Hari berganti hari. Amirah tetap dengan sabar menemani mama mertuanya untuk menjalankan terapi kesembuhan kakinya, karena ketelatenannya membawa hasil yang memuaskan, sedikit demi sedikit mama mertuanya bisa menggerakkan kakinya, Amirah sangat bersyukur dengan perkembangan mama mertuanya.
"Alhamdulillah, Ma. Semangat dan perjuangan mama untuk sembuh membuahkan hasil yang sangat baik, tidak sia-sia mama menjalani tetapi ini," ucapnya bahagia.
"Iya, Nak, Alhamdulillah ... semua ini karena kamu juga yang selalu sabar merawat mama dan selalu memberi Motivasi pada mama," ucap Ambar bahagia. senyumnya merekah di wajah cantiknya.
***
Hari ini Abizar bersama Amanda sedang makan siang bersama di sebuah cafe, perempuan itu terlihat bergelayut manja pada Abizar.
"Sayang, aku berharap Mama kamu segera sembuh," ucapnya manja, tapi tidak dengan hatinya yang sudah tidak tahan harus bersandiwara. Amanda selalu pintar memainkan perannya, hingga Abizar dengan bodohnya bisa dibohongi, tidak bisa membedakan yang tulus dan pura-pura tulus.
"Iya, Sayang. Itu pasti, Mamaku sudah menunjukkan perkembangannya kok, kakinya sudah bisa digerakkan," katanya sambil tersenyum manis pada sang pujaan.
"Aku gak ingin kamu lama-lama berdua sama perempuan kampung dan miskin itu, jujur aku cemburu," ucapnya menghina Amirah.
"Aku juga berharap mamaku secepatnya sembuh, aku juga enggak tahan, lama-lama hidup dan sekamar dengan perempuan itu," ucapnya menimpali.
"Ingat ya!! Kamu enggak boleh sampai nyentuh dia," ucap Amanda sengit.
"Tenang sayang, aku enggak minat sama tu perempuan, kan yang aku cinta hanya kamu, lagian aku enggak akan pernah tertarik sama perempuan seperti itu, jauh deh dari levelku," ucapnya dengan pongah.
"Iya deh, aku percaya, dasar bucin," ucapnya sambil mentowel hidung Abizar.
"Biarin bucin, aku bucinkan hanya sama kamu," ucapnya menggoda.
"Sayang ...," panggil Amanda.
"Hm," jawab Abizar singkat.
"Kok jawabnya singkat gitu sih," ucap Amanda kesal sambil memanyunkan bibirnya.
"Apa, Sayang?"
"Ya gitu dong, nanti habis pulang kerja antar aku ke mall ya," ucapnya manja.
"Emangnya mau beli apa, kemarin kan udah belanja?" jawab Abizar.
"Ini ada tas keluaran terbaru limited edition, nanti kamu beliin ya, pliss!" rengeknya manja.
"Ok, nanti habis pulang dari rumah sakit, ya!"
"Ok, makasih, Sayang," ucap Amanda manja.
"O iya kita balik sekarang, yuk, ini aku ada pasien," ucap Abizar.
"Ok, siap bosku," ucapnya sambil menggandeng tangan Abizar.
***
Setelah mengantar mama mertuanya terapi, Amirah mulai membersihkan dirinya di kamar mandi dalam kamarnya, setelah itu Amirah menghubungi umminya, Amirah sangat kangen pada keluarganya, sudah tiga minggu setelah pernikahannya Amirah belum pernah menghubungi keluarganya. Saat ini dengan ponsel jadulnya ia menghubungi umminya.
[Assalamu'alaikum, umm]
[W*'alaikumussalam, Rah]
[Ummi, apa kabar? Dan bagaimana juga kabar abah?? Apa abah sudah keluar dari rumah sakit? ]
[Alhamdulillah Ummi sehat, Abah juga sehat, Sudah keluar dari rumah sakit sejak dia minggu yang lalu, abah juga sudah bisa beraktivitas kembali, Nak]
[Bagaimana kabarmu juga, Nak?]
[Alhamdulillah sehat, Ummi]
[Nak, apakah kamu bahagia dengan pernikahanmu??]
[Iya ummi aku bahagia, Pak Dokter dan Mama Ambar sangat baik] ucapnya bohong, memang Ambar baik, tapi Abizar sedikit pun tidak.
[Ya sudah jaga dirimu baik-baik ya nak]
[Iya, Ummi, disana ummi juga ya jaga diri ummi, abah dan aisyah]
[Iya, Nak]
[Assalamu'alaikum]
[W*'alaikumussalam]
Setelah menelfon umminya Amirah kembali terisak, sampai kapan dia membohongi orang tuanya, Pura-pura baik-baik saja dan pura-pura bahagia padahal hatinya terluka dengan perilaku abizar.
***
Saat ini Amirah sedang berada di dapur. Seperti biasanya Amirah membantu bik Na memasak untuk makan malam dan setelah itu menyiapkannya di meja makan.
Setelah semua sudah siap, Amirah segera memanggil mama mertuanya, dan mendorong kursi rodanya sampai ke meja makan, dengan telaten Amirah mengurus semua kebutuhan mama mertuanya, membuat Ambar sangat senang, dan sangat menyayangi menantunya itu.
"Sudah malam Abi kok belum pulang, ya?" tanya Ambar sedikit gelisah.
"Mungkin ada operasi mendadak, Ma," tebak Amirah supaya mama mertuanya lebih tenang
"Maaf, ya, Nak. Abizar selalu sibuk, sejak kalian menikah Abizar tidak pernah mengajakmu keluar, itu gara-gara kamu selalu merawat mama, " ungkap Ambar sedih.
"Mama Minta maaf, selalu merepotkanmu, kamu selalu merawat mama dengan sabar, mengantarkan Mama terapi dan semua kebutuhan Mama selalu kamu siapkan," ucap Ambar lagi.
"Mama jangan ngomong seperti itu, ini sudah kewajiban Mirah buat merawat Mama dan menyiapkan kebutuhan Mama, juga kebutuhan Pak Dokter," ucapnya tulus.
"Mirah tidak pernah keberatan kalau Pak Dokter sibuk, kok, Ma. Juga enggak apa-apa meskipun Pak Dokter tidak pernah ngajak Mirah keluar untuk jalan-jalan, Mirah senang kalau Mama senang dan Mirah ikhlas merawat, karena Mirah sudah anggap Mama seperti Ummi Mirah," ucapnya lagi.
"Saya sangat bahagia Abizar menikahi wanita hebat sepertimu, Nak," ucap Ambar.
"Iya Mama bahagia, tapi tidak untuk Pak Dokter," batinnya kecewa.
***
Pukul 21.00 Abizar baru sampai di rumah mewahnya, ia berpikir sang mama sudah tidur karena mamanya tidak terbiasa tidur larut malam.
"Dari mana saja kok jam sembilan baru pulang," tegur mamanya yang membuatnya kaget.
Dari nada bicaranya Abizar tahu kalau saat ini sang mama sedang marah.
"Tadi em tadi ada pasien, Ma. Makanya pulang telat," bohongnya.
"Bukannya kalau kamu sudah ganti shif sudah bisa ditahani sama dokter lain pasien tersebut," ucap Ambar marah, Ambar tahu kalau saat ini putranya berbohong.
"E anu, Ma. Pasiennya enggak mau dokter lain maunya sama Abizar," ucapnya terbata berusaha menyembunyikan kebohongannya.
"Mama tahu kamu sedang berbohong, kamu sengaja menyibukkan diri untuk menghindari Amirah, iya kan?" ucap Ambar sarkas.
"Tidak dong, Ma. Ngapain aku menghindar sama istri sendiri, aku juga sayang sama Amirah," bohongnya.
"Ya sudah, Ma. Aku capek aku ke atas dulu ya, Mama juga haru segera istirahat, ya," bujuknya mengalihkan pembicaraan, Abizar tahu kalau berdebat dengan sang mama, ia pasti kalah, Abizar pun mencium pipi sang mama dan mendorong kursi rodanya masuk ke dalam kamar.
***
Di dalam kamar Abizar terlihat sangat marah pada Amirah, Abizar berpikir sang mama marah pasti karena Amirah bilang yang tidak-tidak.
"Woi bangun," sentaknya kasar pada Amirah yang sedang terlelap di lantai dengan kasur lantai.
Sambil mengucek mata Amirah bangun, hari ini Amirah sangat capek sekali karena seharian mengurus mama mertuanya.
"Elo bilang apa sama mama gue?" tanyanya sambil melotot tidak suka.
"Maksud Pak Dokter apa?" tanya Amirah tidak mengerti.
"Jangan pura-pura bodoh, oo iya, memang elo bodo, ya," ejeknya sambil tersenyum menyeringai.
"Maksudnya?" Memang Amirah tidak paham dengan apa yang dimaksud Abizar.
"Tadi Mama marah sama gue, dan selama ini Mama enggak pernah marah sama gue, pasti elo yang sudah ngadu ke Mama," bentaknya.
Abizar tahu kalau kamarnya kedap suara jadi meskipun berteriak pada Amirah sang mama enggak akan dengar.
"Aku enggak pernah ngadu apa-apa ke Mama, dan aku tidak punya keuntungan kalau harus mengadu ke Mama," ucapnya.
"Dasar wanita licik, mungkin saja kamu mau ngambil hati mama supaya mamaku sayang sama kamu," tuduh Abizar.
"Aku tidak punya pikiran seperti itu, sedikit pun tidak!" Jawab Amirah sedikit kesal.
"Halah, sekali licik tetap licik, sekali lagi aku peringatkan, awas kalau kamu berani cari muka ke mamaku dan ngadu-ngadu tentang gue, gue enggak akan segan membuat hidup elo semakin menderita, camkan itu," ancamnya sambil berlalu ke kamar mandi.
Brakkk ....
Pintu kamar mandi ditutup dengan keras.
Sekali lagi Amirah hanya bisa terisak menyikapi perilaku kejam Abizar. Sejak pernikahan ini terjadi, dan kontrak perjanjian itu ia setujui, ia harus memilik kesabaran lebih dalam menjalani hidupnya bersama Abizar. Dan dengan ketulusan ia yakin hidupnya akan bahagia.
Orang yang kuat hatinya bukan mereka yang tidak pernah menangis, melainkan orang yang tetap tegar ketika banyak orang yang menyakiti.(Ketulusan Hati Amirah)***Amirah gadis biasa, yang rapuh. Namun, ia berusaha sekuat mungkin untuk bertahan, walaupun terluka itu sudah pasti. Sudah satu bulan usia pernikahannya dengan Abizar. Namun sedikit pun Abizar tidak pernah menganggap Amirah ada, bahkan pengorbanannya. ia hanya bagaikan butiran debu yang tak teranggap oleh Abizar.***Hari ini Amirah diminta sang mama memasak makanan kesukaan Abi dan menyuruhnya mengantarkan ke rumah sakit. Tadi pagi Abi tidak sempat ikut sarapan karena terburu-buru.Siang yang terik, Amirah berada di depan gedung besar tempat sang suami bekerja."Kenapa Mama Ambar terapinya tidak di rumah sakit tempat pak dokter bekerja, tapi di rumah sakit lain, tapi rumah sakit tempat mama terapi memang rumah sakit mewah dengan pelayanan yang super," batin Amirah.Den
Nilai hidup bukan milik semua yang terbuka matanya, kecewa dalam setiap nafas yang tercekat dalam hati, tangisan pilu menyayat hati. Menyusut di sudut relung jiwa. Tersuruk menempel hingga meninggalkan bekas yang membuat pilu dan rapuh sang pemilik jiwa.(Ketulusan Hati Amirah)***Amirah menggeliat, betapa terkejut ia berada di ranjang king size milik Abizar."Sebentar, bukankah tadi malam aku tidur di kasur lantai milikku, dan sekarang kok bisa pindah di ranjang ini," batinnya bingung. Amirah melihat ada handuk bekas kompres di samping bantal.Kepalanya masih berdenyut, panas di tubuh masih sedikit terasa, meskipun tidak sepanas tadi malam, tapi badannya masih meriang, Amirah mencoba untuk turun dari ranjang, takut bila Abizar tahu kalau ia tidur di ranjang kesayangan laki-laki itu. Baru saja menurunkan kaki, kakinya tidak kuat menopang, kepalanya berdenyut dan tubuhnya lemas, Amirah mencoba duduk kembali di ranjang. I
Kekecewaan memang sangat menyiksa dan terkadang pula mengakibatkan sakit hati. Hal itu akan timbul sebab harapan yang dibuat terlalu tinggi. Namun, kenyataan berkata lain.(Amirah Najwa Syaifuddin)***Pukul 4 pagi, Amirah bangun dari tidur. Dengan pelan ia bangun dari ranjang, melepas pelukan Abizar, melangkah terseok, karena perih di selakangannya akibat aktivitas tadi malam. Masih jelas di ingatan Amirah apa yang Abizar lakukan tadi malam, Amirah tidak menyesali karena bagaimana pun ia tahu tugasnya sebagai seorang istri, Amirah hanya kecewa, saat melakukannya Abizar tidak sadar. Bahkan Abi selalu meracau memanggil nama perempuan lain. Dengan langkah terseok Amirah menuju kamar mandi, menumpahkan tangis dan kekecewaaan. "Berendam air hangat di bathrobe mungkin akan menghilangkan sedikit rasa nyeri," pikir Amirah.Di dapur Amirah melihat Bik Na sedang menyiapkan bahan untuk membuat sarapan ditemani Ambar yang duduk manis di kursi roda. Ia pun menyapa me
Ada beberapa perjuangan dan pengorbanan yang akan sampai pada titik merelakan, bukan karena lelah tapi memang ada beberapa hal yang tidak bisa digenggam dan diraih untuk mendapatkannya.(Amirah – Ketulusan Hati Amirah)***Sakit rasanya mengingat kata pedas yang terlontar dari mulut laki-laki yang sudah merenggut mahkotanya tadi malam, dari laki-laki berstatus suami. Bahkan rasa itu seketika hilang, rasa yang baru tumbuh, mengagumi dalam diam saat Abizar memberi perhatian ketika ia sakit. Kecewa dan benci bahkan amarah tidak dapat ia kendalikan, bahkan Amirah mendapatkan dorongan untuk menampar laki-laki arrogant itu, selama ini Amirah adalah gadis lembut, sopan dan tidak pernah berbuat kasar, tapi karena amarah ia berani menampar laki-laki yang merupakan suaminya itu.Amirah berkata lirih, "Pak dokter boleh menghinaku miskin, melecehkanku, bahkan tidak mengakuiku sebagai istri, tapi untuk mengatakan aku murahan karena telah memberikan mahkotaku pad
Rasa sakit yang paling mengerikan adalah ketika mencoba tersenyum, hanya untuk menghentikan air mata agar tidak jatuh. Mencoba tersenyum seolah tidak akan ada yang salah. Berpura-pura semuanya terlihat baik-baik saja, bertingkah seolah semuanya sempurna meskipun di dalamnya sangat menyiksa dan menyakitkan.(Amirah – Ketulusan Hati Amirah)***Sudah beberapa menit lamanya, sehingga Abizar kehilangan pasokan oksigen begitu juga Amirah, Abizar menghentikan aksinya merasa kikuk sendiri, Amirah tak sedikit pun membalas, bahkan ia hanya diam mematung masih dengan tangan kiri digenggam erat oleh Abizar, ia meneteskan air matanya tanpa harus berkata, hal itu membuat Abizar salah tingkah dengan ulahnya sendiri, bingung harus bagaimana?"Maaf," ucapnya, hanya ucapan itu yang lolos dari mulut sambil melepas genggaman pada tangan kiri Amirah. Amirah melangkah menjauh tanpa menghiraukan ucapannya, melangkah menuju kasur lantai miliknya lalu berbaring sambil mena
Sepelik dan sesulit apa pun masalah yang dihadapi, niscaya itu semata ujian dari Allah. Hanya dengan keikhlasan dan kesabaran untuk menghadapinya, insyaallah semua ada jalan dan solusinya. Karena sejatinya ujian diberikan Allah untuk hamba-Nya yang akan dinaikkan derajatnya sesuai kadar kemampuan hambaNya.( Amirah - Ketulusan Hati Amirah)***Setelah bersiap-siap masih dalam keheningan Amirah dan Abizar keluar dari kamar, menyapa Ambar yang juga sudah siap. Ia membantu mengangkut barang-barang yang akan dibawa ke panti asuhan dan meletakkan ke dalam bagasi mobil. Setelah semua siap Amirah mendorong kursi roda Ambar sampai halaman setelah itu Abizar menggendongnya masuk ke dalam mobil, Amirah masuk dan duduk dekat Ambar, tapi segera dicegah. Ambar menyuruhnya duduk di depan bersama Abi.Sambil garuk kepala yang sebenarnya tidak gatal Amirah turun dari mobil dan duduk di depan di samping Abi. Amirah dan Abizar saling memandang. Namun, hanya sekilas, mereka
Terkadang ada kalanya orang sabar itu meninggalkan apa yang membuatnya sabar. Ketika pengorbanan tak lagi dihargai, ketulusan hati tak pernah dianggap, cinta yang tak pernah peduli bahkan terlupakan.(Amirah- Ketulusan Hati Amirah)***Setelah turun dari mobil lamborgini biru kesayangan Abizar, Amirah memberhentikan taksi yang sudah tak berpenumpang, mencari rumah sakit untuk periksa, tujuannya saat ini adalah rumah sakit tempat Ambar terapi. Karena menurutnya rumah sakit itu lebih bagus dan lengkap. Amirah tidak pergi ke rumah sakit tempat Abi bekerja karena tidak ingin bertemu lagi dengan sang suami. Ia ingin menenangkan hati dulu, setidaknya untuk sejenak. Mencoba meredam amarah atas perkataan Abizar.Amirah sudah berada di depan rumah sakit besar, ia bertanya pada resepsionis tempat suster jaga tempat dokter obgyn yang sedang praktik hari ini. Ia menuju tempat praktik dokter kandungan rekomendasi dari suster tersebut dan memilih dokter perempuan, mesk
Menangis tanpa air mata. Berteriak tanpa bersuara. Hanya merasakan sakitnya hati. Begitu tersiksa menyayat sanubari. Akankah kisahnya berujung bahagia dengan beribu hikmah indah tercipta? Ataukah hanya asa semata yang dirinya dapat? walaupun begitu hatinya kan selalu tegar menghadapinya. walau akhirnya hanya mendapat luka.(Amirah – Ketulusan Hati Amirah)***Setelah mengobrol banyak dengan Ambar. Ia meminta izin untuk beristirahat, menuju kamar tidur diikuti Abizar yang ada di belakang.Setelah memasuki kamar, Amirah segera menuju kamar mandi, membersihkan tubuh yang seharian penuh beraktivitas, menghilangkan rasa lelah yang ada di tubuh. Setelah itu mengambil air wudu untuk salat Isya. Dulu ia pernah mengkhayalkan masa depan, kehidupan setelah menikah, bisa salat berjamaah bersama sang suami yang akan menjadi imamnya. Namun, apa daya semua hanya tinggal impian belaka, harus menerima dengan lapang apa yang menjadi takdir, menikah tanpa cinta bahkan
"Aku mencintaimu bukan karena siapa dirimu, tapi karena apa yang terjadi pada diriku saat bersamamu. Di situ aku paham arti sebuah kenyamanan, karena sebuah kenyamanan hadir dalam hidupku saat bersamamu." (Rayyan ~ Takdir Cinta)"Kamu telah mengganti mimpi burukku dengan mimpi indah, kekhawatiranku dengan kebahagiaan, dan ketakutanku dengan cinta tulus. Kamu hadir membawa secercah harapan. Harapan untuk memulai hidup baru bersamamu. (Afikah ~ Takdir Cinta)***Amirah panik saat ditelepon salah satu panitia penyelenggara pengajian yang biasa diikuti Vika, mengabarkan bahwa terjadi kecelakaan pada sang mertua.Amirah menyudahi rapat bulanan di yayasan dan segera melajukan mobilnya menuju rumah sakit tempat sang mertua dirawat, dirinya mencoba tenang dan tidak panik.Amirah sampai di rumah sakit, menanyakan ruangan sang mertua pada pihak resepsionis. "Permisi, mau tanya, dirawat di ruang mana korban penusukan tadi pagi?""Pasien masih ada di ruang IGD.""Terima kasih." Ia langsun
Sama seperti air yang bisa mengikis batu yang paling keras. Keikhlasan dan ketulusan juga bisa melembutkan dan meluluhkan hati yang paling dingin.Percayalah ....Berlaku baik kepada orang yang membenci, bukanlah perilaku palsu, jika hatimu ikhlas dan tulus melakukan kebaikan itu. Karena orang yang ikhlas tidak pernah kecewa dengan amal baik yang telah dia lakukan karena yakin Allah Maha melihat dan akan membalasnya dengan adil.***Setelah mendapatkan kesepakatan mereka semua pamit pulang. Kesepakatan akad pernikahan akan diadakan satu minggu lagi di masjid depan panti milik bu Rani. Dan satu bulan lagi resepsi pernikahan mereka yang akan diadakan bersama resepsi Niken.Rayyan sangat bahagia tidak hentinya ia memamerkan senyuman di wajah tampannya.Amirah, Kenzo dan Renata turut bahagia melihat kebahagiaan Rayyan."Semoga lancar, sampai hari H ya, Kak," ucapnya."Aamiin ...," jawab semuanya yang ada di dalam mobil."Besok Kakak mampir ke rumah oma Ambar, bilang ke oma, papa dan mama
Mungkin aku bukan yang terbaik bagimu, tapi yakinlah akan ketulusanku karena bagiku, mencintaimu adalah bahagiaku.Jatuh cinta pada dirimu adalah hal yang terindah dalam hidupku karena mencintaimu merubahku menjadi orang yang sempurna di matamu. Engkau laksana mentari yang memberi sinar menemani hariku, mencerahkan hidupku dan laksana pelangi yang memberi warna dalam hidupku, teruslah bersamaku hingga menuju surgaNya kelak. (Rayyan~ Takdir Cinta)***Mentari indah bersembunyi dalam peraduannya, malu- malu menampakkan sinarnya. Pagi ini Rayyan seperti biasanya sudah rapi dengan kemeja navy dan celana bahannya bersiap untuk bekerja, pikirannya sudah tenang setelah ayah dan bundanya memberi keputusan akan mengantarnya untuk mengkhitbah Afikah hari ini. Tentunya tanpa sepengetahuan omanya. Biar kan oma nya menjadi urusan kedua orang tuanya.Setelah menghabiskan sarapannya Rayyan dan Renata segera bersiap untuk berangkat. Tak lupa mereka berpamitan kepada keempat orang yang sang
Aku ingin mengatakan padamu bahwa di mana pun aku berada, apapun yang terjadi, aku akan selalu memikirkanmu, dan waktu yang telah kita habiskan bersama adalah waktu yang paling membahagiakan untukku, apalagi saat trauma itu hilang darimu.Aku tidak merencanakan untuk jatuh cinta padamu. Semua terjadi begitu saja. Cinta datang tanpa kuundang dan mencintaimu mengalihkan sebagian duniaku. (Rayyan- Takdir Cinta) ***"Maaf sebelumnya aku ganggu kamu," ucapnya. "Tidak mengganggu kok," jawab Afikah. "Se-sebenarnya aku ke sini ingin mengatakan sesuatu pada mu hal yang sejak dulu tersimpan di sini," ucapnya sambil menunjuk dadanya.Afikah heran dengan apa yang dikatakan Rayyan. "Maksud pak dokter?""Aku hanya ingin kamu tau kalau aku jatuh cinta padamu," ungkapnya. Afikah spechlesh. Ia terkejut dengan pernyataan Rayyan. "Ma-maaf apa pak dokter yakin?" tanyanya terbata."Bismillah atas izin Allah, saya yakin dengan perasaan ini, aku jatuh cinta padamu dan berniat mengkhitba
Cinta bukanlah memiliki dan dimiliki. Namun cinta adalah pengorbanan dan perjuangan. Bahkan cinta mengajarkan arti kesabaran dan juga pengorbanan yang tulus karena semua itu akan mendapatkan timbal balik darinya.***Satu minggu berlalu.Hari ini haru Minggu. Hari ini adalah jadwal terapi Afikah yang pertama. Gadis itu menunggu Renata di depan gerbang panti. Sebelumnya Renata sudah menelponnya dan menyuruhnya untuk segera bersiap. Tidak mau Renata malah balik menunggunya dirinya segera bersiap.Selang beberapa menit menunggu mobil Rayyan sudah sampai tepat di depan Afikah. Renata segera keluar dari mobil itu dan diikuti Rayyan."Assalamu'alaikum, Kak. Maaf menunggu lama ya! Apa kak Afikah sudah siap?" tanya Renata."Wa'alaikumussalam, nggak lama kok, iya saya sudah siap!" jawab Afikah."Ayo, kita berangkat sekarang! Kebetulan dokter Brian sudah menunggu," ucap Rayyan.Afikah mengangguk.Renata membuka pintu belakang dan langsung duduk dengan santainya. Afikah yang melihat pintu mobil
Cinta itu penuh pemberian, bukan meminta untuk diberikan. Cinta itu penuh ketulusan, bukan penuh dengan paksaan.Saat seseorang mencintai, mereka tak harus mengatakannya. Karena dengan perlakuannya kita akan menyadari bahwa dia mencintaimu.***Rayyan menggendong tubuh Afikah dan memasukkannya ke dalam mobilnya, di dalam mobil sudah ada Renata yang siap untuk memangku kepala Afikah. Selang beberapa saat mereka sampai di rumah sakit milik keluarga mereka. Setelah sampai Rayyan kembali menggendong Afikah. Rayyan segera memanggil perawat laki-laki untuk menyiapkan brangkar. Afikah kini berada di ruang IGD dan segera mendapatkan perawat.30 menit Afikah mendapatkan perawatan, dokter jaga yang menanganinya keluar."Bagaimana keadaannya, Dok," tanya Rayyan khawatir. "Alhamdulillah, pasien tidak apa-apa, sekarang sudah siuman, setelah di infus tadi. kalau dokter Rayyan mau melihatnya silahkan," ucap dokter Rendi. Dokter Rendi heran melihat Rayyan yang terlihat sangat panik apalagi selama
Cinta bukan mengajarkan kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan mengajarkan kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan kegagahan. Cinta bukan melemahkan semangat, tetapi membangkitkan semangat. (Buya Hamka)Perasaan cinta terkadang memang sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata karena saat jatuh cinta, perasaan kita akan terasa campur aduk tak karuan. Bahkan membuat tindakan berlawanan dengan hati.***Rayyan melajukan mobilnya menuju kafe tempat Afikah bekerja bersama Renata. Sengaja langsung datang ke kafe karena jam segini mereka tau Afikah bekerja di kafe.Selang beberapa menit mereka sampai di kafe. Rayyan dan Renata memasuki kafe, mereka mencari tempat duduk dan memanggil pegawai kafe untuk memesan minuman. Renata segera menanyakan keberadaan Afikah pada pegawai kafe yang melayaninya."Permisi, Kak. Kak Afikahnya ada?" tanya Renata."Afikah ya? sepertinya hari ini dia izin nggak masuk, tadi denger dari Mbak Ayin, katanya Afikahnya sakit," ucap pegawai kafe itu.
Kala hati sedang gelisah memikirkannya. Jalan satu-satunya yang ku tempuh adalah mengambil wudhu. Di atas sajadah aku bersimpuh pada Robbku. Berselimutkan kelabu sayup-sayup ku sebut namamu dalam sujud panjangku. Tersembunyi dalam hati, harapan ku yang suci. Melantunkan dzikir dan doa. Berharap kamu lah wanita yang dikirim Allah untuk mendampingiku sebagai penyempurna ibadahku, berjalan bersama beriringan menggapai jannahNya.(Rayyan Hilman Alfatikh Adinata ~Takdir cinta)***Pukul 3 pagi Rayyan sudah terjaga. Ia langsung bangun dari tidurnya. Melangkahkan kaki menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu, melaksanakan sholat malam seperti biasanya. Bermunajat pada sang pemilik kehidupan dan pengatur jodoh. Yang maha membolak balikkan hati setiap makhluknya. Dalam sujud panjangnya tak hentinya ia berdoa untuk diberikan kemudahan untuk meluluhkan hati Afikah. Juga berdoa mohon kesembuhan untuk Afikah dari trauma yang disebabkan olehnya.Setelah melaksanakan sholat malam ia lanjutkan dengan
Saat ketulusan bersandar dalam jiwa, cinta itu pasti akan jauh lebih sempurna. Berusaha dan terus berusaha untuk memperbaiki kesalahan yang pernah kita perbuat dengan melakukan hal yang baik untuknya. Mencoba untuk berbicara dari hati, maka ketulusan hati kita akan tersalurkan ke lawan bicara kita lewat kata-kata. ***Rayyan segera menyalahkan mesin mobilnya dan melajukannya. Afikah memalingkan mukanya ke arah luar kaca jendela mobil. Suasana di dalam mobil terasa sangat hening, Rayyan mencoba menyalahkan musik kesukaannya untuk memecahkan keheningan. Berulang kali melirik ke arah Afikah yang sibuk dengan pemandangan luar. "Apa setiap hari kamu pulang jam segini?" tanyanya. Ia mengenyahkan getaran yang ada di dadanya hanya untuk memecahkan suasana canggung di dalam mobilnya. Afikah melirik ke arah Rayyan sekilas sambil tersenyum sedikit terpaksa, jujur rasa takut pada Rayyan masih ada, namun Afikah mencoba untuk menetralisirnya. Afikah hanya ingin menghargai niat baik Rayyan, tidak