Share

Bab 6

Author: Hanya lasida
last update Last Updated: 2021-10-13 10:25:51

Lo yang ceria dan ngeselin pun bisa jatuh.

- Jai -

****

Jinny sedang duduk santai di kafe milik mamanya, ia menyesap sebuah coklat panas dengan santai. Dilihatnya langit yang semakin mendung, sepertinya ia akan lama berada di sini. Ia juga mendapat pesan dari Pak Teo bahwa latihannya untuk sore ini diundur minggu depan.

Tanpa sengaja mata Jinny menangkap seseorang yang tak asing, tak jauh dari tempatnya duduk. Dia sedang asik bermesraan dengan seseorang, Jinny melotot kala mendapati orang itu sedang berpelukan.

Jinny berdiri.

"Mbak, minta air putih segelas ya," pinta Jinny pada seorang pelayan. Pelayan itu mengangguk lalu secepatnya memberikan air putih itu pada Jinny.

Wajah Jinny mulai memerah menahan marah, ia melangkah mendekati mereka. Diangkatnya segelas air putih yang dibawanya lalu ia menyiramnya pada dua mahluk yang sedang asyik itu.

Sontak kedua orang itu kaget dan segera melepaskan pelukan mereka, terlihat si pria menegang di tempatnya. Tampak jelas jika dia kaget melihat keberadaan Jinny di sini.

"Kalau mau adegan mesum jangan disini, kesannya kafe mama gue ternodai tau gak!"

Mereka hanya terdiam.

"Oh ya satu lagi, baru nembak semalam aja kelakuan lo udah kayak gini kak, gimana coba kalo gue udah pacaran sama lo? habis gue sakit hati!" lanjut Jinny. Setelah mengatakannya Jinny berlari keluar kafe, tak perduli dengan hujan yang lebat.

Kak Aldi yang gue kenal, harusnya gak gini. Batin Jinny terus berteriak, tidak mempercayai apa yang barusan ia lihat.

Namun baru saja ia keluar dari pintu kafe, tangannya sudah di cekal oleh Aldi. Dan dengan sisa-sisa tenaganya, Jinny berusaha melepaskan tangannya, namun tak bisa.

"Lepasin kak," pinta Jinny, kali ini terlihat air mata sudah membanjiri pipinya.

"Birin gue jelasin dulu Jinn," ucap Aldi, ia berusaha memohon satu kesempatan untuk menjelaskan semuanya pada Jinny.

"Mau jelasin apa lagi kak?!" Jinny mulai kesal di buatnya, dari tadi ia mencoba, namun tak bisa lepas dari cengkraman Aldi.

"Gue mohon sama lo, kasi gue kesempatan buat jelasin semuanya. Yang tadi lo lihat itu cuma kesalahpahaman, gue gak ada apa-apa sama dia. Dia itu cuma se-"

"Cukup kak! Gue gak mau denger penjelasan apapun dari lo, semuanya sudah cukup jelas." Jinny menghentakkan tangannya dengan sekuat tenaganya. Dan berhasil, cengkraman Aldi berhasil lepas, dengan segera Jinny berlari menjauh dari Aldi yang kini tengah mematung.

Jinny terus berjalan mengikuti langkah kakinya, ia kecewa, benar-benar kecewa, Aldi yang dikiranya baik hati ternyata adalah seorang lelaki busuk. Ia hanya tak menyangka, Jika Aldi tega melakukan hal itu padanya, padahal ia sudah terjerumus pada dunia kebaperan yang setiap malam selalu Aldi ciptakan. Dan kini, semua angan itu seolah terbuang percuma.

Jinny terduduk disalah satu bangku taman sambil merenungkan nasib sialnya. Ia masih menangis sesenggukan sehingga susah membedakan mana air matanya, karna telah bercampur dengan air hujan yang terus menimpa wajah cantiknya.

Jinny tersentak kala mendapati seseorang yang tiba-tiba memayunginya. Wajah orang itu datar, tanpa ekspresi.

"Kenapa lo? Cengeng banget jadi orang," ejek Jai. Iya, orang yang memayunginya adalah Jai. Dan Jai kini tepat berada di depan Jinny.

Jinny berdiri dan langsung memeluk Jai erat. Jai melotot, ia merasa aneh dengan jantungnya.

Oh shit! Kenapa dengan jantung gue? Batinnya.

Masih dengan posisi memeluk Jai, Jinny berusha mentralkan emosinya. Dan yang tak ia ketahui adalah kenapa tiba-tiba saja badannya bergerak refleks memeluk Jai.

"Ekhem..." Jai berdehem pelan, sontak Jinny langsung melepaskan pelukannya.

"Kalo mau peluk itu kira-kira dulu napa, gue tau dada gue bisa buat lo nyaman tapi gak pas lo basah kayak gini juga kali," lanjut Jai.

Jinny mendengus pelan.

"Gak usah kepedean ya!" Ucap Jinny.

"Lah, itu tadi buktinya lo meluk-meluk gue, tanpa angin tanpa petir langsung nyelonong aja," balas Jai, sekali lagi ia berusaha menggoda Jinny.

"I-itu kan.." Jinny gugup, ia tak tahu harus menjawab apa, karna ia pun tak mengerti dengan apa yang barusan ia lakukan.

"Itu kan apa?" tanya Jai, ia semakin gencar menggoda Jinny.

"Ah tau ah! Yang jelas gue gak sengaja," ucap Jinny, lalu dengan cepat ia berlari menghindar dan menuju rumahnya yang tak jauh dari taman itu.

Jai terkekeh pelan lalu ia juga mulai melangkah pulang, mengikuti Jinny dari belakang, dan memastikan saja perempuan itu akan selamat sampai di rumahnya. Tapi ia teringat akan satu hal, mengapa Jinny menangis di tengah hujan?

***

Di kamarnya Jinny sibuk dengan drakor yang sedang di tontonnya, beberapa pesan dari Aldi sengaja ia hiraukan. Saat ini, Jinny tak ingin mendengarkan atau bahkan berurusan lagi dengan Aldi.

Sementara di seberang sana, Jai masih merenungi kejadian sore tadi. Ia tak habis pikir dengan kerja jantungnya. Bisa-bisanya jantung itu berdetak keras dan cepat saat Jinny memeluknya tadi, sebenarnya ia merasa malu dan takut jika Jinny bisa mendengarnya, mau taruh dimana mukanya.

Jai menghela napasnya kasar, ia bingung dengan hatinya. Satu hal yang ia akui, Jinny adalah wanita yang cantik luar dalam, dia selalu bersikap apa adanya, tak ada lelaki yang tak akan jatuh hati padanya. Tapi Jai bingung, selama ini ia tak pernah merasa aneh, tapi semenjak ia satu kelas dengan Jinny sesuatu yang aneh sering muncul dihatinya kala mendapati Jinny yang tersenyum dan tertawa bersama sahabatnya, namun disisi lain ia merasa marah dan jengkel saat Jinny menatapnya sinis, oleh karena itulah ia tak berhenti menganggu Jinny, baik disekolah atau diluar.

Jai mengacak rambutnya frustasi, ia berusaha tak perduli lalu mulai menutup matanya.

***

Jinny berjalan santai dikoridor, sesekali ia bersenandung ria. Ia tersenyum membalas sapaan-sapaan dari beberapa siswa yang berpapasan dengannya.

"Kak Jinny!" panggil seorang siswi.

Jinny menoleh. "Kenapa dek?" tanya Jinny.

"I-itu kak, boleh minta tolong gak?" tanya siswi itu gugup.

Jinny mengangguk setuju. Kemudian siswi itu mulai memberikan sebuah amplop berwarna pink.

Surat cinta kah? tanya Jinny dalam hati.

"Tolong kasiin ke bang Tara ya kak," ucap siswi itu, agak sedikit gugup.

Jinny tersenyum.

"Lo suka ya sama abang gue?" tanya Jinny, ia ingin sedikit menggoda siswi di depannya ini.

Siswi itu mengangguk malu-malu.

Jinny tersenyum geli.

"Nama lo siapa?" tanya Jinny, Lagi.

"Dira kak," jawab siswi yang kerap disapa Dira itu.

"Ya udah, lo tenang aja. Gue bakal kasi secepatnya," ucap Jinny.

Senyum Dira merekah.

"Makasih ya kak,"

Jinny hanya mengangguk lalu mulai berjalan kembali, ia tau bahwa abangnya sangat populer di sekolah ini, tapi tak ada satupun siswi yang membuatnya tertarik. Dan untuk Dira, semoga dia salah satu yang beruntung. Pasalnya, tipe cewek yang disukai Tara adalah yang modelnya seperti Dira itu, yang malu-malu, semoga saja.

Jinny berjalan melewati kelasnya, dan setelah mendapati anak tangga, Jinny segera menaikinya. Ia ingin mengantarkan surat itu dulu kepada pemiliknya.

Jinny sudah sampai di depan kelas 12 MIPA 1, namun ia takut-takut untuk masuk kesana, tapi demi surat cinta yang diamanahkan padanya, ia harus berani.

"Eh ada Jinny, nyariin abang lo ya?" tanya kakak kelasnya yang setau Jinny bernama Sarah, teman kelas abangnya.

Jinny mengangguk.

"Iya kak, bang Tara ada gak?" tanya Jinny.

"Ada tuh di dalem," ucap Sarah sambil menunjuk bangku tempat Tara duduk.

"Tara! Adek lo nih," teriak Sarah.

"Masuk aja kali Jinn," ucap Sarah ketika mendapatkan kode dari Tara menyuruh Jinny untuk masuk ke dalam.

Jinny kembali mengangguk lalu berjalan ke tempat duduknya Tara yang masih dipenuhi oleh para sahabat yang notabenenya berjenis kelamin laki-laki.

"Misi-misi, gue mau ketemu abang gue tercinta," ucap Jinny saat di depannya ada beberapa pria yang menghalangi.

"Napa lo dek?" tanya Tara yang sudah berdiri dari bangkunya.

"Wih ada bidadari nyasar nih," ucap Deva, sahabat Tara.

Sontak Jinny langsung menoyor kepala Deva, dia memang sudah terbiasa dengan para sahabat Tara, karna Tara sering mengajak mereka berkunjung ke rumah.

"Bidadarinya galak uyy," goda Gio, yang juga Sahabat Tara.

Mereka semua pun tertawa.

"Bidadari pantat lo itu, udah sana minggir jangan ganggu kencan gue sama bang Tara," usir Jinny.

Tara hanya tersenyum lalu mengacak lembut poni Jinny.

"Mau ngapain lo ? buruan, keburu bel masuk noh," ucap Tara.

"Gue mau kasi ini sama Lo, tadi ada yang nitip," balas Jinny seraya memberikan amplop pink yang dibawanya tadi.

"Cie si kentut badak dapat surat cinta aw," goda Deva. Tara melemparkan buku di atas mejanya dan tepat mengenai wajah Deva,

Gio tertawa terbahak-bahak.

"Nah mampus lo, makanya jangan godain si babang Tara," ucap Gio.

"Gue balik dulu bang, dibaca tuh suratnya. Kalo bisa, di bales juga," setelah mengatakannya Jinny melenggang ke luar kelas.

"Dadah bidadari cantikku," ucap Deva dan kembali mendapati toyoran dari Tara.

Jinny tertawa, ia kembali melanjutkan jalannya setelah berpamitan pada Sarah.

"Dari mana aja lo?" tanya Sasya saat Jinny sudah berada di bangkunya.

"Dari kelas bang Tara, ngasih surat cinta," jawab Jinny.

"Tumben si Jai belum masuk?" lanjut Jinny, saat tak menemukan mahluk Tuhan paling tengil itu di bangkunya, padahal sedikit lagi bel akan berbunyi.

"Tumben lo nanyain dia, ada apa nih?" tanya Fia, teman kelasnya yang sangat-ralat, super kepo.

"Iya Jinn, tumben-tumbenan lo nanyain Jai, udah jadian kah?" ucap Keyla yang juga sama keponya dengan Fia.

"Bau-bau pajak jadian nih," ucap Jeni.

"Diem deh kalian, sapa juga yang mau jadian sama si monyet, gue cuman nanyain kali!" jawab Jinny, ia merasa sangat kesal, padahal ia hanya bertanya, tapi langsung di kaitkan dengan masalah pacaran.

Mereka hanya tertawa menanggapi pernyataan Jinny.

"Udah kali Jinn, jadian aja dah lo berdua, dari pada berantem terus, kan?" celetuk Zidan.

"Iya kali Jinn, pusing gue denger lo pada berantem, mendingan mah lo berdua jadian gitu, biar kelas ini tentram, aman dan damai," ucap Dio mendukung usul Zidan.

"Merdeka!" ucap teman-temanya bersamaan.

"Diam! Jangan ribut!" Ratih yang sedari tadi terlihat tak suka akhirnya angkat bicara. "Mau di hukum lagi, huh?" tanya Ratih, dari raut mukanya, terlihat bahwa ia merasa sangat kesal.

"Bodo amat dah mau di hukum apa kagak, yang penting noh, si biang kerusuhan pada aman, tentram dan damai. Merdeka!" balas Zidan.

Yang lainnya pun ikut bersemngat dan meneriakkan kata-kata 'merdeka'. Sementara Ratih terdiam di tempatnya, dalam hati ia memaki kelakuan teman sekelasnya itu.

"Ada apaa sih ini?" tanya Jai yang tiba-tiba datang dan langsung menduduki bangkunya.

Krik.. krik...

Suasana seketika hening, hanya suara perut Dafa yang terdengar 'kriuk-kriuk' meminta jatah, padahal masih pagi.

Jai menatap semua teman kelasnya, ia bingung.

"Ada apaan Daf?" tanya Jai pada Dafa.

Dafa gelagapan, ia hanya menunduk, tak berani menatap apalagi menjawab pertanyaan Jai.

Jai beralih menatap Jinny, namun Jinny langsung membuang mukanya tak acuh.

Kening Jai berkerut, ia semakin penasaran.

"Gak ada apa apa kok Jai," ucap Zidan.

Jai menengok ke samping kiri dan kanan, masih dengan mengernyitkan dahinya. Masalahnya adalah, sebelum dia masuk, kelas terdengar sangat ribut, dan ia juga mendengar namanya di sebut-sebut. Namun ketika Jai bertanya pada semua orang, mereka hanya menjawabnya dengan kalimat 'Gak ada apa-apa kok Jai'. Menyebalkan.

Mereka pun akhirnya bisa bernapas lega ketika bunyi bel bertepatan dengan seorang guru yang masuk ke kelas, iti tandanya Jai tak akan bertanya lagi, dan mereka akan bebas.

Jai masih terlihat bingung, ia menatap Dio dan bertanya kembali, namun Dio hanya mengedikkan bahunya tak acuh. Jai menghela napasnya pasrah. Dengan terpaksa ia mulai memperhatikan penjelasan guru di depan walaupun dengan menahan rasa penasarannya, mungkin istrahat nanti dia bisa bertanya kembali kepada para sahabatnya.

***

Related chapters

  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 7

    Kalo hadiah dari kesialan gue adalah senyum lo, maka gue rela kena sial tiap hari.- Jai -***Jai tengah asik berjalan di koridor, namun matanya tak sengaja menangkap sosok Jinny yang ditarik paksa oleh seniornya, setau Jai itu adalah Aldi-mantan ketua osis.Jai memicingkan matanya, entah mengapa ia merasa tak suka. Kemudia ia berjalan mengikuti mereka, sesekali ia bersembunyi ala-ala seorang Spy agar tak ketahuan.Aldi dan Jinny berhenti di taman belakang sekolah. Jai pun ikut berhenti, namun dari tempatnya ia tak dapat mendengar apapun, untuk itu ia memutuskan melangkah lebih dekat."Lo harus dengerin penjelasan gue dulu Jinn," ucap Aldi seraya menggengam tangan Jinny.Melihat adegan ini, entah mengapa hati Jai merasa sedikit panas.

    Last Updated : 2021-10-26
  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 8

    Kadang gue suka mikir, lo itu benci apa cinta ?- Jinjai -***Jai memasuki kelas dengan santai, teman kelasnya tengah sibuk dan ribut membahas tentang ulangan kimia nanti. Ia membuang tasnya di meja lalu mendudukkan pantatnya di bangku. Namun seketika matanya melotot dan mulutnya menganga."Anjirrr! Lo nulis apaan woy?" teriak Jai heboh, kala mendapati beberapa kalimat yang tertulis dipapan tulis. Teman kelasnya pun menengok ke arah yang Jai tunjuk, mereka bertanya-tanya, apa gerangan yang membuat Jai heboh seperti itu. Namun setelah melihat apa yang tertera dipapan tulis, seketika mereka tertawa terbahak-bahak.DAN JANGANLAH KAMU BERPURA PURA TULI SAAT SESAMAMU SEDANG MEMINTA TOLONGSekiranya, begitulah

    Last Updated : 2021-10-26
  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 9

    Gue benci sama orang yang gak mau denger penjelasan orang lain dulu dan langsung main fisik.- Jinny -***Jinny menggerakkan kelopak matanya perlahan, kepalanya masih agak sedikit pusing."Udah gue bilang kan tadi,"Jinny memutar bola matanya jengah, karna Jai langsung menyambutnya dengan omelan-omelan yang tambah membuat Jinny pusing.Jai melangkah mendekat seraya memberikan semangkok bubur pada Jinny."Nih, makan dulu," lanjut Jai."Gak usah," tolak Jinny, ia masih saja berpegang teguh pada gensinya, walaupun kini perutnya berterik minta diisi."Gak usah sok nolak deh, lo kira gue gak capek apa nungguin lo bangun dari tadi," Jai semakin merasa jengah dengan kelakuan Ji

    Last Updated : 2021-10-26
  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 10

    Gue capek berantem terus sama lo, apakah salah kalo gue berubah ?- Jai -***Jai kini tengah memarkirkan motornya di bawah pohon rindang yang menjadi tempat favoritnya. Teriakan dari para fans-nya sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Jai, si tampan yang mempesona.Jai mulai melangkah, dan tak sengaja matanya menatap Jinny yang sedang berjalan santai di koridor kelas 10. Jai tersenyum kecil lalu berlari menyusul Jinny."Hai Jinny," sapanya.Jinny menoleh.

    Last Updated : 2021-10-26
  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 11

    Gue suka, tapi gak tau cara ngungkapinnya gimana. -Jai-***Jinny tengah asik memakan es krimnya di taman, entah mengapa hari ini ia merasa ingin saja duduk di taman favourite-nya ini. Pandangannya tertuju pada dua anak kecil yang asyik bermain, Jinny perlahan tersenyum karna dua anak kecil itu sedang tertawa terbahak-bahak."Jinny.." Jinny menoleh dan mendapati Jai yang kini tengah duduk di samping kanannya."Ngapain lo?" tanya Jinny ketus.

    Last Updated : 2021-10-26
  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 12

    Perlahan namun pasti.-JinJai-***Jai menyusuri koridor kelas X dengan perasaan gembira, sesekali ia bersenandung ria. Suaranya itu cukup bagus, untuk ukuran seorang Jinny, namun untuk para siswi lain, suara Jai itu memukau, menusuk hingga kerelung hati terdalam, sungguh sangat lebay."Pagi kak," sapa salah satu siswi yang berpapasan dengan Jai di koridor."Pagi juga.." balas Jai seraya tersenyum manis."Ya ampun, sapaan gue dibales,""Lo liat kan ta

    Last Updated : 2021-10-26
  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 13

    Hujan kali ini membawa satu hadiah terbaik, senyummu yang khusus untukku.- Jai -***Jai tengah bersandar santai di motornya, menunggu Jinny yang belum lewat-lewat sedari tadi, padahal saat Jai masih di kelas, Jinny sudah duluan keluar, entah kemana.Perlahan ia menghembuskan napasnya, dilihatnya awan yang mulai mendung, tampaknya akan segera hujan.Dari arah lain Jinny berjalan mengendap - ngendap, ia sengaja melakukannya agar Jai tak melihat dan memaksa Jinny untuk pulang bareng dengannya. Perlahan ia berjalan dan menoleh ke sana-kemari, beraharap Jai tak akan menyadari kenberadaannya di keru

    Last Updated : 2021-10-26
  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 14

    Kesannya emang kayak bercanda, tapi serius, itu jujur dari lubuk hati gue yang terdalam.- Jai -***Jinny berjalan gontai di koridor sekolah, ia tak lagi bersemangat seperti biasanya. Sudah satu minggu Jai belum masuk ke sekolah, dan entah mengapa Jinny merasakan rindu akan kejahilannya. di rumah pun ia tak berani untuk memjenguk Jai, gengsi mengalahkan segalanya.Jinny melangkah masuk ke kelasnya dengan ogah-ogahan, tapi seketika ia tersenyum lebar kala mendapati Jai yang sedang memunggunginya. Jai terlihat asyik bercanda dengan para sahabatnya.Jinny berdehem pelan, menetralkan wajahnya agar terlihat biasa saja. Ia melangkah menuju bangkunya dan duduk diam disana.Jai tersenyum tipis, kala mendapati Jinny yang sudah ma

    Last Updated : 2021-12-27

Latest chapter

  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 37

    Butuh kesabaran ekstra buat dapetin lo, dan kini gue harap lo mau nerima cinta gue.***Jai berdiri di sana, di atas panggung, lengkap dengan gitarnya. Ia melihat Jinny dari sana sambil tersenyum, sementara yang ditatap hanya diam melotot di tempatnya. "Gue berdiri di sini, buat ngungkapin perasaan gue sama seseorang." Jai masih menatap Jinny, sementara para penonton, khususnya wanita berteriak heboh."Terimakasih untuk dia yang sudah memakai gaun biru, warna kesukaan gue." Penonton kembali berteriak heboh, apalagi mereka yang juga memakai gaun biru. Berharap saja jika yang di maksud oleh Jai adalah me

  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 36

    Untuk hari yang spesial, tentunya harus tampil memukau.***"BANG TARA!!"Tok. Tok.. Tok.Jinny tak ada hentinya mengetuk pintu kamar Tara, sudah sedari tadi ia teriak sampai habis suara namun sama sekali tak di dengar oleh Tara. Jinny semakin kesal dibuatnya, ia menatap pintu kamar itu lekat.Brakk.."JINNY! SUARA APA ITU?""ANJING TETANGGA NABRAK PAGAR MA." Jinny mendengus sebal sambil

  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 35

    Kekhawatiranmu, membuatku tersadar, apa mungkin kau juga punya rasa?***"Harusnya lo itu langsung lari aja!"Jai memarahi Jinny habis-habisan, ia merasa sangat panas saat melihat Luis memegang tangan Jinny begitu. Sedangkan Jinny hanya diam di tempatnya sambil menundukkan kepalanya."Maaf," Jai tertegun, ia menatap perempuan yang ada di hadapannya itu lekat. Jai menjulurkan tangannya dan menghapus air mata yang telah menetes di pipi Jinny. Ia benar-benar bodoh, mengapa ia bisa kelepasan seperti ini. Apalagi sampai membuat Jinny menangis begini, kalau sudah begini, apa bedanya ia dengan laki-laki brengs

  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 34

    Bukan gak mau, hanya mencari waktu yang tepat saja.***"Jai kampret!" Jai menutup telinganya rapat-rapat. Sudah sejak tadi Sasya terus mengomelinya, beginilah, begitulah, ia bosan, bosan dan bosan. Ia mengerti maksud dari Sasya itu baik, hanya saja dia butuh waktu yang tepat. Untuk saat ini mentalnya belum terlalu kuat."Jai, lo ngerti gak sih? Gue gemes deh sama kalian, sama-sama gengsi, udah sama-sama cinta aja masih ditutup-tutupin." Sasya mulai mendesah frustasi. Angga yang berada di sampingnya hanya terkekeh geli melihat kelakuan pacarnya itu."Iya Sya, gue ngerti." Jawab Jai.

  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 33

    Mungkin ini jawaban, dari lelahnya menunggu.***Jai memegang erat buku di tangannya. Dalam hati ia tak henti bersyukur, akhir dari perjuangan ini sangat memuaskan, setidaknya cinta pertamanya tak berakhir dengan kisah yang tak terbalaskan."Sasya, cepetan."Jai melotot, sesegera mungkin ia berlari ke bangkunya lalu menyembunyikan buku di tangannya ke dalam laci meja. Ia merogoh sakunya, mengambil sebuah ponsel dari sana dan pura-pura memainkannya."Sya, cepetan elah." Teriak Jinny, kini ia sudah berada di dalam kelas, dan sedikit terkejut karna melihat Jai juga ada di sana. 

  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 32

    Kalau memang cinta, katakan saja, kenapa harus takut? kenapa harus malu?***Sudah dua minggu sejak Jinny terbaring lemah di rumah sakit, dan kini ia bisa bersekolah seperti biasanya. Jinny menatap gerbang sekolahnya lekat, ia merindukam sekolahnya ini.Jinny melangkah memasuki sekolahnya, ia menoleh pada Pak Ujang yang sedang asyik meminum kopinya."Pagi, pak Ujang." Sapanya.Pak Ujang menoleh lalu ia tersenyum hangat pada Jinny."Eh, ada neng geulis, udah sembuh neng?"Jinny mengangguk menanggapi pertanyaan pak Ujang, setelah itu ia pamit menuju kelasnya."JINNNNNNYYY!!!" teriak Sasya, heboh, ia segera berlari dan berhambur ke pelukan sahabatnya itu."Gue kangen sama lo."Jinny berdecih. "Alay

  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 31

    Gak nyangka aja, lo bisa berbuat sekeji itu.***"Gue bisa bantu kalian nyari siapa pelaku sebenarnya."Jai terdiam di tempatnya, begitu pula dengan beberapa orang yang berada di sana. Tara maju mendekat ke arah Sindi."Gue harap lo serius sama kata-kata lo." Setelah mengucapkannya, Tara membuka ikatan Sindi dan membiarkannya mencari bukti siapa pelaku sebenarnya.Sementara Mawar, masih dibiarkan terikat karna ada sesuatu yang harus mereka tanyakan. Zidan menatap wajah sepupunya itu, dalam hati juga ia kasian, tapi kalo dia bersalah, Zidan tak akan segan-segan untuk menghabisinya.

  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 30

    Siapapun itu, gak bakal dapat maaf dari gue. Kalo dia udah nyakitin seseorang yang gue sayang.- Jai -***Jai masih duduk di bangku kantin dengan wajah lesu, ia sangat lelah, juga sangat frustasi. Sudah dua malam ia tak tidur karna terus menunggu Jinny yang berada di rumah sakit. Kata Dokter, tulang belakang Jinny mengalami keretakan akibat pukulan benda keras. Jai kembali memeras otaknya, memikirkan siapa pelaku sebenarnya.Apakah Mawar dan Sindi? Ataukah orang lain? Batin Jai terus berdebat.Sampai sebuah pukulan mendarat indah di tengkuknya. Jai mendongak dan mendapati para sahabatnya yang sudah duduk manis di tempat masing-masing."

  • Kisah Cinta Jinny dan Jai   Bab 29

    Satu waktu, di satu tempat yang terasa hitam dan gelap, aku melihatmu sebagai cahaya yang terang.- Jinny -***Jinny mengemasi buku-bukunya dan memasukkan kedalam tas berwarna pink miliknya- hadiah dari papanya saat ia berulang tahun yang ke-16. Sesekali ia tersenyum dan tertawa menanggapi lelucon yang di lontarkan oleh Sasya."Jinn.."Jinny menoleh dan mengerutkan keningnya, menatap Sasya bingung."Pangeran lo nungguin tuh," ucap Sasya seraya menunjuk orang yang tengah bersandar di pintu kelas, menunggu Jinny."Pangeran, pala lo peang." Dengus Jinny seraya menatap orang itu jengah, namun tak sengaja matanya menatap orang yang masih dudu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status