Amirah Najwa, seorang gadis desa yang bercita-cita menjadi dokter bermodalkan beasiswa bidikmisi karena kebetulan ia adalah lulusan terbaik di sekolah. Namun, wajah cantik dan kepintaran yang ia miliki tidak seindah nasibnya. Ia hanyalah seorang gadis miskin, sebelum takdir mempertemukan dengan seorang dokter bernama Abizar Alfatikh. Seorang dokter yang tampan, bertalenta, tetapi mempunyai sifat yang sangat egois.
Abizar mempunyai seorang ibu yang tidak bisa berjalan setelah kecelakaan yang menimpanya, sebenarnya sang ibu bisa sembuh dengan terapi. Namun, ia menolak sebelum sang putra mau menikah. Abizar sendiri sudah mempunyai kekasih. Namun, tidak direstui sang ibu.
***
Entah kenapa hati Amirah tidak tenang, sejak tadi ia gelisah memikirkan keluarga yang ada di Bandung. Tiba-tiba sang ummi menelepon dan mengabarkan bahwa sang abah mengalami kecelakaan dan membutuhkan biaya yang besar untuk operasi. Saat ini sang ummi bingung karena tidak memegang uang sebanyak itu. Ia pun harus mencari bantuan untuk menolong sang abah. Sore ini kebetulan Bu Prapti pemilik kosan datang Amirah memberaniakan diri untuk meminjam uang kepada wanita itu. Ia menceritakan kecelakaan yang dialami sang abah. Namun, wanita itu tidak bisa membantu. Amirah kembali bingung harus memijam uang ke mana lagi.Pikiran Abizar sangat kacau, ia kembali mendengar ocehan sang mama yang memintanya menikah. Namun, bukan dengan sang kekasih, tentu saja ia menolak. Setelah perdebatan itu, ia segera berangkat bekerja. Ia kembali melakukan aktivitas kembali. Ia memberikan resep obat pada pasien setelah memeriksa. Wanita yang menjadi pasiennya itu melihat wajah sang dokter yang menurutnya sedang ada masalah, ia pun memberanikan diri bertanya. Entah sebegitu percayanya Abi pada pasien itu ia menceritakan masalahnya pada Bu Prapti. Ya, pasiennya adalah Bu Prapti. Hingga ia mendapatkan ide konyol untuk menikah kontrak.
"Bisakah ibu mencarikan saya seorang gadis yang mau menikah kontrak dengan saya?" ujarnya yang membuat Bu Prapti tercenung. Namun, seketika ia mengingat akan Amirah yang saat ini sangat membutuhkan uang.
"Sebenarnya saya ada gadis yang mungkin mau diajak nikah kontrak, Dok. Karena gadis itu sangat membutuhkan uang saat ini." Meskipun Bu Prapti sedikit ragu mengatakannya.
Abizar terlihat antusias. Bu Prapti pun menceritakan tentang Amirah kepada Abizar. Setelah mendengarkan cerita wanita itu, Abizar ingin bertemu Amirah untuk memastikan wanita seperti apa yang diceritakan tersebut. Setelah selesai bertugas, Abi segera menemui Bu Prapti. Saat Amirah menyapu Bu Prapti datang dan mengatakan ada seseorang yang mau bertemu dengannya. Bu Prapti menyuruhnya untuk menemui Abizar.
Dengan ragu Amirah menemui Abizar. Berharap pria itu bisa membantunya. "Permisi ... saya Amirah," sapa Amirah sembari menangkupkan tangannya di dada, mencoba memperkenalkan dirinya kepada Abizar.
"Saya dokter Abizar," Jawabnya dengan muka datar dan dingin.
"Sebenarnya—“ ucap Amirah, namun langsung dipotong Abizar. "Maaf, langsung saja, saya kesini untuk memberimu penawaran, kalau kamu setuju, saya akan sangat senang," potongnya dengan tegas dan penuh kesombongan.
"Penawaran ... penawaran apa maksud dokter?" tanya Amirah sambil menunduk.
"Begini, Aku ke sini ingin kamu menikah kontrak dengan saya, lebih kasarnya kamu akan aku jadikan istri bayaran, berapa pun uang yang kamu mau, aku akan memberinya, bagaimana kamu setuju?" Jawabnya dengan penuh kesombongan. Amirah tak langsung mengiyakan penawaran Abi, dirinya meminta waktu untuk memikirkannya lagi.
***
Setelah kepergian Abizar, Amirah tidak bisa lagi menahan air matanya. Hatinya begitu terguncang dengan penawaran Abizar, hatinya hancur, kecewa dan bingung harus memberi jawaban apa? sedangkan dia begitu membutuhkan uang tersebut. Tak lama ponselnya berbunyi, ada panggilan masuk dari sang ummi yang mengabarkan kalau abahnya kritis dan harus segera dioperasi. Amirah tidak mau terjadi sesuatu pada sang abah tanpa berpikir lagi ia mengiyakan penawaran Abi dan segera memberi tahu bu Prapti untuk mengatakannya pada dokter sombong itu.
***
Mendengar persetujuan Amirah, Abizar sangat senang. Ia langsung menemui Amirah, sepulang dari rumah sakit. Ia menanyakan berapa uang yang dibutuhkan Amirah dengan nada dingin dan sombong.
"Saya butuh lima puluh juta, Dok.”
"Cuma lima puluh juta? Baiklah, hari ini juga aku akan berikan uang itu," jawab Abizar dengan sombongnya. Selain itu ia pun memberikan sebuah map yang berisi surat perjanjian.
"Kamu harus menandatangi surat ini, sebelumnya kamu bisa membacanya terlebih dulu, supaya tahu isinya. Besok aku akan mengajakmu menemui mamaku.” Setelah membacanya, Amirah pun dengan tangan bergetar menandatanganinya.
***
Malam ini Amirah sudah sampai di salah satu rumah sakit di Bandung. Ia segera menyelesaikan pembayaran supaya sang abah segera dioperasi. Sang ummi menanyakan pada Amirah siapa orang yang sudah menolong dan meminjami uang sebanyak ini. Ia pun menceritakan tentang Abizar pada sang ummi, tentunya tidak semua ia ceritakan. Ia tidak menceritakan tentang perjanjian. Ia juga meminta izin pada sang ummi untuk menikah dengan Abi besok lusa. Rianti terkejut dengan keputusan mendadak Amirah. Namun, ia masih berbaik sangka pada sang putri. Ia percaya Amirah bisa menjaga kehormatan.
"Kamu sudah besar, apapun keputusanmu, kalau menurutmu baik lakukanlah, tapi ummi berharap pernikahanmu dengan Dokter Abizar bukan karena bantuannya kepada kita, tapi karena kalian saling mencintai. Ummi juga berharap kamu bisa melanjutkan kuliahmu meskipun sudah menikah." Amirah hanya bisa tersenyum mendengar penuturan sang ummi, berusaha menyembunyikan gejolak di hati.
Setelah operasi sang abah berjalan lancar. Amirah kembali lagi ke Jakarta, sesuai janjinya, hari ini ia pergi bersama Abizar untuk bertemu dengan mamanya. Hati Amirah sempat deg-degan karena sebenarnya belum siap untuk bertemu mama Abizar.
Sampailah mereka berdua di rumah mewah milik keluarga Abizar, Amirah sempat terpukau dengan rumah mewah tersebut. Abizar menyapa sang mama yang saat ini sedang duduk di depan televisi di ruang keluarga. Ambar menjawab salam itu dan memutar kursi roda menemui mereka berdua. Abizar memperkenalkan Amirah pada sang mama. Ia tersenyum sambil melirik sang putra.
Abi memperkenalkan Amirah sebagai calon istrinya membuat sang mama terkejut. Namun, Ambar senang mendengarnya karena ia melihat Amirah perempuan yang lembut dan baik. Setelah pembicaraan yang cukup panjang tentang pernikahannya. Abizar pun berhasil membujuk sang mama untuk tidak mengadakan pesta pernikahan karena dirinya beralasan hanya ingin pernikahan yang sederhana. Ambar pun menyetujuinya keputusan sang putra.
****
Hari pernikahan pun tiba, dengan bantuan MUA langganan Ambar, Amirah di make up. Amirah memakai kebaya putih dan hijab senada dengan aksesoris di kepalanya menambah kesan elegan, dengan riasan wajah yang natural, tapi tidak mengurangi kecantikannya.
Hari ini keluarga Amirah datang meskipun abahnya tidak bisa hadir karena masih dirawat di rumah sakit. Namun, ummi, paman dan juga bibinya datang. Apalagi sang paman harus menggantikan sang abah sebagai wali.
Prosesi ijab qobul pun terdengar menggema dengan ucapan “sah" dari para tamu undangan. Hati Amirah berdesir tak terasa air mata jatuh membasahi wajah cantiknya, entah itu air mata bahagia atau air mata kesedihan, karena babak baru dalam hidupnya akan segera dimulai, dengan menyandang status baru sebagai istri.
Pintu kamar pun dibuka oleh ummi dan sang bibi, membawa Amirah turun ke bawah menemui sang suami. Berdebar jantungnya saat turun dari tangga, berpasang-pasang mata melihat ke arahnya, banyak yang memuji kecantikannya, hal itu tak luput dari penglihatan Abizar yang terlihat speechless.
"Masyaallah cantik sekali," batinya mengakui kecantikan Amirah. Namun, seketika ia menundukkan kepala, karena gengsi ia menutupi kekagumannya.
***
Tak terasa acara sudah selesai, keluarga Amirah pamit pulang karena di rumah sakit sang abah hanya ditunggu Aisyah, adik Amirah yang masih SMP.
Setelah masuk kamar, Amirah mengganti kebaya di kamar mandi. Baru saja ia keluar dari kamar mandi, Abizar menatap dengan dingin dan tajam.
"Ini kasur lantai dan juga bantal untukmu," ucapnya sambil melempar ke depan Amirah. Ia sempat kaget dengan perilaku Abizar.
"Jangan harap kamu tidur di ranjang, di sini juga hanya ada sofa tunggal. Satu lagi, jangan pernah nyentuh barang-barangku, aku tidak mau tangan kotormu menyentuhnya. Letakkan barang-barangmu yang ada di tas di lemari kecil samping kamar mandi dan ingat jangan nyentuh lemariku! KAU HANYA ISTRI BAYARAN, kau harus ingat itu," ucap Abizar menekankan kalimat terakhirnya. "Kita cukup berpura-pura di depan mama untuk menjadi sepasang suami istri yang romantis, tapi di belakangnya jangan berharap lebih. Aku menikahimu hanya ingin mamaku mau terapi untuk kesembuhan kakinya, tugasmu adalah meyakinkannya untuk tetapi, jangan pernah mengharap cinta dariku karena cintaku hanya untuk Amanda, meskipun mama tidak pernah setuju aku menikahinya, kamu harus tahu batasan-batasanmu, ingat itu," ucapnya lagi. Setelah berbicara panjang lebar Abizar keluar, entah ke mana? Sementara Amirah hanya mampu terisak "Pernikahan macam apa ini Ya Allah, apakah aku akan kuat menjalaninya?" lirihnya. Babak baru hidup Amirah datang, ia harus menjadi pribadi yang sangat kuat untuk menjalankannya, entah sampai kapan hal ini akan terjadi dalam hidupnya.
***Setelah kepergian dokter Abizar, Amirah sudah tidak bisa lagi menahan tangisannya, hatinya begitu terguncang dengan penawaran dari dokter Abizar, kini hatinya hancur, kecewa dan bingung harus memberi jawaban apa? sedangkan dia begitu membutuhkan uang tersebut.***Kring ... kring ....Terlihat panggilan dari ummi, dengan segera Amirah mengangkatnya."Assalamualaikum, Ummi.""Wa'alaikumussalam.""Bagaimana kabar Abah sekarang, Umm?""Masih belum ada perkembangan, Nak, karena harus segera dioperasi, kata dokter kalau malam ini Abah tidak segera dioperasi, keadaannya akan semakin parah dan akan semakin memburuk.""Apa kamu sudah dapatkan uangnya, Nak??""Ummi tenang saja, saya akan segera mendapatkan uang untuk biaya operasi Abah.""Maaf, Nak, Ummi dan Abah harus merep
Jam dinding menunjukkan pukul 3 pagi, Amirah bangun dari tidurnya untuk menunaikan sholat malam, kebiasaan yang selalu Amirah kerjakan, meskipun tadi Amirah tidur hanya sebentar, tidak lebih dari setengah jam, matanya masih terlihat sembab akibat menangis semalaman.Sebelum menuju kamar mandi dia melihat Abizar sedang terlelap di ranjang king sizenya.Amirah mengerjakan sholat malam dengan khusyuk, hanya kepada Allah Amirah menumpah ruahkan keluh kesahnya, tangisan yang berupa isakan supaya tidak membangunkan makhluk tampan nan sombong yang sedang terlelap di ranjang sebelahnya mengerjakan sholat."Aku harus kuat, aku harus bisa bertahan, aku harus menjalankan tugasku sebagai seorang istri dengan baik, meskipun Pak dokter tidak pernah menganggapku," tekadnya dalam hati.***Mentari pagi mulai beranjak dari peraduannya, menyambut manusia yang mulai melakukan aktivitasnya.S
Hari berganti hari. Amirah tetap dengan sabar menemani mama mertuanya untuk menjalankan terapi kesembuhan kakinya, karena ketelatenannya membawa hasil yang memuaskan, sedikit demi sedikit mama mertuanya bisa menggerakkan kakinya, Amirah sangat bersyukur dengan perkembangan mama mertuanya."Alhamdulillah, Ma. Semangat dan perjuangan mama untuk sembuh membuahkan hasil yang sangat baik, tidak sia-sia mama menjalani tetapi ini," ucapnya bahagia."Iya, Nak, Alhamdulillah ... semua ini karena kamu juga yang selalu sabar merawat mama dan selalu memberi Motivasi pada mama," ucap Ambar bahagia. senyumnya merekah di wajah cantiknya.***Hari ini Abizar bersama Amanda sedang makan siang bersama di sebuah cafe, perempuan itu terlihat bergelayut manja pada Abizar."Sayang, aku berharap Mama kamu segera sembuh," ucapnya manja, tapi tidak dengan hatinya yang sudah tidak tahan harus bersandiwara
Orang yang kuat hatinya bukan mereka yang tidak pernah menangis, melainkan orang yang tetap tegar ketika banyak orang yang menyakiti.(Ketulusan Hati Amirah)***Amirah gadis biasa, yang rapuh. Namun, ia berusaha sekuat mungkin untuk bertahan, walaupun terluka itu sudah pasti. Sudah satu bulan usia pernikahannya dengan Abizar. Namun sedikit pun Abizar tidak pernah menganggap Amirah ada, bahkan pengorbanannya. ia hanya bagaikan butiran debu yang tak teranggap oleh Abizar.***Hari ini Amirah diminta sang mama memasak makanan kesukaan Abi dan menyuruhnya mengantarkan ke rumah sakit. Tadi pagi Abi tidak sempat ikut sarapan karena terburu-buru.Siang yang terik, Amirah berada di depan gedung besar tempat sang suami bekerja."Kenapa Mama Ambar terapinya tidak di rumah sakit tempat pak dokter bekerja, tapi di rumah sakit lain, tapi rumah sakit tempat mama terapi memang rumah sakit mewah dengan pelayanan yang super," batin Amirah.Den
Nilai hidup bukan milik semua yang terbuka matanya, kecewa dalam setiap nafas yang tercekat dalam hati, tangisan pilu menyayat hati. Menyusut di sudut relung jiwa. Tersuruk menempel hingga meninggalkan bekas yang membuat pilu dan rapuh sang pemilik jiwa.(Ketulusan Hati Amirah)***Amirah menggeliat, betapa terkejut ia berada di ranjang king size milik Abizar."Sebentar, bukankah tadi malam aku tidur di kasur lantai milikku, dan sekarang kok bisa pindah di ranjang ini," batinnya bingung. Amirah melihat ada handuk bekas kompres di samping bantal.Kepalanya masih berdenyut, panas di tubuh masih sedikit terasa, meskipun tidak sepanas tadi malam, tapi badannya masih meriang, Amirah mencoba untuk turun dari ranjang, takut bila Abizar tahu kalau ia tidur di ranjang kesayangan laki-laki itu. Baru saja menurunkan kaki, kakinya tidak kuat menopang, kepalanya berdenyut dan tubuhnya lemas, Amirah mencoba duduk kembali di ranjang. I
Kekecewaan memang sangat menyiksa dan terkadang pula mengakibatkan sakit hati. Hal itu akan timbul sebab harapan yang dibuat terlalu tinggi. Namun, kenyataan berkata lain.(Amirah Najwa Syaifuddin)***Pukul 4 pagi, Amirah bangun dari tidur. Dengan pelan ia bangun dari ranjang, melepas pelukan Abizar, melangkah terseok, karena perih di selakangannya akibat aktivitas tadi malam. Masih jelas di ingatan Amirah apa yang Abizar lakukan tadi malam, Amirah tidak menyesali karena bagaimana pun ia tahu tugasnya sebagai seorang istri, Amirah hanya kecewa, saat melakukannya Abizar tidak sadar. Bahkan Abi selalu meracau memanggil nama perempuan lain. Dengan langkah terseok Amirah menuju kamar mandi, menumpahkan tangis dan kekecewaaan. "Berendam air hangat di bathrobe mungkin akan menghilangkan sedikit rasa nyeri," pikir Amirah.Di dapur Amirah melihat Bik Na sedang menyiapkan bahan untuk membuat sarapan ditemani Ambar yang duduk manis di kursi roda. Ia pun menyapa me
Ada beberapa perjuangan dan pengorbanan yang akan sampai pada titik merelakan, bukan karena lelah tapi memang ada beberapa hal yang tidak bisa digenggam dan diraih untuk mendapatkannya.(Amirah – Ketulusan Hati Amirah)***Sakit rasanya mengingat kata pedas yang terlontar dari mulut laki-laki yang sudah merenggut mahkotanya tadi malam, dari laki-laki berstatus suami. Bahkan rasa itu seketika hilang, rasa yang baru tumbuh, mengagumi dalam diam saat Abizar memberi perhatian ketika ia sakit. Kecewa dan benci bahkan amarah tidak dapat ia kendalikan, bahkan Amirah mendapatkan dorongan untuk menampar laki-laki arrogant itu, selama ini Amirah adalah gadis lembut, sopan dan tidak pernah berbuat kasar, tapi karena amarah ia berani menampar laki-laki yang merupakan suaminya itu.Amirah berkata lirih, "Pak dokter boleh menghinaku miskin, melecehkanku, bahkan tidak mengakuiku sebagai istri, tapi untuk mengatakan aku murahan karena telah memberikan mahkotaku pad
Rasa sakit yang paling mengerikan adalah ketika mencoba tersenyum, hanya untuk menghentikan air mata agar tidak jatuh. Mencoba tersenyum seolah tidak akan ada yang salah. Berpura-pura semuanya terlihat baik-baik saja, bertingkah seolah semuanya sempurna meskipun di dalamnya sangat menyiksa dan menyakitkan.(Amirah – Ketulusan Hati Amirah)***Sudah beberapa menit lamanya, sehingga Abizar kehilangan pasokan oksigen begitu juga Amirah, Abizar menghentikan aksinya merasa kikuk sendiri, Amirah tak sedikit pun membalas, bahkan ia hanya diam mematung masih dengan tangan kiri digenggam erat oleh Abizar, ia meneteskan air matanya tanpa harus berkata, hal itu membuat Abizar salah tingkah dengan ulahnya sendiri, bingung harus bagaimana?"Maaf," ucapnya, hanya ucapan itu yang lolos dari mulut sambil melepas genggaman pada tangan kiri Amirah. Amirah melangkah menjauh tanpa menghiraukan ucapannya, melangkah menuju kasur lantai miliknya lalu berbaring sambil mena
"Aku mencintaimu bukan karena siapa dirimu, tapi karena apa yang terjadi pada diriku saat bersamamu. Di situ aku paham arti sebuah kenyamanan, karena sebuah kenyamanan hadir dalam hidupku saat bersamamu." (Rayyan ~ Takdir Cinta)"Kamu telah mengganti mimpi burukku dengan mimpi indah, kekhawatiranku dengan kebahagiaan, dan ketakutanku dengan cinta tulus. Kamu hadir membawa secercah harapan. Harapan untuk memulai hidup baru bersamamu. (Afikah ~ Takdir Cinta)***Amirah panik saat ditelepon salah satu panitia penyelenggara pengajian yang biasa diikuti Vika, mengabarkan bahwa terjadi kecelakaan pada sang mertua.Amirah menyudahi rapat bulanan di yayasan dan segera melajukan mobilnya menuju rumah sakit tempat sang mertua dirawat, dirinya mencoba tenang dan tidak panik.Amirah sampai di rumah sakit, menanyakan ruangan sang mertua pada pihak resepsionis. "Permisi, mau tanya, dirawat di ruang mana korban penusukan tadi pagi?""Pasien masih ada di ruang IGD.""Terima kasih." Ia langsun
Sama seperti air yang bisa mengikis batu yang paling keras. Keikhlasan dan ketulusan juga bisa melembutkan dan meluluhkan hati yang paling dingin.Percayalah ....Berlaku baik kepada orang yang membenci, bukanlah perilaku palsu, jika hatimu ikhlas dan tulus melakukan kebaikan itu. Karena orang yang ikhlas tidak pernah kecewa dengan amal baik yang telah dia lakukan karena yakin Allah Maha melihat dan akan membalasnya dengan adil.***Setelah mendapatkan kesepakatan mereka semua pamit pulang. Kesepakatan akad pernikahan akan diadakan satu minggu lagi di masjid depan panti milik bu Rani. Dan satu bulan lagi resepsi pernikahan mereka yang akan diadakan bersama resepsi Niken.Rayyan sangat bahagia tidak hentinya ia memamerkan senyuman di wajah tampannya.Amirah, Kenzo dan Renata turut bahagia melihat kebahagiaan Rayyan."Semoga lancar, sampai hari H ya, Kak," ucapnya."Aamiin ...," jawab semuanya yang ada di dalam mobil."Besok Kakak mampir ke rumah oma Ambar, bilang ke oma, papa dan mama
Mungkin aku bukan yang terbaik bagimu, tapi yakinlah akan ketulusanku karena bagiku, mencintaimu adalah bahagiaku.Jatuh cinta pada dirimu adalah hal yang terindah dalam hidupku karena mencintaimu merubahku menjadi orang yang sempurna di matamu. Engkau laksana mentari yang memberi sinar menemani hariku, mencerahkan hidupku dan laksana pelangi yang memberi warna dalam hidupku, teruslah bersamaku hingga menuju surgaNya kelak. (Rayyan~ Takdir Cinta)***Mentari indah bersembunyi dalam peraduannya, malu- malu menampakkan sinarnya. Pagi ini Rayyan seperti biasanya sudah rapi dengan kemeja navy dan celana bahannya bersiap untuk bekerja, pikirannya sudah tenang setelah ayah dan bundanya memberi keputusan akan mengantarnya untuk mengkhitbah Afikah hari ini. Tentunya tanpa sepengetahuan omanya. Biar kan oma nya menjadi urusan kedua orang tuanya.Setelah menghabiskan sarapannya Rayyan dan Renata segera bersiap untuk berangkat. Tak lupa mereka berpamitan kepada keempat orang yang sang
Aku ingin mengatakan padamu bahwa di mana pun aku berada, apapun yang terjadi, aku akan selalu memikirkanmu, dan waktu yang telah kita habiskan bersama adalah waktu yang paling membahagiakan untukku, apalagi saat trauma itu hilang darimu.Aku tidak merencanakan untuk jatuh cinta padamu. Semua terjadi begitu saja. Cinta datang tanpa kuundang dan mencintaimu mengalihkan sebagian duniaku. (Rayyan- Takdir Cinta) ***"Maaf sebelumnya aku ganggu kamu," ucapnya. "Tidak mengganggu kok," jawab Afikah. "Se-sebenarnya aku ke sini ingin mengatakan sesuatu pada mu hal yang sejak dulu tersimpan di sini," ucapnya sambil menunjuk dadanya.Afikah heran dengan apa yang dikatakan Rayyan. "Maksud pak dokter?""Aku hanya ingin kamu tau kalau aku jatuh cinta padamu," ungkapnya. Afikah spechlesh. Ia terkejut dengan pernyataan Rayyan. "Ma-maaf apa pak dokter yakin?" tanyanya terbata."Bismillah atas izin Allah, saya yakin dengan perasaan ini, aku jatuh cinta padamu dan berniat mengkhitba
Cinta bukanlah memiliki dan dimiliki. Namun cinta adalah pengorbanan dan perjuangan. Bahkan cinta mengajarkan arti kesabaran dan juga pengorbanan yang tulus karena semua itu akan mendapatkan timbal balik darinya.***Satu minggu berlalu.Hari ini haru Minggu. Hari ini adalah jadwal terapi Afikah yang pertama. Gadis itu menunggu Renata di depan gerbang panti. Sebelumnya Renata sudah menelponnya dan menyuruhnya untuk segera bersiap. Tidak mau Renata malah balik menunggunya dirinya segera bersiap.Selang beberapa menit menunggu mobil Rayyan sudah sampai tepat di depan Afikah. Renata segera keluar dari mobil itu dan diikuti Rayyan."Assalamu'alaikum, Kak. Maaf menunggu lama ya! Apa kak Afikah sudah siap?" tanya Renata."Wa'alaikumussalam, nggak lama kok, iya saya sudah siap!" jawab Afikah."Ayo, kita berangkat sekarang! Kebetulan dokter Brian sudah menunggu," ucap Rayyan.Afikah mengangguk.Renata membuka pintu belakang dan langsung duduk dengan santainya. Afikah yang melihat pintu mobil
Cinta itu penuh pemberian, bukan meminta untuk diberikan. Cinta itu penuh ketulusan, bukan penuh dengan paksaan.Saat seseorang mencintai, mereka tak harus mengatakannya. Karena dengan perlakuannya kita akan menyadari bahwa dia mencintaimu.***Rayyan menggendong tubuh Afikah dan memasukkannya ke dalam mobilnya, di dalam mobil sudah ada Renata yang siap untuk memangku kepala Afikah. Selang beberapa saat mereka sampai di rumah sakit milik keluarga mereka. Setelah sampai Rayyan kembali menggendong Afikah. Rayyan segera memanggil perawat laki-laki untuk menyiapkan brangkar. Afikah kini berada di ruang IGD dan segera mendapatkan perawat.30 menit Afikah mendapatkan perawatan, dokter jaga yang menanganinya keluar."Bagaimana keadaannya, Dok," tanya Rayyan khawatir. "Alhamdulillah, pasien tidak apa-apa, sekarang sudah siuman, setelah di infus tadi. kalau dokter Rayyan mau melihatnya silahkan," ucap dokter Rendi. Dokter Rendi heran melihat Rayyan yang terlihat sangat panik apalagi selama
Cinta bukan mengajarkan kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan mengajarkan kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan kegagahan. Cinta bukan melemahkan semangat, tetapi membangkitkan semangat. (Buya Hamka)Perasaan cinta terkadang memang sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata karena saat jatuh cinta, perasaan kita akan terasa campur aduk tak karuan. Bahkan membuat tindakan berlawanan dengan hati.***Rayyan melajukan mobilnya menuju kafe tempat Afikah bekerja bersama Renata. Sengaja langsung datang ke kafe karena jam segini mereka tau Afikah bekerja di kafe.Selang beberapa menit mereka sampai di kafe. Rayyan dan Renata memasuki kafe, mereka mencari tempat duduk dan memanggil pegawai kafe untuk memesan minuman. Renata segera menanyakan keberadaan Afikah pada pegawai kafe yang melayaninya."Permisi, Kak. Kak Afikahnya ada?" tanya Renata."Afikah ya? sepertinya hari ini dia izin nggak masuk, tadi denger dari Mbak Ayin, katanya Afikahnya sakit," ucap pegawai kafe itu.
Kala hati sedang gelisah memikirkannya. Jalan satu-satunya yang ku tempuh adalah mengambil wudhu. Di atas sajadah aku bersimpuh pada Robbku. Berselimutkan kelabu sayup-sayup ku sebut namamu dalam sujud panjangku. Tersembunyi dalam hati, harapan ku yang suci. Melantunkan dzikir dan doa. Berharap kamu lah wanita yang dikirim Allah untuk mendampingiku sebagai penyempurna ibadahku, berjalan bersama beriringan menggapai jannahNya.(Rayyan Hilman Alfatikh Adinata ~Takdir cinta)***Pukul 3 pagi Rayyan sudah terjaga. Ia langsung bangun dari tidurnya. Melangkahkan kaki menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu, melaksanakan sholat malam seperti biasanya. Bermunajat pada sang pemilik kehidupan dan pengatur jodoh. Yang maha membolak balikkan hati setiap makhluknya. Dalam sujud panjangnya tak hentinya ia berdoa untuk diberikan kemudahan untuk meluluhkan hati Afikah. Juga berdoa mohon kesembuhan untuk Afikah dari trauma yang disebabkan olehnya.Setelah melaksanakan sholat malam ia lanjutkan dengan
Saat ketulusan bersandar dalam jiwa, cinta itu pasti akan jauh lebih sempurna. Berusaha dan terus berusaha untuk memperbaiki kesalahan yang pernah kita perbuat dengan melakukan hal yang baik untuknya. Mencoba untuk berbicara dari hati, maka ketulusan hati kita akan tersalurkan ke lawan bicara kita lewat kata-kata. ***Rayyan segera menyalahkan mesin mobilnya dan melajukannya. Afikah memalingkan mukanya ke arah luar kaca jendela mobil. Suasana di dalam mobil terasa sangat hening, Rayyan mencoba menyalahkan musik kesukaannya untuk memecahkan keheningan. Berulang kali melirik ke arah Afikah yang sibuk dengan pemandangan luar. "Apa setiap hari kamu pulang jam segini?" tanyanya. Ia mengenyahkan getaran yang ada di dadanya hanya untuk memecahkan suasana canggung di dalam mobilnya. Afikah melirik ke arah Rayyan sekilas sambil tersenyum sedikit terpaksa, jujur rasa takut pada Rayyan masih ada, namun Afikah mencoba untuk menetralisirnya. Afikah hanya ingin menghargai niat baik Rayyan, tidak