Empat kali empat enam belas,
Sempat tidak sempat pokoknya harus disempatkan.
Hal itulah yang sedang diterapkan oleh sepasang remaja bergelar couple goals SMA ternama Jakarta Selatan, Taruna Bangsa. Tidak lain adalah Edo dan Aurel. Sebelum pulang ke Jaksel mereka berdua berburu cincin couple terlebih dahulu. Ide tersebut tentunya dimulai oleh Aurel. Awalnya ia tak sengaja melihat postingan salah satu selegram ternama tanah air sedang memamerkan cincin pernikahannya. Kabar bahagia tersebut disambut dengan suka cita oleh sebujur fans-nya.
Karena hal itulah mendadak Aurel kepikiran ide lucu ini. Ia mengajak Edo pergi ke salah satu mall di Bandung untuk mencari apa yang ia inginkan.
Edo mendengus melihat kekasih hatinya itu sibuk sendiri dengan aksesoris jari. Ia memeluk p
Semakin sore terpaan sinar matahari bukannya redup tapi justru semakin meningkat panasnya. Eva memijit pelipisnya yang terasa sakit. Banyak orang berlalu lalang dan saling berteriak memanggil satu sama lain membuat Eva makin pusing saja.Saat ini Eva tengah berdiri dalam salah satu ruangan pedapuran Taruna Bangsa. Di hadapannya sudah terhampar tumpukan kardus berisi air mineral yang sangat banyak sekali. Namun karena ruangan ini terletak cukup jauh dan dirasa tempatnya tidak strategis, maka OSIS sepakat untuk memindahkannya ke ruangan OSIS sementara agar dapat bekerja cepat esok hari."Berdiri doang kayak orang bego! Lo mau ngapain?" Pertanyaan dengan kalimat ejekan sebagai pembuka tersebut keluar dari mulut Bima.Sudah cukup, goro ini telah melebihi batas mampu yang Eva punya. Ia sudah sangat kelelahan sekarang. Bahkan telapak
Alhamdulillah Eva sudah merasa lebih baik sekarang. Untunglah ia tidak lupa memberi tahu mamanya lebih dulu bahwa ia akan pulang terlambat hari ini karena harus menyiapkan acara dalam rangka datangnya Prof. Ir Arief Wijaya, ME—selaku pemilik Taruna Bangsa.Malam hampir menjelang. Matahari sudah ingin membenam di ufuk barat. Saat ini OSIS dikumpulkan di ruang OSIS. Dilihat hanya tinggal segelintir orang yang tersisa. Sebagian lagi izin ada kegiatan lain yang entah benar atau tidaknya. Ada pula yang langsung pulang begitu saja.Eva menyandarkan pinggulnya pada meja untuk rapat OSIS di bagian divisi utama. Di sebelahnya terdapat Adam yang ikut berdiri juga. Sementara di tangan Eva saat ini terdapat sebuah agenda dengan ukuran kecil. Ia menepuknya beberapa kali. Tindakan tersebut sukses menyorot atensi anggota OSIS yang sudah diatur untuk duduk melantai di hadapannya
Terlalu muak pada semestaKenapa meletakkan orang yang tak bisa menghargai di sekelilingku?Aku ingin keluar dari lingkup toxic ini tapi seolah tak diberi celahSemesta tak beri aku pilihan lain.Sebegini susahnya kah pertahankan beasiswa? Jika boleh menyerah aku ingin semuanya cukup sampai di siniMenjauh dari kota ke tempat terpencil sekalipun, demi ketenangan diriBeberapa jalanan sepi banyak yang di kelilingi orang yang saling memahamiAku tak mau banyak.
Ketimbang berdiam diri di rumah. Sangat membosankan hanya dengan memikirkan tugas sekolah, pekerjaan OSIS, anak Kompeni yang brengsek, teman-teman jahannam yang sangat stres tak pernah ada saat dibutuhkan. Akan lebih baik Eva gunakan sorenya yang indah ini dengan menemani mamanya belanja ke pasar memberi bahan keperluan membuat kue. Hitung-hitung sebagai healing melepas kepenatan masalah di sekolah yang tak ada habisnya.Senyuman ramah membalas sapaan orang-orang yang ia lewati menemani perjalanannya ke pasar bersama sang mama. Namun sebelum itu Vina harus mampir ke beberapa toko lebih dulu untuk mengambil uang kue yang ia titipkan tadi pagi. Rutenya memang seperti itu setiap hari. Malam membuat kue, pagi menitipkannya, kemudian sore mengambil uangnya."Bu, saya ambil uang kue tadi pagi!" panggil Vina pada salah satu toko yang ia
Rambut tergerai dengan beberapa helai yang lengket di pipi gembulnya tampak kemerahan. Terlihat jelas bekas tangan seseorang menjiplak di sana. Saat ini Shouma melekat erat pada tubuh kekasihnya, menginginkan perlindungan dari sana. Duduk saling berhadapan dan merapat di dalam mobil.Tangisannya sudah mereda. Namun isakan lirihnya benar-benar tak bisa dihentikan. Semua yang terjadi padanya hari ini benar-benar membekas sampai ke relung hati. Mentalnya tak dapat berbohong soal ini. Uma merasakan trauma yang mendalam.Pelan dan terbata Uma menceritakan semuanya sedetail mungkin pada Rehan. Sementara cowok itu mendengarkan dengan tangan yang aktif mengelus rambut panjang Uma yang tergerai indah, menenangkan kekasihnya itu yang masih bergetar takut di sela-sela isakannya bercerita.Karena
Hari ini adalah H terakhir kesiapan OSIS untuk membangun pesta megah menyambut datangnya pemilik sekolah besok. Namun Eva selaku ketua OSIS justru tidak melakukan pekerjaannya dengan optimal di karenakan kedatangan Arta yang secara tiba-tiba menemuinya. Sedari tadi cowok itu bersikukuh untuk mengajak Eva pergi entah kemana walaupun Eva sudah berusaha menghindari keberadaannya sedemikian rupa. Hal tersebut tentunya membuat bisikan-bisikan menyumpah serapahi Eva kian mendera.Kepulangan cowok itu dari Bandung sangatlah tak membuat Eva lega sama sekali. Justru gadis itu muak sendiri dengan tingkah Arta yang riweh padanya. Baru kemarin cowok ini berdansa romantis dengan Melly. Lantas kenapa sekarang masih mengganggu dirinya?"Kenapa sih, Kak!" jerit Eva tertahan. Matanya memanas perih menghadapi manusia batu yang semaunya sendiri ini. "Kenapa
Terpaan sinar matahari di atas sana rasanya benar-benar membakar siapa saja yang berada di bawahnya. Dengan bibir mengerucut sebal dan tangan mungil yang terkepal erat di sisi tubuh gadis itu sudah menggambarkan bagaimana kesal si empunya sekarang.Berulang kali Eva menciptakan ruang panggilan dengan Arta di ponselnya. Namun selalu saja suara operator yang terdengar membuat Eva benar-benar diliputi dendam terhadap cowok itu. Demi apapun Eva merasa telah dipermainkan!Berakhir ia berdiri dengan tatapan kesal pada gerbang sialan yang menjadi penghalangnya untuk masuk ke dalam. Kaki Eva terasa sangat pegal sekarang karena berdiri lumayan lama di sini. Benar-benar Arta sialan! Ingin rasanya Eva pulang, tapi takut cowok itu marah nantinya.Eva mengerang tertahan. Tak dapat menahan sabar leb
"NOOO!! NEVEERR!!"Pekikan histeris gadis ber-canda itu membuat orang-orang yang berada di sekitaran mereka menoleh padanya sebagai sumber suara.Karenanya perlahan genggaman erat Arta pada pergelangan tangan Eva mengendur. Cowok itu tak dapat menutupi raut keheranannya melihat kepanikan gadis itu padahal Arta hanya ingin mengajaknya pergi menggunakan mobil karena langit sedang mendung.Napas Eva memburu cepat dengan tatapan nanar pada manik Arta. Gadis itu menarik napas dalam untuk mengontrol dirinya sendiri. "Sumpah demi apapun gue lebih baik kehujanan pakai motor ketimbang naik mobil!" katanya penuh penekanan. "Gue mau mati rasanya kalo naik mobil."Arta sampai melongo dan mengerjabkan matanya berulang kali karena kebingungan se