Home / Romansa / Kinan / Bab 2 : Wisnu

Share

Bab 2 : Wisnu

last update Last Updated: 2021-03-23 23:32:39

Kinan merutuki kebodohannya untuk tetap menerima tawaran dari sang ibu, luar biada sekali. Sekarang ia harus menunggu pria yang menyebut dirinya biro jodoh itu. Kinan melirik ke arah jarum jam, sudah pukul 9 pagi rupanya, pria itu akan datang. Kinan berdeham pelan, merapikan sedikit gaun floralnya. Tak lama lonceng yang sengaja ia gantung di atas pintu toko berbunyi, pertanda seseorang datang. Tepat waktu juga pikirnya, Kinan memasang wajah datang saat pria itu dengan gagah melangkah masuk. "Bagaimana?"

Apanya yang bagaimana? Dia tidak lihat, wajah Kinan sekarang begitu kesal. "Sekarang apa?"

"Anda sudah siap rupanya," katanya setelah sesaat melihat penampilan Kinan.

Kinan mendesah kesal, ini adalah perbuatan sang ibu yang memaksanya memakai gaun floral selutut ini. "Katakan cepat, sekarang apa? Aku ingin segera menyelesaikan hal ini dan hidup dengan tenang lagi."

"Anda harus memulainya dengan tenang, tidak akan ada hasil yang sempurna jika Anda terlalu terburu-buru." Melipat tangannya di dada, pria itu menatap wajah Kinan sesaat. "Saya sudah memilih pria-pria terbaik untuk wanita cantik seperti Anda, jadi nikmati semua ini."

Sesaat Kinan diam, otaknya yang kecil itu mulai berpikir. "Bisakah aku membatalkan semua ini dan Anda mengembalikan uang Ibu saya?"

"Oh tidak bisa Nona, apa yang sudah disetujui tidak dapat dibatalkan begitu saja," terangnya. Wajahnya benar-benar beringas sekali, sangat tidak cocok dengan pekerjaannya.

Kinan memejamkan matanya sejenak, mengatur napasnya dan bertanya, "kalau begitu cepat katakan, apa yang harus kulakukan. Aku tidak punya cukup waktu."

Pria itu merogoh jas hitamnya, mengeluarkan selembar foto yang Kinan pilih kemarin dan menunjukkannya kembali ke arah wanita itu. "Namanya Wisnu, 32 tahun, seoranga manager di sebuah perusahaan swasta terkenal di ibukota."

Kinan berusaha mendengarkan, meski ia tidak tertarik sama sekali untuk ingin tahu. 

"Dia sudah menunggu Anda, bersiaplah menjelajahi perpustakaan dan tersesat dalam pesonanya."

Kinan serasa ingin tertawa, pesona? Pesona apa yang dimiliki oleh seorang pria yang menenggelamkan separuh wajahnya di buku-buku tebal? Tentu saja, pria semacam itu bukan tipenya. "Meski aku tidak menyukainya, aku tetap harus menemuinya?"

Pria itu mengangguk pelan. "Ya, Anda tidak akan pernah tahu apakah Anda menyukainya sebelum Anda bertemu. Begitulah caranya."

"Baik, berapa menit? 15 menit?" tanya Kinan sembari menarik tas sampingnya. 

"Satu jam."

"Hah?" Kinan tidak salah dengar kan? 1 jam? Bertemu dengan seseorang seperti itu selama 1 jam? Bukankah itu akan membuang-buang waktu?"

"Ayolah, ini bukan seperti yang ada pada drama yang sering para remaja tonton. 15 menit tidak bisa langsung membuat seseorang jatuh cinta."

Lama-lama Kinan muak sendiri, lebih baik ia segera menemui pria bernama Wisnu itu agar ia bisa pulang ke toko bunganya kembali. "Aku tidak punya waktu, aku akan pergi sekarang."

"Ya, lebih cepat lebih baik." Pria itu berjalan mengikuti Kinan, menunggu wanita itu mengunci tokonya sebentar lalu beranjak ke tempat yang ingin mereka tuju. 

"Oh iya, perkenalkan namaku Noah," katanya memperkenalkan diri setelah berada di dalam mobil.

Kinan hanya tersenyum kecil, tanpa berniat terlalu akrab dengan seseorang yang pekerjaannya sangat ia benci itu. "Anda membuang-buang waktu dengan kerja sebagai seorang biro jodoh."

"Saya mendapat bayaran yang tinggi untuk setiap tugas," katanya seraya tetap fokus menyetir mobil sedan hitam miliknya. "Membuang waktu bukanlah hal yang salah, jika Anda bisa menghasilkan uang yang banyak."

"Memang tarifnya berapa?" katanya Kinan mulai penasaran.

Jari telunjuknya ia taruh di atas bagian bawah bibir tebalnya, sembari melirik sekilas Noah menjawab. "500 juta."

Gila. Kedua bola mata Kinan hampir saja keluar dari tempatnya. Apakah ibunya mengeluarkan uang sebanyak itu demi mendapatkan pasangan  untuk dirinya? 

"Tersedia beberapa paket dan Ibu Anda memiliki paket tertinggi."

Kinan semakin tidak bisa berkata-kata, ia bahkan tidak sadar telah sampai di depan gedung perpustakaan besar yang terkenal di ibukotanya. 

"Kita sudah sampai, saya akan menunggu. Setelah selesai, Anda bisa keluar jika ingin saya mengantar Anda kembali. Tapi, jika Anda ingin pulang dengan pasangan Anda saya tidak akan menunggu."

Kinan semakin hilang akal, ia melepas sabuk pengaman di tubuhnya. Sebelum keluar ia berkata, "antar saya pulang nanti."

"Oke, saya akan tunggu."

Kinan langsung bergegas masuk, menaiki beberapa anak tangga kecil sebelum akhirnya masuk ke dalam gedung perpustakaan tersebut. Ia sudah pernah beberapa kali datang ke perpustakaan ini saat semasa kuliah dulu. Keadaannya masih sama, sangat mega dengan arsitektur kuno yang melapisi setiap bangunan.

"Kinan?" 

Hampir saja Kinan terjatuh di tempatnya, kalau saja ia tidak berhasil menyeimbangkan tubuhnya. Kinan memagang dadanya, ia baru saja dibuat kaget oleh seseorang yang tiba-tiba datang dan menyentuh bahunya tanpa izin. "Siapa?"

"Wisnu."

Kinan terdiam, melihat penampilan pria itu dari ujung kaki hingga ke ujung kepala. Tepat sesuai dugaannya, pria kutu buku dengan kaca mata tebal. "Ah, ya. Saya Kinan."

"Buku apa yang kau sukai?" tanyanya, seraya mengajak Kinan berjalan pelan ke arah rak-rak buku yang berbaris dan tersusun sangat rapi di hadapannya.

"Novel Romansa," jawab Kinan. Setelah beberapa memandangi pria itu, perawakannya jelas tidak sesuai dengan yang Kinan suka. Kemeja dengan celana kain bertali pinggang itu persis membuat Kinan merasa pria itu cuku jadul. Pakaiannya seperti gaya tahun 90an saja. 

"Romansa?" Kening pria itu berkerut. "Apa yang bisa kau pelajari dari cerita-cerita bodoh itu?"

Kening Kinan juga tidak kalah berkerut, jelas memang novel Romansa hanya menyajikan kisah bodoh di dalamnya. Tapi, ada banyak pelajaran hidup yang bisa ia pelajari di dalamnya. "Novel Romansa mengajarkan kepadaku bahwa pernikahan tidaklah selalu menjadi sebuah jalan menuju kebahagiaan."

"Jadi maksudmu," kata Wisnu, menghentikan ucapannya sejenak untuk mengambil salah satu buku tebal yang ada di rak nomor dua yang berada di sudut kiri. "Kau tidak percaya dengan pernikahan?"

Kinan mengangguk cepat, pria itu pintar. Ia bisa dengan mudah menangkap maksud Kinan. "Ya, terlalu banyak resiko untuk memulai pernikahan."

"Tapi, kau akan diajarkan untuk dewasa."

Kinan masih sibuk mencari-cari buku-buku yang berjejeran di rak, belum ada satupun yang menarik perhatiannya. "Dewasa tidak bisa diukur dengan hanya kita menikah, bukan?"

"Ya, tapi dengan pernikahan kau mungkin akan lebih bisa bersyukur, menjadi pribadi yang lebih bekerja keras dan tentu saja bertanggung jawab."

Kinan sudah sering mendengar guyonan itu dibanyak adegan drama yang ia tonton. "Lalu, kau apa yang kau sukai?" tanyanya, mengalihkan pembahasan yang sudah cukup sangat memuakkan bagi Kinan dengar.

"Aku hanya suka buku, membaca hal-hal yang mengubah sudut pandangku terhadap dunia ini." 

Mengangguk mengerti, ujung matanya melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kurusnya. 40 menit lagi, kenapa waktu berjalan sangat lambat. Ya Tuhan, Kinan tidak ingin berlama-lama dengan orang yang membosan seperti Wisnu.

Kinan hanya mengangguk sambil sesekali memutar matanya jengah, telinganya terasa berdenging mendengar kalimat-kalimat yang ia sendiri tidak paham maksudnya itu. Noah sialan, kenapa tidak sekalian saja ia mengenalkan dirinya dengan pria lebih membosankan dari ini. 

"Boleh aku meminta nomor ponselmu?"

"Hah?" Kinan terdiam sejenak, sebelum mendesah pelan dan meraih ponsel pria itu. "Tapi, aku tidak punya cukup waktu untuk membalas pesan atau menjawab telepon."

"Tidak apa-apa, aku akan meneleponnya saat malam."

~•~

TBC

Related chapters

  • Kinan   Bab 3 : demi Ibu

    Sepanjang jalan Kinan tidak berhenti menggerutu kesal, Noah hanya sesekali tertawa mendengar ocehan dari wanita berambut cokelat itu. "Ayolah, ketika dia melepas kaca matanya. Aku yakin, dia pria yang tampan."Kinan menatap geram, Noah hanya tahu cara berbicara. "Aku tidak melihat seorang pria dari wajahnya, tapi kepribadiannya.""Syukurlah Kinan, aku pikir awalnya kau tidak normal."Kinan mengumpat kecil, apakah dirinya terlihat tidka normal? Tidka ingin menikah apakah hal itu disebut tidka normal? Ayolah, zaman sudah modern, banyak wanita-wanita yang memilih untuk tidak menikah."Baiklah, bagaimana Wisnu?" tanya Noah, menggerakkan alisnya selai.Jengah, Kinan hanya ingin pulang. "Out.""Oke. Mari tentukan pilihan Anda yang kedua." Noah memberhentikan laju mobilnya di depan toko bunga Kinan. Ia menunggu Kinan keluar terlebih dahulu, sebelum kemudian ia juga menyusul wanita itu masuk ke dalam toko.Seperti saat pertama kali, pria itu kembali

    Last Updated : 2021-03-24
  • Kinan   Bab 4 : Alex

    Kinan mendadak gugup, kini ia duduk di hadapan seorang pria yang bisa Kinan katakan cukup tampan. Rambutnya tertata dengan rapi, style yang ia kenakan juga sangat menggambarkan ia seorang pemilik cafe. Kaos coklat, celana jeans panjang dengan sedikit robekan di lututnya."Jadi kegiatan kau sehari-hari apa?" tanya pria itu, sedari tadi ia tidak berhenti menyesap kopi panasnya. Sangat jelas tergambar ia sedang gugup sekarang."Aku mengelola toko bunga," jawab Kinan seraya meraih gelas kopinya dan menyesapnya untuk pertama kalinya sedari tadi. Sejujurnya Kinan, tidak terlalu suka kopi."Berapa pendapatan bersih yang bisa kau dapatkan dalam setahun?" tanya pria itu lagi yang sontak membuat Kinan mengerutkan alisnya bingung.Seseorang yang baru ia kenal, sudah bertanya perihal pendapatan bersih atas usahanya? Itu sangat tidak sopan. Apakah sekarang saat yang tepat untuk membahas bisnis, di mana seharusnya mereka berkenalan dengan pertanyaan-pertanyaan

    Last Updated : 2021-03-25
  • Kinan   Bab 5 : Darren

    Kinan tidak tahu maksud pria yang akan ia temui malam ini, Kinan tidak mengerti kenapa ia harus berpakaian seperti ini?Midi dress hitam polos telah melekat di tubuhnya. Sepatu boot warna senada juga telah terpasang di kaki jenjangnya. "Bertemu di apartemen saja harus berpakaian warna hitam, seperti hendak ke pemakaman saja."Kinan membaca kembali daftar yang harus ia kenakan pada kertas di tangannya. Kinan sedikit terkejut, membaca daftar paling akhir di sana. Apa? Membawa pakaian ganti? Apa maksudnya ini? Tidak, Kinan tidak ingin permintaan pria yang bahkan belum ia temui itu. Lagi pula kenapa juga ia harus menurutinya. Setelah menatap pantulan dirinya sekali lagi ke cermin, Kinan pun bergegas keluar dari kamarnya dan dengan cepat menuruni anak tangga. "Aku akan pergi."Senyum Ibu mengembang sekali malam ini, Kinan tahu Ibu sangat bahagia melihat anaknya bisa keluar di malam hari karena biasanya Kinan akan mendekam di kamar kumuhnya. "Hati-hati ya nak, Ibu udah n

    Last Updated : 2021-03-25
  • Kinan   Bab 6 : Apartemen Noah

    Kinan mengedarkan seluruh pandangannya, langit-langit kamar yang ia lihat sekarang bukan yang biasa ia lihat saat bangun tidur. Kinan meringis pelan, saat tiba-tiba rasa nyeri menyerang kepalanya."Apa kau sudah bangun?" tanya seseorang yang lantas membuat Kinan bangkit duduk dan melotot kaget."Kau—" Kinan tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Ia edarkan seluruh pandangannya ke sekeliling, ini bukan kamarnya. Lalu di mana kah, ia sekarang? Kinan memeluk dirinya sendiri, menatap pakaian yang ia pakai sekarang. Kaos abu-abu dan celana pendek. Ini bukan pakaiannya. "APA YANG KAU LAKUKAN PADAKU?!"Noah merasa pengar mendengar suara cempreng wanita itu. Ia meletakkan segelas air putih di atas nakas, dengan helaan napas panjang ia berkata, "coba kau ingat lagi, apa yang terjadi pada dirimu."Kinan terdiam, ingatan tentang kejadian semalam langsung menyelusup masuk ke dalam kepalanya. Ia hampir saja celaka, kalau Noah tidak datang dengan cepat. Kinan

    Last Updated : 2021-03-26
  • Kinan   Bab 7 : tidak bisakah kau sedikit lebih tenang?

    Noah nyaris saja tertawa di tempatnya, wanita sampai hilang akal karena saking tidak ingin ia menikah. "Kau tidak akan bisa menghindari pernikahan meski kau bergabung dengan anggota kami."Kinan mendesah pasrah, tidak ada yang bisa ia lakukan lagi. Apa ia pergi saja dari rumah? Tidak, ibunya akan sedih dan ia juga punya penyakit jantung."Bukankah kau melakukan ini demi ibumu?""Ya, tapi apa kah kau pikir ada yang akan menikahi seseorang yang menikah karena paksaan dari ibunya?" tanya Kinan. "Bukankah menikah adalah tentang saling mencintai?"Noah mengangguk, membenarkan ucapan Kinan. "Ya, tapi untuk sekarang kau tidak akan bisa menghindarinya. Mengapa kau tak mencoba mencintai seseorang?""Aku tidak pernah paham bagaimana rasanya jatuh cinta." Kinan melipat tangannya di dada. "Belum ada seorang pun pria yang masuk kriteriaku."Noah menghela napas pelan dan beranjak dari sana. "Tidak ada yang sempurna di dunia ini Kinan.""Aku tidak mencari

    Last Updated : 2021-03-27
  • Kinan   Bab 8 : segelas air putih

    Kinan yang semula menunjukkan pandangannya, kini kembali menatap bola mata pria itu. Ia masih diam, bingung ingin membalas ucapan pria itu."Aku tahu, kau juga tidak bisa memaksa hal yang sama sekali tidak kau inginkan.""Tidak, aku akan terus melanjutkannya," ucap Kinan setelah cukup lama terdiam. "Aku tahu, sisa uangnya tidak akan kembali jika aku membatalkannya.""Tentu saja, perjanjian awal sudah seperti itu.""Bukan karena perjanjian, kau saja yang gila uang!"Mulut wanita itu memang sepedas cabai, lihatlah sudah berapa kali ia mengejek Noah gila uang. Semua manusia juga gila uang, tidak ada manusia yang tidak membutuhkan uang. "Aku akan pergi keluar untuk berbelanja. Kau tunggu saja di sini.""Tidak!" Kinan berkata cukup lantang, mengagetkan Noah yang baru saja berdiri. "Aku ikut!"Noah menghela napasnya lelah. "Kau tidak bisa ikut dengan pakaian seperti itu!""Ta ta—pi aku.""Diam di sini, aku akan mencarikanmu bebet

    Last Updated : 2021-03-27
  • Kinan   Bab 9 : Yuda

    Kinan mencoba salah satu pakaian yang dibelikan oleh Noah, pria itu cukup pinter memilih baju yang pas di tubuh Kinan. Sebuah gaun bewarna kuning yang panjangnya hingga menutupi lutut, sangat cantik melekat di tubuh rampingnya. Bagian atasnya yang dibuat model Sabrina, membuat penampilan Kinan semakin cantik pagi ini. Wajahnya tak lagi terdapat memar, karena ia sudah menutupnya dengan sempurna. Kinan juga bisa menyamarkan dengan rambut yang sengaja ia uraikan. "Berikan aku foto-foto yang harus aku pilih lagi, aku akan menemui salah satu pria itu lagi hari ini agar aku bisa cepat terbebas," katanya seraya melangkah menghampiri Noah yang duduk di kursi makan."Wajah memarmu?" tanya Noah kebingungan. Ia tidak lagi melihat warna itu di pipi Kinan.Kinan mendekatkan wajahnya, agar pria itu bisa melihat dengan jelas pipi yang sudah ia samarkan dengan segala macam make up yang memang selalu ia bawa di dalam tasnya."Apa pakaian dalam itu pas di tubuhmu?" tanya

    Last Updated : 2021-03-27
  • Kinan   Bab 10 : mie instan cup

    Kinan saat ini berada di toko ice cream, bersama Noah yang sudah ia paksa hingga berkali-kali sampai mau menemaninya. Kinan memakan pelan es krim vanillanya, rasa yang sama yang dimakan oleh Noah."Aku sungguh bangga dengan diriku," kata Kinan pongah. "Aku pasti berhasil menyatukan dua orang itu."Noah hanya menatap malas, ia ingin cepat-cepat menghabiskan es krim berukuran besar di hadapannya saat ini. Kalau saja ia tahu, Kinan akan memesan dengan ukuran sebesar ini sudah pasti ia lebih memilih pulang."Apa aku sudah cocok mendaftar jadi anggota biro jodoh?" tanya Kinan, menangkup pipi dengan kedua tangannya dan tersenyum sambil mengedip-ngedipkan matanya ke arah Noah.Noah masih memandang dengan wajah datar, ia memasukkan sesendok es krim ke mulutnya dan berkata, "tidak. Kau tidak lulus semua kriteria yang ada.""Hah?" Kinan tidka percaya, pasti Noah sedang ingin menipunya."Kami tidak mencari seorang wanita yang memiliki sifat kasar

    Last Updated : 2021-03-27

Latest chapter

  • Kinan   Bab 39 : aku ingin terus bersamamu

    Kinan terpaku menatap dirinya di depan cermin, di tubuhnya sudah melekat sempurna gaun pengantin brokat bewarna putih dengan model sabrina berlengan panjang. Lekuk tubuhnya sangat sempurna, dengan gaun tersebut. Rambutnya yang ditata sedemikian rupa dengan sebuah mahkota di atasnya menjadikan Kinan tidak mengenali dirinya sendiri.Ternyata begini rasanya memakai gaun pengantin, tampak biasa saja. Ia tidak terlalu menyukainya, untung saja gaun pengantin tersebut tidak berat dan panjangnya hanya sampai mata kaki. "Lalu sekarang apa lagi?" tanya Kinan sudah sangat kesal. Hampir satu jam lamanya orang-orang di sana meriasnya. Ia pun melangkah keluar dari ruangan tersebut dan bertemu dengan Ferdinand."Ayo kemarilah cepat!" kata Ferdinand berdiri di depan salah satu ruangan, yang letaknya bersebelahan dengan ruangan tempatnya berada tadi.Kinan melangkah masuk, di sana ia bisa melihat Noah sudah menunggunya dengan setelan jas bewarna hitam lengkap dengan

  • Kinan   Bab 38 : Ferdian

    Sudah hampir 3 minggu berlalu, Kinan sudah mulai bisa berjalan kembali meski tidak bisa terlalu sering dan memakai heels. Sudah dari 2 pekan yang lalu ia kembali ke rumahnya, saat Ibu dan Andini menjemputnya pulang dari apartement Noah setelah mengetahui bahwa kakinya sakit.Semenjak itu, ibu kerap kali datang ke apartement Noah untuk memberinya banyak makanan padahal ibu tahu jika pria itu pandai memasak. Tapi, ibu bersikeras dan mengatakan kalau Noah bisa saja tidak punya waktu untuk memasak. Lagi pula katanya ini sebagai rasa terima kasih ibu karena sudah merawat dirinya. Ibu memang terlalu berlebihan."Sekarang kau akan kemana?" tanya Andini melihat Kinan sudah rapi dengan celana jeans dan kemeja polosnya.Kinan menoleh sekilas dan kembali menata rambutnya yang ia biarkan tergerai. Hari ini ia akan memakai sneaker saja, untuk menghindari kakinya terasa sakit lagi. "Aku masih harus menemui 3 pria lagi, agar aku bisa seg

  • Kinan   Bab 37 : tidak punya kendali

    Mata Kinan kembali melebar, tetapi kini dihiasi dengan kerutan pada dahinya. Rasa malu itu kini kembali menjalar, hingga membuat kedua pipi Kinan terasa panas. Ah, Noah memang tidak bisa ditebak. Ada apa dengannya, kenapa pria itu sampai menawarkan untuk tidur bersama lagi?"Kalian telah tidur bersama?" tanya Rey, nada bicaranya jelas terlihat bahwa ia terkejut."Ya." Kinan menoleh, tetapi kemudian ia menyadari jawabannya. "Tidak, ma-ksudku."Rey melihat ke arah Noah, keduanya beradu pandang. Tatapan tajam Rey lebih terlihat seperti sebuah peringatan keras. "Kuharap kau tidak lupa Noah.""Bagaimana jika aku ingin?" tanya Noah seolah menantang.Bibir Rey membentuk garis tipis. "Kau tahu kau tidak bisa melakukannya."Kinan menatap kedua orang kakak beradik itu bingung, ia tidak tahu apa yang tengah mereka bicarakan. Ketika Kinan melihat ke arah Noah, ia bisa melihat kekesalan tergambar sangat jelas di sana."Ya,

  • Kinan   Bab 36 : kedatangan Rey

    Noah terdiam, hentakan saat memotong wortel tak lagi terdengar. Ucapan Kinan mengacaukan seluruh pikirannya, terlebih sesuatu yang bergemuruh di dadanya. Noah berkedip, ia kembali melanjutkan. "Tentu," ujarnya singkat."Kalau begitu, aku harus segera menemukan orang itu." Kinan akan bertekad, ia harus membahagiakan orang-orang di sekitarnya termasuk pria itu. Noah pasti akan sangat senang, pekerjaan dengannya yang super merepotkan juga akan selesai. Jadi pria itu tidak lagi harus mengurusinya yang memang cukup melelahkan. "Aku berhutang banyak padamu, jadi aku tidak akan melupakanmu."Noah mencoba untuk terkecoh, meski pikirannya begitu berantakan. Ia sekarang melanjutkan ke sayuran yang lain, memotongnya hingga semuanya siap untuk di masak."Setelah kakiku sembuh, aku akan menemui pria yang tersisa sehingga aku bisa segera melepas bebanmu.""Kau sama sekali bukan beban bagiku."Kinan menoleh, dilihatnya Noah yang telah berbalik. Keduanya men

  • Kinan   Bab 35 : pelukan hangat

    "Noah."Noah tersentak dalam tidurnya saat mendengar suara lirihan Kinan. Ia menenggakkan kepala serta tubuhnya dari kursi yang telah menahannya saat tidak sengaja tertidur tadi. Noah menatap tangannya yang masih di genggaman wanita itu dan bertanya, "iya, ada apa?""Tidurlah, kau juga butuh istirahat," kata Kinan seraya menarik pelan tangannya dari genggaman pria itu."Aku sudah tidur." Noah sengaja mengambil salah satu kursi meja makan dan membawanya ke kamar agar ia bisa tetap menjaga wanita itu dalam tidurnya."Tubuhmu bisa sakit nanti, tidurlah di sofa." Kinan merasa bersalah setelah melihat bagaimana Noah menjaganya dalam tidur. Ia telah banyak menyusahkan pria itu. "Ah, sofa juga buruk. Aku telah banyak menyusahkanmu."Noah mengambil beberapa helai tisu yang sudah ia taruh di atas nakas. "Ini adalah tanggung jawabku karena telah membuatmu sakit," katanya seraya menghapus keringat ya

  • Kinan   Bab 34 : Apa kau tidak merindukanku?

    Kinan mengernyit saat melihat Noah mendekatkan sesendok bubur ke dekat mulutnya. "Aku bisa memakannya sendiri," tolak Kinan seraya mengambil sendok di tangan Noah dan memasukkannya ke dalam mulutnya."Bagaimana rasanya?" tanya Noah, karena ia benar-benar ragu dengan rasa bubur buatannya itu. "Aku jarang membuat bubur, jadi aku pikir aku tidak akan membuatnya dengan enak.""Ini enak, aku menyukainya." Kinan tersenyum sekilas sebelum kembali menyuapi bubur itu ke mulutnya. "Terima kasih."Tangan Noah refleks menyentuh puncak kepala Kinan dan mengusapnya pelan. "Sama-sama," kata Noah lalu tiba-tiba terdiam saat pandangan keduanya bertemu.Noah buru-buru menjauhkan tangannya, ia sungguh melakukannya dengan spontan hingga ia tidak menyadarinya. "Maaf, aku tidak sengaja."Tanpa Noah ketahui, jauh di dalam sana Kinan hampir terlempar dari bumi. Kinan berusaha untuk menyamarkannya ekspresi k

  • Kinan   Bab 33 : rasa bersalah

    Kinan bergeming, keduanya saling pandang. Perlahan senyumnya kecilnya terbit, ia melirik ke arah Noah yang juga ikut memandanginya. Sepertinya Noah tidak masalah, jika kakaknya yang tampan itu masuk ke dalam kandidat pria yang akan ia kencani. "Kupikir Noah setuju, jadi ya tentu.""Kapan aku mengatakan setuju?" tanya Noah. Ia belum mengatakan sepatah katamu sejak beberapa detik yang lalu, lalu dari mana wanita itu bisa menyimpulkan bahwa Noah setuju."Ah, ayolah. Kau juga harus membiarkan aku berkencan," kata Rey membuat perhatian Noah teralih. "Aku juga ingin menikah.""Tapi, wanita itu tidak," ucap Noah spontan. Rey sempat terdiam beberapa saat, memandangi Kinan dan Noah secara bergantian dengan wajah bingung."Aku tidak sedang mengajaknya menikah." Rey mencoba meluruskan, ia sedang mengajak wanita yang terbaring di sana untuk berkencan dengannya karena ia merasa tertarik. "Aku hanya mengajaknya berkencan, apa hal itu salah?""Tidak ada gunanya."

  • Kinan   Bab 32 : sakitnya Kinan

    Kinan sudah terbaring di atas tempat tidur, ia melihat ke arah pria itu sinis. Tapi, kaki kanannya yang terasa nyeri bukan main membuatnya langsung meringis pelan. "Bagaimana aku bisa berjalan, kalau seperti ini." "Bukankah sudah kukatakan kau menginap saja di sini?" Noah duduk di atas ranjang, di ujung kaki Kinan. "Lihat kakimu semakin parah." Kinan mendengus kesal, lebih baik ia tidur saja sekarang dan berharap kakinya bisa segera sembuh besok. "Aku ingin tidur saja, keluarlah!" Noah mengembuskan napasnya panjang, ia bangkit dan menarik selimut untuk menutupi tubuh wanita itu. "Kalau kau butuh sesuatu, bisa panggil aku." "Aku haus," kata Kinan serak. "Sebentar, akan aku ambilkan." Noah beranjak keluar dari kamar dan menuju ke dapur. Ia menuangkan segelas air putih lalu kembali masuk ke dalam kamar. "Ini." "Terima kasih." Kinan duduk bersandar, lalu kemudian mengambil gelas tersebut dan menegak air putih tersebut hingga tinggal

  • Kinan   Bab 31 : kekesalan Noah

    Noah telah sampai di apartemennya, saat melangkah masuk ia langsung disambut oleh senyum hangat Kinan yang tampak sedang melakukan sesuatu di dapur. Noah mengernyit, ia melepas sepatunya dan beranjak mendekat. "Apa kakimu sudah sembuh?""Sudah agak mendingan," jawab Kinan kemudian menunjukkan sop buntut yang baru saja selesai ia panaskan. "Kau pasti lapar, aku sudah menyiapkan makan malam."Noah kembali mengernyit, ia melihat beberapa hidangan telah tersusun di meja makan. "Kau memasak semua ini?""Tidak." Kinan berjalan tertatih ke arah meja makan dan menaruh mangkuk berisi sup di tangannya ke atas meja. "Tadi Ibu datang kemari, katanya ia memasak banyak hari ini.""Ibu datang kemari?" Wajah Noah sedikit terkejut."Maaf jika aku tak meminta izin terlebih dulu padamu karena mengizinkan Ibu dan Andin masuk ke apartemenmu," ucap Kinan merasa tidak enak karena ia membiarkan keluarganya begitu saja ke apartemen milik orang lain."Ah

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status