Seperti janji kemarin yang telah Berry katakan pada Miranda, hari ini pun Berry datang kembali ke rumah Miranda. Seperti biasa, Miranda sudah selesai menyiapkan hidangan di atas meja dan dirinya mendengar suara orang dari luar pintu. Miranda meyakini bahwa yang datang adalah Berry dan benar saja Berry pun sudah berada di hadapannya. Tersirat senyuman manis yang menghiasi bibir Miranda. Berry pun salah tingkah melihat kecantikan Miranda yang alami.“Apa kamu sudah siap?” tanya Berry.“Sudah, hanya perlu untuk mengenyangkan perut saja” ujar Miranda.Miranda mengajaknya untuk makan bersama. Setelah itu, Berry dan Miranda menuju ke restoran ternama yang katanya pemilik restoran tersebut adalah ayah dari teman dekatnya. Selama diperjalanan itu Miranda hanya bisa terdiam dan gelisah. Rasa ketidakpercayaan diri sedang ia rasakan. Bagaimana tidak? Miranda yang sama sekali belum pernah memiliki pengalaman kerja ke restoran kini dengan nekat ingin mengajukan lamaran di restoran ternama. Baginy
Terlihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 6:56 Pagi. Terlihat Miranda sudah berpakaian rapih. Memang bangun bangun pagi bukanlah hal yang susah bagi wanita serajin Miranda yang sangat pintar mengatur waktu. Dengan wajah yang dirias membuat Miranda semakin segar untuk dipandang.Suara ponsel mulai bergetar dan Miranda dengan cepat melirik siapa yang sedang menghubunginya lewat telepon. Tenyata yang menelponnya adalah Berry yang memang akhir-akhir ini berperan penting dalam kemajuan Miranda. Dengan cepat Miranda mengangkat telepon itu dan mereka mulai berkomunikasi.“Aku sudah selesai semuanya” ujar Miranda.“Baiklah Miranda, aku akan segera menuju ke rumah kamu” ujar Berry yang mengkonfirmasi bahwa dirinya sedang berasa di warung yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah Miranda dan segera menemuinya.Miranda terlihat tersenyum tipis dan mengiyakan. Telepon tersebut pun dimatikan ketika sudah tidak ada lagi obrolan yang perlu di bahas. Miranda memutuskan untuk mengunci kamar tidur
Malam itu Miranda menghampiri Berry yang sedang menjemputnya pulang kerja. Namun, saat Miranda ingin berbicara lagi, tiba-tiba perutnya merasa sakit dan membuat Berry khawatir. Karena tidak mau Miranda kenapa-kenapa, Berry pun mengajak Miranda menuju ke rumah sakit terdekat. Setelah sampai di rumah sakit, dokter dan perawat dengan cepat menangani Miranda yang sudah terlihat pucat. “Mohon maaf, tolong tunggu pasien di luar ruangan” ujar salah satu perawat yang menghalau Berry untuk ikut masuk ke ruang UGD.Perawat itu kemudian masuk dan Berry hanya bisa duduk dengan hati tidak tenang. Beberapa menit Berry menunggu dokter keluar hingga dokter pun beneran keluar dari ruangan tersebut dan dengan perasaan bercampur aduk Berry pun mendekati dokter tersebut.“Dokter, bagaimana keadaannya?” tanya Berry.“Pasien sepertinya melakukan aktivitas berat yang membuatnya dan calon janinnya sedikit keram” ujar dokter.Berry masih belum menyadari dengan ucapan dokter tersebut yang sempat mengatakan ca
“Kelvin, kapan kamu bawa surat itu ke desa?” tanya Yunita.Kelvin yang sedang membaca komik harus menutup komiknya demi membalas perkataan istrinya. Kelvin yang melihat Yunita masih berdiri kemudian mengajak Yunita untuk ikut duduk disampingnya. Yunita menuruti perintah suaminya dan kini diapun duduk sembari matanya terus menatap tajam kearah Kelvin.“Akhir-akhir ini aku masih sibuk Yun. Banyak pekerjaan yang harus aku jalani semaksimal mungkin” ujar Kelvin.“Lalu Kapan kamu akan menceritakan wanita pelacur itu!” Yunita meninggikan suaranya membuat Kelvin terperanjat menjauh.“Yun, sejak kapan kamu berani berteriak di depan aku?” Kelvin merasa Yunita telah berubah menjadi sosok wanita kasar. Padahal sebelumnya Yunita malah yang selalu mensupport nya ketika sedang kalut.“Mungkin ini bawaan bayi!” seru Yunita.Kelvin memahami apa yang Yunita katakan itu. Tanpa ada rasa curiga dan menyalahkannya Kelvin pun mengangguk saja. Kelvin pun mengatakan bahwa dirinya akan menceraikan Miranda ket
Berry yang sudah sampai di rumah mendengar kabar kematian Kelvin dari beberapa teman dekatnya. Berry tidak mempercayainya lalu salah satu temannya menyuruh Berry untuk menyalakan televisi. Berry menuruti saran temannya dan segera menyalakan televisi. Beberapa berita pun bermunculan hingga Berry mengetahuinya juga. “Astaga Kelvin!” Berry menggelengkan kepalanya tidak menyangka nasib buruk menimpa temannya seperti itu.Berry mulai tersadar dengan kegelisahan Miranda tadi pagi. Berry pun berpikiran bahwa Miranda telah merasakan firasat buruk itu. Lilis, ibunya Berry melihat Putranya begitu serius menyaksikan berita dan Lilis pun ikut duduk di atas tikar. “Serius sekali menonton berita itu” ujar Lilis.Berry menghela nafas dengan mulut bergetar, Berry pun memberitahukan siapa yang mengalami kecelakaan. Lilis merasa terkejut dan sedih meratapi nasib Miranda. Namun, kedua orang itu tidak dapat berbuat apa-apa selain mendoakan keajaiban. Berharap Kelvin ditemukan dengan selamat dan kembali
Beberapa tahun kemudian, Kelvin sudah dianggap telah meninggal dunia lantaran selama 20 tahun berlalu Kelvin tidak kunjung kembali. Yunita pun telah menikah dengan pria kayak raya bernama Anton dan mempunyai anak hasil dari hubungannya dengan Anton yang bernama Mita dan Dirga. Sedangkan Putri sulungnya dari hamil diluar nikah yaitu Andra. Mereka hidup dengan rukun dan untuk Andra, dialah yang menjadi pewaris kekayaan dari Kelvin karena Yunita sudah menikah dengan Kelvin.Meskipun Yunita gila harta namun Andra terlihat tidak seperti itu. Ia bahkan tidak suka berfoya-foya dengan harta warisan dari ayahnya yang sedari bayi tidak melihat rupa asli dari ayahnya. Andra sangat menginginkan sosok ayah kandungnya selamat dalam insiden 2p tahun yang lalu tersebut. Walaupun secara logika sangat kecil harapannya untuk bertemu kembali.Berkata kekayaan yang berlimpah karena warisan harta ayahnya dan suami kedua Ibunya membuat Andra selalu di kerumuni banyak wanita di kampusnya. Namun anehnya Andra
Satu Minggu pun berlalu dan kini Olivia sudah memiliki beberapa sahabat dekat di kampusnya. Kecantikan dan kepintarannya itu yang membuat Olivia semakin terkenal ditambah lagi Olivia memiliki hati yang baik. Terlihat, saat dimanapun dirinya berada Olivia selalu ramah dengan orang lain.“Ma, aku berangkat ke kampus dulu” ujar Olivia pada Miranda.Ya... Olivia adalah putri sulung dari Miranda yang telah tumbuh dewasa. Didikan Miranda kepada putrinya telah berhasil membuat Olivia menjadi sosok putri yang rendah hati dan tidak sombong. Meskipun dari keluarga berada itupun berkat kegigihan kedua orang tuanya dalam bekerja hingga sesukses sekarang. Miranda menjadi bos di salah satu warung makan dan sudah membuka cabang sebanyak lima cabang. Miranda bisa saja membuka restoran mahal namun dirinya berprinsip untuk membuat warung makan dengan harga yang pas di kantong masyarakat dari kalangan manapun. Tidak menghilangkan citra rasa yang enak dan bergizi, sehingga banyak pembeli yang menjadi pe
Sesampainya di rumah Kejora, kessi sepupu kejora pun meminta izin untuk pulang. Kejora mengangguk dan membiarkan sepupunya pergi karena dirinya tahu bahwa kessi sedang sibuk mengerjakan tugas kuliahnya. Kini, tinggalah tiga wanita muda yang sedang berkumpul. Kejora mengajak teman-temannya itu ke ruang tamu.“Olivia, Gina... Kalian tunggu disini dulu ya. Aku mau nyiapin minuman dulu” ujar Kejora. “Iya, kejora” ujar Olivia.Kejora pun pergi menuju ke arah dapur sementara Gina sedari tadi hanya diam saja. Melihat Gina yang diam saja, membuat Olivia bertanya-tanya.“Kamu kenapa Gin?” tanya Olivia.Gina menggelengkan kepalanya lalu berkata, “Tidak apa-apa ” ujarnya.Terlihat dari kejauhan, Kejora pun membawa sebuah nampan dan diatas nampan itu ada tiga minuman yang menyegarkan. Dengan ramah Kejora pun memberikan minuman itu kepada Olivia dan Gina. “Maaf ya cuma bisa ngasih ini” ujar Kejora.“Terimakasih ya” ujar Olivia.“Gin, ayo dong di minum” ujar Kejora ketika melihat Gina yang tidak