki brengs

  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 34

    Bukan gak mau, hanya mencari waktu yang tepat saja.***"Jai kampret!" Jai menutup telinganya rapat-rapat. Sudah sejak tadi Sasya terus mengomelinya, beginilah, begitulah, ia bosan, bosan dan bosan. Ia mengerti maksud dari Sasya itu baik, hanya saja dia butuh waktu yang tepat. Untuk saat ini mentalnya belum terlalu kuat."Jai, lo ngerti gak sih? Gue gemes deh sama kalian, sama-sama gengsi, udah sama-sama cinta aja masih ditutup-tutupin." Sasya mulai mendesah frustasi. Angga yang berada di sampingnya hanya terkekeh geli melihat kelakuan pacarnya itu."Iya Sya, gue ngerti." Jawab Jai.

  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 33

    Mungkin ini jawaban, dari lelahnya menunggu.***Jai memegang erat buku di tangannya. Dalam hati ia tak henti bersyukur, akhir dari perjuangan ini sangat memuaskan, setidaknya cinta pertamanya tak berakhir dengan kisah yang tak terbalaskan."Sasya, cepetan."Jai melotot, sesegera mungkin ia berlari ke bangkunya lalu menyembunyikan buku di tangannya ke dalam laci meja. Ia merogoh sakunya, mengambil sebuah ponsel dari sana dan pura-pura memainkannya."Sya, cepetan elah." Teriak Jinny, kini ia sudah berada di dalam kelas, dan sedikit terkejut karna melihat Jai juga ada di sana. 

  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 32

    Kalau memang cinta, katakan saja, kenapa harus takut? kenapa harus malu?***Sudah dua minggu sejak Jinny terbaring lemah di rumah sakit, dan kini ia bisa bersekolah seperti biasanya. Jinny menatap gerbang sekolahnya lekat, ia merindukam sekolahnya ini.Jinny melangkah memasuki sekolahnya, ia menoleh pada Pak Ujang yang sedang asyik meminum kopinya."Pagi, pak Ujang." Sapanya.Pak Ujang menoleh lalu ia tersenyum hangat pada Jinny."Eh, ada neng geulis, udah sembuh neng?"Jinny mengangguk menanggapi pertanyaan pak Ujang, setelah itu ia pamit menuju kelasnya."JINNNNNNYYY!!!" teriak Sasya, heboh, ia segera berlari dan berhambur ke pelukan sahabatnya itu."Gue kangen sama lo."Jinny berdecih. "Alay

  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 31

    Gak nyangka aja, lo bisa berbuat sekeji itu.***"Gue bisa bantu kalian nyari siapa pelaku sebenarnya."Jai terdiam di tempatnya, begitu pula dengan beberapa orang yang berada di sana. Tara maju mendekat ke arah Sindi."Gue harap lo serius sama kata-kata lo." Setelah mengucapkannya, Tara membuka ikatan Sindi dan membiarkannya mencari bukti siapa pelaku sebenarnya.Sementara Mawar, masih dibiarkan terikat karna ada sesuatu yang harus mereka tanyakan. Zidan menatap wajah sepupunya itu, dalam hati juga ia kasian, tapi kalo dia bersalah, Zidan tak akan segan-segan untuk menghabisinya.

  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 30

    Siapapun itu, gak bakal dapat maaf dari gue. Kalo dia udah nyakitin seseorang yang gue sayang.- Jai -***Jai masih duduk di bangku kantin dengan wajah lesu, ia sangat lelah, juga sangat frustasi. Sudah dua malam ia tak tidur karna terus menunggu Jinny yang berada di rumah sakit. Kata Dokter, tulang belakang Jinny mengalami keretakan akibat pukulan benda keras. Jai kembali memeras otaknya, memikirkan siapa pelaku sebenarnya.Apakah Mawar dan Sindi? Ataukah orang lain? Batin Jai terus berdebat.Sampai sebuah pukulan mendarat indah di tengkuknya. Jai mendongak dan mendapati para sahabatnya yang sudah duduk manis di tempat masing-masing."

  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 29

    Satu waktu, di satu tempat yang terasa hitam dan gelap, aku melihatmu sebagai cahaya yang terang.- Jinny -***Jinny mengemasi buku-bukunya dan memasukkan kedalam tas berwarna pink miliknya- hadiah dari papanya saat ia berulang tahun yang ke-16. Sesekali ia tersenyum dan tertawa menanggapi lelucon yang di lontarkan oleh Sasya."Jinn.."Jinny menoleh dan mengerutkan keningnya, menatap Sasya bingung."Pangeran lo nungguin tuh," ucap Sasya seraya menunjuk orang yang tengah bersandar di pintu kelas, menunggu Jinny."Pangeran, pala lo peang." Dengus Jinny seraya menatap orang itu jengah, namun tak sengaja matanya menatap orang yang masih dudu

DMCA.com Protection Status