Home / Romansa / Kinan / Bab 3 : demi Ibu

Share

Bab 3 : demi Ibu

last update Last Updated: 2021-03-24 18:09:31

Sepanjang jalan Kinan tidak berhenti menggerutu kesal, Noah hanya sesekali tertawa mendengar ocehan dari wanita berambut cokelat itu. "Ayolah, ketika dia melepas kaca matanya. Aku yakin, dia pria yang tampan."

Kinan menatap geram, Noah hanya tahu cara berbicara. "Aku tidak melihat seorang pria dari wajahnya, tapi kepribadiannya."

"Syukurlah Kinan, aku pikir awalnya kau tidak normal."

Kinan mengumpat kecil, apakah dirinya terlihat tidka normal? Tidka ingin menikah apakah hal itu disebut tidka normal? Ayolah, zaman sudah modern, banyak wanita-wanita yang memilih untuk tidak menikah.

"Baiklah, bagaimana Wisnu?" tanya Noah, menggerakkan alisnya selai.

Jengah, Kinan hanya ingin pulang. "Out."

"Oke. Mari tentukan pilihan Anda yang kedua." Noah memberhentikan laju mobilnya di depan toko bunga Kinan. Ia menunggu Kinan keluar terlebih dahulu, sebelum kemudian ia juga menyusul wanita itu masuk ke dalam toko.

Seperti saat pertama kali, pria itu kembali menaruh foto-foto biru di hadapan Kinan dan menyuruhnya untuk memilih kembali. "Silakan."

Kinan menimang-nimang sesaat, memperhatikan lembaran foto yang bagian belakangnya terukir hiasan bunga bewaran emas. Sebelum akhirnya, ia menarik foto yang bertuliskan angka 1 dan memberikannya kepada Noah. "Semoga saja kali ini bukan pria yang aneh."

"Waw." Mata coklat Noah terlihat berbinar, ia membalikkan foto tersebut dan memperlihatkannya kepada Kinan. "Masih pilihan yang sangat bagus."

Kinan memperhatikan sosok pria di foto tersebut, kaos abu-abu dengan ponsel di tangannya. Sepertinya pria yang sibuk. Tapi, tetap Kinan harus melihat kepribadiannya terlebih dahulu. Meski ia sendiri masih pada pendiriannya yang kokoh untuk tidak menikah. 

"Alex, 34 tahun. Memiliki sebuah cafe dengan banyak cabang di ibu kota."

Oh, sepertinya tidak ada yang aneh. Kinan hanya mengangguk kecil. 

"Sama seperti tadi, Saya akan menemu Anda pukul 9 pagi." Noah merapikan foto-foto tersebut, memasukkannya kembali ke dalam saku jasnya lalu kemudian beranjak pergi dari sana. 

Kinan hanya melihat sekilas, mobil pria itu melaju dan hilang dari pandangannya. Sekarang yang Kinan harus lakukan, yaitu menyiapkan mentalnya. Tidak disangka, perjalanan ini akan panjang. Ada 9 pria lagi yang harus ia temui. Kinan pun yakin tidak ada yang bisa memenuhi kriterianya. Buang-buang waktu dan uang saja, ibu seharusnya tidak melakukan hal ini.

~•~

"Bagaimana Kinan, apa Wisnu pria yang cocok?" tanya sang Ibu yang menyambut sang anak pulang. 

Kinan mendaratkan punggungnya ke sofa, hari ini ia cukup lelah. Pelanggan di tokonya mendadak ramai saat sehabis ia pulang untuk menemui Wisnu tadi. "Siapa yang akan tertarik dengan pria seperti dia ibu."

Ibu mengembuskan napasnya gusar, ada perasaan takut yang terus menyerang dadanya. "Tapi, Ibu ingin kamus segera menikah. Setidaknya sebelum Ibu pergi."

"Bu ...." Kinan memeluk sang Ibu, menenggelamkan separuh wajahnya di separuh bahu yang tak lagi kokoh itu. "Kinan takut, Kinan takut gagal Ibu."

Ibu mengelus pelan puncak kepala Kinan, memberi kecupan hangat sekali. "Kinan ... Ibu mau kamu ada yang melindungi. Ibu gak mau kamu terus sendiri seumur hidup kamu. Meski Ayah ninggalin Ibu, Ibu masih punya kalian berdua. Ibu gak sendiri."

Kinan terdiam, ia tidak lagi bersuara. Hanya menenggelamkan wajah di bahu sang Ibu, dan berenang pada jutaan pikiran buruk yang terus menekannya. Pria-pria itu, Kinan juga sendiri tidak yakin bisa menemukan yang sesuai dengan kriterianya. 

~•~

Kinan sudah siap dengan penampilannya, gaun bewarna hijau polos dengan potongan dada rendang sudah melekat sempurna di tubuh rampingnya. Rambutnya ia ikat kucir kuda, tak lupa ia memoleskan sedikit perona di wajahnya agar terkesan fresh. Menurut orang-orang yang baru bertemu dengan dirinya atau yang belum mengetahui usianya, mereka akan melihat Kinan sebagai seorang wjaita berumur 22 tahun. Wajahnya yang awet muda, dengan kulit seputih susu membuat Kinan terlihat bak gadis belia. 

Sejujurnya banyak pria-pria yang mencoba mendekati dirinya, bahkan sudah banyak pria yang datang ke rumah untuk meminang dirinya. Tapi, tidak da satu pun yang Kinan terima. Pekerjaan mereka pun bukan main-main, rata-rata dari mereka adalah pengusaha sukses. Bahkan, ada pula pria yang telah beristri. 

"Apa Anda sudah siap?" tanya Noah, menunggu di depan mobil sedan hitamnya. 

Kinan mengangguk serata melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam mobil. Demi sang ibu, Kinana akan mencoba untuk berkenalan dengan pria-pria yang akan Noah bawa untuknya. "Apa kita akan datang ke kafenya?"

"Ya." Noah melajukan mobilnya, membelah jalan raya yang dipenuhi banyak sekali kendaraan. Ia menoleh sesaat, melihat tampilan wanita itu. "Anda lebih siap dari sebelumnya."

Kinan menunduk, tersenyum kecil. "Demi ibu," jawabnya.

Noah hanya diam, tak lagi menganggapi. Ia memfokuskan dirinya mengendari mobil sedan tersebut, meski sesekali ia melirik ke arah Kinan. Tidak seperti kemarin, hari ini wanita itu tampak sangat tenang. 

"Sudah berapa lama Anda bekerja menjodohkan orang lain?" tanya Kinan tiba-tiba yang langsung sontak membuat Noah berdeham pelan karena sadar sejak tadi ia memperhatikan wanita itu.

"3 tahun," jawab Noah. Matanya kini memandang lurus ke depan.

"Apa semuanya berakhir sempurna?" tanya Kinan lagi. Wajahnya menoleh sempurna ke arah Noah.

"Ya, mereka semua menikah." Matanya masih tetap pada posisinya.

"Bagaimana jika saya tudka berhasil?"

Pertanyaan itu berhasil membuat Noah menoleh dan bertemu dengan isi mata hazel wanita itu. Sejenak ia berpikir, sebelum kemudian menjawab. "Anda tidak bisa memutuskan suatu hal sebelum Anda mencobanya."

"Apa Anda yakin ada satu pria di antara 10 pria itu yang akan menjadi pasangan saya?" 

Noah mengangguk, ia akan membantu wanit itu. Sorot matanya, terlihat jelas beban yang ia tanggung atas semua ini sangat berat. Meski bagi kebanyakan orang, pernikahan adalah impian. Tapi entah mengapa, wanita ini sangat menghindarinya? 

Mobil berhenti, Noah melepas sabuk pengamannya. Ia tidak dulu keluar, saat melihat Kinan masih berada di posisinya. "Anda belum siap?"

Lama Kinan terdiam, napas gusar kembali ia embuskan. "Saya tidak pernah benar-benar siap. Ini benar-benar menakutkan."

"Anda hanya harus menemuinya 1 jam dan saya akan menunggu di sini."

Kinan menoleh, kemudian menutup wajahnya menggunakan telapak tangan. "1 jam waktu yang cukup lama."

"Anda hanya harus menikmati pertemuan ini." Noah tidak mengerti, mengapa wanita ini terlihat sangat ketakutan. Noah yakin benar, pria-pria yang ia pilihkan ini tidak akan ada yang akan berani menyakitinya. "Saya akan menunggu di sini, menunggu Anda selesai."

Kinan mendongak. "Anda akan menunggu lagi?"

"Ya," kata Noah mengangguk kecil.

Kinan merapikan sedikit rambutnya yang berantakan, sebelum akhirnya keluar dari mobil sedan itu. Sebelum masuk ke dalam kafe, ia lebih dahulu memanggil Noah dan memberinya tatapan tajam. "Awas saja kalau Anda tidak menunggu saya."

"Iya." Noah tertawa kecil, tidak pernah sebelumnya ia bertemu klien seperti Kinan yang berani memelototinya seperti itu. Wanita yang unik, seharusnya ia pantas mendapatkan pasangan yang baik. 

~•~

TBC

Related chapters

  • Kinan   Bab 4 : Alex

    Kinan mendadak gugup, kini ia duduk di hadapan seorang pria yang bisa Kinan katakan cukup tampan. Rambutnya tertata dengan rapi, style yang ia kenakan juga sangat menggambarkan ia seorang pemilik cafe. Kaos coklat, celana jeans panjang dengan sedikit robekan di lututnya."Jadi kegiatan kau sehari-hari apa?" tanya pria itu, sedari tadi ia tidak berhenti menyesap kopi panasnya. Sangat jelas tergambar ia sedang gugup sekarang."Aku mengelola toko bunga," jawab Kinan seraya meraih gelas kopinya dan menyesapnya untuk pertama kalinya sedari tadi. Sejujurnya Kinan, tidak terlalu suka kopi."Berapa pendapatan bersih yang bisa kau dapatkan dalam setahun?" tanya pria itu lagi yang sontak membuat Kinan mengerutkan alisnya bingung.Seseorang yang baru ia kenal, sudah bertanya perihal pendapatan bersih atas usahanya? Itu sangat tidak sopan. Apakah sekarang saat yang tepat untuk membahas bisnis, di mana seharusnya mereka berkenalan dengan pertanyaan-pertanyaan

    Last Updated : 2021-03-25
  • Kinan   Bab 5 : Darren

    Kinan tidak tahu maksud pria yang akan ia temui malam ini, Kinan tidak mengerti kenapa ia harus berpakaian seperti ini?Midi dress hitam polos telah melekat di tubuhnya. Sepatu boot warna senada juga telah terpasang di kaki jenjangnya. "Bertemu di apartemen saja harus berpakaian warna hitam, seperti hendak ke pemakaman saja."Kinan membaca kembali daftar yang harus ia kenakan pada kertas di tangannya. Kinan sedikit terkejut, membaca daftar paling akhir di sana. Apa? Membawa pakaian ganti? Apa maksudnya ini? Tidak, Kinan tidak ingin permintaan pria yang bahkan belum ia temui itu. Lagi pula kenapa juga ia harus menurutinya. Setelah menatap pantulan dirinya sekali lagi ke cermin, Kinan pun bergegas keluar dari kamarnya dan dengan cepat menuruni anak tangga. "Aku akan pergi."Senyum Ibu mengembang sekali malam ini, Kinan tahu Ibu sangat bahagia melihat anaknya bisa keluar di malam hari karena biasanya Kinan akan mendekam di kamar kumuhnya. "Hati-hati ya nak, Ibu udah n

    Last Updated : 2021-03-25
  • Kinan   Bab 6 : Apartemen Noah

    Kinan mengedarkan seluruh pandangannya, langit-langit kamar yang ia lihat sekarang bukan yang biasa ia lihat saat bangun tidur. Kinan meringis pelan, saat tiba-tiba rasa nyeri menyerang kepalanya."Apa kau sudah bangun?" tanya seseorang yang lantas membuat Kinan bangkit duduk dan melotot kaget."Kau—" Kinan tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Ia edarkan seluruh pandangannya ke sekeliling, ini bukan kamarnya. Lalu di mana kah, ia sekarang? Kinan memeluk dirinya sendiri, menatap pakaian yang ia pakai sekarang. Kaos abu-abu dan celana pendek. Ini bukan pakaiannya. "APA YANG KAU LAKUKAN PADAKU?!"Noah merasa pengar mendengar suara cempreng wanita itu. Ia meletakkan segelas air putih di atas nakas, dengan helaan napas panjang ia berkata, "coba kau ingat lagi, apa yang terjadi pada dirimu."Kinan terdiam, ingatan tentang kejadian semalam langsung menyelusup masuk ke dalam kepalanya. Ia hampir saja celaka, kalau Noah tidak datang dengan cepat. Kinan

    Last Updated : 2021-03-26
  • Kinan   Bab 7 : tidak bisakah kau sedikit lebih tenang?

    Noah nyaris saja tertawa di tempatnya, wanita sampai hilang akal karena saking tidak ingin ia menikah. "Kau tidak akan bisa menghindari pernikahan meski kau bergabung dengan anggota kami."Kinan mendesah pasrah, tidak ada yang bisa ia lakukan lagi. Apa ia pergi saja dari rumah? Tidak, ibunya akan sedih dan ia juga punya penyakit jantung."Bukankah kau melakukan ini demi ibumu?""Ya, tapi apa kah kau pikir ada yang akan menikahi seseorang yang menikah karena paksaan dari ibunya?" tanya Kinan. "Bukankah menikah adalah tentang saling mencintai?"Noah mengangguk, membenarkan ucapan Kinan. "Ya, tapi untuk sekarang kau tidak akan bisa menghindarinya. Mengapa kau tak mencoba mencintai seseorang?""Aku tidak pernah paham bagaimana rasanya jatuh cinta." Kinan melipat tangannya di dada. "Belum ada seorang pun pria yang masuk kriteriaku."Noah menghela napas pelan dan beranjak dari sana. "Tidak ada yang sempurna di dunia ini Kinan.""Aku tidak mencari

    Last Updated : 2021-03-27
  • Kinan   Bab 8 : segelas air putih

    Kinan yang semula menunjukkan pandangannya, kini kembali menatap bola mata pria itu. Ia masih diam, bingung ingin membalas ucapan pria itu."Aku tahu, kau juga tidak bisa memaksa hal yang sama sekali tidak kau inginkan.""Tidak, aku akan terus melanjutkannya," ucap Kinan setelah cukup lama terdiam. "Aku tahu, sisa uangnya tidak akan kembali jika aku membatalkannya.""Tentu saja, perjanjian awal sudah seperti itu.""Bukan karena perjanjian, kau saja yang gila uang!"Mulut wanita itu memang sepedas cabai, lihatlah sudah berapa kali ia mengejek Noah gila uang. Semua manusia juga gila uang, tidak ada manusia yang tidak membutuhkan uang. "Aku akan pergi keluar untuk berbelanja. Kau tunggu saja di sini.""Tidak!" Kinan berkata cukup lantang, mengagetkan Noah yang baru saja berdiri. "Aku ikut!"Noah menghela napasnya lelah. "Kau tidak bisa ikut dengan pakaian seperti itu!""Ta ta—pi aku.""Diam di sini, aku akan mencarikanmu bebet

    Last Updated : 2021-03-27
  • Kinan   Bab 9 : Yuda

    Kinan mencoba salah satu pakaian yang dibelikan oleh Noah, pria itu cukup pinter memilih baju yang pas di tubuh Kinan. Sebuah gaun bewarna kuning yang panjangnya hingga menutupi lutut, sangat cantik melekat di tubuh rampingnya. Bagian atasnya yang dibuat model Sabrina, membuat penampilan Kinan semakin cantik pagi ini. Wajahnya tak lagi terdapat memar, karena ia sudah menutupnya dengan sempurna. Kinan juga bisa menyamarkan dengan rambut yang sengaja ia uraikan. "Berikan aku foto-foto yang harus aku pilih lagi, aku akan menemui salah satu pria itu lagi hari ini agar aku bisa cepat terbebas," katanya seraya melangkah menghampiri Noah yang duduk di kursi makan."Wajah memarmu?" tanya Noah kebingungan. Ia tidak lagi melihat warna itu di pipi Kinan.Kinan mendekatkan wajahnya, agar pria itu bisa melihat dengan jelas pipi yang sudah ia samarkan dengan segala macam make up yang memang selalu ia bawa di dalam tasnya."Apa pakaian dalam itu pas di tubuhmu?" tanya

    Last Updated : 2021-03-27
  • Kinan   Bab 10 : mie instan cup

    Kinan saat ini berada di toko ice cream, bersama Noah yang sudah ia paksa hingga berkali-kali sampai mau menemaninya. Kinan memakan pelan es krim vanillanya, rasa yang sama yang dimakan oleh Noah."Aku sungguh bangga dengan diriku," kata Kinan pongah. "Aku pasti berhasil menyatukan dua orang itu."Noah hanya menatap malas, ia ingin cepat-cepat menghabiskan es krim berukuran besar di hadapannya saat ini. Kalau saja ia tahu, Kinan akan memesan dengan ukuran sebesar ini sudah pasti ia lebih memilih pulang."Apa aku sudah cocok mendaftar jadi anggota biro jodoh?" tanya Kinan, menangkup pipi dengan kedua tangannya dan tersenyum sambil mengedip-ngedipkan matanya ke arah Noah.Noah masih memandang dengan wajah datar, ia memasukkan sesendok es krim ke mulutnya dan berkata, "tidak. Kau tidak lulus semua kriteria yang ada.""Hah?" Kinan tidka percaya, pasti Noah sedang ingin menipunya."Kami tidak mencari seorang wanita yang memiliki sifat kasar

    Last Updated : 2021-03-27
  • Kinan   Bab 11 : kembalinya tawa Noah

    Kinan sudah bersiap, long dress bewarna merah sudah melengkapi penampilannya pagi ini. Tapi, ia tidak berniat untuk menjumpai salah satu pria itu karena pagi ini ia hanya ingin berkeliling dengan menyewa sebuah sepeda. Tentu saja ia tidak akan sendiri, ia tetap memaksa Noah untuk ikut dengannya."Sekarang kau ingin apa?" tanyanya pada Kinan yang sudah menyiapkan dua sepeda yang memiliki keranjang di depannya itu dan mengisyaratkan Noah untuk naik. "Kau menyuruhku naik sepeda?"Kinan mengangguk. "Kau harus menemaniku, kalau saja kau tidak salah memilih orang. Luka memar di pipiku tidak akan aku dapatkan dan aku tidak harus—""Hentikan ocehanmu," potong Noah seraya naik ke sepeda yang sangat tidak cocok untuk tubuh kekarnya.Kinan tampak sangat antusias, ia mendayung sepedanya—mengejar Noah yang sudah berlalu cepat di depannya. "Tunggu aku!"Keduanya berkeliling pada sebuah taman yang membentang luas di dekat gedung apartemen yang N

    Last Updated : 2021-03-28

Latest chapter

  • Kinan   Bab 39 : aku ingin terus bersamamu

    Kinan terpaku menatap dirinya di depan cermin, di tubuhnya sudah melekat sempurna gaun pengantin brokat bewarna putih dengan model sabrina berlengan panjang. Lekuk tubuhnya sangat sempurna, dengan gaun tersebut. Rambutnya yang ditata sedemikian rupa dengan sebuah mahkota di atasnya menjadikan Kinan tidak mengenali dirinya sendiri.Ternyata begini rasanya memakai gaun pengantin, tampak biasa saja. Ia tidak terlalu menyukainya, untung saja gaun pengantin tersebut tidak berat dan panjangnya hanya sampai mata kaki. "Lalu sekarang apa lagi?" tanya Kinan sudah sangat kesal. Hampir satu jam lamanya orang-orang di sana meriasnya. Ia pun melangkah keluar dari ruangan tersebut dan bertemu dengan Ferdinand."Ayo kemarilah cepat!" kata Ferdinand berdiri di depan salah satu ruangan, yang letaknya bersebelahan dengan ruangan tempatnya berada tadi.Kinan melangkah masuk, di sana ia bisa melihat Noah sudah menunggunya dengan setelan jas bewarna hitam lengkap dengan

  • Kinan   Bab 38 : Ferdian

    Sudah hampir 3 minggu berlalu, Kinan sudah mulai bisa berjalan kembali meski tidak bisa terlalu sering dan memakai heels. Sudah dari 2 pekan yang lalu ia kembali ke rumahnya, saat Ibu dan Andini menjemputnya pulang dari apartement Noah setelah mengetahui bahwa kakinya sakit.Semenjak itu, ibu kerap kali datang ke apartement Noah untuk memberinya banyak makanan padahal ibu tahu jika pria itu pandai memasak. Tapi, ibu bersikeras dan mengatakan kalau Noah bisa saja tidak punya waktu untuk memasak. Lagi pula katanya ini sebagai rasa terima kasih ibu karena sudah merawat dirinya. Ibu memang terlalu berlebihan."Sekarang kau akan kemana?" tanya Andini melihat Kinan sudah rapi dengan celana jeans dan kemeja polosnya.Kinan menoleh sekilas dan kembali menata rambutnya yang ia biarkan tergerai. Hari ini ia akan memakai sneaker saja, untuk menghindari kakinya terasa sakit lagi. "Aku masih harus menemui 3 pria lagi, agar aku bisa seg

  • Kinan   Bab 37 : tidak punya kendali

    Mata Kinan kembali melebar, tetapi kini dihiasi dengan kerutan pada dahinya. Rasa malu itu kini kembali menjalar, hingga membuat kedua pipi Kinan terasa panas. Ah, Noah memang tidak bisa ditebak. Ada apa dengannya, kenapa pria itu sampai menawarkan untuk tidur bersama lagi?"Kalian telah tidur bersama?" tanya Rey, nada bicaranya jelas terlihat bahwa ia terkejut."Ya." Kinan menoleh, tetapi kemudian ia menyadari jawabannya. "Tidak, ma-ksudku."Rey melihat ke arah Noah, keduanya beradu pandang. Tatapan tajam Rey lebih terlihat seperti sebuah peringatan keras. "Kuharap kau tidak lupa Noah.""Bagaimana jika aku ingin?" tanya Noah seolah menantang.Bibir Rey membentuk garis tipis. "Kau tahu kau tidak bisa melakukannya."Kinan menatap kedua orang kakak beradik itu bingung, ia tidak tahu apa yang tengah mereka bicarakan. Ketika Kinan melihat ke arah Noah, ia bisa melihat kekesalan tergambar sangat jelas di sana."Ya,

  • Kinan   Bab 36 : kedatangan Rey

    Noah terdiam, hentakan saat memotong wortel tak lagi terdengar. Ucapan Kinan mengacaukan seluruh pikirannya, terlebih sesuatu yang bergemuruh di dadanya. Noah berkedip, ia kembali melanjutkan. "Tentu," ujarnya singkat."Kalau begitu, aku harus segera menemukan orang itu." Kinan akan bertekad, ia harus membahagiakan orang-orang di sekitarnya termasuk pria itu. Noah pasti akan sangat senang, pekerjaan dengannya yang super merepotkan juga akan selesai. Jadi pria itu tidak lagi harus mengurusinya yang memang cukup melelahkan. "Aku berhutang banyak padamu, jadi aku tidak akan melupakanmu."Noah mencoba untuk terkecoh, meski pikirannya begitu berantakan. Ia sekarang melanjutkan ke sayuran yang lain, memotongnya hingga semuanya siap untuk di masak."Setelah kakiku sembuh, aku akan menemui pria yang tersisa sehingga aku bisa segera melepas bebanmu.""Kau sama sekali bukan beban bagiku."Kinan menoleh, dilihatnya Noah yang telah berbalik. Keduanya men

  • Kinan   Bab 35 : pelukan hangat

    "Noah."Noah tersentak dalam tidurnya saat mendengar suara lirihan Kinan. Ia menenggakkan kepala serta tubuhnya dari kursi yang telah menahannya saat tidak sengaja tertidur tadi. Noah menatap tangannya yang masih di genggaman wanita itu dan bertanya, "iya, ada apa?""Tidurlah, kau juga butuh istirahat," kata Kinan seraya menarik pelan tangannya dari genggaman pria itu."Aku sudah tidur." Noah sengaja mengambil salah satu kursi meja makan dan membawanya ke kamar agar ia bisa tetap menjaga wanita itu dalam tidurnya."Tubuhmu bisa sakit nanti, tidurlah di sofa." Kinan merasa bersalah setelah melihat bagaimana Noah menjaganya dalam tidur. Ia telah banyak menyusahkan pria itu. "Ah, sofa juga buruk. Aku telah banyak menyusahkanmu."Noah mengambil beberapa helai tisu yang sudah ia taruh di atas nakas. "Ini adalah tanggung jawabku karena telah membuatmu sakit," katanya seraya menghapus keringat ya

  • Kinan   Bab 34 : Apa kau tidak merindukanku?

    Kinan mengernyit saat melihat Noah mendekatkan sesendok bubur ke dekat mulutnya. "Aku bisa memakannya sendiri," tolak Kinan seraya mengambil sendok di tangan Noah dan memasukkannya ke dalam mulutnya."Bagaimana rasanya?" tanya Noah, karena ia benar-benar ragu dengan rasa bubur buatannya itu. "Aku jarang membuat bubur, jadi aku pikir aku tidak akan membuatnya dengan enak.""Ini enak, aku menyukainya." Kinan tersenyum sekilas sebelum kembali menyuapi bubur itu ke mulutnya. "Terima kasih."Tangan Noah refleks menyentuh puncak kepala Kinan dan mengusapnya pelan. "Sama-sama," kata Noah lalu tiba-tiba terdiam saat pandangan keduanya bertemu.Noah buru-buru menjauhkan tangannya, ia sungguh melakukannya dengan spontan hingga ia tidak menyadarinya. "Maaf, aku tidak sengaja."Tanpa Noah ketahui, jauh di dalam sana Kinan hampir terlempar dari bumi. Kinan berusaha untuk menyamarkannya ekspresi k

  • Kinan   Bab 33 : rasa bersalah

    Kinan bergeming, keduanya saling pandang. Perlahan senyumnya kecilnya terbit, ia melirik ke arah Noah yang juga ikut memandanginya. Sepertinya Noah tidak masalah, jika kakaknya yang tampan itu masuk ke dalam kandidat pria yang akan ia kencani. "Kupikir Noah setuju, jadi ya tentu.""Kapan aku mengatakan setuju?" tanya Noah. Ia belum mengatakan sepatah katamu sejak beberapa detik yang lalu, lalu dari mana wanita itu bisa menyimpulkan bahwa Noah setuju."Ah, ayolah. Kau juga harus membiarkan aku berkencan," kata Rey membuat perhatian Noah teralih. "Aku juga ingin menikah.""Tapi, wanita itu tidak," ucap Noah spontan. Rey sempat terdiam beberapa saat, memandangi Kinan dan Noah secara bergantian dengan wajah bingung."Aku tidak sedang mengajaknya menikah." Rey mencoba meluruskan, ia sedang mengajak wanita yang terbaring di sana untuk berkencan dengannya karena ia merasa tertarik. "Aku hanya mengajaknya berkencan, apa hal itu salah?""Tidak ada gunanya."

  • Kinan   Bab 32 : sakitnya Kinan

    Kinan sudah terbaring di atas tempat tidur, ia melihat ke arah pria itu sinis. Tapi, kaki kanannya yang terasa nyeri bukan main membuatnya langsung meringis pelan. "Bagaimana aku bisa berjalan, kalau seperti ini." "Bukankah sudah kukatakan kau menginap saja di sini?" Noah duduk di atas ranjang, di ujung kaki Kinan. "Lihat kakimu semakin parah." Kinan mendengus kesal, lebih baik ia tidur saja sekarang dan berharap kakinya bisa segera sembuh besok. "Aku ingin tidur saja, keluarlah!" Noah mengembuskan napasnya panjang, ia bangkit dan menarik selimut untuk menutupi tubuh wanita itu. "Kalau kau butuh sesuatu, bisa panggil aku." "Aku haus," kata Kinan serak. "Sebentar, akan aku ambilkan." Noah beranjak keluar dari kamar dan menuju ke dapur. Ia menuangkan segelas air putih lalu kembali masuk ke dalam kamar. "Ini." "Terima kasih." Kinan duduk bersandar, lalu kemudian mengambil gelas tersebut dan menegak air putih tersebut hingga tinggal

  • Kinan   Bab 31 : kekesalan Noah

    Noah telah sampai di apartemennya, saat melangkah masuk ia langsung disambut oleh senyum hangat Kinan yang tampak sedang melakukan sesuatu di dapur. Noah mengernyit, ia melepas sepatunya dan beranjak mendekat. "Apa kakimu sudah sembuh?""Sudah agak mendingan," jawab Kinan kemudian menunjukkan sop buntut yang baru saja selesai ia panaskan. "Kau pasti lapar, aku sudah menyiapkan makan malam."Noah kembali mengernyit, ia melihat beberapa hidangan telah tersusun di meja makan. "Kau memasak semua ini?""Tidak." Kinan berjalan tertatih ke arah meja makan dan menaruh mangkuk berisi sup di tangannya ke atas meja. "Tadi Ibu datang kemari, katanya ia memasak banyak hari ini.""Ibu datang kemari?" Wajah Noah sedikit terkejut."Maaf jika aku tak meminta izin terlebih dulu padamu karena mengizinkan Ibu dan Andin masuk ke apartemenmu," ucap Kinan merasa tidak enak karena ia membiarkan keluarganya begitu saja ke apartemen milik orang lain."Ah

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status