Share

kedatangan ibu

last update Last Updated: 2024-04-27 21:02:17

Aku mengusap kedua mataku, rasanya berat untuk membuka, hampir semalaman aku menangis, menghentikan mas damar pun aku tak mampu. Hanya penyesalan yang aku rasakan sedikit banyak keputusan yang diambil mas damar juga karna ku. Untuk memenuhi semua keinginkanku dan raisa.

“ Buk, ada sepatu bagus nih, beli ya” raisa baru keluar dari kamarnya.

Ia masih fokus menghadap layar ponselnya seingatku belum ada sebulan yang lalu ia juga memesan sepatu di marketplace orange dan itu masih beberapa kali pakai. Aku masih menunduk tanpa melihat, berusaha menyembunyikan mata sembabku.

“ Lihat deh buk” raisa kini duduk di sebelahku ia menyodorkan ponselnya aku bahkan tak tertarik untuk melihatnya.

“ Bukanya sebulan yang lalu baru beli sepatu yaya?” suara parau ku terdengar olehnya ia sibuk menatap wajahku yang masih tertunduk.

“ ibu kenapa?, ibu abis nangis?” netra kami saling menatap. Mata beningnya masih mengawasiku dengan wajah yang penuh tanya. Aku mengusap hidungku yang berair mengalihkan pandangan kearah lain. Tak pernah terlihat olehnya kesedihanku aku tak pernah terus terang memperlihatkan padanya.

“ ibu, ini bukan gara gara raisa mau beli sepatu baru kan?” aku menangis sambil tertawa, Ia membuatnya begitu. Raisa cepat sekali tumbuh besar belasan tahun yang lalu aku bertaruh nyawa untuk bisa bersamanya menyaksikan tumbuh kembangnya. Ia mirip mas damar juga sifatanya mirip denganku.

“ atau ibu kangen ayah makanya sampai nangis-nangis” aku menghembuskan nafas perlahan raisa bahkan tak tahu kalau semalam mas damar pulang. Aku juga tak ingin mengatakan apapun dulu padanya.

Dia sibuk dengan ponselnya bisa ku tebak ia bakal menelpon mas damar untukku. Sebelum ponselnya berdering aku meraih dari tanganya. Aku tak ingin raisa tahu lebih cepat dari seharusnya.

“ nanti aja nelponya sekarang makan dulu” aku menggeletakan ponselnya di sampingku meggeser piring berisi telor di depannya.

“ telor lagi” protesnya, aku menghela nafas dalam-dalam.

“ katanya kesukaan yaya” aku mengembangkan senyum padanya memang kesukaannya tapi sudah seminggu ini ia sarapan pakai telor, kadang di dadar kadang telor mata sapi.

“ Bu raisa kangen kehidupan kita yang dulu, serba ada, raisa pengen ini itu cukup. Nggak kayak sekarang rasanya mau ngelulusin sampai SMP aja ayah keberatan, kenapa ayah nggak ngurus toko kakek lagi sih” aku menghembuskan nafas perlahan bagaiman menjelaskan ke raisa bahwa kehidupan berputar dan silih berganti. Kesenangan tak akan abadi juga dengan kesedihan.

“ atau kita pindah saja ke rumah kakek, bagus luas lagi” raisa berbicara dengan mulut penuh terisi nasi dan telor goreng

Raisa menghabiskan isi piringnya lalu meneguk air dalam gelas sampai tandas tak lama ia berpamitan berangkat sekolah dengan ojek online.

Aku tahu raisa cukup besar untuk mengetahui pernikahan mas damar dan aruna. Tapi aku belum siap memberitahunya terlalu cepat mengetahui kebenaranya.

“Laila” suara keras dari luar. Aku masih duduk kursi, sedari tadi aku malas melakukan apapun.

“la”imbuhnya lagi, aku bergegas melangakah menuju pintu ruang tamu membukanya perlahan.

“ ibu” suaraku tertahan, terkejut mendapati perempuan yang tengah berdiri halaman rumah ia bahkan tak mendekat di teras. Perempuan berumur tapi penampilanya masih terlihat ayu di tunjang dengan baju branded dan perhiasan tak ketinggalan tas brandednya.

“ Mana raisa aku ingin menjemputnya” pungkasnya.

“ibu, masuk” aku memepersilahkan perempuan yang berstatus sebagai mertuaku. Selama aku menikah dengan mas damar baru kali ini ibu datang kerumah kami.

“aku nggak ngunjungi kamu, kedatangan saya ke menjemput raisa. Dimana dia?” ibu widya menyilangkan tanganya ke depan dada memperlihatkan gelang emas yang berjajar di lengannya bahkan sepanjang dia berbicara tak sama sekali tak melihat kearahku.

“ raisa belum sekolah buk” ucapku lirih, raisa jarang sekali Pergi kerumah orang tua mas damar kalau nggak bersamaku, hanya beberapa kali dalam setahun bisa di hitung dengan jari. Waktu lebaran dan terakhir pernikahan lita enam bulan yag lalu.

“ halah jangan bohong kamu laila” ibu menyeringai, bagi ibu apapun yang aku ucapkan adalah kebohongan dan apapun yang aku lakukan ialah kesalahan.

aku begitu mengenal ibu, ibu akan berusaha keras agar keinginannya tercapai mungkin saat ini ibu masih berusah memisahkan aku dan mas damar setalah bertahun tahun pernikahan dan setelah raisa hadir melengkapi kehidupan pernikahan kami.

“ Saya bersyukur damar sudah sadar dan mengambil keputusan menikah dengan aruna, dia tak akan berlarut dalam kesusahan bersama kamu” aku semakin menunduk, ibu tahu kalau mas damar menikahi aruna.

“ Simpan air matamu, perempuan matre seperti kamu tak ada lama bertahan dengan damar yang bangkrut, mendadak kere dan kamu pasti cepat cari laki-laki lain yang banyak harta” Aku tak menjawab ucapan ibu. Percuma saja ibu ingin mendominasi pembicaraan ini.

Aku mengusap sudut mataku yng sudah berair, tak ingin memperlihatkan tangisku pada ibu baginya aku penjual air mata.

Sorot mata raisa memperhatikan kami, ia masih berada si pinggir jalan membayar ojol online yang mengantarkanya.

Ia mengerutkan kening memastikan seseorang yang bersamaku setelah itu melihat kearah mobil putih milik ibu.

Langkahnya mendekat padaku, melewati ibu, tak sepatah katapun yang ia ucapkan padaku juga ibu, ia langsung masuk rumah tanpa memperdulikan kami.

“ raisa” suara keras ibu membuatku sedikit terperanjat. Raisa menghentikan langkahnya membalik badan ia menengok kearah ibu meski sudah di ruang tamu tak lama ia kembali melangkah menuju kamar.

“ La, kamu ajarin apa anak kamu, nggak sopan sama orang tua, ngajarin anak satu aja nggak becus” ibu membulatkan matanya, ibu tak pernah menerima baik raisa, sejak kecil bahkan raisa pernah tak di anggap sebagai cucunya.

“ Bu, mungkin raisa lagi capek. Nanti saya bicara sama raisa”

“ nggak perlu, besok saya datang kesini buat jemput dia. Saya nggak mau cucu saya terlantar kalau sama kamu” ibu mengangkat sudut bibirnya setelah menyelesaikan kata-katanya ibu langsung bergegas pergi supir bayaranya setia menunggu dan membukakan pintu mobil untuk ibu.

“ raisa, sayang. Buka pintunya sebentar ibu mau bicara” aku berdiri di depan pintu kamarnya sesekali menekan handle pintu belum ada jawaban dari dalam.

“ Raisa buka ya sebentar aja” masih tak ada jawaban, aku mendengar ia lirih terisak hingga terdengar sesak.

“ raisa kamu nggak papa kan sayang” aku semakin tak sabar menunggunya untuk membuka pintu handle pintu aku tekan berkali kali badanku sudah aku condongkan ke depan bersiap untuk mendobrak, percobaan pertama belum berhasil, percobaan kedua raisa lebih dulu membuka kunci aku hampir tersungkur.

Wajah lelahnya dipenuhi sisa air mata yang sebagian sudah ia hapus, ia menatapku lekat mengembuskan nafasnya perlahan-lahan.

“ yaya nggak papa kan”. Tanganya mengangakat ponsel menghadapkan layarnya kearahku. Aku menyempitkan mata disana foto mas damar dengan mengembangkan senyum berdiri bersebelahan dengan aruna dan tak hanya satu jari raisa menggeser layar ada foto mas damar mengucapkan ijab kabul.

Aku menutup mulutku yang menanga, tak kalah terkejutnya dengan raisa.

“ ayah menikah lagi bu” bulir air matanya mulai jatuh di pipi, hidungnya sudah memerah. Tangisnya tak terbendung.

“ siapa yang mengirim ini, ia tak menjawab langsung aku raih ponselnya kontak mas damar pengirimnya. Mas damar keterlalua. ia memberitahu pernikahannya dengan cara seperti ini.

“ jadi ini alasan ayah nggak pulan-pulang, ayah menikah lagi. Ayah benar-benar tega” raisa meraih ponselnya dari tanganku gerakan cepat menutup pintu.

Related chapters

  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   mas damar

    “Ibu kasian sama kamu mar, belasan tahun menikah dengan laila bukanya makin sukses ini makin susah hidup, padahal awal awal papamu berbaik hati ngasih salah satu cabang tokonya.Tapi kamu nggak bisa kelola” aku membasahi bibirku setelah mendengarkan ucapan ibuTak terucap sepatah kata pun untuk menjawab ibu, kadang ada benarnya yang di katakan ibu. setelah belasan tahun hidup bersama laila kondisi perekonomianku semakin sulit.“ sebelum kamu di tinggalkan karna jatuh miskin lebih baik kamu tinggalain aja dulu laila” ibu masih belum merestui kami untuk bersama meski sudah ada raisa.“ laila dan raisa kan tanggung jawabku bu” aku menimpali ibu lirih, tanpa melihat kearahnya.“ raisa iya anakmu. Tapi laila, kalau kalian berpisah dia bukan tanggung jawabmu lagi kan” aku tercenung mendengar ucapan ibu. Setelah itu ini beranjak dari sofa menuju dapur, rumah besarnya masih sama nyaman dan terawat. Ibu masih memeperkerjakan bi nah dirumah ini, sedang lita adik perempuanku di rumah suaminy

    Last Updated : 2024-04-27
  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   kehidupan kami

    “ raisa” aku mengetuk pintu kamar raisa, sedari kemarin tak keluar kamar, aku tau ia sedang marah, entah marah pada mas damar, padaku atau pada dirinya sendiri.“ Sayang” sebelum aku mengetuknya lagi raisa sudah membukanya dan berdiri diambang pintu siap dengan seragam biru putihnya. Tak sepatah katapun yang ia ucapkan. Ia lalu berjalan menuju meja makan meletakan tas beratnya duduk dan meneguk segelas air dalam gelas.“ telor mata sapi” aku menghidangkan di piring di depan raisa, ia mendongak mata beningnya menatapku ia menyimpan kesedihan dan itu membuatku sesak. Ia tetap diam tak ada protes dengan apa yang aku masak. Aku ingin mendengar ia mengatakan bosan dengan masakan telor goreng, aku juga ingin mendengar ancaman ia tak mau makan lagi kalau menu nya masih sama seperti biasa saat ia sedang ceria.Raisa hampir menghabiskan isi piringnya mengunyah dengan cepat meski terlihat sulit menelan karna menahan tangis. aku menghentikan kunyahanku menatap raisa yang kini menahan bulir di

    Last Updated : 2024-04-27
  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   barang-barang mahal raisa

    Aku kekamar mencari dompet kecil berwarna merah muda, tempat biasanya aku menyimpan uang. Aku mendengkus saat yang kudapati hanya satu lembar uang sepuluh ribuan dan satu lembar uang dua ribuan. Aku mengoyangkan dompet memastikan tak ada yang tertinggal disana dan benar saja pecahan lima ratus perak menggelinding di lantai sempat kaki menahanya agar tak menggelinding semakin jauh. Setidaknya ini cukup untuk membeli sepapan tempe dan beberapa potong tahu. Dan setelah ini aku harus mencari pekerjaan. menerima uang dari mas damar rasanya berat. meski ia mengatakan ini hak ku dan lain sebagainya.Warung buk bariah seperti tak kehabisan pembeli bahkan di siang hari seperti ini. Buk yuni sudah membawa satu kresek besar sayuran hijau, bayam, kangkung, ayam dan entah apa lagi. Ia sudah selesai berbelanja tapi ia duduk di bangku kayu diikuti mbak utami yang belum dapat apa-apa.“ Buk, beli 2 tempe dan tahunya lima ribu aja ” buk bariah masih sibuk memilah kulit bawang merah yang mengering.

    Last Updated : 2024-04-27
  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   aku yang sendiri

    Bab 6LiburanRumah besar berwarna olive muda dan warna putih di beberapa kusennya, asri bergaya klasik. Suasana terlihat lengang aku memberanikan untuk mendekat mengetuk pintu rumah.“ assalamualaikum” ketukan pertama belum ada sahutan dari dalam, kuulangi lagi sampai dua kali belum juga ada sahutan. Ku melepaskan nafas beratku mengurungkan untuk mengetuk lagi memilih pergi. Baru tiga langkah handle pintu terdengar di tekan perlahan aku membalik badan. Aku menatap seseorang baju tarakota berdiri di ambang pintu, rambutnya rapih clean bagian depan cepol belakang, hanya sedikit keruput yang terlihat wajahnya masih berseri aku tebak ia rutin melakukan perawatan salon.Aku mendekat sambil membenahi ujung jilbabku yang aku kaitkan di bahu.“ bu permisi, apa masih nerima pekerja buat bantu-bantu dirumah ini” tak menjawab ia hanya menganguk sekali lalu mempersilahka untuk masuk rumahnya.Aku memperhatikan setiap sudut rumah, terawat dan rapi. Aku mengekor pada perempuan berjalan l

    Last Updated : 2024-05-01
  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   tak akan lagi sama

    DamarBerat meski hanya untuk menampakkan wajahku padany,a laila terlanjur sakit hati. aku beranikan melangkah menuju rumah, mungkin saja laila masih mengis seperti yang ia lakukan saat terakhir aku kerumah ini.Aku menatap atap rumah yang sudah tak kokoh hanya tinggal beberapa bulan lagi rumah ini bisa di tempati aku menyewanya hanya satu setengah tahun tanpa sepengetahuan laila.Atas keinginan ibu aku menjemput raisa, berusaha berbakti padanya dengan mengikuti semua yang ia katakan termasuk menikahi aruna.“ Raisa” tak ada sahutan dari dalam, pintu langsung terbuka saat aku mendorongnya. Sepi dan lengang. Tak terdengar suara ribut benturan wajan dan spatula saat laila masak, atau teriaknya saat membangunkan raisa.“Laila” ucapku lirih, menuju kamar kami tak kudapati ia disana, semua terlihat rapi bantal yang sudah tertata dan mukena yang terlipat di letakan kursi kayu dan di nakas alquran yang terbuka, aku menutupnya. Setelah membaca laila lupa menutup dan meletakan dengan benar.

    Last Updated : 2024-05-03
  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   ada kebencian

    semakin menunduk, agar mas barra tak menyadari .Aku bisa bernafas lega, mas barra tak mengenaliku, karna aku yang jauh berbeda dengan dulu tak ada jilbab, tak ada wajah kusam dan tak juga telihat tua.Tak bisa membayangkan bagaimana menertawakan dengan keadaanku sekarang. Harusnya dari dulu aku menyadari bahwa roda berputar, kehidupan akan berganti. Aku meninggalkan mas barra demi mas damar yang mengejarku dan dengan harta yang lebih banyak. Aku menunggu beberapa saat sampa makan malam keluarga selesai. aku tak lapar, hanya lelah aku ingin segera pulang.Langah kaki terdengar teratur, aku menengok ada gadis berambut menutupi bahunya, tangannya penuh dengan piring kotor yang tertumpuk.“ Biar saya saja, nona”Aku meraih piring-piring yang di bawanya tapi ia memertahan. Dan memasukan ke wastafel.“Nggak papa saya saja, disana masih ada bekas sayur tante” dengan ramah ia mengatakan.Mas barra masih duduk disana, Aku menghindari bertatap muka dengannya aku khawatir ia mengenaliku, me

    Last Updated : 2024-05-05
  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   barra

    Pov Barra Mataku cepat beralih saat melihat sesorang berdiri di depan gerbang. Wajahnya tak asing untukku hanya sekarang lebih terlihat tirus. Ia tak sempat melihatku karna sengaja mebuka kace sedikit. Tak menyangka di pertemukan dengan keadaan yang begitu berbeda laila perempuan yang dulu aku dambakan .[laila kalau kamu gelapnya malam biarkan aku jadi barra sampai terang tiba]Laila mengembangkan senyum usai mendengarkan itu Aku menggelengkan kepala mengingat bagaimana dulu omong kosong itu keluar dari mulutku. Hari ini seperti permintaan Mama, aku mengajak lintang ke rumah mama, sebenarnya aku malas menuruti keinginan mama mertuaku tapi ia terus memaaksa kadang ada perdebatan perdebatan antara kami Rumah mama terlihat begitu sepi, hari hari di laluinya seperti itu, tak ada alya, lintang atau aku membersamainya. Lintang berlari bersemangat masuk kerumah. Menghamburkan pelukan pada mama, perempuan yang disebutnya nenek itu memeluk lama nan penuh kehangatan ia mengusap punggung d

    Last Updated : 2024-05-06
  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   sepuluh

    Bab 10 Damar Kehidupan yang berbeda jauh dengan yang aku jalani dulu tak ada aktivitas pagi yang begitu menyibukkan. Aruna selalu meminum kopi dan duduk santai di ruang santai Tak ada riuh aktivitas memasak atau keriwehan lain. Hanya hening di pagi hari di rumah besar aruna. “ ternyata kita aja nggak cukup mas” aku yang mendekat mencium bahunya kini mendongakkan kepalaku. “ aku nggak mau hamil diusiaku yang segini mas” perlahan aku melepasakan tangan yang aku lingkarkan pada pinggangnya. “ kamu bisa menjemput raisa, mengajaknya tinggal bersama kita disini, pasti menyenangkan punya anak perempuan yang sudah besar” " tak perlu mendengarkan orang lain, aku kamu cukup. lagi pula tak semudah yang kita fikirkan raisa, tetep memilih hidup bersama ibunya meski kehidupanya kekurangan. Belum lagi rasa bencinya padaku belum hilang” Aruna juga tahu bagaimana raisa tak bersemangat saat liburan bersamanya. “ kamu ini ayahnya, kamu punya hak atas dia” aruna bicara penuh penekan. " lagi pul

    Last Updated : 2024-05-10

Latest chapter

  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   kukira kau rumah

    happy reading jangan lupa kasih luv💖“raisa” ucapku, raisa masih betah di kamar meskipun aku sudah pulang, ia selalu sibuk dengan ponselnya hanya gelak tawa yang aku dengar. Bukan karna mengobrol denganku tapi ia tertawa karna melihat ponsel pintarnya.“ oiya hampir lupa, tadi ada yang kesini nyariin ayah, raisa bilang nggak ada terus nyariin ibu?”“ siapa, raisa kenal?” ia menggeleng.“katanya mau kesini kalau ibu pulang” ucapnya lagi.Aku tak pernah membuat janji dengan siapapun apa lagi laki-laki, kalaupun teman mas damar bukannya mereka tahu kalau mas damar sudah menikah lagi dan tk tinggal disini.Aku sudah selesai sholat magrib dan membaca belembar mushaf alquran, raisa lebih dulu makan, ia lebih suka memesan dari pada yang aku masak, mas damar menghujaninya uang.Aku mengunyah satu suap capcay, buk soraya selalu membawakan sayur yang aku masak sebagian untukku. Suapan terakhir lalu aku meminum air putih. Membawa piring kotor kedapur untuk langsung mencuci.“Tok tok” aku segera

  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   takdir

    Bab 11Sepanjang hari berlarut dalam kesedihan, ayah tak pernah mendapat simpatiku seteah menikah lagi. Meski kadang ia membujukku dengan berbagai hal, memberiku barang barang mahal yang aku suka, mengajaku jajan atau mengajakku belanja ke mall.Menurutku istri baru ayah cukup cantik. Kulitnya bening seperti kaca dan pakain-pakaiam modis dan terlihat mahal. Begitukah sifat alami laki laki ia akan cepat bepaling dengan mengemukakan berbagai alasan padahal alasan sebenarnya ibu tak cantik lagi seperti dulu. Kata ayah begitu, ibu primadona. “ hai cantik, mataku mengerjap menoleh kearahnya tante aruna mendekat padaku menyodorkan eskrim coklat.Aku memperhatikan setiap detail yang ia kenalkan baju santai tapi tetap modis dan sepatu bagus miliknya berwarna putih sporty nan casual.“ Instagram kamu apa? Nanti tante follow” ia mendekatiku yang sedari berkutat dengan handponeku, tak penting yang kulakukan hanya melihat reels lucu-lucu, itu hanya pengalihan untuk membuatku terliahat sibu

  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   sepuluh

    Bab 10 Damar Kehidupan yang berbeda jauh dengan yang aku jalani dulu tak ada aktivitas pagi yang begitu menyibukkan. Aruna selalu meminum kopi dan duduk santai di ruang santai Tak ada riuh aktivitas memasak atau keriwehan lain. Hanya hening di pagi hari di rumah besar aruna. “ ternyata kita aja nggak cukup mas” aku yang mendekat mencium bahunya kini mendongakkan kepalaku. “ aku nggak mau hamil diusiaku yang segini mas” perlahan aku melepasakan tangan yang aku lingkarkan pada pinggangnya. “ kamu bisa menjemput raisa, mengajaknya tinggal bersama kita disini, pasti menyenangkan punya anak perempuan yang sudah besar” " tak perlu mendengarkan orang lain, aku kamu cukup. lagi pula tak semudah yang kita fikirkan raisa, tetep memilih hidup bersama ibunya meski kehidupanya kekurangan. Belum lagi rasa bencinya padaku belum hilang” Aruna juga tahu bagaimana raisa tak bersemangat saat liburan bersamanya. “ kamu ini ayahnya, kamu punya hak atas dia” aruna bicara penuh penekan. " lagi pul

  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   barra

    Pov Barra Mataku cepat beralih saat melihat sesorang berdiri di depan gerbang. Wajahnya tak asing untukku hanya sekarang lebih terlihat tirus. Ia tak sempat melihatku karna sengaja mebuka kace sedikit. Tak menyangka di pertemukan dengan keadaan yang begitu berbeda laila perempuan yang dulu aku dambakan .[laila kalau kamu gelapnya malam biarkan aku jadi barra sampai terang tiba]Laila mengembangkan senyum usai mendengarkan itu Aku menggelengkan kepala mengingat bagaimana dulu omong kosong itu keluar dari mulutku. Hari ini seperti permintaan Mama, aku mengajak lintang ke rumah mama, sebenarnya aku malas menuruti keinginan mama mertuaku tapi ia terus memaaksa kadang ada perdebatan perdebatan antara kami Rumah mama terlihat begitu sepi, hari hari di laluinya seperti itu, tak ada alya, lintang atau aku membersamainya. Lintang berlari bersemangat masuk kerumah. Menghamburkan pelukan pada mama, perempuan yang disebutnya nenek itu memeluk lama nan penuh kehangatan ia mengusap punggung d

  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   ada kebencian

    semakin menunduk, agar mas barra tak menyadari .Aku bisa bernafas lega, mas barra tak mengenaliku, karna aku yang jauh berbeda dengan dulu tak ada jilbab, tak ada wajah kusam dan tak juga telihat tua.Tak bisa membayangkan bagaimana menertawakan dengan keadaanku sekarang. Harusnya dari dulu aku menyadari bahwa roda berputar, kehidupan akan berganti. Aku meninggalkan mas barra demi mas damar yang mengejarku dan dengan harta yang lebih banyak. Aku menunggu beberapa saat sampa makan malam keluarga selesai. aku tak lapar, hanya lelah aku ingin segera pulang.Langah kaki terdengar teratur, aku menengok ada gadis berambut menutupi bahunya, tangannya penuh dengan piring kotor yang tertumpuk.“ Biar saya saja, nona”Aku meraih piring-piring yang di bawanya tapi ia memertahan. Dan memasukan ke wastafel.“Nggak papa saya saja, disana masih ada bekas sayur tante” dengan ramah ia mengatakan.Mas barra masih duduk disana, Aku menghindari bertatap muka dengannya aku khawatir ia mengenaliku, me

  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   tak akan lagi sama

    DamarBerat meski hanya untuk menampakkan wajahku padany,a laila terlanjur sakit hati. aku beranikan melangkah menuju rumah, mungkin saja laila masih mengis seperti yang ia lakukan saat terakhir aku kerumah ini.Aku menatap atap rumah yang sudah tak kokoh hanya tinggal beberapa bulan lagi rumah ini bisa di tempati aku menyewanya hanya satu setengah tahun tanpa sepengetahuan laila.Atas keinginan ibu aku menjemput raisa, berusaha berbakti padanya dengan mengikuti semua yang ia katakan termasuk menikahi aruna.“ Raisa” tak ada sahutan dari dalam, pintu langsung terbuka saat aku mendorongnya. Sepi dan lengang. Tak terdengar suara ribut benturan wajan dan spatula saat laila masak, atau teriaknya saat membangunkan raisa.“Laila” ucapku lirih, menuju kamar kami tak kudapati ia disana, semua terlihat rapi bantal yang sudah tertata dan mukena yang terlipat di letakan kursi kayu dan di nakas alquran yang terbuka, aku menutupnya. Setelah membaca laila lupa menutup dan meletakan dengan benar.

  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   aku yang sendiri

    Bab 6LiburanRumah besar berwarna olive muda dan warna putih di beberapa kusennya, asri bergaya klasik. Suasana terlihat lengang aku memberanikan untuk mendekat mengetuk pintu rumah.“ assalamualaikum” ketukan pertama belum ada sahutan dari dalam, kuulangi lagi sampai dua kali belum juga ada sahutan. Ku melepaskan nafas beratku mengurungkan untuk mengetuk lagi memilih pergi. Baru tiga langkah handle pintu terdengar di tekan perlahan aku membalik badan. Aku menatap seseorang baju tarakota berdiri di ambang pintu, rambutnya rapih clean bagian depan cepol belakang, hanya sedikit keruput yang terlihat wajahnya masih berseri aku tebak ia rutin melakukan perawatan salon.Aku mendekat sambil membenahi ujung jilbabku yang aku kaitkan di bahu.“ bu permisi, apa masih nerima pekerja buat bantu-bantu dirumah ini” tak menjawab ia hanya menganguk sekali lalu mempersilahka untuk masuk rumahnya.Aku memperhatikan setiap sudut rumah, terawat dan rapi. Aku mengekor pada perempuan berjalan l

  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   barang-barang mahal raisa

    Aku kekamar mencari dompet kecil berwarna merah muda, tempat biasanya aku menyimpan uang. Aku mendengkus saat yang kudapati hanya satu lembar uang sepuluh ribuan dan satu lembar uang dua ribuan. Aku mengoyangkan dompet memastikan tak ada yang tertinggal disana dan benar saja pecahan lima ratus perak menggelinding di lantai sempat kaki menahanya agar tak menggelinding semakin jauh. Setidaknya ini cukup untuk membeli sepapan tempe dan beberapa potong tahu. Dan setelah ini aku harus mencari pekerjaan. menerima uang dari mas damar rasanya berat. meski ia mengatakan ini hak ku dan lain sebagainya.Warung buk bariah seperti tak kehabisan pembeli bahkan di siang hari seperti ini. Buk yuni sudah membawa satu kresek besar sayuran hijau, bayam, kangkung, ayam dan entah apa lagi. Ia sudah selesai berbelanja tapi ia duduk di bangku kayu diikuti mbak utami yang belum dapat apa-apa.“ Buk, beli 2 tempe dan tahunya lima ribu aja ” buk bariah masih sibuk memilah kulit bawang merah yang mengering.

  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   kehidupan kami

    “ raisa” aku mengetuk pintu kamar raisa, sedari kemarin tak keluar kamar, aku tau ia sedang marah, entah marah pada mas damar, padaku atau pada dirinya sendiri.“ Sayang” sebelum aku mengetuknya lagi raisa sudah membukanya dan berdiri diambang pintu siap dengan seragam biru putihnya. Tak sepatah katapun yang ia ucapkan. Ia lalu berjalan menuju meja makan meletakan tas beratnya duduk dan meneguk segelas air dalam gelas.“ telor mata sapi” aku menghidangkan di piring di depan raisa, ia mendongak mata beningnya menatapku ia menyimpan kesedihan dan itu membuatku sesak. Ia tetap diam tak ada protes dengan apa yang aku masak. Aku ingin mendengar ia mengatakan bosan dengan masakan telor goreng, aku juga ingin mendengar ancaman ia tak mau makan lagi kalau menu nya masih sama seperti biasa saat ia sedang ceria.Raisa hampir menghabiskan isi piringnya mengunyah dengan cepat meski terlihat sulit menelan karna menahan tangis. aku menghentikan kunyahanku menatap raisa yang kini menahan bulir di

DMCA.com Protection Status