Bima terbangun dari pingsannya, dia melihat sekitarnya yang ternyata sudah ada di kamar basecamp. Bima menghela nafas berat menyadari kalau dia kembali ke realita yang kejam.
"Lemes banget." gumam Bima mengucek metanya.[Bos bodoh! kenapa kau memasang ilusi di tubuhmu! dasar bodoh!]"Hahahah..." Bima tertawa geli mendengar suara sistem yang marah marah.'Hey hey hey! siapa ini?!' seru Kong kaget melihat dua Titan yang sangat mendominasi itu.'Itu bawahan baru, teman baru kalian. Yang akrab ya.' ucap Bima.'Ow ow ow! tuan tuan, tempat kalian ada di goa itu ya, semoga betah.' ucap Kong.'Terimakasih.' jawab Deku.'Sudah full bos! jangan bawa bawahan lagi!' ucap Kong.'Ya.' jawab Bima.'Kamu kenapa menyembunyikan penyakit separah ini nak?' tanya Adrian.'Tak apa ayah, hanya penyakit sepele saja.' jawab Bima tak mau membebani orang-orang di sana.'Sepele matamu! ini penyakit langkBima pergi ke dapur untuk membuat kopi, saat sedang melamun menunggu air mendidih, datanglah Berliana bersama ketiga anak tirinya."Ada apa mah?" tanya Bima tersadar dari lamunannya."Sayang, mereka ingin berbicara." jawab Berliana."Hm? bicara apa?" tanya Bima menengok ke arah tiga pemuda pemudi yang bersembunyi di belakang tubuh Berliana."Bicaralah, moodnya sedang bagus." bisik Berliana."Kak, hehehe...aku minta maaf ya dulu sering menghina dan membentakmu." ucap Bian malu."Aihh, santai saja, yang lalu biarlah berlalu." jawab Bima santai."Kami juga minta maaf sudah berpikiran buruk tentang kakak." ucap Devi adik pertama Bian."Iya kak, kami minta maaf." ucap Diva adik terakhir Bian."Santai saja, tak usah di pikirkan." jawab Bima santai."Terimakasih kak sudah mau memaafkan kami." ucap Devi."Iya.." jawab Bima menganggukkan kepala.Sadar akan air yang sudah mendidih, Bima
"Kau gak mau cari obatnya?" tanya Doni."Gak, harus ngorbanin salah satu bawahanku, gak bisa aku kalau buat sembuh harus ngorbanin makhluk hidup." jawab Bima menggelengkan kepala."Terus gimana?" tanya Doni."Matilah, mau gimana lagi?" jawab Bima dengan santainya."Kok gitu? Aulia gimana? kalau dia hamil gimana?" tanya Doni."Iya juga ya, gimana ya?" ucap Bima baru sadar."Kau pikirin lebih mateng, mau gimana gimana nya." ucap Doni."Aku udah gak gitu gitu satu minggu don, mana mungkin dia hamil. Kecuali kalau sama yang lain, tapi gak mungkin lah, dia udah janji." ucap Bima teringat."Kau gak mau gituan lagi sama dia? waktumu masih banyak loh." tanya Doni."Gak, aku mau fokus ke penyakit dulu. Aku mau mati dulu." jawab Bima."Maksudmu?" tanya Doni bingung."Mati yang bener bener mati, salah satu metode buat hapus beberapa penyakit berbahaya. Habis selesaikan misi, terus ritual khusus.
"Wuihh, berani banget ya sekarang." ucap Bima tersenyum."Kapan aku takut?" tanya Aulia percaya diri."Kemarin? kamu aja geter ketakutan kok, hahaha...lupa." jawab Bima tertawa geli.Aulia yang teringat kejadian kemarin pun langsung menutup wajahnya karena malu."Pertahanin sifat kamu yang kayak gini, aku suka, tegas tapi di waktu yang tepat." ucap Bima memeluk Aulia."Kamu sayang gak sama aku?" tanya Aulia menatap mata Bima dalam dalam."Aku sayang banget sama kamu, jangan pergi ya." jawab Bima tersenyum manis menatap mata indah Aulia."Aku gak akan pergi, asalkan kamu gak berubah. Aku mau kamu kayak gini, penyayang, nurut, jujur, dan menghargai aku sebagai istri." ucap Aulia tersenyum manis, senyuman indah yang sangat Bima sukai itu membuat hatinya luluh."Kalau itu mau kamu baiklah, aku bakalan kayak gini." ucap Bima mencium kening Aulia."Sini aku cium!" ucap Aulia gemas.Aulia mencium pipi
Karena sudah kenyang, Bima pun pamit ke halaman belakang untuk merokok sembari baca buku. Tak lupa Bima membawa secangkir kopi ke taman untuk taman baca bukunya."Total bawahanku ada berapa ya bob?" tanya Bima lupa.[12 bos, Kong, Leo, Dexter, Drago, Bao, Gagak, Deku, Roxy, Grock, Lexsus, Ben dan Hades]"Kau ingat ingat ya, aku agak pelupa soalnya." ucap Bima.[Baik]Bima terus membaca di sana dengan diiringi batuk darah yang semakin parah karena asupan nutrisi yang tidak teratur."Cuih! anjink!" ucap Bima memudahkan darah segar.Tak berselang lama, Julian datang membawa secangkir kopi dan bergabung dengan Bima duduk di gazebo kecil di taman."Biasanya langsung turu, tumben minum kopi malem malem gini." ucap Bima."Lagi banyak pikiran aku, susah tidur belakangan ini." jawab Julian memijit dahinya."Masalah apa?" tanya Bima heran."Cewekku minta dinikahi secepatnya, belum lagi ibuku kat
Selesai makan, Bima pun meminta izin pada Aulia untuk latihan."Aku mau latihan dulu." ucap Bima meregangkan tubuhnya."Di alam Surgawi?" tanya Aulia."Aku ambil dungeon kelas Dewa Murni buat lihat kualitas bertarung." jawab Bima mengagetkan semua orang, bahkan Riski sampai tersedak."Pelan pelan blok!" ucap Rizal menyodorkan segelas air."Bima anjink cokk!" ucap Riski kesal."Apa salahku satt!" ucap Bima kesal."Gak boleh! kamu itu kalau kecapean pasti kambuh! gak! gak ada masuk dungeon!" ucap Aulia marah."Ayolah, aku udah lama gak bertarung." ucap Bima memohon."Gak ada!" jawab Aulia tegas."Bunda! liat aul!" adu Bima pada Aurora."Bener kata aul nak, kamu gak boleh kecapean dulu." ucap Aurora."Mah!" panggil Bima pada Berliana."Gak boleh." jawab Berliana langsung."Bunda, ayolah!" ucap Bima menatap Diana."Jangan harap ya!" jawab Diana menatap t
Bima terus memaksa tubuhnya, walaupun sebenarnya dia sudah tidak sanggup lagi. Semua latihan di lakukan, angkat baru 50kg naik turun gunung, lari keliling gunung 50 putaran, angkat beban, latihan fisik, latihan skill, mode, kombinasi energi atau elemen, dan masih banyak lagi.Namun Bima masih belum mendapatkan satu mode yang di katakan Drago dulu. Dulu? ya, Bima sudah berlatih jutaan tahun lamanya du alam Surgawi. Bima bahkan sudah ratusan kali masuk ke dungeon kelas Dewa Monster untuk menguji kekuatannya.Akhirnya karena sudah tidak sanggup lagi, Bima pun istirahat, dia memulihkan tubuhnya yang sudah sangat lemas. Sambil makan, Bima membaca buku tentang mode Bankai ini."Masih mau lanjut?" tanya Smith tersenyum kagum dengan pendirian Bima."Lanjut! tapi istirahat dulu, aku lemas sekali paman." jawab Bima."Lanjutkan makanmu, aku senang melihat semangatmu ini." ucap Smith tersenyum."Ayah di mana paman?" tanya Bima menengok ke ka
Bima di bawa Adrian masuk ke dalam rumah, dia terus ditenangkan oleh ketiga istri Adrian, Amon dan Aron juga terus menyemangati Bima yang terlihat sudah tidak ada nafsu untuk hidup."Aku mau sendiri dulu, aku mau ke pinggir danau." ucap Bima beranjak pergi."Biarkan kak, dia butuh waktu, hatinya pasti sangat sangat hancur saat ini." ucap Smith."Benar tuan, biarkan dia sendiri untuk beberapa waktu." ucap Amon."Baiklah." jawab Adrian lirih.Bima berjalan tanpa ada semangat hidup, dia duduk di atas baru besar tepat di pinggir danau besar di alam Surgawi."Mau mancing tuan? saya siap menemani." tanya Anubis tiba tiba muncul membawa dua buah alat pancing."Baiklah." jawab Bima menerima pancingan yang di bawakan Anubis."Aku gabung ya." ucap Dewa Amral tiba tiba muncul."Iya paman." jawab Bima menganggukkan kepala."Inilah tuan yang saya maksud tadi, tuan terlalu bodoh, tuan terlalu mudah di dekati
Bima menjalani hari harinya dengan latihan keras, kadang dia meluangkan waktu untuk bersantai dengan Anubis dan Dewa Amral di pinggir danau atau berbincang-bincang dengan para bawahannya yang cemburu akan kedekatannya dengan Anubis.Bima hanya tertawa keras mendengar curhatan beastnya yang sangat cemburu pada Anubis. Bima juga sudah mulai sering curhat dan membuka diri atas luka lamanya di masa lalu.Tentu saja ini di sambut baik oleh Adrian, Smith dan para beast spiritual. Mereka mendengarkan cerita Bima dan memberikan pendapat sesuai apa yang mereka ketahui selama ini.Anubis juga perlahan dekat dengan bawahan Bima yang lain, walaupun wujudnya iblis, tapi Anubis ini memiliki kepribadian yang sangat baik dan sopan. Tidak seperti iblis pada umumnya yang arogan dan merendahkan makhluk lain.Bima terus berlatih dengan pengawasan penuh dari Adrian, Smith, dan Sistem. Sampai akhirnya Bima mencapai titik yang dia inginkan sejak dulu setelah berlatih jutaan tahun lamanya.Bima yang sangat a