Share

Sikap Posesif Zain

Penulis: VicaChu
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-06 17:13:14

Seusai sarapan pagi, Zain kembali menggendong tubuh Kinanti kembali ke kamar. 

"Lepas Tuan! Saya bisa sendiri." pinta Kinanti yang kini untuk kedua kalinya berada dalam gendongan sang CEO.

"Berisik!" pungkas Zain, terus melangkah menuju kamar.

Sesampainya di dalam kamar, Zain meletakkan Kinanti di atas kasur. Tangannya menuju handphone yang tergeletak di atas meja. Mengusap layar benda pipih tersebut, mencari nomor seseorang.

"Hallo, segeralah kemari! jangan lupa bawa obat-obatan untuk kaki melepuh karena air panas."  ucap Zain kepada lawan bicaranya.

"Tuan kalau mau berangkat kerja, berangkat saja. Nanti saya bisa kembali naik taksi." sela Kinanti menatap wajah tampah Zai Abraham.

"Tuan Zain kalau tidak marah, wajahnya tampan sekali." gumam gadis yang terlihat terkesima oleh ketampanan sang CEO.

"Siapa yang memberimu ijin kembali ke sana?" Kali ini suara sang CEO terdengar  kembali garang.

"Sampai aku sendiri yang mengantar kamu kembali ke tempat itu. Maka kamu hanya milikku dan hanya patuh serta melayaniku saja." tandas Zain, terlihat jelas penekakan di setiap kata yang ia ucapkan.

"Kalau saya tidak kembali bekerja, bagaimana saya bisa menghasilkan uang, Tuan." protes Kinanti bersungut.

"Patuh, atau mau aku tambah hukuman kamu?" Ancam Zain dengan mimik kesal. Dengan perlawanan gadis bayarannya. Membuat Kinanti lagi-lagi terdiam ambigu. Seolah kehabisan kata.

"Aku pikir dia akan jadi gadis penurut yang imut, tapi mulutnya selalu saja memprotes perintahku." batin Zain, terlihat kesal namun juga mulai terlihat suka kepada gadis bayarannya tersebut.

Lama saling adu mulut, tiba-tiba sebuah ketukan dari luar pintu kembali terdengar.

"Tok tok tok!" Seorang pria yang berusia sebaya dengan Zain Abraham, tengah berdiri di balik pintu kamar.

"Masuk!" Sahut suara dari dalam.

Seorang pria berpakaian rapi dengan kemeja lengan panjang, serta celana pantalon, masuk ke kamar.

"Wah, rupanya ada nyonya besar."

Sindir Andika, nama pria yang baru saja masuk. Ternyata adalah seorang Dokter.

"Berhentilah membual! Kerjakan saja tugas kamu! Ingat jangan sampai lukanya semakin lecet, karena sentuhan tangan kamu!" ucap Zain memperingati.

"Ha ha ha ha, rupanya tuan muda Zain tengah dilanda kasmaran nih." Kelakar sang Dokter.

"Permisi, Nona!"  ucap sang Dokter, tangan dokter Andika pun mulai beraksi. Memeriksa luka pada kaki Kinanti.

Kinanti tak berani berucap sepatah kata pun. Lebih memilih diam, meringis menahan sakitnya, ketimbang bersuara, namun selalu membuat sang CEO emosi.

"Dua hari ke depan usahakan jangan terkena air dulu, Nona!" ujar dokter Andika, seusai memeriksa kaki Kinanti.

"Iya, Dokter!" balas gadis itu lirih.

Andika berjalan mendekati Zain yang berdiri tak jauh dari tempat Kinanti terbaring. Seraya membisikkan sesuatu ke telinga Zain. "Pantas saja, Tuan muda sangat posesif. Gadisnya molek sekali, layaknya jalan tol, mulus!" Bisik Dokter Andika menahan tawa, menggoda sahabatnya itu. 

"Sialan, masih sempat-sempatnya mata kamu jelalatan," sahut Zain mendengus kesal, meninju dada sang dokter.

Dokter Andika pun terkekeh hingga terpingkal, melihat sikap yang sahabatnya tunjukkan. Pasalnya selama sekolah bareng beberapa tahun. Zain di kenal sebagai cowok dingin dan angkuh, yang tak tersentuh oleh para gadis di sekolah, sekalipun gadis itu bintang sekolah.

"Selamat ya Nyonya, akhirnya anda berhasil menakhlukkan hati CEO dingin ini." Dokter Andika kembali berkelakar, kali ini  kepada Kinanti. Membuat gadis itu merasa kebingungan dengan ucapan sang Dokter.

"Menakhlukkan apanya Dok, meski terbilang tampan, mulutnya pedas sekali. Layaknya bon cabe level 10." gumam Kinanti kesal.

Dokter Andika segera berpamit, serta mengeluarkan obat dari dalam tas. Dan menyodorkan kepada gadis yang tengah terbaring di atas kasur tersebut.

"Terima kasih, Dokter!" tandas Kinanti, meraih bungkusan obat dari Dokter Andika.

Zain pun mengantar Dokter Andika, hingga sampai pintu depan.

"Jaga baik-baik, Gadis itu! Aku lihat sepertinya dia Gadis baik."  tandas Dokter Andika, berpesan kepada sang sahabat, dengan menepuk pundak Zain.

"Terima kasih!" balas Zain, kemudian kembali menuju kamar.

Setibanya di kamar, Zain menatap jarum jam yang terpajang di dinding. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh. Ia pun harus segera ke perusahaan, untuk memimpin rapat.

"Istirahat lah! Aku hanya ada rapat penting sebentar. Sekitar dua jam, setelah itu aku akan membawamu ke suatu tempat."

Zain berpamit, meraih jas dalam lemari dan segera bergegas menuju garasi. Dimana pak Shodik telah menunggu Zain, untuk berangkat ke perusahaan.

"Cepat sedikit, Pak!" ucap Zain. 

Zain lalu mengirim pesan kepada asisten pribadinya, untuk memulai memimpin rapat, selagi menunggu ia tiba di perusahaan.

Kinanti segera meminum obat yang Dokter Andika berikan. Kini ia bersama bi Ijah di dalam kamar, sesuai perintah Zain kepada pelayannya, untuk menjaga Kinanti.

Meski telah berdua dengan Kinanti, bi Ijah tak berani bertanya tentang asal gadis itu. Pasalnya, setiap kali Zain membawa seorang gadis bermalam, tidak pernah mereka di perlakukan istimewa melebihi perlakuan Zain terhadap Kinanti.

"Sepertinya, Tuan muda sangat mencintai Gadis ini." batin bi Ijah, menatap lekat pada wajah Kinanti.

"Bi, ini rumah Tuan Zain apa bukan?" tanya gadis itu memberanikan diri.

"Bukan, Non. Ini hanya lah villa milik keluarga Tuan muda." jawab bi Ijah.

"Oh, soalnya saya pernah sekali melihat rumah Tuan Zain. Dan itu bukan rumah ini," celetuk gadis itu.

"Wah, Nona sudah pernah di ajak Tuan ke rumah besar?" selidik bi Ijah, penasaran. Kinanti pun membalas pertanyaan sang pelayan, dengan gelengan kepala.

"Oh, kirain sudah pernah. Soalnya, kalau Gadis yang berbeda-beda, hanya Tuan bawa kemari. Tidak ada yang dibawa ke rumah besar. Hanya gadis beruntung yang sudah pernah tahu kediaman Tuan muda." sahut bi Ijah kembali.

Kinanti pun mulai berpikir dan membayangkan rumah besar nan megah yang pernah ia lihat beberapa hari yang lalu. Dan membuat gadis itu merasa merinding, saat membayangkannya. "Hiii! Tidak Kinanti, jangan pernah kamu bermimpi untuk masuk ke sana. Pasti kedua orang tuanya, lebih menyeramkan dari pria angkuh itu 'batin Kinanti." 

BERSAMBUNG......

Bab terkait

  • Kinanti Bukan Wanita Malam   Perhatian Zain

    Setibanya di perusahaan, seluruh komite dan jajaran dewan direksi sudah duduk rapi, menunggu kedatangan sang CEO. Tak perlu lama dan berbasa-basi, Zain pun segera memimpin rapat tersebut. Meski sesekali bayangan wajah Kinanti terlintas di otaknya.Berbeda dengan Kinanti, setelah meminum obat dari dokter Andika, rasa kantuk pun mulai menghinggapinya. Dan gadis itu kini terlelap di balik selimut. Sementara bi Ijah dengan setia masih menunggu Kinanti sembari duduk di sofa yang ada di kamar, seraya menghidupkan televisi.******Rapat pun akhirnya selesai setelah hampir satu jam lebih Zain berdiskusi dengan bawahannya. Sesuai janjinya kepada Kinanti, maka ia pun segera kembali ke villa bersama dengan pak Shodik."Kenapa cepat sekali, Tuan?" tanya pak Shodik, saat mobil yang dikendarainya telah membelah jalanan menuju arah villa."Iya, Pak. Kebetulan hari ini jadwal saya kosong setelah rapat," balas Zain singkat.Meski terbilang dingin dan angkuh,

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-07
  • Kinanti Bukan Wanita Malam   Pergi Ke Butik

    Selepas mandi, Zain mengajak Kinanti pergi ke sebuah butik ternama. Keduanya tampak turun dari mobil sport warna biru, berjalan beriringan. Kinanti berjalan dengan kaki tertatih."Apa sakit sekali kah untuk berjalan?" tanya Zain penuh perhatian, mengamati Kinanti yang berjalan di sampingnya dengan tertatih. Gadis itu pun membalas dengan gelengan kepala.Saat tiba di depan butik, seluruh pegawai menatap ke arah gadis di samping Zain. Masih dengan pakaian setelan kaos oblong beserta celana pendek."Selamat sore, Tuan Zain!" sapa salah satu pegawai butik yang sedang membuka pintu. Membungkukkan badannya kepada Zain."Sore juga. Bantu dia memilih pakaian. Pastikan yang paling bagus!" Perintah Zain kepada pegawai butik."Baik, Tuan. Mari, Nona!" ujar pegawai yang menyapa Zain dan Kinanti, lalu segera menuju ke ruangan di dalam. Tempat koleksi baju-baju di pajang.Kinanti tampak malu dan bingung, saat di harus kan untuk memilih beberapa baju, oleh

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-08
  • Kinanti Bukan Wanita Malam   Pertemuan Dengan Gadis Pilihan Mama

    Sepulang dari mengantar Kinanti ke Klub, Zain tiba di rumah sekitar pukul 19.00. Pria itu segera bergegas masuk ke dalam kamar untuk bersiap. Tanpa menghiraukan sang ibunda yang sedari tadi sudah menunggunya dengan segudang omelan yang sudah bersiap meledak, bak bom molotov."Dari mana saja kamu, jam segini baru pulang, sekertaris kamu bilang, hari ini kamu hanya ke kantor menghadiri rapat."Retno mencecar sang putra dengan pertanyaan. Sementara Zain, tak menanggapinya. Terus naik, menuju kamar.Tak lama kemudian Zain menuruni anak tangga, seraya merapikan kancing lengan bajunya. Malam itu Zain hendak pergi ke sebuah restoran yang sudah dipersiapkan oleh sang ibunda. Tanpa berpamit, karena kekesalan hatinya terhadap desakan Retno."Selamat malam, maaf sedikit terlambat," ucap Zain datar, saat bertemu dengan Avica untuk pertama kalinya. Gadis pilihan sang mama. Seorang gadis cantik, berpenampilan eksotis, dan sifat yang agresif serta materialis

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-10
  • Kinanti Bukan Wanita Malam   Curhatan Zain

    Beberapa hari kemudian....Selepas pertengkaran dengan kedua orang tuanya, Zain lebih memilih tinggal di villa. Sifat angkuh yang dia miliki sejak lahir, semakin membuat dirinya untuk lebih menjauhi segala sesuatu yang dapat memicu emosi dan kemarahannya.Bi Ijah dan pak Shodik dengan setia melayani sang majikan selama tinggal di villa, dan hal semacam ini bukanlah kali pertama terjadi."Maaf, Tuan, jika Saya lancang," ucap bi Ijah tatkala menyiapkan makan malam untuk Zain."Iya, Bi. Katakan saja!" balas Zain menatap sopan bi Ijah."Ada baiknya, jika Tuan segera menikah! Dengan begitu Tuan, dan Nyonya besar, tidak marah-marah terus." sambung Bi Ijah.Zain mendengarkan nasehat pelayan yang sudah bekerja mengurus villa sejak ia masih kecil itu dengan seksama, seolah bi Ijah adalah ibu kedua bagi Zain. Lebih mengerti dirinya ketimbang sang mama."Zain bukannya tidak ingin segera menikah, Bi. Bibi tahu sendiri, s

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-12
  • Kinanti Bukan Wanita Malam   Pertikaian Zain dan Danil

    "Maaf, Tuan. Jangan lakukan itu!" Kinanti terus berusaha menepis gelas yang Danil sodorkan ke bibirnya."Ayolah cantik, sedikit saja. Berapa sih harga yang kamu minta?" tanya Danil seraya tersenyum menyeringai. Terus berusaha memaksa gadis itu menenggak minuman yang ada di tangannya."Saya tidak bisa meminumnya, Tuan," tepis gadis itu berusaha menolak."Ayolah Cantik, sedikit saja. Apa pun keinginan kamu pasti aku kabulkan, asal sekali saja kamu mengabulkan keinginanku," Mohon Danil di bawah kesadaran yang berangsur berkelana entah kemana.Gadis itu makin panik bercampur kesal, merasa usaha penolakan yang ia lakukan sia-sia. Kinanti pun berteriak memanggil Alan."Pak Alan, tolong! teriaknya."Tuan, jangan!" Mohon Kinanti sedikit menghiba memasang wajah melas disertai derai air mata yang mulai membasahi wajah cantiknya, sementara tangannya, menutup bibir. Gadis malang ini pun sesenggukan.Alan yang melihat keributan itu seg

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-13
  • Kinanti Bukan Wanita Malam   Zain Dilarikan ke Rumah Sakit

    Jalanan kota malam itu mulai terlihat sunyi senyap, hanya beberapa kendaraan saja yang melintas. Dengan kencangnya Alex mengemudikan mobil menuju arah rumah sakit terdekat. Sementara gadis yang tengah merengkuh tubuh Zain masih terlihat sembab matanya."Perawat!" Teriak Alex, saat mobil yang dikendarainya berhenti tepat di depan pintu utama IGD.Dua perawat laki-laki bergegas menghampiri, seraya membawa brankar. Alex segera keluar, membuka pintu dan memapah majikannya menaiki brankar, dengan dibantu perawat.Zain diletakkan di atas brankar dengan posisi tengkurap, karena belati milik Danil masih tertancap di punggungnya.Melihat perawat membawa masuk Zain ke dalam ruang IGD. Kinanti kembali diliputi kekhawatiran. "Selamatkan Tuan Zain ya Allah," gumamnya.Alex mencoba menghubungi Alan, bertanya apakah pria brengsek yang baru saja membuat ulah itu telah dia usir dari tempat tersebut."Baik, Tuan Alex. Sekali lagi saya mohon maaf atas insiden

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-14
  • Kinanti Bukan Wanita Malam   Tangis Keluarga Kinanti

    Irfan adik laki-laki Kinanti merasa iba melihat kesedihan sang bapak. Setelah berjalan hampir lima ratus meter, pemuda ini memutuskan untuk kembali ke rumah pak Gatot."Kenapa berhenti, Nak?" Pak Firman menatap putra bungsunya dengan mata yang masih basah."Irfan harus meminta penjelasan kepada Pak Gatot di mana Mbak Kinanti saat ini, Pak?"Pemuda itu bergegas berlari kencang menuju kediaman Pak Gatot, ternyata pria paruh baya tersebut masih duduk di kursi kebesarannya."Hei....! Untuk apa kamu kembali lagi, pergi!" Usir pria sombong itu."Katakan di mana Mbak Kinanti berada!"Dengan lantang Irfan bertanya keberadaan sang Kaka."Ha ha ha ha...." Pak Gatot hanya tertawa mencibir."Dasar keluarga tidak tahu malu, pergi atau aku usir paksa kau anak muda." Imbuh pria paruh baya tersebut menuding wajah Irfan penuh penghinaan.Bukannya jawaban yang ia dapat, pak Gatot menyeru kepada anak buahnya untuk mengusi

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-18
  • Kinanti Bukan Wanita Malam   Kepulangan Zain Dari Rumah Sakit

    Ciuman membara dari dua sejoli yang dilanda kerinduan berakhir sudah. Alex bergegas masuk ke dalam, disusul oleh seorang perawat yang hendak melepas selang infus."Kenapa harus terburu pulang, Tuan? Luka Anda masih belum sembuh," ucap perawat membuka selang infus di tangan Zain.Tidak ada yang berani memberikan jawaban dari pertanyaan sang perawat, "Lakukan saja tugas kamu!"Itulah balasan yang keluar dari bibir Zain Abraham."Selama beberapa hari tolong Tuan usahakan agar luka Anda tidak terkena air," Pesan perawat sebelum pergi meninggalkan ruangan."Emm...." Itulah jawaban singkat dari seorang Zain Abraham yang terkenal dingin dan angkuh.Setelah perawat pergi Alex bergegas membantu Zain bangun, pun juga Kinanti."Aku tidak selemah itu, lepas!" ucap Zain menepis tangan dua orang yang berusaha menolongnya.Kinanti masih menempelkan tangannya di lengan Zain, sementara Zain menatapnya tajam. Tak mau dikasihani."Sa

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-20

Bab terbaru

  • Kinanti Bukan Wanita Malam   Gagalnya Donor Ginjal Retno

    "Apa kah benar itu suara Honey ku?" Zain yang masih mengekor dari belakang, semakin penasaran akan sumber suara tersebut. Dan semakin mempercepat langkah mendekati, namun tiba-tiba lengannya ditarik oleh sebuah tangan. "Apa yang sedang kamu lakukan di sini kawan? Ayo kita kembali ke meja!" Cegah Andika. Saat sahabat nya mengejar ibu dan anak yang ternyata sudah dokter Andika ketahui siapa dia sebenarnya, maka ia segera menyusul mengejar Zain Abraham. Tak ingin terjadi keributan di sana, ditambah wanita itu tidak datang sendirian melainkan bersama kekasihnya. Dengan langkah gontai dan wajah prustasi, Zain Abraham pun kembali ke meja mengikuti saran sahabat nya. "Aku seperti tidak asing dengan suara wanita itu, dan lagi aku pernah berjumpa anak tampan itu. Makanya aku mengejar dia," Terang Zain Abraham saat berjalan beriringan menuju meja semula. "Zain tolong jaga sikap mu, kita di sini adalah tamu. Jangan buat keributan, lag

  • Kinanti Bukan Wanita Malam   Pertemuan Abrizam Dengan Zain Di Restoran

    "Sayang, kenapa kamu tidak marah atau memaki aku barusan? Apa itu artinya aku benar-benar sudah diterima?" Tanya Hasnan saat memasuki ruangan kerjanya masih bergandengan dengan Kinanti."Entahlah, aku sendiri tidak mengerti akan perasaanku saat ini, bersediakah kamu memberiku waktu untuk itu?"Kinanti duduk di sofa berdampingan dengan Hasnan. Meski Kinanti telah memberi lampu hijau kepada dirinya, namun pria itu masih tetap menghormati dan tidak berbuat lebih. Hanya sebatas ciuman di pipi atau kening. Hasnan tidak ingin merusak wanita yang dicintainya hanya untuk napsu sesaat saja."Apa kamu menangis barusan karena mendengar kabar dari dia?" Hasnan menggenggam tangan Kinanti dan mengecupnya. Wanita itu pun mengangguk."Sejauh apa kamu bersembunyi jika Tuhan telah berkehendak mempertemukan kalian, tidak akan bisa kamu untuk menghindarinya. Karena Tuhan lebih tahu akan rencananya. Apa pun yang terjadi nanti, nikmati dan jalani saja apa kata hati mu. S

  • Kinanti Bukan Wanita Malam   Keberangkatan Keluarga Yazid Ke Jepang

    "Siapa mereka?" Tanya Alex saat Lala duduk di sampingnya."Mereka adalah anak-anak yang memiliki nasib kurang beruntung. Aku hanya sesekali saja tiap ada rejeki lebih mengunjungi mereka," jawab Lala seraya memasang sabuk pengaman."Ternyata di balik penampilan mu yang sedikit galak menyebalkan dan bar bar, tersimpan sisi lain yang luar biasa," puji Alex.Mobil kembali melaju menyusuri jalanan ibu kota dan saat gadis itu meminta pria di sampingnya untuk mengantar ke sebuah apartemen yang ternyata juga satu kawasan dengan tempat tinggalnya, Alex terperanjat kaget saat mobil berhenti."Mau apa lagi kamu ke sini? Apa mau ke ruang teman?" Tanya Alex. Dibalas gelengan kepala serta senyum oleh Lala."Lantas, mau apa kamu ke sini?" Alex memperjelas rasa penasarannya.Lala tidak menjawab melainkan membuka sabuk pengaman dan keluar dari mobil, masih menyisakan pertanyaan dari Alex."Ini tempat tinggal baruku," jawab Lala membungkuk di tepi kaca

  • Kinanti Bukan Wanita Malam   Makan Malam Menyebalkan Alex Dan Lala

    "Kamu!" Dua insan yang tiap bertemu tidak pernah akur, malam itu keduanya sama-sama dibuat kaget oleh keadaan.Rupanya klien yang Zain maksud adalah Lala, wanita yang pernah menyelamatkan dirinya dari godaan wanita malam saat dirinya tiap kali mabuk berat hampir tiap malam di Klub tempatnya bekerja bersama Kinanti."Kenapa kamu yang datang? Tuan Zain bilang aku harus menggantikan beliau meeting dengan klien di sini. Lalu kenapa kamu yang muncul?" Tanya Lala masih tidak percaya."Oh jadi kamu orangnya, yang Tuan Zain bilang seorang klien yang sudah dianggap seperti adiknya sendiri. Memang sejak kapan kamu jadi penjilat kepada tuan Zain?" Sindir Alex dengan ketus.Lala mulai naik pitam dituduh sebagai penjilat oleh Alex. Dan gadis yang tengah duduk itu segera berdiri, "Tolong anda dengar baik-baik! Meski saya seorang gadis miskin rendahan, tapi saya masih punya harga diri. Jika saya mau menjadi penjilat itu sudah saya lakukan jauh saat atasan an

  • Kinanti Bukan Wanita Malam   Perintah Makan Malam

    "Bagaimana misal saat ini dia telah bersama pria lain dan melupakan mu?"Zain terhenyak seketika mendengar ucapan sahabatnya. Kedua matanya pun membola."Aku percaya Honey ku tidak akan melakukan hal itu. Dia tahu benar aku sangat mencintainya," tandas Zain Abraham."Ayolah kawan, kamu bukan lah orang dari jaman kuno yang berpikiran kolot. Ini tuh realita, real! Tidak ada yang tidak mungkin, secara kalian tidak bertemu lima tahun, apa lagi seperti yang kamu bilang tadi orang tua kamu turut andil di balik peristiwa yang menimpanya. Sangat besar kemungkinan dia dendam kepada kalian!"Dokter Andika berusaha menyadarkan sahabatnya untuk sadar dari mimpinya."Tidak! Aku yakin Honey ku masih orang yang sama. Sangat mencintaiku dan tidak akan mengkhianati ku. Aku di sini juga masih setia terhadap nya," sahut Zain Abraham tidak terima."Oke, semoga saja apa yang kamu pikirkan benar. Semoga keyakinan mu juga tidak salah!"Sebenarnya dokter And

  • Kinanti Bukan Wanita Malam   Bahagianya Hasnan

    "Menangis? Apa yang sedang ia pikirkan? Pasti dia benar-benar dalam tekanan," batin Hasnan.Hasnan kemudian duduk di tepi ranjang Kinanti bersama Brizam. Menunggui Kinanti sambil mengusap keringat yang mulai bercucuran setelah demamnya turun. Pengasuh Brizam berpamit ke dapur untuk memasak.Benar seperti yang telah dituturkan oleh pengasuh Brizam. Dalam tidurnya Kinanti mengeluarkan air mata. Hal itu semakin membuat Hasnan khawatir untuk beranjak pulang, sebelum wanita itu kembali membaik."Uncle, Mommy kenapa?" Tanya Brizam mendongakkan wajahnya pada Hasnan yang sedang memangku bocah tersebut."Mommy sedang sakit sayang. Coba sekarang Brizam cium Mommy supaya Mom cepat sembuh!"Dengan patuhnya bocah kecil yang sedang dipangku Hasnan, mendekati Kinanti dan mencium kening wanita tersebut. Hampir setengah jam keduanya menunggui dan setelah demam benar-benar turun barulah Kinanti bangun."Sudah lama kah kamu di sini?" Tanya Kinanti beranj

  • Kinanti Bukan Wanita Malam   Dokter Andika Kaget

    "Yaa Allah kepalaku kenapa berat sekali!" Keluh Kinanti memijat pelipisnya.Wanita yang datang ke kantor terlambat itu sepertinya sedang kurang enak badan karena semalaman begadang dan terlalu lama berpikir. Setelah Kinanti masuk ruang kerjanya, Hasnan menyusul untuk melihat keadaan wanita tersebut."Kamu demam?"Hasnan menempelkan telapak tangannya di kening Kinanti. Wanita yang tampak lesu itu tidak menjawab, hanya menidurkan kepalanya di meja. Sedang matanya telah terpejam."Benar-benar memang dia. Keras kepala! Sudah tahu sedang tidak enak badan masih saja memaksa kerja!" Gumam Hasnan menggerutu menyelimutkan jas yang ia kenakan di tubuh Kinanti.Cemas takut terjadi sesuatu, maka Hasnan menelepon dokter pribadinya."Selamat pagi dokter, tolong datang ke kantor sekarang juga. Sekertaris saya sepertinya sedang demam," ucap Hasnan saat berbincang dengan dokter pribadinya di telepon. Tak lama berselang dokter pun datang dan masuk ke ruan

  • Kinanti Bukan Wanita Malam   Bermalam Di Rumah Sakit

    Selepas mengakui semua kepada Zain Abraham di taman rumah sakit, Alex mengantar Chairman Yazid pulang ke mansion. Gantian Zain yang menjaga mamanya. Untuk menghilangkan rasa suntuk sang CEO, selepas mengantar Chairman pulang, Alex sengaja menjemput Irfan di kantor agar ikut menginap di rumah sakit. Beberapa makanan ringan serta minuman pengahangat pun dibeli oleh Alex."Selamat malam, Kak!"Sapa Irfan menyalami Zain saat baru saja tiba di ruang tunggu. Sebuah ruangan yang disediakan oleh pihak rumah sakit untuk keluarga pasien kelas VVIP."Eh kamu, Fan. Malam juga!" Balas Zain."Kalian yakin mau menginap di sini?"Tanya Zain saat melihat kedua pria yang baru datang membawa dua kresek berisi makanan, sedang Irfan membawa sebuah kasur lipat beserta bantal."Iya Kak, kita mau menginap di sini. Nih Kak Zain lihat saja Tuan Alex membeli camilan untuk teman begadang kita, iya kan Tuan?"Jawab Irfan tersenyum ke arah Alex.Tawa kecil pu

  • Kinanti Bukan Wanita Malam   Pengakuan Chairman Yazid

    "Halo, Assalamualaikum, Nak!"Sapa seorang wanita paruh baya dari balik benda pipih. Rupanya sedang menelepon putri sulungnya yang baru saja menidurkan putranya, Abrizam."Waalaikumussalam, iya, Bu. Ada apa?" Sahut Kinanti."Begini, Nak. Sebelumnya Ibu minta maaf ya, sudah ingkar akan janji ibu sama kamu," tutur Bu Asri sedikit ketakutan."Kenapa harus minta maaf, Bu. Janji apa yang Ibu maksud?" Timpal Kinanti.Bu Asri mulai bercerita kejadian tadi siang saat Zain Abraham beserta Irfan dan Alex kembali mengunjungi kediamannya. Kedatangan mereka dikarenakan telepon Irfan yang tanpa sengaja didengar oleh Zain.Kinanti tidak bisa menyalahkan siapa pun atas kejadian itu. Mungkin memang Tuhan sudah menghendaki dia untuk bertemu dengan Zain Abraham. Entah kapan itu yang jelas, jika Allah sudah berkehendak tidak ada yang tidak mungkin bagi kita."Oh masalah itu Bu. Ya sudah nggak papa, Bu. In Shaa Allah Kinanti sudah siap menghadapi ma

DMCA.com Protection Status