Share

Emosi Budi

Author: nura0484
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Memasuki rumahnya setelah bermalam di tempat Indira, menatap sekitar tidak ada perubahan pada rumahnya. Hembusan nafas lega dikeluarkannya saat melihat tidak ada yang aneh, keputusannya untuk pulang tidak lain karena agak aneh berada satu ruangan dengan wanita yang terlihat tubuhnya. Silvi bangun dengan Indira berada dalam pelukannya, sempat memaki mereka para pria yang bisa dengan mudah tidur dalam keadaan busana tipis.

Jika nanti mereka bisa komunikasi, Silvi tidak akan menunggu untuk memaki Frans terutama. Pria itu tidak bisa menahan diri jika berdekatan dengan Indira, meskipun Silvi mengakui jika tubuh Indira sangat menggiurkan dan bisa membuat mereka tergoda. Bentuk tubuh Indira sangat berbeda dengan Mariska, Silvi sangat yakin semuanya pas berada di tangan dan milik mereka yang ada di balik celana.

Masuk kedalam rumah, langsung disambut security. Saat berada depan pintu kamarnya, Silvi membeku mendengar suara kendaraan yang dikenalnya dengan sangat jelas
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Kill Me, Love Me   Sandiwara

    Silvi menatap malas berkas yang diberikan Kunto, sejak tadi hanya dilihat tanpa berniat membukanya. Pikirannya bukan pada berkas, meskipun pada kenyataan tetap saja Silvi tidak akan pernah paham dengan isi berkas. Dalam pikirannya saat ini adalah perkataan pamannya, Budi. Kata-katanya yang akan perkosa tunangan Fajar, Mariska. Menggelengkan kepalanya mendengar hal itu, padahal pemandangan yang dilihatnya melalui kamera sudah mengatakan lebih, bagaimana bisa otak mereka tidak sampai kesana.“Maaf, Pak. Bu Mariska langsung menerobos masuk kedalam.” Kunto menatap penuh penyesalan.“Biarkan saja, kamu bisa keluar.” Silvi mengusir Kunto dengan gerakan tangan.Silvi menatap tidak percaya dengan apa yang dilakukan Mariska saat ini, tatapan ketakutan yang seakan akan terjadi sesuatu yang buruk. Silvi mencoba bersikap seperti Fajar jika menghadapi masalah, hanya saja terkadang Fajar agak berlebihan jika berhubungan dengan wanita ular ini. Menghembuskan nafas

  • Kill Me, Love Me   Kepribadian Lain Tidak Muncul

    Hembusan nafas lega setelah kepergian Mariska, Silvi sama sekali tidak menyangka jika tunangan Fajar sangat-sangat licin dan benar-benar seperti ular. Suara pintu dibuka dan seketika membuat hatinya bahagia, Rifan datang dengan membawa berkas yang tidak tahu apa. Tatapan penuh pujaan diberikannya pada pria yang sudah seperti saudara itu, tidak lama menggelengkan kepalanya tanda bahwa dirinya harus serius.Rifan yang tidak tahu perubahan Fajar langsung mengajak berbicara mengenai perjanjian yang akan dilakukan dengan karyawan, staf HRD sudah memberikan nama-nama yang akan perpanjang kontrak dan tidak. Silvi hanya mendengarkan saja dan tidak paham sama sekali, tatapan memuja diberikannya pada Rifan yang sibuk menjelaskan.“Jadi itu yang harus anda lakukan, Pak.” Rifan mengakhiri pembicaraannya membuat Silvi langsung mengubah ekspresi wajahnya.“Baiklah, lakukan apa yang kamu anggap benar.” Silvi berkata dengan khas Fajar.“Tunangan anda tad

  • Kill Me, Love Me   Silvi Cemburu

    Perasaannya saat ini tidak nyaman, kedatangan Indira dihadapannya membuat Silvi sangat tidak nyaman. Dari tadi dirinya menghindar dari wanita yang ada dihadapannya ini, berusaha tidak bertemu dengan begitu dirinya tetap memegang alih tubuh Fajar, sekarang kehadiran Indira akan membuat kepribadian lain muncul.Indira datang bersama dengan satu orang wanita, Silvi tidak tahu siapa yang datang bersama dengan Indira. Tatapan wanita yang datang bersama Indira membuatnya tidak suka sama sekali, tatapan memuja yang biasa didapatnya saat memasuki kantor. Semua karyawan selalu memandang dirinya alias Fajar dengan tatapan memuja, seakan mereka berharap Fajar melirik kearahnya dan berbuat baik atau berinteraksi lebih. Silvi juga sangat tahu jika mereka tidak menyukai tunangan Fajar, Mariska. Suatu ketika pernah terjadi keributan kecil yang akhirnya membuat karyawan itu dipecat oleh Fajar, jika bukan karena Rifan nasib karyawan itu pasti benar-benar keluar dari perusahaan

  • Kill Me, Love Me   Joe Bimbang

    Mobil, tempat Joe menarik Indira menjauh dari keramain. Tidak tahu akan membawa kemana lagi, Joe benar-benar tidak bisa berpikir dengan jernih setelah menarik Indira kedalam pelukan, lebih tepatnya adalah Joe tidak tahu sama sekali apa yang baru saja terjadi. Seharusnya mereka tetap terhubung, meskipun salah satu berada di tubuh ini kecuali Fajar tentunya, hanya Fajar yang tidak menyadari keberadaan mereka.“Kita mau kemana?” tanya Indira memecahkan keheningan diantara mereka.“Aku nggak tahu.” Joe menjawab apa adanya, dirinya memang tidak tahu akan membawa Indira kemana.“Tempat tinggalku?” tanya Indira membuat Joe terkejut.“Ngapain kesana? Lagian aku nggak tahu kamu tinggal dimana.” Joe menjawab langsung setelah menenangkan dirinya.Indira menatap bingung dengan semua perkataan Joe, “bukankah beberapa hari lalu kita menghabiskan waktu disana? Ah...mungkin karena tempatnya kecil jadinya kamu..

  • Kill Me, Love Me   Indira Bingung

    Joe saat ini benar-benar seperti perjaka yang tidur bersama dengan wanita, padahal pemilik tubuh ini sudah tidak perjaka lagi. Pernah melakukan dengan wanita, pastinya dengan tunangan tercintanya, Mariska. Joe, hanya dia yang belum pernah melakukan hal gila ini. Mariska bisa ditolaknya dengan berbagai alasan, pastinya tidak berhasil dan penuh drama. Sekarang, Joe tidak tahu harus melakukan apa dengan ide gila ini.Joe hanya diam saat Indira melepaskan pakaiannya dan berbaring santai di ranjang, hanya satu ranjang yang ada di ruangan ini dan itu bisa untuk mereka berdua, pastinya dengan Indira berada dalam pelukan Joe.“Mau sampai kapan disitu?” tanya Indira membuyarkan lamunan Fajar.“Apa harus melepaskan semua?” tanya Joe lagi yang diangguki Indira, “tapi...”“Kita sudah berjanji hanya tidur tidak melakukan hal gila itu.” Indira memotong perkataan Fajar.“Tapi kan bisa dengan menggunakan pakaia

  • Kill Me, Love Me   Rencana Gila

    Rasa sakit di kepalanya membuat Joe harus memegangnya erat, menatap Indira yang tidur disampingnya membuat Joe harus bergerak hati-hati. Sejak tadi sebenarnya Joe menahan diri untuk tidak menyentuh atau melakukan hal lebih pada Indira, dirinya benar-benar menahan untuk tidak masuk dalam jebakan hawa nafsu.Desisan pelan dikeluarkannya, takut mengganggu tidur wanita yang ada disampingnya. Rasa sakit yang parah dan belum pernah dirasakan sama sekali, memejamkan matanya berharap rasa itu tidak datang. Gerakan disampingnya membuat Joe berusaha untuk tidak bergerak lebih, sentuhan lembut di kepalanya membuat Joe membuka matanya, mendapati Indira menghadap kearahnya dengan melakukan pijatan pelan.“Aku selalu merasa kamu berbeda setiap saat,” ucap Indira membuka suaranya tanpa melepaskan pijatan pada kepala Fajar, “aku nggak tahu saat ini kenapa, tapi aku berharap kamu baik-baik saja.”Joe menatap kedua mata Indira, tatapan penuh dengan kelembu

  • Kill Me, Love Me   Kejutan Tak Terduga

    Fajar menatap tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, kata-kata yang keluar dari bibir pria tua itu membuat dirinya tidak bisa melakukan apapun. Menghembuskan nafas panjang, menatap dalam pada Mariska yang berada dalam pelukan Budi.“Baiklah, kedatanganku sekarang untuk mengatakan hubungan kita berakhir. Kamu bisa bersama dengan dia, secara otomatis segala macam uang untuk keperluan kamu berhenti.” Fajar mengatakannya dengan nada datar.“Nggak papa nanti kita bisa mengancamnya untuk memberikan uang, dia bodoh jadi biarkan dia pergi. Setelah ini pasti dia akan lupa dengan apa yang dilihatnya, jadi biarkan dia pergi.” Budi membelai punggung telanjang Mariska dengan menarik dagunya dan mencium bibirnya depan Fajar.Melihat itu membuat Fajar ingin muntah, kejutan yang benar-benar tidak terduga sama sekali. Memejamkan matanya sebelum akhirnya menatap datar pada mereka berdua, mereka seakan tidak peduli dengan apa yang akan Fajar lakukan, bah

  • Kill Me, Love Me   Kunto Terkejut

    Menatap sekitar memastikan keberadaan dirinya, sentuhan disampingnya membuat Fajar menghembuskan nafas lega. Setidaknya dirinya tidak melupakan kejadian semalam, mengingat itu semua membuat Fajar menjadi dingin.“Kamu sudah bangun?” Indira bertanya dengan suara serak, khas bangun tidur.“Baru.” Fajar menjawab singkat.Menggeserkan badannya, membuat jarak diantara mereka berdua. Fajar dapat melihat wajah Indira yang baru bangun, sialnya membuat sesuatu dibawahnya ingin segera dipuaskan. Mengalihkan pandangan kearah lain, tidak ingin melakukan hubungan lebih dari ini. Indira bangkit dari ranjang, membuat Fajar menatap ke tubuhnya yang tanpa busana, memaki dalam hati atas apa yang dilakukan wanita itu. Seakan tidak peduli dengan apa yang dilakukannya saat ini, melangkah santai tanpa busana dihadapan Fajar, menggunakan pakaiannya yang hanya sekedar menggunakannya.“Aku masak dulu, kalau mau mandi duluan aja.” Indira berkata

Latest chapter

  • Kill Me, Love Me   Kehidupan Baru

    Masalah yang selama ini menghantuinya telah hilang, meninggalnya mereka berdua membuat kehidupan Fajar menjadi tenang. Tidak ada yang datang secara tiba-tiba ke kantor untuk meminta uang dengan cara mengancam dan lain-lain, tidak ada lagi yang melakukan kekerasan tanpa sebab. Kehidupan baru sudah tampak didepan mata, membangun kehidupan baru bersama dengan Indira dan anak-anak mereka nantinya.“Sayang, ini Silvi kayaknya pipis.” Fajar yang menggendong Silvi mendatangi Indira.“Kamu belum bisa gantiin popok ya?” Fajar menggeleng kepala lemah.Indira mengambil Silvi setelah mencuci tangan terlebih dahulu, Fajar mengikutinya dari belakang. Melihat dan mendengar apa yang Indira katakan selama mengganti popok Silvi, menganggukkan kepalanya paham saat Indira selesai. Mengambil alih Silvi setelah selesai diganti popoknya, mencium wajahnya yang membuat Silvi tertawa.“Dia persis aku banget ya.” Fajar mengatakan tanpa menatap Indira.“Ya, aku cuman buat tempat penitipan.”Fajar memberikan tata

  • Kill Me, Love Me   Pemakaman

    Malas, itu yang Fajar rasakan saat ini. Indira menyuruh untuk mengurus pemakaman mereka berdua, demi rasa cintanya Fajar akhirnya mendatangi pemakaman mereka dengan menggunakan kaca mata hitam yang ditemani oleh Rifan. Pemakaman mereka dilakukan secara bersamaan atas permintaan Fajar yang disampaikan oleh Dave ke temannya, Fajar tidak ingin muncul secara langsung saat proses.“Harusnya aku ada dirumah bukan membantumu.” Rifan mengatakan dengan nada kesalnya.“Aku nggak mungkin meminta Dave, dia harus menemani mereka berdua.” Fajar hanya datang dan tidak terlibat terlalu dalam dengan apa yang mereka semua lakukan, kepergian mereka tidak memberikan rasa sedih pada diri Fajar dimana hanya rasa lega yang lebih mendominasi. Mereka berdua tidak memiliki keluarga atau teman lagi, Fajar sendiri selama bersama dengan Mariska tidak pernah ada teman yang diajaknya keluar.“Mereka berdua sudah kaya belahan jiwa.” Rifan menggelengkan kepalanya “Aku sa

  • Kill Me, Love Me   Kepergian Mereka Berdua

    Kabar dari rumah sakit membuat Rifan dan Fajar langsung kesana, dalam pikiran Fajar terjadi sesuatu yang berhubungan dengan Mariska. Berjalan bersama dengan sedikit cepat saat mereka sampai di rumah sakit, menurut informasi Mariska sudah berada didalam ruang penanganan. Fajar tidak paham dengan maksud mereka yang membawa ke ruang penanganan, tidak lama dokter mendatangi mereka berdua.“Siapa keluarganya?” “Kami hanya teman, dia sudah tidak memiliki keluarga.” Rifan menjawab langsung sebelum Fajar membuka suaranya.“Saya harus bicara dengan keluarganya.” Dokter tetap dengan pendiriannya.“Suaminya berada di penjara, sudah tidak memiliki orang tua dan saudara. Anak-anaknya masih kecil, apa perlu kami bawa anak-anaknya dan dokter menjelaskan ke mereka?” tanya Rifan yang sudah tampak kesal.“Baiklah, Ibu Mariska sudah berada di stadium empat. Hidupnya sudah tidak bisa bertahan dalam waktu lama, kami juga tidak bisa melakukan sesuat

  • Kill Me, Love Me   Perjanjian Mariska

    Melakukan perjanjian dengan Mariska, harapan Fajar hanya satu yaitu Mariska menerimanya. Mengingat semua sikap Mariska membuat harapannya sedikit hilang, wanita itu tidak terlalu pintar berbeda dengan Indira. Bisa saja Mariska pintar, tapi tampaknya kemampuannya itu benar-benar tidak bisa diharapkan sama sekali. Kemampuan Mariska hanya berada di ranjang, pantas saja memilih pekerjaan seperti itu.“Kamu ragu dia menerima itu?” suara Rifan membuyarkan lamunannya.“Sedikit, otak dia kadang tidak terlalu berfungsi.” Fajar mengatakan apa yang ada didalam pikirannya.“Apa yang aku lakukan benar, membuat tulisan nol dalam jumlah banyak.” Rifan mengatakan dengan nada bangga membuat Fajar memutar bola matanya dan mengalihkan pandangan kearah lain.Tidak ada lagi pembicaraan diantara mereka berdua, Rifan fokua menyetir dengan menatap kendaraan yang ada dihadapannya, tidak hanya itu beberapa kali jalanan tampak berhenti dalam waktu yang tidak sebenta

  • Kill Me, Love Me   Keadaan Darurat

    Kunto menyebutkan apa saja adegan Fajar satu hari ini, mendengarkan dengan memberikan tatapan datar, tangannya bergerak diatas meja dengan pelan. Fokusnya adalah apa yang dikatakan Kunto tentang kegiatannya pagi ini.“Mariska datang kesini tadi pagi?” Fajar mengulanginya untuk memastikan.“Ya, Pak.” Kunto menjawab ragu.“Kemana dia sekarang?” “Kita mengusirnya atas permintaan bapak dulu.”Fajar menganggukkan kepalanya, keputusan dirinya bertemu dengan Mariska ternyata sesuai dengan apa yang mereka semua katakan. Fajar tidak tahu bagaimana jika nanti bertemu dengan pamannya Budi, orang yang pernah menyakiti dan membuatnya mengalami masa sulit. Menatap bingung Kunto yang masih ada dihadapannya, mengerutkan keningnya tanda jika bertanya-tanya tentang maksud Kunto yang masih berada di ruangannya.“Apa lagi?” tanya Fajar datar.“Mariska tadi mengatakan akan tetap menunggu bapak sampai pulang.”Fajar

  • Kill Me, Love Me   Pertengkaran

    “GILA!” Rifan menggelengkan kepalanya saat Fajar mengatakan apa yang ingin dilakukannya, Dave menatap bingung melihat reaksi Rifan, mengalihkan pandangan kearah Fajar yang tampak tidak peduli, tatapan Dave beralih pada Indira yang fokus dengan ponselnya. Rifan yang melihat kebingungan Dave langsung menceritakan apa yang terjadi, pertemuannya dengan Mariska yang membuat Dave menatap horor pada Fajar.“Aku curiga dia udah sembuh, belum?” tanya Rifan menunjuk Fajar.“Buat apa bertemu dia?” tanya Budi tidak menghiraukan pertanyaan Rifan. “Aku bilang kalau kejiwaannya terganggu,” jawab Indira yang mendapatkan tatapan tajam dari Dave.“Kapan kamu ketemu dia?” tanya Fajar yang membuat Dave mengalihkan pandangan ke Fajar.“Waktu kesini, mungkin tiga kali kunjungan. Aku penasaran tentang kondisi dia, padahal seharusnya mendapatkan penanganan dari kejiwaan tapi tidak sama sekali.” Dave menjawab dengan jelas.“Kamu

  • Kill Me, Love Me   Terbuka

    “Kamu melakukan apa semalaman?” Fajar mengerutkan keningnya mendengar kata-kata Indira “Kamu mencurigaiku?”Indira mengangkat bahunya “Entah hanya perasaan saja, kalau salah maaf.”“Aku bertemu Mariska,” ucap Fajar akhirnya membuat Indira menghentikan kegiatannya “Aku memang ingin bertemu dengan dia, ingin tahu keadaannya.”“Lalu?” tanya Indira penasaran “Kamu mendapatkan sesuatu?” Fajar menceritakan semuanya pada Indira setelah menyuruhnya duduk dekat dirinya, meminta mendengarkan tanpa memotong cerita yang diberikan. Fajar menggenggam tangan Indira seakan untuk tenang terlebih dahulu sampai cerita selesai, selama cerita tidak melepaskan tatapan sama sekali. Salah satu yang membuat Fajar menggenggam tangan Indira dan menatap kedua matanya tidak lain karena takut wanita dihadapannya meninggalkan dirinya lagi, mendapatkan Indira kembali tidak mudah dan sekarang melakukan kesalahan dengan menemui Mariska, wanita yang memang tida

  • Kill Me, Love Me   Melihat Keadaan

    “Serius?!” Fajar menganggukkan kepalanya “Aku mau minta kamu temani.”“Indira bagaimana?” tanya Rifan penuh selidik “Kamu akan bohongi dia?”“Apa aku harus terus terang?” Fajar meletakkan jemarinya di dagu.“GILA! Nggak gitu juga.” Rifan menepuk keningnya pelan “Kamu yakin mau tahu keadaan dia? Gimana kalau foto aja?”“Kamu sudah kasih, aku mau lihat langsung.”“Jangan mengulang kesalahan yang sama.” Rifan memberikan peringatan dengan nada seriusnya “Kamu pikirkan dulu baiknya, kalau sudah dipikirkan baru aku temani.”Fajar terdiam, kata-kata Rifan memang benar. Keinginannya melihat keadaan Mariska sudah sangat besar, melihat foto-foto yang diberikan tidak cukup membuat perasaannya tenang. Mariska adalah wanita pertama yang dikenalnya dan menemani dirinya saat tidak ada yang mau dengannya. Fajar bukan merasa bersalah, tapi lebih pada mengasihani. Fajar tahu bagaimana kehidupan Mariska selama ini yang selal

  • Kill Me, Love Me   Rumah Baru

    Indira mengikuti perkataan Fajar, keputusan yang dibuat semua karena Silvi. Rumah baru yang dicarinya didapat dengan sangat cepat, Indira tahu kekuatan uang bisa membuat segalanya mudah. Tidak hanya itu Fajar membuat kamar khusus untuk Silvi, rumah baru mereka terdapat beberapa kamar. Kamar utama adalah kamar mereka, kamar Silvi, kamar tamu dan dua kamar yang masih kosong.“Memang buat siapa kamarnya?” tanya Indira penasaran.“Adiknya Silvi.” Fajar menjawab santai.“Silvi masih baru berapa bulan, kamu sudah mikirin adiknya.” Indira menggelengkan kepalanya.Masuk kedalam kamar Silvi, menatap sekeliling membuat Indira tersenyum. Fajar mengikuti keinginannya membuat kamar Silvi, tidak ada satupun yang berkurang karena semua sesuai pada tempatnya. Meletakkan Silvi di ranjang, putri kecilnya masih tidur dengan nyenyak.“Jam tidurnya sudah dijadwal?” Indira menganggukkan kepalanya “Malah dengan begini aku jadi punya banyak

DMCA.com Protection Status