Beranda / Romansa / Kill Me, Love Me / Rencana Tinggal Rencana

Share

Rencana Tinggal Rencana

Penulis: nura0484
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Joe tahu jika mereka akan susah berkomunikasi nantinya, entah kenapa pemikiran Joe kearah sana. Indira benar-benar merusak sesuatu yang sudah disusun sedemikian rupa, menatap sekitar tempat aman untuk mereka bisa komunikasi, kecuali dengan si pemilik tubuh ini.

Mencatat beberapa hal di ponselnya, Joe akhirnya memutuskan mencatat di ponsel. Berbeda dengan Silvi yang lebih suka dengan laptop, mencatat semua yang dia ketahui secara rinci tanpa ada yang terlewatkan. Hembusan nafas panjang dikeluarkan Joe, beberapa hal masih menjadi misteri salah satunya adalah kehadiran mereka setiap bersama dengan Indira.

“Apa kamu memikirkan apa yang aku pikirkan?” tanya Joe pada Frans yang memilih diam, “kamu suka kalau Indira ada disamping kita?”

“Dia bisa memberikan rasa nyaman,” jawab Frans yang diangguki Silvi.

Joe mencerna kembali, tidak mungkin hanya rasa nyaman saja yang membuat mereka bisa dengan mudah berganti setiap bersama den

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kill Me, Love Me   Cemburu

    Rencana dan rencana yang ada dalam isi kepala Joe dari bangun tidur, tersenyum kecil saat tidak ada perubahan pada dirinya yang artinya bisa mencari banyak informasi. Joe tidak akan mendatangi pakar ahli untuk menyelesaikan masalahnya, dalam otaknya adalah mampu menyelesaikan semuanya dengan terkendali.Masuk kedalam ruangan kantornya, semua memandang dengan hormat dan beberapa ada yang menundukkan kepala. Bersikap sebagaimana Fajar biasanya, secara pribadi Joe tidak menyukai semua sikap mereka pada dirinya, tapi kembali lagi saat ini Fajar yang mereka kenal. Pria dengan tidak memiliki perasaan dan dingin, andaikan mereka tahu siapa yang ada dalam tubuh Fajar saat ini pasti akan berubah sikapnya, menggelengkan kepalanya membayangkan jika memang itu terjadi.“Pagi, Pak.” Kunto berdiri dan menyapa Fajar dengan menundukkan kepala singkat.Satu kebiasaan Kunto adalah mengikuti Fajar dari belakang, membacakan kegiatan seharian ini. Joe berharap tidak bany

  • Kill Me, Love Me   Keganasan Mariska

    Menatap tidak percaya siapa yang masuk, seingatnya wanita ini dilarang masuk. Hembusan nafas dikeluarkannya saat wanita itu mendekat, Joe menahan nafas ketika wanita itu membuka pakaiannya perlahan. Mariska telah sempurna tanpa busana dihadapan Joe, membuat miliknya yang ada dibawah membutuhkan kepuasan secepatnya, berjalan mendekati dirinya yang masih terdiam membuat Joe tidak bisa berpikir apapun.“Aku tahu kalau telah melakukan dengan pria tua itu, kamu tidak mempercayaiku kalau aku diperkosa olehnya. Kamu bukan melindungiku malah membuangku, kita telah bersama dalam waktu yang lama dan kamu tidak mempertimbangkannya.” Mariska berdiri depan Fajar menundukkan kepalanya.Joe menatap mata Mariska, tangannya yang diam diambil Mariska menyentuh bukit kembarnya. Joe menahan nafas saat merasakan bukit kembar milik wanita ini, selama ini dirinya selalu mencari cara tidak melakukan hubungan intim dengan wanita ini dan sekarang tidak bisa bergerak sama sekali. Joe

  • Kill Me, Love Me   Perubahan yang Tidak Enak

    Kejadian barusan membuat Joe kesal, bukan mendapatkan sesuatu yang menyenangkan selayaknya setelah bercinta, melainkan jijik pada dirinya. Joe tahu jika tubuh ini bukan pertama kali melakukannya dengan Mariska, tapi dirinya adalah yang pertama melakukan dengan wanita. Hembusan nafas kasar dikeluarkannya saat mengingat kejadian beberapa saat yang lalu, tidak bisa mengendalikan dirinya saat melihat apa yang Mariska lakukan.Jam sudah menunjukkan waktu pulang beberapa menit yang lalu, Kunto sudah berpamitan setelah Mariska keluar dari ruangan, ruangan ini berbau perbuatan mereka yang semakin membuat Joe kesal. Ketukan pintu membuat Joe menatap curiga, memilih menyuruh orang itu masuk daripada akan mengetuk pintunya terus.“Lo masih di ruangan, gue kira udah pulang. Uh...bau banget, lo habis bercinta sama Mariska? Kebiasaan nggak tahu tempat.” Rifan mengatakan sambil menutup hidungnya “Gue kayaknya pergi aja lah, mau pulang bareng?”Joe memut

  • Kill Me, Love Me   Kehadiran Dave

    Merayakan ulang tahunya membuat Silvi merasa diperhatikan dan disayangi, selama ini tidak pernah mengalami ini semua sepanjang hidupnya. Bersikap biasa saja seperti layaknya Fajar selama ini pada Rifan, sesekali pandangan tidak nyaman mengarah pada Dave yang memandang seakan menilai dirinya.“Saudara kamu buat nggak nyaman,” bisik Silvi pada Indira membuatnya menatap kearah Dave.“Nggak usah dipedulikan, dia masih kesal sama kamu yang ambil motor taruhannya.” Indira menjawab dengan berbisik pada Silvi, jawaban Indira membuat Silvi terkejut dan menatap tidak percaya.“Bajingan itu melakukan dengan sangat baik.” Silvi menggelengkan kepalanya menatap Dave dengan senyum sinisnya. “Memang apa yang kamu lakukan?” tanya Silvi penasaran dengan menatap Indira.“Rahasia saudara,” bisik Indira sebagai jawabannya.Silvi menatap tidak percaya dengan jawaban Indira, wanita disampingnya memang berbeda de

  • Kill Me, Love Me   Pertengkaran Keluarga

    Dave menatap tajam atas jawaban yang diberikan Fajar, melihat itu membuat Silvi tersenyum puas. Indira sendiri langsung menatap Dave dengan tatapan takut, seakan tidak peduli langsung menarik Indira semakin dekat dengan dirinya. Rifan yang merasakan suasana tidak enak memilih memainkan ponselnya, tanpa berani menatap ketiga orang yang ada di ruangan. Silvi melihat itu hanya bisa mengutuk pria yang dicintainya dalam hati, Rifan benar-benar sosok pria yang menjadi tolak ukur dalam mendapatkan pria yang baik dan keren.“Kalian selalu tinggal bersama?” tanya Dave dengan nada datarnya.“Kami nggak melakukan apapun.” Indira menjawab tanpa berani menatap kearah Dave “Aku masih bisa jaga diri, Dave.”“Kamu bisa jaga diri, tapi dia?” Dave menunjuk Fajar yang hanya mengangkat alisnya “Kamu tahu seperti apa dia?” Indira menganggukkan kepala membuat Dave menatap tidak percaya “Sudah berapa lama kalian tinggal

  • Kill Me, Love Me   Introgasi

    Indira dan Rifan saling menatap satu sama lain mendengar pertanyaan Dave, langkahnya yang mendekati mereka bertiga terutama Fajar semakin membuat mereka bingung. Dave berdiri dihadapan Fajar dengan tatapan penuh selidik, sedangkan Fajar hanya diam dan membalas tatapannya dengan datar.“Apa kamu Fajar yang asli?” tanya Dave sekali lagi.Fajar memberikan tatapan datar untuk menutupi kebingungannya atas pertanyaan pria diahadapannya “Kalau saya bukan Fajar lalu siapa?”“Kamu ingat kita dimana? Kita melakukan apa? Siapa aku sebenarnya?” tiga macam pertanyaan diberikan Dave tanpa melepaskan tatapan pada Fajar.“Kita ada...” Fajar menatap sekitar.Tatapannya bertemu dengan Rifan yang menunggu jawaban darinya, membuat Fajar semakin bingung dengan situasi saat ini. Mengalihkan pandangan kearah lain mendapati Indira, wanita yang membuat Fajar sering bertemu dengannya terutama dalam rumahnya, Fajar sendiri seak

  • Kill Me, Love Me   Kenyataan Sebenarnya

    Fajar menggelengkan kepalanya, menatap Indira dan Dave bergantian. Tatapan mereka tidak ada yang membohongi dirinya, mereka mengatakan sebenarnya yang semakin membuat perasaan Fajar tidak menentu.“Itu nggak mungkin, kan?” tanya Fajar menatap Indira.“Siapa yang saat itu melakukan taruhan dan juga balapan?” tanya Dave yang membuat Fajar terdiam “Dira, apa kamu merasakan perbedaan saat bersama dengan Fajar?”“Aku nggak tahu ini perbedaan atau apa, tapi memang ada hal berbeda setiap kami tidur bersama.” Indira menjawab dengan mencoba mengingat setiap kejadian.“Berapa kali kamu tidur bersama Fajar?” tanya Dave yang dijawab Indira dengan mengangkat bahu “Kayaknya lebih dari sepuluh?”“Mungkin atau mau mendekati sepuluh,” jawab Indira yang membuat Fajar membelalakkan matanya.Fajar hanya mengingat mereka bersama dua kali, lalu sisanya berada dimana. Fajar benar-benar tidak ingat sama sekali tentang kejadian yang selama in

  • Kill Me, Love Me   Perjanjian Gila

    Indira memeluk Fajar yang sudah tidak sadarkan diri, perbuatan Dave dan Rifan sudah tidak bisa di benarkan, memberikan suntikan pada Fajar yang tidak tahu apa-apa.“Bagaimana bisa kalian berdua tega melakukan ini sama dia?” Indira menatap mereka tidak percaya.“Kamu nggak lihat perubahannya? Dia berbicara dengan kepribadian lain, kita nggak tahu seperti apa yang lain. Kamu pernah tahu?” Dave menatap Rifan yang hanya diam menatap Fajar.“Tapi nggak harus melakukan ini, lagipula kamu itu siapa?” Indira menatap tajam pada Dave.“Aku siapa? Aku psikiater.” Dave menatap tajam balik pada Indira “Memang kamu nggak merasa perubahan pada dia?”Indira terdiam mencoba mengingat, pandangannya beralih pada Rifan yang masih menatap Fajar dengan tatapan tidak percaya dan terkejut. Indira tidak tahu apa yang ada didalam isi kepala Rifan, mengalihkan pandangan kearah Fajar setelah melepaskan pelukan. Indira mengerutkan keningnya saat melihat Faj

Bab terbaru

  • Kill Me, Love Me   Kehidupan Baru

    Masalah yang selama ini menghantuinya telah hilang, meninggalnya mereka berdua membuat kehidupan Fajar menjadi tenang. Tidak ada yang datang secara tiba-tiba ke kantor untuk meminta uang dengan cara mengancam dan lain-lain, tidak ada lagi yang melakukan kekerasan tanpa sebab. Kehidupan baru sudah tampak didepan mata, membangun kehidupan baru bersama dengan Indira dan anak-anak mereka nantinya.“Sayang, ini Silvi kayaknya pipis.” Fajar yang menggendong Silvi mendatangi Indira.“Kamu belum bisa gantiin popok ya?” Fajar menggeleng kepala lemah.Indira mengambil Silvi setelah mencuci tangan terlebih dahulu, Fajar mengikutinya dari belakang. Melihat dan mendengar apa yang Indira katakan selama mengganti popok Silvi, menganggukkan kepalanya paham saat Indira selesai. Mengambil alih Silvi setelah selesai diganti popoknya, mencium wajahnya yang membuat Silvi tertawa.“Dia persis aku banget ya.” Fajar mengatakan tanpa menatap Indira.“Ya, aku cuman buat tempat penitipan.”Fajar memberikan tata

  • Kill Me, Love Me   Pemakaman

    Malas, itu yang Fajar rasakan saat ini. Indira menyuruh untuk mengurus pemakaman mereka berdua, demi rasa cintanya Fajar akhirnya mendatangi pemakaman mereka dengan menggunakan kaca mata hitam yang ditemani oleh Rifan. Pemakaman mereka dilakukan secara bersamaan atas permintaan Fajar yang disampaikan oleh Dave ke temannya, Fajar tidak ingin muncul secara langsung saat proses.“Harusnya aku ada dirumah bukan membantumu.” Rifan mengatakan dengan nada kesalnya.“Aku nggak mungkin meminta Dave, dia harus menemani mereka berdua.” Fajar hanya datang dan tidak terlibat terlalu dalam dengan apa yang mereka semua lakukan, kepergian mereka tidak memberikan rasa sedih pada diri Fajar dimana hanya rasa lega yang lebih mendominasi. Mereka berdua tidak memiliki keluarga atau teman lagi, Fajar sendiri selama bersama dengan Mariska tidak pernah ada teman yang diajaknya keluar.“Mereka berdua sudah kaya belahan jiwa.” Rifan menggelengkan kepalanya “Aku sa

  • Kill Me, Love Me   Kepergian Mereka Berdua

    Kabar dari rumah sakit membuat Rifan dan Fajar langsung kesana, dalam pikiran Fajar terjadi sesuatu yang berhubungan dengan Mariska. Berjalan bersama dengan sedikit cepat saat mereka sampai di rumah sakit, menurut informasi Mariska sudah berada didalam ruang penanganan. Fajar tidak paham dengan maksud mereka yang membawa ke ruang penanganan, tidak lama dokter mendatangi mereka berdua.“Siapa keluarganya?” “Kami hanya teman, dia sudah tidak memiliki keluarga.” Rifan menjawab langsung sebelum Fajar membuka suaranya.“Saya harus bicara dengan keluarganya.” Dokter tetap dengan pendiriannya.“Suaminya berada di penjara, sudah tidak memiliki orang tua dan saudara. Anak-anaknya masih kecil, apa perlu kami bawa anak-anaknya dan dokter menjelaskan ke mereka?” tanya Rifan yang sudah tampak kesal.“Baiklah, Ibu Mariska sudah berada di stadium empat. Hidupnya sudah tidak bisa bertahan dalam waktu lama, kami juga tidak bisa melakukan sesuat

  • Kill Me, Love Me   Perjanjian Mariska

    Melakukan perjanjian dengan Mariska, harapan Fajar hanya satu yaitu Mariska menerimanya. Mengingat semua sikap Mariska membuat harapannya sedikit hilang, wanita itu tidak terlalu pintar berbeda dengan Indira. Bisa saja Mariska pintar, tapi tampaknya kemampuannya itu benar-benar tidak bisa diharapkan sama sekali. Kemampuan Mariska hanya berada di ranjang, pantas saja memilih pekerjaan seperti itu.“Kamu ragu dia menerima itu?” suara Rifan membuyarkan lamunannya.“Sedikit, otak dia kadang tidak terlalu berfungsi.” Fajar mengatakan apa yang ada didalam pikirannya.“Apa yang aku lakukan benar, membuat tulisan nol dalam jumlah banyak.” Rifan mengatakan dengan nada bangga membuat Fajar memutar bola matanya dan mengalihkan pandangan kearah lain.Tidak ada lagi pembicaraan diantara mereka berdua, Rifan fokua menyetir dengan menatap kendaraan yang ada dihadapannya, tidak hanya itu beberapa kali jalanan tampak berhenti dalam waktu yang tidak sebenta

  • Kill Me, Love Me   Keadaan Darurat

    Kunto menyebutkan apa saja adegan Fajar satu hari ini, mendengarkan dengan memberikan tatapan datar, tangannya bergerak diatas meja dengan pelan. Fokusnya adalah apa yang dikatakan Kunto tentang kegiatannya pagi ini.“Mariska datang kesini tadi pagi?” Fajar mengulanginya untuk memastikan.“Ya, Pak.” Kunto menjawab ragu.“Kemana dia sekarang?” “Kita mengusirnya atas permintaan bapak dulu.”Fajar menganggukkan kepalanya, keputusan dirinya bertemu dengan Mariska ternyata sesuai dengan apa yang mereka semua katakan. Fajar tidak tahu bagaimana jika nanti bertemu dengan pamannya Budi, orang yang pernah menyakiti dan membuatnya mengalami masa sulit. Menatap bingung Kunto yang masih ada dihadapannya, mengerutkan keningnya tanda jika bertanya-tanya tentang maksud Kunto yang masih berada di ruangannya.“Apa lagi?” tanya Fajar datar.“Mariska tadi mengatakan akan tetap menunggu bapak sampai pulang.”Fajar

  • Kill Me, Love Me   Pertengkaran

    “GILA!” Rifan menggelengkan kepalanya saat Fajar mengatakan apa yang ingin dilakukannya, Dave menatap bingung melihat reaksi Rifan, mengalihkan pandangan kearah Fajar yang tampak tidak peduli, tatapan Dave beralih pada Indira yang fokus dengan ponselnya. Rifan yang melihat kebingungan Dave langsung menceritakan apa yang terjadi, pertemuannya dengan Mariska yang membuat Dave menatap horor pada Fajar.“Aku curiga dia udah sembuh, belum?” tanya Rifan menunjuk Fajar.“Buat apa bertemu dia?” tanya Budi tidak menghiraukan pertanyaan Rifan. “Aku bilang kalau kejiwaannya terganggu,” jawab Indira yang mendapatkan tatapan tajam dari Dave.“Kapan kamu ketemu dia?” tanya Fajar yang membuat Dave mengalihkan pandangan ke Fajar.“Waktu kesini, mungkin tiga kali kunjungan. Aku penasaran tentang kondisi dia, padahal seharusnya mendapatkan penanganan dari kejiwaan tapi tidak sama sekali.” Dave menjawab dengan jelas.“Kamu

  • Kill Me, Love Me   Terbuka

    “Kamu melakukan apa semalaman?” Fajar mengerutkan keningnya mendengar kata-kata Indira “Kamu mencurigaiku?”Indira mengangkat bahunya “Entah hanya perasaan saja, kalau salah maaf.”“Aku bertemu Mariska,” ucap Fajar akhirnya membuat Indira menghentikan kegiatannya “Aku memang ingin bertemu dengan dia, ingin tahu keadaannya.”“Lalu?” tanya Indira penasaran “Kamu mendapatkan sesuatu?” Fajar menceritakan semuanya pada Indira setelah menyuruhnya duduk dekat dirinya, meminta mendengarkan tanpa memotong cerita yang diberikan. Fajar menggenggam tangan Indira seakan untuk tenang terlebih dahulu sampai cerita selesai, selama cerita tidak melepaskan tatapan sama sekali. Salah satu yang membuat Fajar menggenggam tangan Indira dan menatap kedua matanya tidak lain karena takut wanita dihadapannya meninggalkan dirinya lagi, mendapatkan Indira kembali tidak mudah dan sekarang melakukan kesalahan dengan menemui Mariska, wanita yang memang tida

  • Kill Me, Love Me   Melihat Keadaan

    “Serius?!” Fajar menganggukkan kepalanya “Aku mau minta kamu temani.”“Indira bagaimana?” tanya Rifan penuh selidik “Kamu akan bohongi dia?”“Apa aku harus terus terang?” Fajar meletakkan jemarinya di dagu.“GILA! Nggak gitu juga.” Rifan menepuk keningnya pelan “Kamu yakin mau tahu keadaan dia? Gimana kalau foto aja?”“Kamu sudah kasih, aku mau lihat langsung.”“Jangan mengulang kesalahan yang sama.” Rifan memberikan peringatan dengan nada seriusnya “Kamu pikirkan dulu baiknya, kalau sudah dipikirkan baru aku temani.”Fajar terdiam, kata-kata Rifan memang benar. Keinginannya melihat keadaan Mariska sudah sangat besar, melihat foto-foto yang diberikan tidak cukup membuat perasaannya tenang. Mariska adalah wanita pertama yang dikenalnya dan menemani dirinya saat tidak ada yang mau dengannya. Fajar bukan merasa bersalah, tapi lebih pada mengasihani. Fajar tahu bagaimana kehidupan Mariska selama ini yang selal

  • Kill Me, Love Me   Rumah Baru

    Indira mengikuti perkataan Fajar, keputusan yang dibuat semua karena Silvi. Rumah baru yang dicarinya didapat dengan sangat cepat, Indira tahu kekuatan uang bisa membuat segalanya mudah. Tidak hanya itu Fajar membuat kamar khusus untuk Silvi, rumah baru mereka terdapat beberapa kamar. Kamar utama adalah kamar mereka, kamar Silvi, kamar tamu dan dua kamar yang masih kosong.“Memang buat siapa kamarnya?” tanya Indira penasaran.“Adiknya Silvi.” Fajar menjawab santai.“Silvi masih baru berapa bulan, kamu sudah mikirin adiknya.” Indira menggelengkan kepalanya.Masuk kedalam kamar Silvi, menatap sekeliling membuat Indira tersenyum. Fajar mengikuti keinginannya membuat kamar Silvi, tidak ada satupun yang berkurang karena semua sesuai pada tempatnya. Meletakkan Silvi di ranjang, putri kecilnya masih tidur dengan nyenyak.“Jam tidurnya sudah dijadwal?” Indira menganggukkan kepalanya “Malah dengan begini aku jadi punya banyak

DMCA.com Protection Status