Langkah Eva terhenti menyadari Adam telah berada di hadapannya saat ini. Eva mendongak untuk dapat menatap cowok itu dengan keadaan yang jauh dari kata baik-baik saja.
"Eva, gue harap lo baik-baik aja." Kedua manik itu bertemu. Eva merasakan hatinya menghangat. Ternyata, di antara ribuan murid Taruna Bangsa masih ada satu orang yang mengkhawatirkannya. Eva merasa disayangi ketimbang sahabatnya sendiri. Mereka bahkan tidak bersuara sama sekali ketika ia disudutkan kepsek. Tidak membelanya sedikit pun padahal mereka berada di ruangan yang sama.
Lelah jika terus menyalahkan orang lain. Eva ingin hidup sebegininya saja. Mungkin memang sudah takdir ia mempunyai teman seperti itu.
"Jawab. Supaya gue berhenti ngekhawatirin lo."
Dan saat itu juga tangis Eva pecah kian deras. Eva butuh sandaran, dan kenapa Adam datang seolah hendak menjadi tempatnya bersandar kala sudah rapuh seperti ini. Bolehkah jika ia berh
Seseorang terlihat sangat terganggu dengan postingan yang dikabarkan oleh lambe turah tadi hanyalah Rehan. Cowok itu seperti kebakaran jenggot sendiri. Padahal jika dipikir-pikir apa pula urusannya dengan mereka 'kan?"Nggak bisa dibiarin!" gumam Rehan mendesis geram.Eva kelewat berani seperti itu, dirinya tidak suka! Meski ia akui bahwa Eva lumayan pemberani juga untuk melawan orang-orang yang mengganggu, tetapi Eva masih punya batasan yang membuat cewek itu takut. Rehan sudah merasa candu. Eva harus kalah agar selalu bisa untuk ditindas."Gak nyangka sumpah!" Lain halnya dengan Yoyon, cowok itu berdecak kagum membuat Rehan kesal sendiri melihatnya."Paling cuman sehari ini doang dia kayak gitu. Besok bakal lo liat lagi ketos yang lembek di Taruna Bangsa. Satu lagi, dia bakal makin dihujat!" Rehan tersenyum miring dengan rencananya.Arta menoleh ke sumber suara kala mendengar babunya mas
"Telponan sama pacarnya ya?" Yoyon menerka dengan raut cengengesan. Pasalnya siapa yang tidak tahu mengenai pacar Tristan? Cewek beruntung tetapi masih kelas tiga SMP, seumuran dengan Sabila adiknya Arta. Semua orang tahu isu tersebut walau mereka tidak pernah melihat bagaimana paripurnanya rupa dari pacar seorang Tristan Wales.Tak berselang lama Tristan memasukkan ponselnya ke dalam saku celana. Ia menolehkan tubuh sepenuhnya pada seorang cowok yang menyapanya. Sedikit merunduk untuk dapat saling bertatapan karena perbedaan tinggi.Melihat hal itu Yoyon gelabakan. Buru-buru ia menangkupkan tangan di depan dada. "Maaf, maaf. Gue nggak bermaksud ganggu acara telponan lo. Silakan dilanjutin, gue pergi aja."Mata tajam Tristan membulat kala melihat cowok yang menyapanya tadi dengan tergesa-gesa hendak beranjak pergi. Segera ia me
Di salah satu sudut persimpangan kelas 12, gerombolan cewek-cewek trouble maker di kelas 11 dan 12 Taruna Bangsa tengah berkumpul. Selin sebagai orang paling terpandang dan dihormati di antara teman-temannya bersandar di tembok dengan satu kaki yang ditekuk. Jemarinya gemulai memainkan ujung rambut miliknya sendiri yang tergerai indah."Nyadar nggak sih kalau posisi kita di sini tuh sama," berondong cewek berambut toska.Atensi yang lain langsung menyorot padanya. Si empunya rambut yang tidak lain adalah Melly, ketua Qotsa sendiri. Cewek cantik itu segera menyuarakan pendapat. "Gue pengen pergi ke anniv Liondrak sebagai cewek Arta, tapi Arta malah maksa Eva buat ikut. Kek najis banget."Kini tubuh Melly sepenuhnya menghadap ke arah Selin. Sementara Selin sendiri pun juga menegapkan tubuhnya saat ditatap serius
Usai meriahnya pembukaan party anniversary ke satu tahun Liondrak dengan battle balap liar antara dua geng motor terkemuka di wilayah Jakarta Selatan dan Bandung, kali ini mereka merayakan kembali dengan kegiatan yang cukup memalukan bagi sebagian anak geng motor yang terkenal beringas ini.Entah siapa pengusulnya pertama kali. Namun merayakan party dengan melakukan dansa bersama pasangan merupakan hal yang cukup memalukan bagi anak geng motor sekelas cowok berandalan. Salah satu ruangan markas Liondrak telah didesain se-aesthetic mungkin sebagai ajang kegiatan ini. Parahnya anggota inti masing-masing geng motor yang hadir harus ikut berdansa meramaikannya, teserah berpasangan dengan siapa.Siulan menggoda saling bersahut dilontarkan pada ketua geng Liondrak. Tak peduli siapa pun pengusulnya, tetap saja yang bertanggung jawab
Empat kali empat enam belas,Sempat tidak sempat pokoknya harus disempatkan.Hal itulah yang sedang diterapkan oleh sepasang remaja bergelar couple goals SMA ternama Jakarta Selatan, Taruna Bangsa. Tidak lain adalah Edo dan Aurel. Sebelum pulang ke Jaksel mereka berdua berburu cincin couple terlebih dahulu. Ide tersebut tentunya dimulai oleh Aurel. Awalnya ia tak sengaja melihat postingan salah satu selegram ternama tanah air sedang memamerkan cincin pernikahannya. Kabar bahagia tersebut disambut dengan suka cita oleh sebujur fans-nya.Karena hal itulah mendadak Aurel kepikiran ide lucu ini. Ia mengajak Edo pergi ke salah satu mall di Bandung untuk mencari apa yang ia inginkan.Edo mendengus melihat kekasih hatinya itu sibuk sendiri dengan aksesoris jari. Ia memeluk p
Semakin sore terpaan sinar matahari bukannya redup tapi justru semakin meningkat panasnya. Eva memijit pelipisnya yang terasa sakit. Banyak orang berlalu lalang dan saling berteriak memanggil satu sama lain membuat Eva makin pusing saja.Saat ini Eva tengah berdiri dalam salah satu ruangan pedapuran Taruna Bangsa. Di hadapannya sudah terhampar tumpukan kardus berisi air mineral yang sangat banyak sekali. Namun karena ruangan ini terletak cukup jauh dan dirasa tempatnya tidak strategis, maka OSIS sepakat untuk memindahkannya ke ruangan OSIS sementara agar dapat bekerja cepat esok hari."Berdiri doang kayak orang bego! Lo mau ngapain?" Pertanyaan dengan kalimat ejekan sebagai pembuka tersebut keluar dari mulut Bima.Sudah cukup, goro ini telah melebihi batas mampu yang Eva punya. Ia sudah sangat kelelahan sekarang. Bahkan telapak
Alhamdulillah Eva sudah merasa lebih baik sekarang. Untunglah ia tidak lupa memberi tahu mamanya lebih dulu bahwa ia akan pulang terlambat hari ini karena harus menyiapkan acara dalam rangka datangnya Prof. Ir Arief Wijaya, ME—selaku pemilik Taruna Bangsa.Malam hampir menjelang. Matahari sudah ingin membenam di ufuk barat. Saat ini OSIS dikumpulkan di ruang OSIS. Dilihat hanya tinggal segelintir orang yang tersisa. Sebagian lagi izin ada kegiatan lain yang entah benar atau tidaknya. Ada pula yang langsung pulang begitu saja.Eva menyandarkan pinggulnya pada meja untuk rapat OSIS di bagian divisi utama. Di sebelahnya terdapat Adam yang ikut berdiri juga. Sementara di tangan Eva saat ini terdapat sebuah agenda dengan ukuran kecil. Ia menepuknya beberapa kali. Tindakan tersebut sukses menyorot atensi anggota OSIS yang sudah diatur untuk duduk melantai di hadapannya
Terlalu muak pada semestaKenapa meletakkan orang yang tak bisa menghargai di sekelilingku?Aku ingin keluar dari lingkup toxic ini tapi seolah tak diberi celahSemesta tak beri aku pilihan lain.Sebegini susahnya kah pertahankan beasiswa? Jika boleh menyerah aku ingin semuanya cukup sampai di siniMenjauh dari kota ke tempat terpencil sekalipun, demi ketenangan diriBeberapa jalanan sepi banyak yang di kelilingi orang yang saling memahamiAku tak mau banyak.
Tristan adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Kedua saudara perempuannya tidak tinggal serumah dengan orang tuanya. Tertinggal hanya Tristan yang masih duduk di bangku kelas 12 di SMA Garuda, salah satu SMA unggulan di Bandung. Kakak pertamanya menikah dengan seorang prajurit nasional yang bergabung dengan angkatan laut. Dia saat ini sedang mengandung keponakan pertama Tristan. Sedangkan adik keduanya sedang menjalani semester akhir pendidikan kedokteran di Spanyol."Kak Keinara belum lahir? Aku belum pernah mendengarnya," ucap Eva merasakan betapa sepinya rumah sepupunya.Betapa tidak, Tristan yang kerap berada di markas karena menjabat sebagai ketua geng motor membuat orang tuanya harus selalu menyendiri di rumah. Beruntung om Abian dan tante Azka bekerja di bidang yang sama. Mereka sukses membuka cabang restoran yang mereka kelola di pusat kota setiap provinsi di Indonesia. Bahkan untuk rencana ke depan, mereka akan memperluasnya hingga ke luar negeri.“Tujuh bulan lagi, Eva,” uc
Baru saja pikiran Eva terganggu karena sikap Bima yang tetap jahat padanya padahal Eva sudah berbesar hati hendak berdamai dengan cowok itu, kini Eva dikejutkan kembali dengan keadaan kelasnya yang jauh dari kata baik-baik saja.Kursi di sebelahnya, artinya tempat duduk teman sebangkunya. Telah habis diorat-oret menggunakan tinta hitam hingga tampak kotor sekali. Pelakunya adalah seorang cheerleader Taruna Bangsa. Tahu? Merusak satu aset saja milik Taruna Bangsa maka akan dikenakan denda yang tak main-main. Mungkin bagi mereka para anak orang kaya ini, hal itu bukanlah sesuatu yang dipermasalahkan karena mereka sangat mampu. Namun Uma? Bisa saja mereka yang merusak, tapi justru Uma yang diwajibkan membayar denda karena bangku ini adalah bangku Uma.Eva sangat tahu persis bagaimana sulitnya ekonomi sahabatnya itu. Membayar sekolah saja sudah mati-matian bahkan sering tak bawa uang jajan. Sering melihat Uma setiap hari membawa bekal ke sekolah? Itu karena dia tak bawa uang. Ingat dia p
Baik Arta maupun Tristan, keduanya sama-sama membatu dan saling melempar tatapan tak menyangka satu sama lain. Bagaimana mungkin Arta baru mengetahui bahwa Eva adalah adik Tristan? Ternyata ada banyak informasi tentang Eva yang Arta belum ketahui. Ia pikir Eva hanyalah siswi miskin biasa yang kebetulan menjadi ketua OSIS. Rupanya Eva tidak sesederhana itu."Lo temen adek gue?" kelakar Tristan tak dapat menutupi rasa terkejutnya."Dia adek kelas gue," ralat Arta segera sembari menunjuk Eva yang hanya setinggi bahunya itu dengan dagunya. "Nyokap Eva nitipin Eva ke gua," lanjutnya kemudian dengan aura keposesifan yang sangat kental. Selebihnya agar Tristan tidak salah paham saja, kenapa adik kelas dan kakak kelas bisa sedekat ini.Mendengar hal itu Tristan semakin terkejut. "Oh lo deket sama adek gue?" berondongnya pada Arta seraya menatap Eva bangga. Pintar juga adiknya ini cari circle. Sementara Eva menyengir polos merespon tatapan abangnya."Kak Arta!" panggil Eva pada Arta, membuat ke
Eva menyukai suasana sejuk dan tenang di malam hari. Ia baru saja selesai mandi. Masih dengan gulungan handuk di kepala, merasa lebih segar dan lebih baik. Mabuk di dalam bus selama perjalanan benar-benar menguras tenaga. Eva lemas sekali dibuatnya.Eva duduk di pinggiran kasur dengan tangan aktif menggosok-gosokkan handuk pada rambut agar cepat kering. Dalam satu kamar ini terdapat empat orang anak OSN, termasuk Eva sendiri.Mereka duduk berkumpul di sofa seraya memakan berbagai macam cemilan yang Eva sendiri ngiler melihatnya. Tentu saja perutnya lapar keroncongan. Seharian ia hanya makan satu gembung pemberian Arta di bus tadi. Namun, untuk minta Eva malu. Dirinya tidak dekat dengan mereka. Pun hendak ngumpul bareng, Eva segan sendiri. Akhirnya ia sok sibuk dengan rambutnya."Gue ada hairdryer tuh di dalam tas kalo mau make," celetuk Cia salah satu teman sekamar Eva di hotel ini.Eva tersenyum kaku. Eva tahu bahwa itu adalah alat untuk mengeringkan rambut. Namun, Eva tidak tahu car
Aurel bersama dua adik kelasnya, Eva dan Uma saling bersenda gurau dan membicarakan hal random untuk mereka bahas. Hingga di mana Selin beserta dua temannya datang memasuki kantin dan duduk di salah satu bangku kosong yang berada di pojok kiri, Eva langsung melirik Aurel memberikan isyarat lewat tatapan mata. Aurel mengangguk pasti menanggapinya. Dia berdiri sembari membawa gelas minumannya yang masih terisi setengah. Tentu saja tindakannya itu diikuti oleh Eva. Sementara Uma yang tidak tahu apa-apa hanya menatap kedua orang itu dengan mata mengerjab bingung. Pada akhirnya ia hanya ikut-ikutan Aurel dan Eva saja menuju bangku di mana Selin bersama dua temannya itu berada. "Hai, Aurel!" sapa salah satu teman Aurel dengan senyum manis tetapi penuh manipulatif. "Are you wanna join here?" tanyanya sok asik. Sayangnya sapaan basa basi tersebut tidak mendapat gubrisan apapun dari Aurel. Justru Aurel mendengus remeh memandang ketiga orang itu dengan tatapan jijik yang sangat kentara. Aurel
Jika hendak menganalisa akun lambe turah masing-masing sekolah favorit di Jakarta Selatan ini, maka sudah pasti Taruna Bangsa akan menjadi miss dalam mencari sensasi. Followers dan jumlah upload-nya nyaris sebanding, terus bertambah setiap hari karena pasti selalu ada saja hal-hal mengejutkan yang diposting oleh adminnya. Diketahui bersama pula bahwa admin akun gosip SMA ternama tersebut tidak hanya segelintir orang saja, tetapi hampir seluruh siswi dari kelas 12. Oleh karena itu sulit bagi mereka yang tidak punya kekuasaan untuk mencari tahu dalang yang sebenarnya jika terjadi sesuatu.Tak peduli hanya kabar burung yang belum pasti kebenarannya seperti separuh video yang dapat mengundang salah paham bahkan menciptakan kontroversi, yang mereka tahu hanya memposting itu semua dan menyebarkannya untuk menarik perhatian para netizen! Mungkin salah satu penyebabnya adalah karena gila kepopuleran sehingga berbagai cara dilakukan sampai kehausan sensasi!Usai menenangkan Eva yang bersedih,
Wajah Eva muram karena buku diary-nya tak kunjung ketemu hingga sekarang. Eva menelungkupkan wajahnya di meja makan. Menghela napas berusaha mengingat-ingat kembali dengan otaknya yang mungil itu di mana buku diarynya, kenapa tidak ditemukan di manapun juga."Mama liat diary aku nggak?" tanya Eva penuh harap kepada mamanya yang baru datang ke dapur."Terakhir kamu taruh di mana emangnya?" jawab Vina tenang dengan mata yang sudah menyorot barang-barang anaknya yang diletakkan begitu saja di atas meja.Eva menghela napas lelah. "Seinget aku terakhir aku taruh di dalam tas. Tapi aneh banget bisa nggak ada!" Tak kunjung mendapat respon dari mamanya, Eva kesal berakhir menelungkupkan wajahnya di lipatan tangan dan mulai menangis. Eva kesal, sangat. Siapa yang sudah mengambil barang rahasianya itu?"Eh, kamu bawa apa nih?" Vina segera mengambil duduk di samping putrinya, berupaya mengalihkan perhatian Eva agar tak bersedih lagi.Eva berdecak kasar karena keadaan hatinya yang buruk. Namun ka
Eva membingkai kotak kado dari Arta. Bungkusnya menggemaskan dengan dihiasi pita-pita kecil. "Ini siapa yang ngebungkus, Kak? Gemoy banget bungkusannya!" celoteh Eva dengan senyum lucu terpatri di bibirnya."Sabila," jawab Arta singkat sembari memperhatikan Eva yang mulai membuka bungkus kado darinya tersebut.Mata Eva membulat kaget. "Seals!" jeritnya tertahan membekap mulutnya sendiri. Eva sampai mengerjab menoleh pada Arta berulang kali.Sebuah boneka anjing laut berwarna cream dengan bentuk yang sangat menggemaskan masih terbungkus plastik sudah berada di tangan Eva sekarang. Ini adalah boneka yang sama persis Eva lihat ketika pergi ke pasar bersama mamanya maupun ketika pergi ke mall bersama Arta kemarin.Hati Eva menghangat melihat tatapan lembut yang Arta berikan padanya. Arta baik sekali sampai bisa mengerti Eva sejauh ini. Eva benar-benar merasa terharu. Pasalnya di umur yang ke-17 tahun ini Eva belum pernah mempunyai boneka. Eva ingin memilikinya walaupun hanya satu. Namun h
Berjejer rapih moge di parkiran markas Kompeni. Arta bersama rekan anggota inti yang lainnya sudah duduk siap di atas motor mereka masing-masing. Saat ini mereka akan pergi ke sekolah untuk latihan basket sebagai persiapan lomba nanti. Tak ada yang berhak untuk pergi mendahului sebelum ketua mereka pergi. Karena Arta masih sibuk mengutak-atik ponselnya, yang lain pun hanya duduk diam di atas motor masing-masing menunggu Arta selesai dengan urusannya.Sebelum melajukan motornya, Arta menelpon Eva lebih dulu menanyakan kondisi cewek itu sekarang. Apakah masih sibuk dengan urusan rumah tangganya itu atau sudah selesai. Hari pun sudah siang, sesuai dengan perjanjian Arta pada Eva sebelumnya bahwa ia akan datang ke rumah Eva sekarang ini.Saat panggilan terangkat, terdengar suara malu-malu Eva yang menyapanya. Arta tersenyum mendengar itu. "Lo hari ini ke sekolah nggak buat latihan atau belajar gitu untuk olimp MTK besok?"Di sana Eva mengernyit bingung Arta menanyakan hal itu padanya. "N