Home / Pernikahan / Ketika Suamiku Menikah Lagi / barang-barang mahal raisa

Share

barang-barang mahal raisa

Author: Khoiriyahkhalim
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Aku kekamar mencari dompet kecil berwarna merah muda, tempat biasanya aku menyimpan uang. Aku mendengkus saat yang kudapati hanya satu lembar uang sepuluh ribuan dan satu lembar uang dua ribuan.

Aku mengoyangkan dompet memastikan tak ada yang tertinggal disana dan benar saja pecahan lima ratus perak menggelinding di lantai sempat kaki menahanya agar tak menggelinding semakin jauh. Setidaknya ini cukup untuk membeli sepapan tempe dan beberapa potong tahu. Dan setelah ini aku harus mencari pekerjaan. menerima uang dari mas damar rasanya berat. meski ia mengatakan ini hak ku dan lain sebagainya.

Warung buk bariah seperti tak kehabisan pembeli bahkan di siang hari seperti ini. Buk yuni sudah membawa satu kresek besar sayuran hijau, bayam, kangkung, ayam dan entah apa lagi. Ia sudah selesai berbelanja tapi ia duduk di bangku kayu diikuti mbak utami yang belum dapat apa-apa.

“ Buk, beli 2 tempe dan tahunya lima ribu aja ” buk bariah masih sibuk memilah kulit bawang merah yang mengering.

Ia menghentikan aktivitasnya. Mengambil barng pesaannku tempe dan tahu.

“ Sekalian kecap sasetnya buk” bu bariah langsung memberikan kecap saset bungkus warna hijau.

“bu kalau ada kerjaan pramuniaga atau kasir toko nggak kasih tahu saya ya” aku mendekat ke arah buk yuni. setelah membayar belanjaaku uang pecahan sepuluh ribu.

“ loh mbak laila mau to kerja juga to, kalau pramuniaga atau kasir toko mah nyarinya umur di bawah 30 an mbak yang masih muda muda gitu” bu yuni kini menghadap kearahku berbicara serius, aku memang tak terlalu akrab dengan tetangga, baru sembilan bulan yang lalu aku di komplek ini. Mas damar menyewa rumah yang lebih kecil untuk kami tinggali.

“ eh tapi kemarin ada orang yang butuh bantu di rumahnya nggak jauh dari rumah kita mbak, coba aja kesana” aku mengaguk mendengarkan ucapan bu yuni.

“ mau buk” bu yuni menyunggingkan senyum pada mbak utami, keduanya tersenyum seperti saling memberikan kode satu sama lain.

“ beberapa hari ini kok nggak melihat mas damar, mas damar kerja apa sekarang mbak laila, kayaknya nggak pulang kerumah” aku gagu tak langsung menjawab bu yuni.

“ kerja kontraktor bu” ucapku singkat.

" duh pasti banyak duit tuh jadi kontraktor. gitu mbak laila masih mau kerja lo" aku tak menjawab hanya menyunggingkan senyum

“ eh ati-ati lo mbak, suami yang kerjanganya pulang aja bisa punya perempuan lain apalagi yang jarang pulang” bu yuni dengan gaya bicara yang mulutnya menye menye.

Jantungku serasa berdesir, entah kebetulan atau apa tapi yang katakan benar adanya, bu yuni berbicara sama persis dengan yang aku alami.

“ Yaudah bu saya duluan” aku mengulas senyum padanya aku memutuskan untuk pulang lebih dulu.

“ Rumahnya ujung komplek mbak paling besar, coba aja kesana, semoga kamu betah ya nenek-neneknya katanya bawel" tambah buk yuni sebelum aku benar-benar pergi.

Tempe dan tahu bacem sudah matang, tinggal menunggu raisa pulang untuk makan bersama dengan menu sederhana buatanku. Katanya apapun yang aku masak enak rasanya. Berharap suasana hatinya sudah membaik setelah bertemu dengan teman temannya.

Sudah pukul 14.07, belum ada tanda kedatangan raisa. Ini sudah lewat dari jam pulang sekolahnya. Di rumah tak ada ponsel, aku tak memilikinya terakhir aku menjual milikku karena menurutku sudah terlalu banyak handpone di rumah.juga akh akan tak ingin membebani mas damar untuk membeli kuora internet ,lagipula saat butuh lumayan di jual di di pedagang barang sekken.

“Elsa, raisa nggak pulang bareng” teman sekelas raisa anak buk yuni ia sudah pulang berjalan kaki setelah turun dari angkot gang depan.

“ nggak tan” pungkasnya, elsa anak pendiam beda jauh dengan ibunya, meski aku tahu ia akrab dengan raisa, ia mempunyai circle sendiri raisa juga demikian.

Tak ada pilihan lain yang aku lakukan sekarang menunggu sampai gadis itu kembali.

Sampai sore hari, belum ada tanda-tanda raisa pulang, masakanku sampai sudah dingin,

Hanya suara denting jam memenuhi ruang dengar dan kegelisahan yang semakin menjadi.

Aku memijat keningku yang sedari tadi terasa berat ketika aku bosan duduk berlama-lama di ruang tamu, aku beranjak menuju kamar.

Tercitan pintu samar terdengar lalu di susul langkah perlahan aku bisa menebak dari langkahnya, raisa di luar sana.

Aku berdiri diatas meja pintu, raisa meletakan beberapa paperbag diatas meja.

Paperbag bertuliskan brand lokal cukup terkenal, dan aku tahu harganya yang tak murah kisaran ratusan ribu untuk satu potong baju saja.

“ darimana ya? Sesore ini baru pulang” ingin ku tanyakan banyak hal tapi aku menahanya. ia berhenti sejenak di ambang pintu kamarnya.

wajah lelahnya tak bisa di sembunyikan

“ Makan dulu yuk, ibu udah masak. Kita makan bersama ya” aku menyungingkan senyum padanya.

Raisa melangkah mendekat padaku, matanya mengawasi meja makan melihat masakan yang aku buat untuknya, bacem tahu dan tempe.

“ Raisa sudah makan buk” ia menjawabnya malas, ia bahkan tak tertarik untuk memakanya.

“ makan sama siapa??”

“ ayah” singkat

“ Dan aruna? “ aku menyelidik, raisa mengagguk ragu, Aruna tak hanya pandai mengambil hati mas damar lagi kini aruna juga berusaha mendekati raisa untuk mengambil hati raisa agar dianggap sebagai ibunya.

“ raisa selama ini memang banyak mau buk, tapi bukan kehidupan seperti ini yang raisa inginkan, kita hanya berdua dan ayah sibuk dengan kehidupanya yang baru. Raisa nggak butuh semua ini” ia membuat berantakan paperbag sampai isinya keluar beberapa baju dan ada juga sepatu, seperti sepatu yang ia tunjukan padaku kemarin persis. kali ini yang ku lihat kemarahan di matanya.

“ sampai kapan bu seperti ini, sampai kapan ibu bergantung pada ayah” aku tertunduk mendengarkan ia berbicara, air mataku deras berlinang, aku mengusapnya dengan ujung jilbab yang aku kenakan.

.

“ aku kesal dan marah saat ayah mengatakan ibu tak bisa apapun tanpa ayah bahkan untuk sekedar makan saja. Aku benci saat mereka tertawa meremehkan ibu” kemarahanya bercampur tangis.

Tak ada kata yang bisa aku ucapkan, sebelum mulutku berucap raisa melangkah cepat menuju kamar pintu tertutup keras olehnya membuatku tereranjat, ini sesak yang terlalu bahkan lebih sesak dari pertama kali mas damar mengatakan menikah dengan aruna.

Related chapters

  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   aku yang sendiri

    Bab 6LiburanRumah besar berwarna olive muda dan warna putih di beberapa kusennya, asri bergaya klasik. Suasana terlihat lengang aku memberanikan untuk mendekat mengetuk pintu rumah.“ assalamualaikum” ketukan pertama belum ada sahutan dari dalam, kuulangi lagi sampai dua kali belum juga ada sahutan. Ku melepaskan nafas beratku mengurungkan untuk mengetuk lagi memilih pergi. Baru tiga langkah handle pintu terdengar di tekan perlahan aku membalik badan. Aku menatap seseorang baju tarakota berdiri di ambang pintu, rambutnya rapih clean bagian depan cepol belakang, hanya sedikit keruput yang terlihat wajahnya masih berseri aku tebak ia rutin melakukan perawatan salon.Aku mendekat sambil membenahi ujung jilbabku yang aku kaitkan di bahu.“ bu permisi, apa masih nerima pekerja buat bantu-bantu dirumah ini” tak menjawab ia hanya menganguk sekali lalu mempersilahka untuk masuk rumahnya.Aku memperhatikan setiap sudut rumah, terawat dan rapi. Aku mengekor pada perempuan berjalan l

  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   tak akan lagi sama

    DamarBerat meski hanya untuk menampakkan wajahku padany,a laila terlanjur sakit hati. aku beranikan melangkah menuju rumah, mungkin saja laila masih mengis seperti yang ia lakukan saat terakhir aku kerumah ini.Aku menatap atap rumah yang sudah tak kokoh hanya tinggal beberapa bulan lagi rumah ini bisa di tempati aku menyewanya hanya satu setengah tahun tanpa sepengetahuan laila.Atas keinginan ibu aku menjemput raisa, berusaha berbakti padanya dengan mengikuti semua yang ia katakan termasuk menikahi aruna.“ Raisa” tak ada sahutan dari dalam, pintu langsung terbuka saat aku mendorongnya. Sepi dan lengang. Tak terdengar suara ribut benturan wajan dan spatula saat laila masak, atau teriaknya saat membangunkan raisa.“Laila” ucapku lirih, menuju kamar kami tak kudapati ia disana, semua terlihat rapi bantal yang sudah tertata dan mukena yang terlipat di letakan kursi kayu dan di nakas alquran yang terbuka, aku menutupnya. Setelah membaca laila lupa menutup dan meletakan dengan benar.

  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   ada kebencian

    semakin menunduk, agar mas barra tak menyadari .Aku bisa bernafas lega, mas barra tak mengenaliku, karna aku yang jauh berbeda dengan dulu tak ada jilbab, tak ada wajah kusam dan tak juga telihat tua.Tak bisa membayangkan bagaimana menertawakan dengan keadaanku sekarang. Harusnya dari dulu aku menyadari bahwa roda berputar, kehidupan akan berganti. Aku meninggalkan mas barra demi mas damar yang mengejarku dan dengan harta yang lebih banyak. Aku menunggu beberapa saat sampa makan malam keluarga selesai. aku tak lapar, hanya lelah aku ingin segera pulang.Langah kaki terdengar teratur, aku menengok ada gadis berambut menutupi bahunya, tangannya penuh dengan piring kotor yang tertumpuk.“ Biar saya saja, nona”Aku meraih piring-piring yang di bawanya tapi ia memertahan. Dan memasukan ke wastafel.“Nggak papa saya saja, disana masih ada bekas sayur tante” dengan ramah ia mengatakan.Mas barra masih duduk disana, Aku menghindari bertatap muka dengannya aku khawatir ia mengenaliku, me

  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   barra

    Pov Barra Mataku cepat beralih saat melihat sesorang berdiri di depan gerbang. Wajahnya tak asing untukku hanya sekarang lebih terlihat tirus. Ia tak sempat melihatku karna sengaja mebuka kace sedikit. Tak menyangka di pertemukan dengan keadaan yang begitu berbeda laila perempuan yang dulu aku dambakan .[laila kalau kamu gelapnya malam biarkan aku jadi barra sampai terang tiba]Laila mengembangkan senyum usai mendengarkan itu Aku menggelengkan kepala mengingat bagaimana dulu omong kosong itu keluar dari mulutku. Hari ini seperti permintaan Mama, aku mengajak lintang ke rumah mama, sebenarnya aku malas menuruti keinginan mama mertuaku tapi ia terus memaaksa kadang ada perdebatan perdebatan antara kami Rumah mama terlihat begitu sepi, hari hari di laluinya seperti itu, tak ada alya, lintang atau aku membersamainya. Lintang berlari bersemangat masuk kerumah. Menghamburkan pelukan pada mama, perempuan yang disebutnya nenek itu memeluk lama nan penuh kehangatan ia mengusap punggung d

  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   sepuluh

    Bab 10 Damar Kehidupan yang berbeda jauh dengan yang aku jalani dulu tak ada aktivitas pagi yang begitu menyibukkan. Aruna selalu meminum kopi dan duduk santai di ruang santai Tak ada riuh aktivitas memasak atau keriwehan lain. Hanya hening di pagi hari di rumah besar aruna. “ ternyata kita aja nggak cukup mas” aku yang mendekat mencium bahunya kini mendongakkan kepalaku. “ aku nggak mau hamil diusiaku yang segini mas” perlahan aku melepasakan tangan yang aku lingkarkan pada pinggangnya. “ kamu bisa menjemput raisa, mengajaknya tinggal bersama kita disini, pasti menyenangkan punya anak perempuan yang sudah besar” " tak perlu mendengarkan orang lain, aku kamu cukup. lagi pula tak semudah yang kita fikirkan raisa, tetep memilih hidup bersama ibunya meski kehidupanya kekurangan. Belum lagi rasa bencinya padaku belum hilang” Aruna juga tahu bagaimana raisa tak bersemangat saat liburan bersamanya. “ kamu ini ayahnya, kamu punya hak atas dia” aruna bicara penuh penekan. " lagi pul

  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   takdir

    Bab 11Sepanjang hari berlarut dalam kesedihan, ayah tak pernah mendapat simpatiku seteah menikah lagi. Meski kadang ia membujukku dengan berbagai hal, memberiku barang barang mahal yang aku suka, mengajaku jajan atau mengajakku belanja ke mall.Menurutku istri baru ayah cukup cantik. Kulitnya bening seperti kaca dan pakain-pakaiam modis dan terlihat mahal. Begitukah sifat alami laki laki ia akan cepat bepaling dengan mengemukakan berbagai alasan padahal alasan sebenarnya ibu tak cantik lagi seperti dulu. Kata ayah begitu, ibu primadona. “ hai cantik, mataku mengerjap menoleh kearahnya tante aruna mendekat padaku menyodorkan eskrim coklat.Aku memperhatikan setiap detail yang ia kenalkan baju santai tapi tetap modis dan sepatu bagus miliknya berwarna putih sporty nan casual.“ Instagram kamu apa? Nanti tante follow” ia mendekatiku yang sedari berkutat dengan handponeku, tak penting yang kulakukan hanya melihat reels lucu-lucu, itu hanya pengalihan untuk membuatku terliahat sibu

  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   kukira kau rumah

    happy reading jangan lupa kasih luv💖“raisa” ucapku, raisa masih betah di kamar meskipun aku sudah pulang, ia selalu sibuk dengan ponselnya hanya gelak tawa yang aku dengar. Bukan karna mengobrol denganku tapi ia tertawa karna melihat ponsel pintarnya.“ oiya hampir lupa, tadi ada yang kesini nyariin ayah, raisa bilang nggak ada terus nyariin ibu?”“ siapa, raisa kenal?” ia menggeleng.“katanya mau kesini kalau ibu pulang” ucapnya lagi.Aku tak pernah membuat janji dengan siapapun apa lagi laki-laki, kalaupun teman mas damar bukannya mereka tahu kalau mas damar sudah menikah lagi dan tk tinggal disini.Aku sudah selesai sholat magrib dan membaca belembar mushaf alquran, raisa lebih dulu makan, ia lebih suka memesan dari pada yang aku masak, mas damar menghujaninya uang.Aku mengunyah satu suap capcay, buk soraya selalu membawakan sayur yang aku masak sebagian untukku. Suapan terakhir lalu aku meminum air putih. Membawa piring kotor kedapur untuk langsung mencuci.“Tok tok” aku segera

  • Ketika Suamiku Menikah Lagi    menikah lagi

    “ La, aku menikahi aruna” suara berat mas damar terdengar samar olehku kepalaku mendadak pusing.“ kami membuat usaha bersama, ini nantinya buat kamu juga biar kamu hidup enak” mas damar membuat alasan tak masuk akal untukku.“ tanpa kamu bilang setuju atau tidak aku sudah menikah denganya, beberapa hari yang lalu akad nikah kami” bagai petir di siang bolong ucapan mas damar benar-benar membuatku membeku.“ mas ini tidak benar, pernikahan bukan agar hidup enak setelahnya”“ lalu apa yang kamu lakukan dulu menikah denganku agar hidupmu enak setelahnya. Dan sekarang aku bangkrut, jadi buruh serabutan” mas damar tersenyum menyeringai mengingat bagaimana aku yang dulu suka dengannya karna dia banyak harta.“ tapi itu dulu mas, pelan-pelan aku coba berubah untuk menerima semua keadaan kita, berusaha sebaik mungkin iamenjalani takdir” urat leherku menegang bicaraku setera dengan mas damar mencoba menjelaskan bagaimana aku juga berusaha keras melatih diri untuk bisa menerima takdir.Mas

Latest chapter

  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   kukira kau rumah

    happy reading jangan lupa kasih luv💖“raisa” ucapku, raisa masih betah di kamar meskipun aku sudah pulang, ia selalu sibuk dengan ponselnya hanya gelak tawa yang aku dengar. Bukan karna mengobrol denganku tapi ia tertawa karna melihat ponsel pintarnya.“ oiya hampir lupa, tadi ada yang kesini nyariin ayah, raisa bilang nggak ada terus nyariin ibu?”“ siapa, raisa kenal?” ia menggeleng.“katanya mau kesini kalau ibu pulang” ucapnya lagi.Aku tak pernah membuat janji dengan siapapun apa lagi laki-laki, kalaupun teman mas damar bukannya mereka tahu kalau mas damar sudah menikah lagi dan tk tinggal disini.Aku sudah selesai sholat magrib dan membaca belembar mushaf alquran, raisa lebih dulu makan, ia lebih suka memesan dari pada yang aku masak, mas damar menghujaninya uang.Aku mengunyah satu suap capcay, buk soraya selalu membawakan sayur yang aku masak sebagian untukku. Suapan terakhir lalu aku meminum air putih. Membawa piring kotor kedapur untuk langsung mencuci.“Tok tok” aku segera

  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   takdir

    Bab 11Sepanjang hari berlarut dalam kesedihan, ayah tak pernah mendapat simpatiku seteah menikah lagi. Meski kadang ia membujukku dengan berbagai hal, memberiku barang barang mahal yang aku suka, mengajaku jajan atau mengajakku belanja ke mall.Menurutku istri baru ayah cukup cantik. Kulitnya bening seperti kaca dan pakain-pakaiam modis dan terlihat mahal. Begitukah sifat alami laki laki ia akan cepat bepaling dengan mengemukakan berbagai alasan padahal alasan sebenarnya ibu tak cantik lagi seperti dulu. Kata ayah begitu, ibu primadona. “ hai cantik, mataku mengerjap menoleh kearahnya tante aruna mendekat padaku menyodorkan eskrim coklat.Aku memperhatikan setiap detail yang ia kenalkan baju santai tapi tetap modis dan sepatu bagus miliknya berwarna putih sporty nan casual.“ Instagram kamu apa? Nanti tante follow” ia mendekatiku yang sedari berkutat dengan handponeku, tak penting yang kulakukan hanya melihat reels lucu-lucu, itu hanya pengalihan untuk membuatku terliahat sibu

  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   sepuluh

    Bab 10 Damar Kehidupan yang berbeda jauh dengan yang aku jalani dulu tak ada aktivitas pagi yang begitu menyibukkan. Aruna selalu meminum kopi dan duduk santai di ruang santai Tak ada riuh aktivitas memasak atau keriwehan lain. Hanya hening di pagi hari di rumah besar aruna. “ ternyata kita aja nggak cukup mas” aku yang mendekat mencium bahunya kini mendongakkan kepalaku. “ aku nggak mau hamil diusiaku yang segini mas” perlahan aku melepasakan tangan yang aku lingkarkan pada pinggangnya. “ kamu bisa menjemput raisa, mengajaknya tinggal bersama kita disini, pasti menyenangkan punya anak perempuan yang sudah besar” " tak perlu mendengarkan orang lain, aku kamu cukup. lagi pula tak semudah yang kita fikirkan raisa, tetep memilih hidup bersama ibunya meski kehidupanya kekurangan. Belum lagi rasa bencinya padaku belum hilang” Aruna juga tahu bagaimana raisa tak bersemangat saat liburan bersamanya. “ kamu ini ayahnya, kamu punya hak atas dia” aruna bicara penuh penekan. " lagi pul

  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   barra

    Pov Barra Mataku cepat beralih saat melihat sesorang berdiri di depan gerbang. Wajahnya tak asing untukku hanya sekarang lebih terlihat tirus. Ia tak sempat melihatku karna sengaja mebuka kace sedikit. Tak menyangka di pertemukan dengan keadaan yang begitu berbeda laila perempuan yang dulu aku dambakan .[laila kalau kamu gelapnya malam biarkan aku jadi barra sampai terang tiba]Laila mengembangkan senyum usai mendengarkan itu Aku menggelengkan kepala mengingat bagaimana dulu omong kosong itu keluar dari mulutku. Hari ini seperti permintaan Mama, aku mengajak lintang ke rumah mama, sebenarnya aku malas menuruti keinginan mama mertuaku tapi ia terus memaaksa kadang ada perdebatan perdebatan antara kami Rumah mama terlihat begitu sepi, hari hari di laluinya seperti itu, tak ada alya, lintang atau aku membersamainya. Lintang berlari bersemangat masuk kerumah. Menghamburkan pelukan pada mama, perempuan yang disebutnya nenek itu memeluk lama nan penuh kehangatan ia mengusap punggung d

  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   ada kebencian

    semakin menunduk, agar mas barra tak menyadari .Aku bisa bernafas lega, mas barra tak mengenaliku, karna aku yang jauh berbeda dengan dulu tak ada jilbab, tak ada wajah kusam dan tak juga telihat tua.Tak bisa membayangkan bagaimana menertawakan dengan keadaanku sekarang. Harusnya dari dulu aku menyadari bahwa roda berputar, kehidupan akan berganti. Aku meninggalkan mas barra demi mas damar yang mengejarku dan dengan harta yang lebih banyak. Aku menunggu beberapa saat sampa makan malam keluarga selesai. aku tak lapar, hanya lelah aku ingin segera pulang.Langah kaki terdengar teratur, aku menengok ada gadis berambut menutupi bahunya, tangannya penuh dengan piring kotor yang tertumpuk.“ Biar saya saja, nona”Aku meraih piring-piring yang di bawanya tapi ia memertahan. Dan memasukan ke wastafel.“Nggak papa saya saja, disana masih ada bekas sayur tante” dengan ramah ia mengatakan.Mas barra masih duduk disana, Aku menghindari bertatap muka dengannya aku khawatir ia mengenaliku, me

  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   tak akan lagi sama

    DamarBerat meski hanya untuk menampakkan wajahku padany,a laila terlanjur sakit hati. aku beranikan melangkah menuju rumah, mungkin saja laila masih mengis seperti yang ia lakukan saat terakhir aku kerumah ini.Aku menatap atap rumah yang sudah tak kokoh hanya tinggal beberapa bulan lagi rumah ini bisa di tempati aku menyewanya hanya satu setengah tahun tanpa sepengetahuan laila.Atas keinginan ibu aku menjemput raisa, berusaha berbakti padanya dengan mengikuti semua yang ia katakan termasuk menikahi aruna.“ Raisa” tak ada sahutan dari dalam, pintu langsung terbuka saat aku mendorongnya. Sepi dan lengang. Tak terdengar suara ribut benturan wajan dan spatula saat laila masak, atau teriaknya saat membangunkan raisa.“Laila” ucapku lirih, menuju kamar kami tak kudapati ia disana, semua terlihat rapi bantal yang sudah tertata dan mukena yang terlipat di letakan kursi kayu dan di nakas alquran yang terbuka, aku menutupnya. Setelah membaca laila lupa menutup dan meletakan dengan benar.

  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   aku yang sendiri

    Bab 6LiburanRumah besar berwarna olive muda dan warna putih di beberapa kusennya, asri bergaya klasik. Suasana terlihat lengang aku memberanikan untuk mendekat mengetuk pintu rumah.“ assalamualaikum” ketukan pertama belum ada sahutan dari dalam, kuulangi lagi sampai dua kali belum juga ada sahutan. Ku melepaskan nafas beratku mengurungkan untuk mengetuk lagi memilih pergi. Baru tiga langkah handle pintu terdengar di tekan perlahan aku membalik badan. Aku menatap seseorang baju tarakota berdiri di ambang pintu, rambutnya rapih clean bagian depan cepol belakang, hanya sedikit keruput yang terlihat wajahnya masih berseri aku tebak ia rutin melakukan perawatan salon.Aku mendekat sambil membenahi ujung jilbabku yang aku kaitkan di bahu.“ bu permisi, apa masih nerima pekerja buat bantu-bantu dirumah ini” tak menjawab ia hanya menganguk sekali lalu mempersilahka untuk masuk rumahnya.Aku memperhatikan setiap sudut rumah, terawat dan rapi. Aku mengekor pada perempuan berjalan l

  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   barang-barang mahal raisa

    Aku kekamar mencari dompet kecil berwarna merah muda, tempat biasanya aku menyimpan uang. Aku mendengkus saat yang kudapati hanya satu lembar uang sepuluh ribuan dan satu lembar uang dua ribuan. Aku mengoyangkan dompet memastikan tak ada yang tertinggal disana dan benar saja pecahan lima ratus perak menggelinding di lantai sempat kaki menahanya agar tak menggelinding semakin jauh. Setidaknya ini cukup untuk membeli sepapan tempe dan beberapa potong tahu. Dan setelah ini aku harus mencari pekerjaan. menerima uang dari mas damar rasanya berat. meski ia mengatakan ini hak ku dan lain sebagainya.Warung buk bariah seperti tak kehabisan pembeli bahkan di siang hari seperti ini. Buk yuni sudah membawa satu kresek besar sayuran hijau, bayam, kangkung, ayam dan entah apa lagi. Ia sudah selesai berbelanja tapi ia duduk di bangku kayu diikuti mbak utami yang belum dapat apa-apa.“ Buk, beli 2 tempe dan tahunya lima ribu aja ” buk bariah masih sibuk memilah kulit bawang merah yang mengering.

  • Ketika Suamiku Menikah Lagi   kehidupan kami

    “ raisa” aku mengetuk pintu kamar raisa, sedari kemarin tak keluar kamar, aku tau ia sedang marah, entah marah pada mas damar, padaku atau pada dirinya sendiri.“ Sayang” sebelum aku mengetuknya lagi raisa sudah membukanya dan berdiri diambang pintu siap dengan seragam biru putihnya. Tak sepatah katapun yang ia ucapkan. Ia lalu berjalan menuju meja makan meletakan tas beratnya duduk dan meneguk segelas air dalam gelas.“ telor mata sapi” aku menghidangkan di piring di depan raisa, ia mendongak mata beningnya menatapku ia menyimpan kesedihan dan itu membuatku sesak. Ia tetap diam tak ada protes dengan apa yang aku masak. Aku ingin mendengar ia mengatakan bosan dengan masakan telor goreng, aku juga ingin mendengar ancaman ia tak mau makan lagi kalau menu nya masih sama seperti biasa saat ia sedang ceria.Raisa hampir menghabiskan isi piringnya mengunyah dengan cepat meski terlihat sulit menelan karna menahan tangis. aku menghentikan kunyahanku menatap raisa yang kini menahan bulir di

DMCA.com Protection Status